CINDERELLA
MODERN (BUTUH BIDAN BUKAN PANGERAN)
Alkisah diceritakan di
sebuah Desa Suka Maju hiduplah sebuah keluarga yang mungkin cukup kaya, Keluarga
Bapak Muhammad yaitu, Bapak Muhammad, Ibu Talia (istrinya) dan Cinderella atau
biasa di panggil Ella anak mereka dan dengan seorang pembantu setia, namanya
bibi Uti. Karena pak Muhammad bekerja keluar kota jadi Ella dan Ibunya sendirian
di rumah yang besar.
Ella :
mama, ayah kapan pulang ya? (bersender di bahu mamanya)
Mama :
sabar ya nak, ayahmu pasti pulang kok (mengelus rambut anaknya)
Ella :
iyah ma, kangen ya sama ayah.
Tiba-tiba Ponsel Ibu Talia berbunyi.....
Mama :
halo, assalamualaikum. Ini siapa yah? (memegang HP) astagfirullohaladzim (mata berkaca-kaca)
Ella :
mama, ada apa ma? (binggung)
Mama :
ayah kamu sayang (meneteskan air mata)
Ella :
ayah kenapa ma? (mata mulai berkaca-kaca)
Mama : ayah kamu masuk rumah sakit di
jakarta sayang (terduduk) mama harus kesana sekarang, kamu
di rumah, besok ada UAS kan, kamu harus kuliah.
Ella :
mama aku ikut ma, plis (memelas)
Mama :
kamu dirumah! (sedikit membentak) maafkan mama sayang.
Mama
Ella segera bergegas pergi ke Bandara. Setelah 2 jam berlalu, untuk
menghilangkan setres, Ella menonton TV. Pada saat TV menyala, tiba-tiba jantung
Ella terasa berhenti berdetak saat mendengar acara berita. Sebuah pesawat
dengan keberangkatan Surabaya-Jakarta. Ella berharap tak ada nama mamanya di
salah satu korban tewas. Namun perasaan
Ella hancur ketika melihat nama mamanya termasuk nama korban tewas.
Ella :
mamaaaaaaaaaaaaaaaaaa (menangis)
Bibi :
non, sabar ya (memeluk Ella)
2 hari kemudian....
Tiba-tiba ponsel Ella berdering....
Ella :
(mengangkat telepon) assalamualaikum ayah, ayah apa kabar? Ayah sehat?
(matanya kembali berkaca-kaca) iyah ayah mama
sudah meninggal 2hari yg
lalu, pas mama mau liat ayah sedang sakit.
Ayah tak usah merasa bersalah
ini semua takdir allah. Iyah ayah, cepet
pulang ya. Ella kangen ayah.
Walaikumsalam
Ella
sekarang menjadi seorang piatu, dia kehilangan ibunya. Setelah saat ibunya
meninggal, ayah Ella sering mendatanginya sebulan sekali untuk bertemu kangen.
Namun itu hanya berlangsung sesaat mungkin hanya siang bertemu sore, karena
setelah ayahnya masuk rumah sakit banyak kerjaan menumpuk dan segera
dituntaskan.
Ella :
bibi, ella kangen ayah (bersandar di bahu bibi)
Bibi :
sabar ya non, ayah kan kemaren sudah dari sini.
Setahun kemudian . . .
Tanpa
sepengetahuan Ella, ayahnya telah menikah dengan seorang janda beranak 1 yang
seumuran dengannya namun hanya terpaut 1tahun diatasnya. Namanya Ibu Titis dan
kakak tirinya bernama Cikka. Diluar dugaan, hari ini ayahnya akan membawa ibu
tirinya untuk datang ke rumah. Namun ketika di tengah perjalanan ayahnya harus
kembali ke kantor. Dan hanya mama tiri dan kakak tirinya yang akan kerumahnya.
Ibu tiri :
permisi..... (mengetok pintu)
Cikka :
mama, ini rumah kosng kali, ditipu nih sama suami mama. (kesal)
Bibi :
(membukakan pintu) maaf ibu, silahkan masuk. Bu titis ya?
Cikka :
sudah taukan kenapa tanya?
Bibi :
maaf non.
Ibu tiri :
oh ya bi, yang ella ella itu siapa sih? Yang mana? (melirik-lirik)
Bibi :
lagi kuliah bu. Nanti sore baru pulang.
Cikka :
ma, si Ella kuliah, aku juga pengen kuliah dong ma! (manja)
Ella pun sampai rumah....
Ella :
assalamualaikum (mengetok pintu)
Bibi :
(membukakan pintu) walaikumsalam. Mereka sudah datang (berbicara pelan)
Ibu tiri :
wah putri raja sudah pulang ya (menghina)
Cikka :
kamarmu aku pakai, kamu tidur di kamar pembantu saja. Kamu gak pantes
tidur di kamar bagus. Barang-barangmu sudah
aku pindahkan juga.
Ella :
eh kamu kok seenaknya saja disini! (sedikit membentak)
Cikka :
ella, ingat ya sekarang aku juga anak ayah kamu, jadi terserah aku dong.
Ibu tiri :
kamu jangan pernah macam-macam terhadap kita karena kita gak akan
pernah biarin kamu jadi putri disini!
Cikka :
iya bener kata mama, kamu adalah upik abu disini! (mendorong bahu ella)
Ella :
aku akan ceritakan semua ini ke ayah! (pergi menuju ke kamar + menangis)
Cikka :
STOP ella! (ella memberhentikan langkahnya) kamu ingat kamar kamu
dimana kan? Oya bilang saja ke ayah, ayah
juga gak jadi kesini.
Ella pergi ke
kamar mandi untuk mengusap mukanya yang penuh airmata dan menenangkan diri, bi
Uti mencoba merayu untuk segera keluar. Alhasil Ella mau keluar dari kamar
mandi. Sambil memopang tubuh Ella, bi Uti membawa Ella ke kamarnya yang tak
seberapa besar.
Paginya Ella membantu bi Uti
mempersiapkan makanan di meja makan untuk sarapan.
Bibi :
sudah bangun non? (ramah)
Ella :
iyah bi (senyum)
Bibi :
ayo duduk sini non, setelah ini saya mau bangunkan non Cikka sama ibunya.
10 menit kemudian. . .
Ella :
selamat pagi ma, kak (senyum)
Cikka :
eh siapa suruh kamu duduk disini? (mendorong Ella hingga jatuh dari kursi)
Ibu tiri :
kamu makan di dapur sana! (nunjuk)
Ella :
iya ma (sambil membawa piringnya)
Cikka :
eh eh tunggu suruh siapa kamu bawa makanan itu? Kamu makan, sisa
makanan kita nanti setelah selesai.
Bibi :
ayo non (merangkul bahu Ella)
Ella
tak habis pikir dengan ayahnya, bisa-bisanya menikah dengan orang yang salah.
Ella selalu menyalahkan dirinya sendiri. Dia tak mau berpikir dengan ini, dia
harus segera berangkat kuliah.
Ella :
bi, ella berangkat ya, assalamualaikum
Bibi :
walaikumsalam
Ella pergi melewati mamanya dan berniat
ingin bersalam sebelum berangkat kuliah.
Ella :
ma, ella berangkat kuliah dulu (memberikan tanggannya)
Cikka :
ellaaaaaaa (teriak) aku mau kuliah juga, tunggu aku yah. Ma, cikka
berangkat kuliah dulu yah.
Ibu tiri :
oke hati-hati sayang (cipika-cipiki) oya ini uang saku kamu buat jajan nanti
di kuliah barumu (memberikan 50rb) dan ini
untuk kamu karena ayahmu
selalu berpesan untuk memberimu uang 20rb
tiap kamu berangkat kuliah.
Ini (menyodorkan uang)
Setelah keluar dari rumah
Cikka :
mana uang kamu?
Ella :
buat apa? (mengeluarkan uang dari sakunya)
Cikka :
sini buat aku separuhnya, sisanya cukup buat kamu makan siang dan pulang
pergi kamu naik angkot (tanpa ada aba-aba dia
langsung mengambil dari
tangannya) oke bye! (meninggalkan ella)
Penyiksaan terus
terjadi dalam hidup Ella, hanya bi Uti yang dapat menenangkan Ella. Hanya bi
Uti tempat ella ingin marah, mencurahkan isi hati dan kekesalannya terhadap ibu
tiri dan kakak tirinya itu. Hari demi hari semakin banyak peraturan yang dibuat
oleh kakak dan ibu tirinya itu.
Ibu tiri :
ellaaaaaaa (teriak)
Ella :
iya ma (menunduk)
Ibu tiri :
mulai besok kamu harus lebih pagi, kamu harus membantu bi Uti menyapu,
mengepel, mencuci piring, terutama mencuci
baju saya dan Cikka. Harus
bersih. Kemudian setrika yang rapi.
Cikka :
oh ya jangan lupa ya kerjain tugas kuliahku juga dan rapiin kamarku juga.
Ella :
iya (pasrah)
Ella
sempat ingin menelpon ayahnya untuk segera menghubungi ayahnya, dan
menceritakan ini semua kepada ayahnya. Tapi ketika ia hendak menelpon pasti
selalu ketahuan oleh kakak atau ibu tirinya. Dan ketika ayahnya ingin pulang
selalu saja dihalangi oleh ibu tirinya dengan alasan Ella bahagia dengan adanya
ibu baru disekitarnya, sehingga membuat hati ayahnya lega.
Pada suatu hari.....
Ketika Ella sedang menyetrika baju
Cikka. Tiba-tiba ponsel di sakunya berbunyi. Dan reflekdia mengambil karena
melihat contact adalah nama ayahnya.
Ella :
ayah? Apa kabar yah? Ella kangen banget sama ayah. Ella ingin ketemu ayah
Ayah kapan pulang yah?
Karena
keasyikkan ngobrol Ella lupa kalau dia tadinya sedang menyetrika baju Cikka,
dan tanpa dia sadar setrika itu masih menancap di bajunya. Sehingga menyebabkan
bau terbakar, membuat ibu tirinya keluar dari kamarnya.
Ibu tiri :
ellaaaaaaa (teriak)
Ella : ayah nanti telpon lagi yah, ella
di panggil mama (menaruh HP dalam saku)
Ibu tiri :
bau apa ini ella?
Ella :
(mengingat) maaf ma, baju cikka (langsung lari menuju tempat setrika)
Ibu tiri :
(menyusul ella) ella kamu tau baju ini mahal! (membentak) bagaimana bisa
baju ini sampai bolong. Dasar anak kurang
ajar (menampar, menjambak
rambut)
cikka :
ada apa sih ma?
Ibu tiri :
coba liat anak tak berguna ini, dia merusak baju kesayangan kamu!
Cikka :
ella kau benar-benar membuatku kesal. (melakukan kekerasan)
Bi Uti tak bisa
melawan ketika Ella di perlakukan keji seperti itu, karena setiap ingin melawan
bi Uti sampai terdorong jatuh dan diancam akan kehilangan pekerjaan. Setelah
kejadian itu, Ella sering mendapatkan kekerasan dari kakak dan ibu tirinya. Tak
henti-hentinya. Sampai ella malu ketika teman-teman kuliahnya melihat keadaan
lebam-lebam disekitar tubuhnya. Bi Uti sudah tak bisa menahan emosinya, dia
segera melaporkan ke seseorang ataupun ingin meminta pertolongan. Pada saatnya
bi Uti menghentikan kaki ke klinik Bu Bidan Ratih, yang terkenal dengan
keramahannya.
Bibi :
assalamualaikum
Bidan :
walaikumsalam, silahkan masuk bu, duduk disini.
Bibi :
saya perlu bantuan bu bidan (cemas)
Bidan :
perlu bantuan apa bu? (binggunng)
Bibi :
(mengambil nafas) begini bu ......
Bi Uti menceritakan semuanya ke bu bidan
dari awal sampai akhir.....
Bidan :
oh jadi begitu, insyaallah besok saya ke rumah majikan ibu.
Bibi :
jangan ke rumah ibu, saya takut kalau mereka akan semakin menyiksa non
Ella
Bidan :
terus bagaimana ibu?
Bibi :
saya akan membawa non Ella kesini besok. Akan saya usahakan.
Bidan :
baiklah (senyum)
Bibi :
terimakasih bu bidan, assalamualaikum.
Bi Uti langsung
bergegas pergi meninggalkan klinik Bu Bidan Ratih, dan segera pulang karena
dapat membuat bi Uti dimarahi karena tidak ada dirumah.
Keesokkan harinya....
Bi Uti sudah menceritakan semuanya yang
akan dilakukan kepada Ella untuk membawanya ke bidan Ratih untuk meminta
perlindungan. Mereka berdua sedang mencari waktu yang aman untuk keluar dari
rumah. Ketika siang sudah menjelang, saat ibu tiri dan kakak tirinya sudah
tidur sudah saatnya untuk segera keluar.
Ella :
bi, ella kok kabur dari rumah sendiri yah? Tapi aku seneng banget bisa
terbebas dari penjara ini bi, bisa menghirup
udara segar seperti ini. Walaupun
ella sedih banget melihat badan ella yang
penuh luka memar. Tapi ella berasa
sehat
setelah keluar, rasa sakitnya hilang bi (mata berkaca-kaca + senyum)
Bibi :
iya non, senang melihat non bisa tersenyum lega seperti dulu lagi. Ayo non,
kita harus segera lari dari sini. (senyum)
akhirnya mereka sampai ke Klinik Bu
Bidan.....
Bibi :
assalamualaikum bu bidan (masuk ke klinik bidan)
Bidan :
walaikumsalam silahkan duduk ibu.
Bibi :
ini bu kenalkan anak majikan saya yang pernah saya ceritakan kemaren
Ella :
saya ella bu
Bidan : saya bidah ratih, astaghfirullah
ella mukamu, tanganmu juga kenapa bisa
lebam – lebam kayak gini
Bibi
: itu semua perbuatan dari
ibu tiri dan kakak tirinya bu
Bidan : memangnya ayah ella tidak
mengetahui semua ini
Ella : tidak bu saya takut ayah
bakal khawatir
Bidan : kalau keadaannya sudah seperti
ini ayah ella harus diberi tau kalau tidak nanti ella bisa makin celaka.
Ella
: tapi bu ayah sedang
berada di luar kota
Bidan
: nanti biar saya yang
menghubungi ayah ella, selama ayah ella belum pulang untuk sementara ella
tinggal dulu ya dengan ibu.
Ella
: iya bu
Bidan : sini ella ibu bersihkan dulu
lukanya biar nanti tidak terkena infeksi
Akhirnya bu
bidan merawat luka-luka ella dan menghubungi ayah ella. Bu bidan menceritakan
semuanya dan berjanji akan segera pulang untuk melihat keadaan ella dan
menyelesaikan semua permasalahannya.
Ella : bu bidan, ella boleh minta
tolong sesuatu ?
Bidan : mau minta tolong apa ella ?
Ella : tolong jangan bicarakan
masalah ella ke orang lain, termasuk ke polisi, ella tidak mau kalau nanti ibu
dan kakak dipenjara. Biar nanti ayah sja yang menyelesakannya.
Bidan : iya ella
Beberapa hari
kemudian ayah ella datang dan menjemput ella dari rumah bidan, dan ayah ella
memutuskan untuk berpisah dengan istrinya.
SELESAI