"oh my god miss you so much guys" ucap Hana dengan gaya lebay nya
"Biasa deh. Aku aja gak kangen sama situ" goda Yuni
"Jahat banget sih" sahutnya mendengus kesal
"Apasih Han, manja banget. Oya si Devi sama Arsyah dimana ya Sit?" Tanya Yuni mengalihkan pembicaraan
"Entah masih dijalan kali" sahutnya asal
Tiba-tiba suara motor Devi datang.
"Maaf telat macet banget" ucapnya sambil nyengir kuda "si Arsyah telat juga?" tanyanya menghampiri teman-temanya yang sedang menunggu di Pedagang Bakso langganan mereka semua.
10menit kemudian....
"Sorry guys telat, macet banget" ucap Arsyah yang tiba-tiba datang
"Eh eh kita pura-pura gak usah jawab yuk" bisik Yuni ke teman-temannya
"Hmmm" jawab mereka kompak
"Ah kalian itu pasti akting, lagu lama banget" ucap Arsyah melirik sinis kearah empat perempuan disana
"Ah kamu telat alasanmu juga pasti palsu" sahut Hana mengangkat alisnya
"Ah pasti juga kamu tadi sms otw, paling juga otw mandi" sahut Sita menyipit kearah Arsyah
Arsyah langsung nyengir kuda seperti teman-temannya sudah hafal kebiasannya
"Ayo pesen sudah laper ini" ajak Sita
Mereka semua akhirnya memaafkan Arsyah, Arsyah adalah satu teman laki-laki diantara mereka. Dia jadi orang paling setia ketika teman perempuannya sedang ada masalah. Jika ada kesalahan diantara mereka baik besar ataupun kecil pasti selalu dimaafkan. Mereka pun memesan bakso langganan mereka dari SMA. Harganya masih tetap sama, hanya saja dikurangi porsinya, dan jangan salah untuk rasa masih seenak dulu yang mereka makan saat SMA.
"Sit tumben gak ngajak si Guntur?" tanya Devi
"Kenapa? Kangen?" sahut Sita seadanya
Devi hanya tertawa cekikikan.
"Ya kali masa iya aku ngajak dia mulu. Bosen keleeees" dengusnya sebal
"Tapi lucu kalau ada kalian berdua, berantem mulu" sahut Yuni ikut terkekeh
"Huuuus" ucap Arsyah mendiamkan mereka "mending ngomongin aku yang ganteng daripada si Guntur" lanjutnya dengan pede.
Merekapun melanjutkan makan kembali....
"Eh Dev bang Rizky buka cafe sushi loh, gak kesana?" tanya Hana menggoda
"Udah tau" sahutnya pendek
"Ih kok gitu doang sih jawabnya. Tumben?" Ucap Hana yang terus menggoda
"Terus mau dijawab apa?" tanyanya balik dengan nada ketus
"Itu kan belahan jiwamu" celetuk Sita cekikikan.
"Sebentar ya, mas rizky itu siapa sih?" tanya Yuni polos
"Loh kamu gak tau Yun? Seriusan? Si Devi gak pernah cerita?" tanya Sita
"Oh ya ya aku inget, itu kan kakak kelas kita pas SMA, yang dulu katanya deket banget sama kamu terus gak ditembak-tembak padahal udah panggil sayang-sayang dan udah nama panggilan sayangnya itu kan?" Ujar Yuni mencoba mengingat.
Devi hanya menelan ludah melototi Hana dan Sita.
"Kalian itu loh ngomongin laki-laki mulu, orang disini ada aku cowok ganteng gini loh" ucap Arsyah mendamaikan.
"Nah bener sekali itu" jawab Devi lalu melakukan tos pada Arsyah "yang gak penting gak usah dibicarakan" lanjutnya
****
"Beb kamu praktek di RS haji kan? Lagi dines apa sekarang?" tanya Yuni lewat telpon kepada Devi
"siang jam 2 beb. Ada apa?"
"Si Islami kecelakaan beb, kamu temenin aku ya"
"Mau kesana jam berapa? Sekarang aja ya pumpung masih jam 10. Dia dirawat dimana? Kita entar ketemuan di parkiran aja ya"
"Iya. Nanti aku sms tanya temennya. Makasih ya beb mau nemenin"
"Iya samasama. Assalamualaikum"
"Walaikumsalam"
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya......
Devi sepertinya datang lebih awal dari Yuni, dia memarkirkan motornya dan melepas helm, masker dan sarung tangan. Lengkap dengan baju seragam praktiknya. Matanya terus melihat-melihat kearah parkiran. Sampai akhirnya matanya tertuju pada satu orang, sesosok laki-laki yang sudah lama tak ia temui.
Mata mereka bertemu seperti ada rasa yang dulu dipendam sangat dipendam kemuadian meluap.
"Itu mas rizky?" tanya Devi dalam hati tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Dek" sapa seseorang tersenyum kearahnya
"Sumpah demi apa dia nyapa aku duluan? Ini mimpi gak sih?" tanyanya terus dalam hati sambil mengucek matanya.
"Dek" sapanya lagi cukup keras
"Eh i...ya" sahutnya gugup
"Kamu cantik dan kelihatan dewasa kalau pakai seragam kayak gitu dek"
Devi hanya terdiam kaku, bertemu dengannya disini sudah membuatnya terkaget, dan ucapannya terakhir benar-benar membuatnya speechless. Dia tak bisa berkata apapun hanya senyum-senyum sendiri mematung.
"Yaudah dek, duluan ya" pamitnya sambil menuju pintu masuk RS
"Iya" sahutnya pendek masih sibuk dengan lamunannya.
Rasanya Devi ingin mengejar dia masuk, tapi rasa gengsi timbul dihatinya. Seakan kakinya tertancap di tanah dan tak bisa bergerak.
Akhirnya Yuni pun datang menghampirinya "Kenapa beb? Kok senyum-senyum sendiri?" tanyanya kebinggungan melihat temannya menatap kosong
"Ketemu bang Rizky beb" celetuknya begitu saja
"Ciyeeeeee" sekarang Yuni malah menggodanya
******
Keesokan harinya......
Hari ini Devi satu shift dengan Yanti, sahabat SMA nya yang satu universitas dan satu jurusan kebidanan di salah satu Universitas Ternama di Surabaya. Mereka menjejakkan kaki lewat pintu depan tepat 13.30 setengah jam sebelum jam dinas.
"Yan, kamu tau gak kemarin aku ketemu Mas Rizky di pintu utama Rumah Sakit" ucap Devi bercerita dengan mengebu-ngebu.
"Terus?" Sahut Yanti pendek dan malas.
"Ih kok gitu sih" sahutnya cemberut
"Haha jangan gitu dong mukanya, melas banget sih. Terus kamu mau cinta lagi sama dia? Gak cukup air mata yang kamu sia-siakan pas sma dulu?" Tanyanya dengan memeluk pundaknya dan menatap tajam mata sahabatnya itu.
"Ya enggak gitu juga. Tapi kalau ditembak ya mau kok haha" sahut Devi terkekeh sendiri "ih gak ding, males banget ngulang kesalahan yang sama" lanjutnya
"Ya gitu pinter. Yaudah yuk langsung naik aja ke ruangan" ajak Yanti menaiki tangga.
Mereka pun melanjutkan perjalanan menaiki anak tangga, karena memang ruangan mereka praktik berada di lantai 2.
DEKKK!!!!
Mereka berdua melihat beberapa orang yang tak asing dihadapannya, mereka semua adalah alumni SMA Al Jazair, SMA mereka dulu. Dalam hati mereka semoga tak ada yang kenal dan terus berjalan melewati mereka.
"Devi!" sapa seseorang
Suara itu adalah suara yang sangat dihafal oleh keduanya.
"I....ya?" jawabnya gugup sambil membalikkan badan "Bang Rizky?" tanyanya kaget "Ty...a?" serunya lirih
Ingatan yang dulu disimpan rapat-rapat sekarang kembali berputar. Tya teman sekelasnya waktu kelas 1 SMA yang sangat digilai oleh Rizky dan dapat feedback dari Tya. Sampai akhirnya Tya naik kelas 2 dan dengar berita tentang dia pacaran dengan teman sekelasnya. Disitulah Devi dan Rizky berkenalan lewat sosial media tak lama kemudian. Sebenarnya Devi tak ada niatan untuk mendekati Rizky karena dia sedang menyukai teman sekelasnya.
"Aku mau ngasih sesuatu ke kamu" ucap Rizky
Devi terdiam, dia mencerna kata-kata itu sambil melihat kearah tangannya terdapat sebuah kaset dan kertas. Dia hanya bisa menelan ludah. Wajah Rizky tak ada senyum hanya datar, susah ditebak. Dan malu juga dilihat banyak orang. Dan melanjutkan jalannya menuju ruangan.
"Ayo Dev, nanti kita telat operan. Entar dimarahin sama mbak-mbak bidannya" ucap Yanti menarik kasar tangan Devi untuk menuju ke ruangan.
Devi menurut saja apa yang diperintahkan Yanti, sungguh dia binggung dengan yang terjadi seperti orang linglung.
"Gak usah khawatir dan gelisah gitu dong" ucap Yanti melihat wajah sahabatnya yang tampak linglung "Lupakan dia dan Buang ingatan tentang kalian berdua" lanjutnya
Devi hanya mengangguk melihat sahabatnya yang mengerti kekhawatirannya. Mereka berpisah ruangan Yanti menjaga di Ruang Nifas dan Devi dinas di ruang NICU (Neonatus ICU). Pikirannya memang masih melayang-layang tentang kejadian tadi. Tapi Yanti meyakinkan hatinya agar melupakannya dan tak memikirnya. Ternyata sugesti Yanti benar-benar masuk ke pikiran dan hatinya "LUPAKAN! BUANG!" dia menjalani praktik seadanya.
"Dek ada yang nyari kamu" ucap mbak Reni seorang PRS
"Siapa mbak? Bentar lagi ganti popok" tanyanya kerepotan karena ada bayi yang BAB
"Laki-laki dek" ucap mbak Reni
Devi melihat kearah luar yang dilihatnya adalah sosok laki-laki yang beberapa hari ini menganggu pikiran yang telah ia kubur lama sekali. "Itu Rizky ngapain kesini? Malu-maluin" Tanyanya kesal dalam hati. Untung bidan-bidan seniornya lagi istirahat makan, jadi hanya ada dia mahasiswa praktik di ruangan.
Setelah melanjutkan tugasnya seorang diri mengganti popok, menyeka bayi, memberikan minum sesuai jadwal di status pasien. Tubuhnya benar-benar seakan mau patah mengerjakan semua sendiri, merasa terintimidasi.
"Dek ada titipan dari laki-laki tadi" ucap mbak Reni menghampirinya memberikan kertas dan kaset yang tadi dipegang Rizky.
"Makasih ya mbak" sahutnya mengambil barang itu dan berusaha tersenyum di depan Mbak Reni seakan tidak terjadi apa-apa.
"Pacarnya dek? Lagi berantem kah?" Tanya mbak Reni penasaran seakan menggodanya
"Bukan mbak, temen kok" sahutnya sebal
"Oh yasudah mbak Ren tinggal ya, mau makan. Kamu jangan lupa makan, nanti lemes lagi. Bayinya banyak baget" pamit mbak Reni
"Tau aja nih mbak kalau laper, tapi tenang masih kuat kok haha" sahutnya membenarkan ucapan mbak Reni memang ada 10 bayi dengan keadaan gawat diruangan itu.
Dia melihat kearah kertas dan CD itu, dibenaknya entah harus berbuat apa. Dia ingin sekali melihat dan membacanya, tapi dia mengurungkan niatnya untuk membaca kertas itu dan membuangnya ke sampah. Karena yang dia tau pasti kata-katanya tak enak dan bikin sakit hati untuk tidak berharap banyak kepadanya. Dia memilih menyimpan cdnya dan akan melihatnya nanti dirumah.
Praktik pun selesai sepertinya Devi terlalu lama keluar ruangan, yang seharusnya jam 9malam dia baru keluar jam 10malam karena masih harus operan dengan temannya yang shift malam dan menulis laporan harian. Dia meraih hpnya ternyata sudah banyak notification di hpnya. Termasuk bbm dari Yanti dan teman-temannya yang lain. Sampai di garis paling bawah sendiri chat dari seseorang yang dulu sangat ia cintai. Yap! Itu bbm dari Rizky, jarang sekali rasanya mereka berdua saling chatting.
DEKKK!!!
"kenapa pergi?" 13.45
"gak mau ketemu aku dek?" 15.00
"masih marah sama aku? Muak liat aku?" 15.51
"Aku tadi nitipin sesuatu di mbak-mbak disana, sudah diterima?" 16.00
"Sudah dibaca?" 16.01
"PING!!!" 16.30
"Kalau gak sempet baca, kita ketemu di taman deket masjid RS Haji" 17.00
"Aku tunggu sampai kamu selesai praktik. Kamu selesai jam berapa?" 17.02
"Sibuk ya? Aku tunggu kamu. Berjanjilah datang. Aku mau bicara sebentar" 17.30
"Janji ini yang terakhir bbm, datanglah setelah kamu selesai melaksanakan tugasmu. Jangan lupa sholat" 17.45
Devi dengan cepat berjalan menuju taman dekat masjid. Alhasil tak ditemukan Rizky disana, dia berjalan mondar-mandir sambil memegang hpnya.
"Kamu dimana?" 22.00
"Kamu bohongin aku bang? Aku sudah disini dari tadi" 22.15
"Jangan becanda bang, ini aku mau pulang ini udah malem. Capek" 22.25
"PING!!!" 22.27
"Aku tinggal. Maaf" 22.30
Devi sangat marah terhadap Rizky seperti dipermainkan olehnya. Kursi taman yang basah terkena bekas hujan membuatnya berdiri ditaman sendirian selama setengah jam sudah membuatnya kesal. Dia memutuskan meninggal tempat itu karena rumahnya cukup jauh dari RS Haji.
"Mbak" teriak seseorang
Sontak Devi langsung memberhentikan langkahnya "iya pak?"
Rupanya bapak-bapak parubaya memanggilnya dan sekarang mendekat kearahnya.
"Lagi nunggu orang?" tanyanya
"Iya pak. Tapi gpp saya mau pulang aja" ucapnya tenang
"Tadi ada pemuda disini juga kayak nunggu orang" ucapnya tersenyum kearah Devi
"Oh ya pak?" jawab Devi seperti tak ada masalah
"tadi saya ngobrol sama dia. Katanya lagi nunggu mahasiswa praktik" ujarnya lagi
Devi hanya menelan ludah "oh iya pak mungkin mahasiswa praktiknya bukan saya, kan banyak yang mahasiswa praktiknya disini" jelasnya menerka pasti itu dia yang sedang menunggunya
"Boleh saya liat foto orang yang ditunggu mbak? Barang kali bener" ucap bapak itu lembut.
Devi memberikan handphone nya.
"Oh ya bener ini mbak, dia sekarang lagi dirawat inap. Tadi saya yang bawa" ucapnya dengan perubahan wajah khawatir.
"Maksudnya pak?" Kagetnya
"Tadi kan saya ngobrol sama dia sampai jam setengah 8 terus gerimis, saya ajak dia ke masjid neduh gak mau, katanya mau tunggu orang" jelas bapak itu
Devi langsung mematung mendengar ucapannya.
"Saya sudah paksa, tapi dianya gak mau. Katanya mau nunggu orang. Mau menyelesaikan masalah. Kalian berantem mbak? Sepertinya dia seperti merasa bersalah gitu" jelasnya menunjukkan rasa iba
"Berantem? Haha ngak pak. Tapi kok bisa sampai ke rawat inap?" Sahutnya tenang
"Sepertinya kedinginan mbak, hujannya deres banget tadi. Pas sampai disana suhu tubuhnya tinggi keluar bintik-bintik merah. Saya panik mbak, kasihan. Makanya saya gak tega"
Devi berfikir sejenak dia binggung apa yang akan dikatakan.
"Mbak gak mau liat?" tanya bapak-bapak
"Iya pak, tolong diantarkan" ucapnya sambil berjalan tak ada salahnya menjenguknya
"Sudah sampai mbak" ucap bapak itu lagi tepat di depan ruang kamar inap Rizky.
"Makasih pak, oh ya pak apa keluarganya sudah dihubungi?" Tanyanya
"Belum mbak, mbak saja yang telpon saya permisi dulu" ucapnya pergi meninggalkan Devi sendirian.
Dalam hati Devi "mana kenal gw sama keluarganya" dalam hatinya justru khawatir, sebesar itukah perjuangannya? Lalu untuk apa pengorbanan itu? Serasa laki-laki secuek Rizky tak akan pernah sebesar itu melakukan hal bodoh apalagi untuknya.
Devi memasuki kamar inap Rizky. Tampak disana ada seorang suster yang sedang melakukan observasi kepadanya. Pikirannya seakan tak percaya benar melihatnya terkulai lemas di kasur itu.
"Ada perlu apa mbak? Kamu praktek disini?" tanya Perawat itu melihat Devi sedang memperhatikan mereka berdua.
"Saya ingin bertemu pasien bernama Rizky" ucapnya tersenyum
"Tapi ini bukan jam besuk" ujarnya agak ketus
"Saya boleh jenguk sebentar?" ucapnya memelas
"Kamu mahasiswa praktik disini?" Tanyanya penuh selidik.
"Iya mbak saya dinas di ruang NICU, saya barusan pulang shift sore" ucapnya sedikit gugup
"Baiklah, saya tinggal yah. Kamu bisa jaga dia kan?" Tanyanya tersenyum dan pamit keluar dari ruangan.
"Iya mbak" jawabnya membalas senyuman itu.
Devi menoleh kearah Rizky dan duduk dikursi disamping bednya. Raut wajahnya benar-benar terlihat membiru kaku, badannya panas, tubuhnya kemerahan, dan dipasang infus. Hatinya tak tega melihat orang yang dulu dicintainya tergulai kaku karenanya. "Apa karenaku? Pikiran macam apa Dev, sadarlah" gumamnya dalam hati.
"Maafkan aku bang" ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Rasanya ingin sekali tangannya menyentuh tangan Rizky agar dia menjadi hangat. Tapi dia urungkan, rasanya itu tak pantas dilakukan.
Dia amat sangat bosan menunggu, karena Rizky tak kunjung siuman. Dia hanya melihatnya lalu memalingkan muka melihat kesana kemari. Kamar yang ditempati cukup bagus walaupun kelas 1 diisi hanya satu orang. Matanya tak kuat menahan kantuk dan tertidur disampingnya.
*****
Adzan subuh berkumandang diseluruh rumah sakit. Rizky menatap wajah teduh Devi saat tertidur, sangat tenang membuatnya tersenyum sendiri.
"Mbak-mbak bangun mbak udah subuh" ucap seseorang membangunkan Devi
Devi langsung terkesiap kaget mengucek matanya.
"Udah bangun bang?" Tanyanya tak sadar "astaga semaleman aku gak pulang, hp hp mana hp?" Lanjutnya sibuk mencari hpnya "10x telpon dan 5sms dari mama. Mati" ucapnya menepuk keningnya sendiri "aku dimana ya?" Tanyanya lagi-lagi tak sadar.
"Di rumah sakit neng" jawab Rizky tersenyum kearahnya.
"Loh bang kok disini?" Tanyanya masih tak sadar "Astaga maapin lupa kalau kamu lagi sakit" ucapnya melihat ruangan itu
"Mamanya nyariin ya? Maaf ya bilangin ke mamamu pasien bayi gedenya ada yang sakit" ucapnya tersenyum sangat manis.
"Yeeee apaan. Yaudah aku pulang ya bang. Kamu udah bangun dari tadi?" Tanyanya merapikan baju dan barang-barang
"Loh kok cepet pulangnya?" Tanyanya
"Iya bang nanti aku shift siang lagi. Nanti mampir lagi deh insyaallah kesini" jawab Devi pamit
"Kok insyaallah sih? Harus dateng, kamu kan perawatku gak mau dirawat orang lain selain kamu" godanya tersenyum sambil menyilangkan tangannya.
"Iya bang. Apa deh alay. Saya sih bidan bukan perawat. Beda keleus" sahutnya menjulurkan lidahnya dan membuka pintu kamar inap Rizky.
"Yaudah hati-hati, sholat subuh dulu baru pulang" teriak Rizky
Hari ini Devi masuk siang untuk ketiga kalinya. Dia berangkat lebih awal untuk menjenguk Rizky sebentar ke kamarnya lalu pergi menjalankan tugas praktiknya.
"Assalamualaikum" sapanya membuka pintu membawakan dia roti.
"Walaikumsalam. Asik dibawain makanan" sahutnya sumringah
"Iya dong kan aku orang baik. Gimana udah mendingan?" Tanyanya sedikit khawatir
"Alhamdulillah udah mendingan. Tadi anak-anak banyak yang kesini loh. Ada Tya juga tadi" jelasnya bangga
"Oh" sahutnya pendek
"Singkat banget jawabnya. Jealous ya?" Tanya Rizky menggodanya
"Gak lah. Enak dong tambah sembuh kalau dia dateng. Dia kan belahan jiwamu dan cinta sejatimu" lanjut Devi godanya
"Iyadong" sahutnya tersenyum"jauh lebih sembuh kalau liat kamu mah" lanjut Rizky terkekeh
"What?" Kagetnya lalu tertawa cekikikan.
"Ketawa. Eh tadi ada Ari kesini sama temen sekelasku yang lain. Kamu sih datengnya kesiangan. Jadi gak ketemu Tya sama Ari" ucapnya melirik kearah Devi
"Berarti aku beruntung gak ketemu mereka" ucap Devi sambil menjulurkan lidahnya
"Tadi aku ngomong ke Ari kalau kamu semaleman yang nungguin aku disini" ucap Rizky lagi-lagi dengan bangganya.
Devi langsung mengutuk dirinya sendiri mematung. Dia membelalakkan matanya tak percaya akan ucapan laki-laki di depannya ini.
"Dan kamu tau ekspresinya mirip kayak kamu sekarang" lanjutnya lalu tertawa terbahak-bahak.
Devi mendengus sebal, seandainya ini bukan Rumah Sakit pasti dia akan teriak kepada Rizky karena membuatnya malu.
"Tuhkan kalian pasti ada apa-apa. Curiga. Dari cara dia yang tiba-tiba nitipin salam dari kamu ke aku, dia coment semua social media kamu. Aku tau dia ada feel sama kamu. Sepertinya kamu ju....." Ucapnya terus menggoda Devi
"NGAK!" potongnya
"Cerita dong dek gimana bisa kenal, ayolah. Seru kayaknya. Kok aku gak tau ya kalian kenal" bujuknya
"Ngak ah" sahut Devi dengan menggelengkan kepalanya
"Ayo dong dek" paksanya
Devi berfikir sejenak "ya kenal di fb and bla bla mirip dikitlah kayak kenal kamu, terus dia nembak aku padahal ya belum ketemu aku langsung, eh dengan entengnya aku bilang 'aku masih suka sama mas Rizky, aku masih trauma' gitu aku balesnya" ucapnya dengan rasa sesal terdalam "asli langsung nangis abis menolak laki-laki baik seperti dia" lanjutnya dengan mata sedikit berkaca-kaca lalu tertawa cekikikan
"Menang banyak aku hari ini" ucap Rizky bangga dengan dirinya lagi.
Devi mengernyitkan alis tak mengerti maksud Rizky dan dia juga tak ingin tahu.
"Yakin sekarang udah gak cinta lagi?" godanya tersenyum
"Yakin 100%. Tapi bang, kamu gak cerita ke Tya kan kalau aku yang jagain kamu semaleman?" Tanya sedikit ragu
"Ih. Gak lah. Kenapa?" Tanya selidik melihat raut muka Devi
"Syukurlah. Yaudah bang udah jam 1siang aku mau dines dulu. Rencana pulang kapan? Keluargamu mana bang? Kok gak keliatan?" Tanyanya sambil celingukan melihat isi kamarnya yang penuh dengan makanan tapi tak ada orang yang menemaninya.
"Katanya sih nanti malem kalau gak besok pagi. Adik-adikku masih menuntut ilmu lah, ayahku kan kerja di jakarta, tadi ada mamaku tapi mungkin kalau gak sholat ya cari makan" jawabnya tersenyum
"Oh yaudah. Aku tinggal ya. Jangan lama-lama dirumah sakit mahal bang. Sakit gini aja loh pake rawat inap segala" pamit Devi menuju pintu ruangan inap Rizky "Assalamualaikum"
"Walaikumsalam. Nanti pulang mampir kan?" Tanyanya berharap.
Devi hanya mengangguk tersenyum
Pukul 22.00
Devi baru saja keluar dari ruangan tempat dia praktik dan langsung bergegas ke kamar inap Rizky untuk menjenguknya. Entah apa yang mendorongnya untuk terus menepati janjinya.
"Malam sus, pasien bernama Rizky udah KRS?" Tanyanya pada seseorang perawat yang ditemuinya kemarin.
"Belum dek, kamu yang kemarin kesini kan? Pacarnya ya dek? Masuk aja dek" ucap perawat itu tertawa cengigisan.
Devi hanya membalas dengan senyuman menahan malu.
Devi pun langsung ke kamarnya. Sangat hafal kamarnya walaupun cuma 2x jenguk.
"Kamu gak takut jalan sendirian malam-malam di rumah sakit?" tanya Rizky saat Devi membuka pintunya
"Belum salam udah dikasih pertanyaan. Assalamua...."
"Walaikumsalam" potongnya dengan cepat
"Ih belum selesai salamnya. Udah biasa kali orang kesehatan masa iya takut sama rumah sakit" sahutnya sedikit kesal
Rizky hanya menganggukkan kepalanya berulang kali.
"Sendirian lagi? Gak ada yang jaga?" Tanyanya celingukan diruangannya yang sepi sekali.
"Ada nanti si Marcel, tapi kayaknya dia lagi keluar bentar" jawabnya ikut celingukan.
Keduanya kini terdiam tak ada satu kata pun, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Devi tak bisa mengontrol debaran jantungnya, dan Rizky hanya bisa menatap gadis di depannya ini dan sesekali mengalihkan pandangan jika ketahuan sedang menatapnya.
"Bang" "dek" ucap keduanya bersamaan
"Kamu dulu aja dek" ucap Rizky tersenyum
"Hehe udah aff infus ya bang?" tanyanya membuat Rizky binggung "umm infusnya udah lepas ya?" Lanjutnya meringis.
"Iya kan mau pulang, kangen kasur rumah" ucapnya menengadahkan kepalanya
"Syukur deh. Oya waktu itu kamu kesini ngapain bang?" Tanyanya lagi teringat kejadian kemarin.
"Jengukin temen opname dek, si Ervant itu loh" jelasnya
"Anak mading itu kah? Oh pantes ada si Tya juga" sahutnya menganggukkan kepalanya.
"Jealous yes?" Tanya Rizky menggodanya
"NO!!!" Bantahnya cukup keras
Lagi-lagi mereka berdua terdiam. Rizky yang tertidur di bednya dan Devi yang matanya sibuk melihat acara tv.
"Dek, TV nya aku matikan ya?" Tanyanya sambil memegang remote TV.
Devi tersenyum mengangguk.
"Ada yang mau kamu sampaikan ke aku? Sampai gak mau ketemu aku" Tanya Rizky tiba-tiba.
Devi hanya menatap Rizky binggung.
"Kok diem dek?" tanya Rizky kembali "kamu cerita saja tidak apa-apa, supaya aku bisa mengoreksi diriku sendiri" lanjutnya tersenyum manis
"Mulai dari mana ya bang?" tanya Devi binggung
"Terserah. Sepertinya banyak ya salahku? Sampai gak tau mulai darimana?" Tanyanya sambil terkekeh.
"Kalau salah mungkin kamu juga banyak salah dan aku pun sama. Tapi intinya aku cuma minta maaf kalau dulu aku pernah bilang yang jelek-jelek tentang kamu, sampai teman-temanku ikutan. Aku merasa berdosa saat baca statusku sama notesku yang dulu ngejelek-jelekin kamu. Sepertinya aku salah menanggapinya, atau aku terlalu kenak-kanakkan sampai bicara kayak gitu ke kamu? Tapi kamu tau lah aku ngelakuin itu karena aku sayang dan kecewa sama kamu. Kadang aku juga sedih saat kalau kita chatingan via bbm atau path kamu jawabnya singkat banget, se dilupakan itu kah aku? Makanya kalau mau ngechat kamu males banget, jawabanmu singkat banget cuek" jelasnya lega dalam hati setelah sekian lama gak pernah ngomong sepanjang ini.
"Sudah?" Tanyanya lagi sambil tersenyum, Devi menganggukkan kepalanya. "Aku juga minta maaf kalau aku jawabnya cuek ke kamu, itu aku lakukan supaya kamu gak suka sama aku lagi. Ya alhasil sekarang kayaknya kamu benci banget sama aku kan? Ya pasti, itu yang aku mau memang. Dari dulu aku juga gak suka sama statusmu yang ngejelek-jelekin aku jujur aku sakit hati, itu keluar dari anak rumahan seperti kamu yang susah diajak keluar, takut sama orang tua, gak boleh pacaran. Tapi aku mikir aja, mungkin kamu masih belum bisa berpikir dewasa, sepertinya aku pun sama waktu itu. Aku juga minta maaf kalau ada salah sama kamu" lanjutnya merasa hatinya lega sekali.
Ucapan Rizky membuat bom dihati Devi meledak, dan binggung harus merespon apa. Rasanya ingin menangis, tapi tak akan pernah ada air mata lagi untuknya.
"Sepertinya kita sering ya maaf-maafan gini bang" celetuk Devi tertawa cekikikan.
"Iya tapi kayaknya ini yang paling ikhlas dan langsung kan?" Tanyanya sambil tersenyum.
Devi mengangguk setuju dengan ucapannya "pacarnya anak mana sekarang bang?" Tanyanya penasaran
"Udah putus dek, dari beberapa bulan yang lalu. Kamu sendiri?" Tanya Rizky balik
"Gak ada bang, menutup hati sejak patah hati sama kamu" ucap devi lalu tertawa terbahak-bahak "lagian kuliah sibuknya kayak gini gak mikir pacar-pacaran, dan juga gak boleh pacaran kan. Maunya langsung nikah aja abis lulus" lanjutnya lagi tertawa cekikikan "tapi gak tau sama siapa?" ucapnya tertawa cekikikan lagi
"Sama aku aja dek, nikah sama aku. Siap deh haha" goda Rizky sambil tersenyum, matanya terlihat tulus.
"Jangan bercanda lah" sahut Devi kesal
"Devi, serius!" ucapnya tegas kemudian memegang tangannya lembut.
"Kalau serius aku gak bisa bang maaf" sahutnya sambil melepaskan genggaman tangannya.
"Berarti kamu masih marah sama aku?" Tanyanya dengan wajah serius
"Enggak sama sekali. Seperti yang aku ucapkan ke bang Ari 'Trauma' yang disebabkan kamu sendiri kan?" Sahut Devi dengan perasaan yang sangat aneh, air di dalam matanya seakan mau keluar.
"Kamu gak percaya sama aku dek?" Tanyanya lagi
"Bukan begitu, tapi inget air mata yang aku keluarin buat kamu, kamu minta maaf diulangi lagi, padahal kita belum pacaran bang, kamu udah buat aku nangis sebegitu, ya mungkin aku yang lebay bisa sampai gitu" ucapnya tak terasa sambil meneteskan air mata menundukkan kepala
"Dek, jangan nangis dong. Apa segitu jahatnya aku sama kamu?" Ucapnya merasa sangat bersalah dan meraih tangan Devi kembali
"Jangan bang, jangan buat harapan lagi. Aku capek terus menangis. Aku capek selalu menangisi kamu setiap hari, doaku agar kamu dijauhkan. Maaf bang aku belum siap jatuh cinta lagi sama kamu" serunya sambil terisak
"Apakah kamu sekarang lagi suka sama orang lain?" Tanyanya lagi sambil memegang dagunya agar menengadahkan kepalanya.
Devi menggelengkan kepalanya "Sedih kalau lihat masa lalu, masa yang seakan aku ngemis-ngemis cinta ke kamu, jadi orang yang disembunyikan sama kamu, dulu aku gak pernah kan nanggepin kamu, kamu yang ngejar-ngejar aku dulu. Setelah kita berantem, temen-temenmu taunya kalau aku yang ngejar kamu, padahal mereka gak tau cerita awalnya bagaimana. Dan rasanya sampai sekarang kalau ada yang bahas kamu rasanya 'iweh' banget mau ngomong lebih baik diam" jelas Devi semakin terisak dengan ingatan yang kembali berputar diotaknya.
Rizky hanya tersenyum melihat Devi bercerita sebegitu panjang.
"Maaf ya dek, maaf banget" ucapnya sambil mengusap air mata Devi "aku janji ini air mata terakhir buat aku, liat mata aku" ucapnya kembali.
"Oy aku bawa nasi goreng" seru seseorang membuka pintu. Marcell adik Rizky datang langsung merasa canggung akan situasi yang dilihatnya "ehm. Aku mau ke toilet dulu" lanjutnya keluar dari ruangan.
"Udah malem bang, aku mau pulang. Gak enak juga kita berdua disini, sungkan sama perawat yang jaga" ucapnya berdiri merapikan barang-barangnya menghapus sisa air matanya
"Tunggu" genggaman tangan Rizky mencengkram pergelangan tangan Devi "kalau kamu memang gak suka sama aku, ngapain kamu nurutin waktu aku suruh kamu jenguk aku?" Tanya Rizky seakan hatinya dipermainkan juga.
"Entah. Beri aku waktu untuk menjawabnya. Aku besok masuk pagi. Kemungkinan jenguk kamu kesini pas pulangnya, tapi palingan kamu juga sudah pulang ke rumah. Cepet sembuh. Aku pamit. Lepasin tanganku!" suruhnya berusaha melepaskan genggaman tangan Rizky.
"iya aku tunggu kamu, Kalau aku besok pulang awal dari kamu pulang dinas. Aku tunggu kamu di tempat kita janjian kemarin" ucapnya melepas genggaman tangan itu, hatinya sungguh tak ikhlas.
"Ya. Insyallah. Pulang dulu. Assalamualaikum" ucapnya tak bersemangat keluar dari ruangan.
"Walaikumsalam. Hati-hati. Maaf gak bisa mengantar kamu pulang" sahutnya juga lesu
*****
Keesokkan harinya....
Mata Devi bekas menangis kemarin masih membekas dan menjadi ejekan teman-temannya. Hari ini dengan pasien yang begitu banyak, dia tampak lesu tak bersemangat. Sampai hampir melakukan kesalahan yang untungnya tidak fatal. Pikirannya tak konsentrasi, berkutat dengan ketakutannya sendiri.
Di Taman depan Masjid RSU Haji...
Rizky sudah menunggu Devi sejak sejam yang lalu. Dia sudah tidak menggunakan baju pasien lagi. Badannya mulai membaik, walaupun terkadang angin yang berhembus membuatnya kedinginan. Hatinya terasa sangat takut, tapi dengan ditemani mama disampingnya sudah membuat dia aman. Walaupun sebelumnya mama sudah menegur agar langsung pulang dan tak usah mampir kemana-mana. Tapi Rizky sudah terlanjur berjanji, dia tak akan mengecewakan Devi lagi.
"Halo bang" sapa Devi sungkan melihat perempuan paruh baya yang pernah ditemuinya saat dulu masuk ke kelas Rizky untuk mengambil rapor sekolah "assalamualaikum tante" sapanya lagi memberanikan bersalim dengan mama Rizky.
"Kamu kok gak salim gitu juga ke aku dek?" goda Rizky menyungingkan senyum
Devi hanya membalas senyum canggung sambil menoleh kearah mama Rizky sungkan.
Rizky langsung tertawa melihat gerak-gerik Devi yang canggung "Santai aja kali, tenang mamaku gak akan apa-apain kamu" godanya tertawa cekikikan
"Hissssh" dengus kesal Devi pelan
"Namanya siapa mbak? Jadi perawat disini?" tanya mama Rizky dengan tersenyum yang sangat mirip dengan anaknya.
"Devi tante, saya mahasiswa bidan yang praktik disini" ucapnya sungkan sambil menggaruk kepalanya tak gatal.
"Oh" jawab singkat mama Rizky "ayo ki kalau mau ngomong cepetan, kamu itu masih belum sembuh benar" lanjut mamanya
Rizky menganggukkan kepalanya "Oh ya ma, yakin disini gak mau pergi? Kita mau ngobrol berdua ini" godanya terhadap mamanya sendiri "Devi masih berdiri loh itu, mau duduk" lanjutnya mengulum senyum melihat ekspresi mamanya yang tampak kesal terhadapnya.
"Astaga mamanya sendiri di usir, gak sopan" sahut Devi kesal "gpp tante disini aja, lagian bukan mukrim juga toh berduaan" lanjutnya tersenyum sungkan kearah mama Rizky.
"Sini" sahut Rizky berdiri menarik tangan Devi dan mengarahkan ditempat duduknya tadi, disamping mamanya.
Mama Rizky hanya tersenyum melihat tindakan anaknya terhadap Devi. Dia tau raut perempuan di depannya ini tampak kesal dan terus tersenyum sungkan kearah mamanya.
"Iya tante disini kok, biar si kikik gak ngapa-ngapain kamu" lanjut goda mama Rizky tersenyum sinis
"Ah gak asik ini 2 orang perempuan" ucap asal Rizky
"Bang!" teriak pelan Devi "gini ini orang yang berjuang buat kamu, supaya kamu bisa melihat dunia dengan segera. Sakit yang kamu derita sekarang itu 9x lipat saat mama kamu melahirkan" jelasnya tak terima.
"Noh mah, calon mantu nya pinter kan?" Sahut Rizky langsung tertawa cekikikan.
"Iya kalau dia mau sama kamu kik, geer banget sih" goda mamanya ikut tertawa bersamanya.
"Jadi ngomong apa?" tanyanya tersadar akan niat kedatangannya kesini
"Gpp sih cuma mau ngenalin kamu sama mamaku aja" sahutnya sambil menyengir kuda.
"Astaga itu doang?" tanyanya lagi
"Iyalah kan kamu calon mantunya, masa iya gak kenal sama calon mertuanya sih?" Ucapnya menggoda tersenyum lalu duduk berlutut di depan kedua orang perempuan itu, memegang lembut kedua tangan perempuan itu.
"Kik kamu ituloh kok pede banget sih, iya kalau Devi mau sama kamu, kayaknya dia biasa aja sama kamu" sahut mamanya kembali menggoda anaknya.
"Mama mah gitu, masa anaknya sendiri gak didukung, aslinya kan dibujuk Devi nya supaya mau sama aku" ucapnya dengan pede.
"Ya kamu dong yang usaha sendiri, kan kamu yang banyak salah sama dia dulu, kamu dong yang cari cara gimana bisa luluhin dia lagi seperti dulu" jelas Mama Rizky lagi.
"tante kok gitu ngomongnya?" tanya Devi sungkan
"Iya mamaku cantik" mengelus kepala Devi
"Whats?" tanya Devi terkaget
"Loh didepanku sekarang kan ada mama-mama yang paling terhebat didunia. Mama yang melahirkanku ke dunia hingga bertemu kamu yang akan menjadi mama dari anak-anakku kan" lanjutnya tersenyum sangat manis.
Devi merasa hatinya tak tau dengan apa yang diinginkan, antara bahagia dan binggung dengan keadaan ini. Suatu kebanggaan baginya mengenal orang tua dari orang yang dicintainya dulu. Benteng yang dulu dia buat untuk siapapun yang masuk kehatinya tiba-tiba runtuh oleh orang yang menyuruhnya membuat benteng. Hatinya seperti mendapat pengharapan baru dari kisah cintanya dulu.