Selasa, 02 November 2021

Pertemuan Singkat Bermakna

Pagi itu aku dan teman-temanku berangkat liburan di suatu desa di Madura. Desa bernama Karang Leman yang teduh itu masih terlihat asri, sepi hanya penduduk lokal yang mengisi. Kita sudah merencanakan untuk liburan ini sejak 1 bulan yang lalu.

Setelah kita menyebrang Jembatan Suramadu yang merupakan jembatan penghubung antara surabaya dan madura, kita menyewa rumah penduduk yang sebelumnya kita sewa melalui kenalan Sean beberapa hari yang lalu.

“Alamatnya mana sih? Kok maps nya gak jelas gini?” Ucap Wita kesal sambil melihat hp nya.
“Bentar woy, ku telpon dulu si Aksa buat tanya ancer-ancernya” Ucap Sean, panggilannya Aan. Sang sopir memberhentikan mobilnya di Indomaret setelah penyebrangan untuk menelpon temannya.

Setelah tau tempat yang akan dituju, mereka segera melajukan mobilnya. Tempat penyewan itu besar, terdapat halaman yang cukup besar dengan diapit 2 rumah, satu dapur, dan 1 musholla.

Mereka saling pandang kagum, setelah turun dari mobil. Mereka mengira rumah yang akan disewa, seperti rumah di desa dengan ornamen kayu atau gubuk. Karena harga sewanya terlampau murah untuk 3 hari 2 malam. Ternyata bagus juga. 

“Ini yang punya rumah dimana ya tempatnya?” Tanyaku. Halo namaku Risa.
“Itu ada mas-mas duduk, kita tanya aja kali ya” ucap Wita sambil menunjuk sekolompok laki-laki yang sedang mengobrol di depan teras rumah.

"Mas permisi mau tanya, kalau mau menyewa disini rumahnya yang menyewakan dimana ya?" Tanya Wita temanku. Dia termasuk orang yang berani apabila kenal dengan orang baru.
"Mau nginep disini juga ya mbak? Disana rumah kecil disamping musholla" sambil menunjuk laki-laki itu memberitahu. Laki-laki itu berbadan tegap tinggi, berkulit putih, berambut ikal.
"Iya, makasih ya mas" aku yang menjawab.

Pemilik rumahnya menjelaskan tentang keadaan sekitar sambil mengajak kita keliling. ‘Tidak ada banyak aturan’ ucap mereka dalam hati.

"Terimakasih bu" ucap Wita.
Pemilik rumah membalas dengan senyuman.

Masuklah mereka kedalam rumah yang mereka sewa. Setelah melihat isi rumah, lumayan besar dengan meja makan, ruang tamu dengan tv, dengan 3 kamar yang cukup luas. Karena kita pergi berlima dengan 4 perempuan dan 1 laki-laki. Sangat pas sekali, walaupun mereka yakin akan tidur diruang tamu jadi satu.

"Okay aku bagi ruangannya" kata Asta. Asta kali ini yang membuat ide untuk liburan disini. Dia terkenal cantik dulu pas kita masih sekolah, banyak anak sekolah yang menyukai dia, dengan badan yang tingginya, langsing berkulit putih. Jadi bisa kali yah jadi model.

"Untuk Risa sama Wita dikamar sini” ucapnya menunjuk kamar dengan pintu berwarna coklat. “aku sama Sita di sebrangannya, dan untuk Aan ditengah yah karena laki sendiri" lanjut perkataan asta sambil nyengir.

Sean merupakan satu-satunya teman laki-laki mereka. He has pure heart meskipun kadang-kadang mulutnya kalau ngomong pedes banget. Dia tampan, dengan tinggi melebihi asta, berkulit putih bahkan lebih putih dari kita temannya yang perempuan.

Semua bergegas ke kamar masing-masing. Mengambil barang di bagasi mobil. Dan langsung bersiap-siap mandi karena hari sudah sore. Sepertinya mereka harus antri untuk mandi, karena tidak ada kamar mandi dalamnya.

"Ah males mandi liat tuh antri sih aan sm wita" ucap Sita. Temenku yang satu ini badannya gak tinggi, berkulit kuning, rambut lurus sebahu.
"Mereka berdua sih emang rempong dari dulu" kataku sambil ketawa cekikan melihat dari dalam rumah
"Asta km gak ikut sekalian? Biasanya situ yang paling ribet, kalo aku sih ntar-ntar ajah" ucap Sita
"Iya ini aku mau mandi, sebagai warga negara yang baik harus wajib antri dan satu lagi aku gak tanya lagi situ mau mandi kapan" jawab asta tertawa puas
"Hey udah-udah yaudah aku sama sita mandi nanti setelah kalian udah selesai semua" jawabku

Jam hampir menunjukkan pukul 5 sore aku dan sita bergegas ke kamar mandi, langit sudah mulai gelap. Setelah selesai kita bergegas ke musholla untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah. Tanpa disangka gerumbulan laki-laki itu sudah ada di musholla. Akhirnya kita sholat berjamaah. Setelah selesai kita langsung kembali ke rumah, kecuali si Aan sepertinya jiwa laki-lakinya keluar saat bersama laki-laki. Tanpa disadar adzan isya sudah berkumandang, aku dan teman-temanku kembali ke musholla untuk melaksanakan sholat isya. Ternyata anak laki-laki itu masih disana bersama aan dari tadi sholat magrib. Kami pun sholat isya bersama dengan imam diantara segurumpulan laki-laki itu dan masih sama seperti sholat magrib sebelumnya. Setelah selesai sholat si Aan mengenalkan keempat laki-laki itu. 

"Hey guys kenalin ini anak-anak dari surabaya juga mereka sepantaran kita juga kok" kata Aan
"Ini yang rambut agak berantakan namanya Rio dia lg resinnd dr kuliah. terus ini yg gayanya kayak Iqbal CJR kesukaanmu Ris, dia jg anak kesehatan loh tp perawat, namanya Fakhri. terus ini gayanya yang sok tengil dia anak its jurusan teknik sipil namanya Arif, terus yang terakhir ini dia anak yang ngebully gw daritadi, namanya Vicky dia anak unesa sama kayak aku tapi gak pernah ketemu" lanjut aan
Terus kita bersalaman satu sama lain bergantian.
"Oya ini tadi sudah kenalkan namanya Risa, anak kebidanan yg paling eksis nomer 2 setelah gw, terus ini Asta cewek paling lemot dan paling banyak fans lakinya anak Hukum Unair, ini yang pake behel namanya Wita anak paling gaul sekampusnya karena emang kampusnya disini di madura tercinta, dia terdampar disini gara-gara salah pilih iurusan pas snmptn, yang terakhir Sita dia anak biasa tapi aslinya luar biasa, jago nyanyi kuliah di Ubaya, sudah kenal kan? Temen-temen gw kece-kece kan? Tapi gw paling kece" lanjut Aan dengan pedenya.
"Yaudah kita balik duluan ya udah malem, permisi ya assalamualaikum" ucap Sita
"Walaikumsalam" jawab Segurumbulan itu

Pukul 20.00
"Guys laper ada yang mau beli makan gak dijalan raya? Masa iya sendirian keluar?" Tanyaku
"Sama aku ajah Ris, okay asa yang mau nitip ga?" Jawab Aan
"Yaiyalah kita semua nitib beli juga, laper keleus belum makan dr siang" jawab Asta

Mereka berduapun segera bergegas pergi menyusuri jalan raya untuk membeli makan. Awalnya tadi si pemilik rumah menawari mereka untuk membeli makan, namun mereka merasa sungkan dan tak ingin merepotkan. 

"Buset sepi amat ya gak ada orang jualan makanan apa ya?" Ucapku
"Hush diem ah" jawab aan
"Kayaknya td aku pernah liat orang itu deh pas di rumah makan barusan kita lewati" ucap aan
"Yaudah kita mundur gih" jawabku

Benar sekali apa yang kulihat tadi, aku melihat orang-orang yang tadi memimpin sholat kami saat sholat magrib dan isya sedang mengobrol di Sebuah Rumah Makan.

"Rio! Fakhri!" sapa Aan
"Hai An" jawab keduanya
"Kalian cari makan juga? Ini aku sm Risa mau cari makan juga. Oya temen yang lain mana?" Tanya Aan
"Udah selesai kok, oh si Arif sama Vicky udah balik barusan, kita lagi males di penginapan" jawab Fakhri
"Yaudah kalau kalian mau makan gabung ajah sama kita" kata Rio
"Oh enggak deh kita bungkus kok, mau dimakan bareng di penginapan" jawabku
"Oh okay" ucapnya sedikit kecewa Rio
"Eh An, km yang pesen deh, aku duduk sama mereka aja lah, capek" kataku sambil meringis
"Ah emang situ dasarnya pemalas Ris" jawab Aan

Aan pun segera ke tempat pemesanan. Semuanya diam hening saat ada aku, Fakhri yang sibuk dengan kertas-kertasnya, Rio yang sibuk dengan gadgetnya sama denganku.
"Eh Fakhri itu askep ya?" Akupun memulai pembicaran
"Eh iya nih" jawabnya singkat
"Liburan kok masih sempet-sempetnya sih bawa gituan" kataku
"Target nih" jawabnya lagi
"Aku juga punya target askeb, tapi kalo liburan ya tetep liburanlah" jawabku
"Hehe nanggung" jawabnya
"Ah iya gak asik kau Ri, liburan bawa ginian, jadi daritadi kita ngobrol kau lg ngerjain askep, sialan!" Kata Rio "eh tapi askep itu apa ya?" Lanjutnya
"Asuhan Keperawatan" jawab Fakhri
"Kalo askeb?" Tanyanya lagi
"Asuhan kebidanan" jawabku dan Fakhri bersamaan
"Eh barengan deh ciyeeeee" goda Rio
"Apaan lo sialan!" Jawab Fakhri

Tiba-tiba aan datang...
"Yuk Ris pulang" ajak Aan
"Yuk, duluan ya Yo, Ri" ucapku
"Okay duluan ya guys, mau balik kapan kalian?" Tanya Aan
"abis gini" jawab Rio

*****

Paginya....
"Guys planning kmn?" Tanya asta
"Gatau deh, pantai ajah yuk" jawab sita girang
"SETUJUUUUU!!!!" Semuanya

Mereka bergegas menuju ke mobilnya Aan, Avanza warna putih itu sudah siap di kendarai. Kamera SLR punya Sita pun sudah siap mengabadikan setiap moment yang akan kita buat nanti.
"Eh wait guys ada yang ketinggalan bentar" kataku" bentar powerbank ketinggalan hehe" lanjutku yang segera bergegas penginapan

"Ris" ada sosok yang menepuk pundakku dari belakang
"Eh apa rif?" aku sontak kaget
"Kalian mau kemana?" Tanyanya
"Sepertinya mau ke pantai, tapi belum tau pantai apa soalnya gatau daerah sini, Temen-temen juga lagi search di mbah google" ceritaku panjang
"Yaudah kebetulan kita juga mau ke pantai, nanti bareng ajah" jawabnya
"Emang kemana?" Tanyaku penasaran
"Ke pantai lampu" Vicky tiba-tiba datang "deket kok dari sini" lanjutnya
"Yaudah kalian bareng ajah sama kita naik mobil, sepertinya masih muat" jawabku mikir
"Ah yakin kamu? Nanti kalo deal kita semua kesana" jawab Arif

Akhirnya setelah berdiskusi teman-teman Arif pun mau ikut perjalanan bersama teman-temankku untuk menuju Pantai Lampu.

"Cieeee gak perempuan semua nih akhirnya" celetuk Wita
"Maksud lo Wit?" Aan mengenyirkat dahi
"Huussss berisik, yuk cus berangkat" kata Asta

Akhirnya sampai di pantai setelah 1 jam lamanya di mobil  selama perjalanan
"Yay so amazing place!!!" celetuk Aan
"Ah lebay lo" kataku
"Ah iya norak lo kuwampung" lanjut Asta
"Ah rese lu semua" balas Aan

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu kita begitu terasa akrab dalam sekejap. Kita semua mengabadikan gambar di tempat yang indah ini. Seru-seruan, mainan air, kejar-kejaran gak jelas di tepi pantai, gak ada yang lebih indah dari hari ini.

Tiba-tiba terdapat suara kegaduhan orang "toloooong!!!" Suara lelaki paruh baya yang melihat anaknya terjebak diantara karang pantai, karena kelalaian dalam menjaganya
"Ada apa pak?" Tanya Fakhri panik
"Itu anak saya" jawab lelaki itu menunjuk anaknya, anaknya terus menangis
"Eh tolongin kek" kata Wita panik
"Ayo adek pelan-pelan ya yuk minggir ya" bujuk Fakhri yang mungkin terlihat sedikit panik
"Eh Rif! Vik! coba kalian naik keatas karang, nanti kalian bawa turun, kita yang nangkep" kata Rio
"Ah kenapa gak kamu ajah sih yang naik biar cepet gitu" kataku
"Ah bawel, emang kamu kuat nanti yang nangkep?" Tanyanya jengkel

Karena melihat Vicky dan Arif naik menjemput anak kecil itu dengan susah payah menaiki karang, anak kecil itu malah lari menjauh mungkin karena takut dan panik, sedangkan rio berusaha untuk naik ke atas karang, tapi gagal.

"Eh pinjem telapak kiri" kataku, sontak Rio terkaget mendengarnya tanpa mempedulikannya aku langsung menggeretnya ke tempat anak itu berlari menjauh. Hampir semua temanku yang panik kaget menoleh ke arahku dan rio.

Akhirnya anak itu mau turun dan terselamatkan berkat kerjasama kita semua, sementara itu si Asta dan Sita menenangkan adik kecil itu.
"Hei pinjem telapak tangan kirimu" Rio bertanya padaku
"Hah?" Jawabku kaget, dia langsung menarikku, entah ada angin apa tangannya terasa hangat dan nyaman saat bersetuhan, beda seperti yang aku rasakan seperti beberapa menit lalu, hatiku terasa tentram, tubuhku terasa mendapat sengatan listrik. Dan sekali lagi teman-teman yang lain melihat aneh dan heran untuk kedua kalinya.
"Eh eh stop! Ini maksudnya apaan sih?" Tanyaku heran kepadanya
"Apanya?" Tanya balik Rio
"Iniiii" nunjuk tangan kiriku
"Eh sorry, tadi kan kamu pinjem tangan aku buat permintaan maaf karena kamu bawel banget, nah aku juga mau minta maaf juga dengan ngelakuin hal yang sama karena aku udah bentak kamu" kata Rio meringis
Tertawaku tak terhankan "bukan gitu maksud aku, tadi aku pinjem tangan kamu mau narik kamu ke anak itu, haha lucu kamu itu mana ada orang minta maaf pake pegang tangan seperti itu" lanjutku masih sedikit geli
"Ah sial!" Rio ikut tertawa bersamaku

Hari pun sudah beranjak sore dan gelap sepertinya harus segera pulang, kita langsung menuju ke mobil.
"Eh liat sunset dulu jangan pulang" melas Asta
"Iya dong, biar greget" celetuk Aan
"Terus ada adegan romantis pegangan tangan deh" ledek Arif

Semua menahan geli tertawa cekikan, hanya aku dan Rio yang tertunduk malu, asli itu perbuatan bodoh sekali andai bisa mengulang waktu

"Eh yaudah balik ke tepi pantai lagi yuk" ajak Aan

Mungkin tinggal beberapa menit lagi sunset akan terlihat indah, matahari sudah terlihat turun dari arah barat, langit sudah tampak berwarna jingga ke oranyean. Kita semua memandang lurus ke depan ke arah matahari
"Indah kali ya guys, kalo liat sunset sama orang yang kita sayang" celetuk Wita memecahkan suasana
"Haha dasar miss galau" ledek Sita sambil mencubit pipi Wita
"Tapi ada benernya juga kalo kita ngelwatin pemandangan ini sama orang yang di sayang" ucapku
"Dunia ini terlihat indah pastinya" lanjut Fakhri
"Bukan hanya indah, tapi akan jauh bermakna" kata Arif
"Apalagi kalau orang yang disayang berada disini sekarang" lanjut Vicky
"Nah loh kenapa kalian mendadak galau gini guys?" Tanya Asta heran
"Haha tapi ya gpp juga sih, disini pemandangannya indah kok, dilewati sama orang yang special juga lebih indah, pegang rambutnya, meluk pinggangnya, pegang tangannya, teruusss...." aku terus memandangi rio tanpa sepengetahuannya dan temen-temen yang lain.
Tiba-tiba si Aan nyeletuk "eh tau deh yang abis pegangan tangan tadi, belum cukup ya, disini loh gpp sekarang romantis" ledek Aan seketika itu membuyarkan pikiranku
"Haha iya nih si Rio belum cukup ya tadi pegang tangannya Risa, kode banget sih" ledek Arif
"Hiiii gak!!!" Jawabku bersamaan dengannya
"Cie kompakan ciyeee" semuanya meledek
"Hus pemandangannya mulai bagus nih guys" kata Sita

Sunset sudah mulai hilang di depan mata, kita bergegas menuju ke mobil.
"Eh ada yang bisa nyetir mobil gak?" Tanya Aan
"Aku bisa kok" sahut Arif
"Oke aku duduk depan samping Arif" kata Rio
"Ah mendingan kamu duduk tengah ajah Yo, Risa juga di tengah kok, kan so sweet" ledek Aan
"Eh siapa bilang duduk tengah aku? Aku duduk belakang kok" aku mengelak, salah tingkah.
Tiba-tiba Aan, Wita dan Sita duduk dibelakang

"Ah sengaja banget sih kalian" ucapku kecewa

Akhirnya aku duduk ditengah bersama Asta, Fakhri dan Rio. Rio memang tak mau duduk disebelahku alasanya takut aku malu diledekin anak-anak terus. Akhirnya aku duduk diantara Asta dan Fakhri. Perjalanan yang melelahkan membuat mata kita terasa mengantuk berat dan jarak yang ditempuh sekitar 1jam sampai penginapan, tak terasa mata beberapa teman-teman sudah terpejam.

Sudah 10 menit berlalu dan aku masih belum tertidur diantara golonganku, yang masih terjaga hanya aku dan para lelaki kecuali Aan. Kupasang headset di telingaku, ku dengarkan lagu kesukaanku album Abdul and the Coffe Theory, sehingga mataku mulai terpenjam. Saat diperjalanan jalanan yang jelek tak sengaja kepalaku menyandar di pundak Fakhri, dia tak merespon apapun, hanya sedikit kaget,

Malamnya seperti kemarin sholat magrib dan isya berjamaah. Setelah itu balik ke penginapan masing-masing.

Paginya tepat adzan subuh si Aan udah teriak-teriak nyuruh bangun. Katanya kali ini mau jalan pagi abis sholat subuh diajakin sama temen-temennya Rio. Sholat subuh berjamaah selesai ganti baju, siap-siap jogging

Saat diperjalanan karena asik ngobrol terus sedikit kejar-kejaran antara si Asta dan Aan, Aan tak sadar kalo ada batu didepannya

GUBRAAAAAKKKKKK

"Ah sakit"
"An, gpp kan?" Tanyaku sambil membersihkan daun kecil disekitar luka di lututnya
"Eh jangan dipegang, tangan kamu kotor, nanti infeksi" sahut Fakhri
Karena panik akhirnya air minumku aku kasihkan ke Fakhri untuk membersihkan lukanya.
"Bisa jalan kan An?" Tanya Arif
"Insyaallah bisa, dicoba dulu ya An" jawab sita kasihan
"Yaudah sini" kata Rio sambil memopang badan Aan berdiri
"Sudah bisa jalan gak An?" Tanya Wita
"Sakit guys masih" Aan memelas
"Ya ampun rempong banget sih lo!" Greget liat Aan yang manja, akhirnya aku membantunya berjalan dari sebelah kanan, tak disangka Rio juga berbarengan membantunya berjalan.

"Eh ciyeee kalian kompakan banget sih" ledek Wita
"Nah terusin ajah Rio, modus banget" lanjut ledek Asta
"Hus sudah yuk pulang, kasihan Aan" ucap Fakhri mendamaikan suasana

Jam menunjukkan pukul 9pagi....
"Bebek sinjay yuk" ajak Asta
"Boleh, boleh" jawab Sita
"Tapi yang nyetir siapa? Si Aan kan abis jatuh" tanyaku
"Hmmm anak-anak laki itu ajah" jawab Wita asal 
"An, situ ikut gak ke bebek sinjay? Atau mau kita bungkusin aja?" tanya Sita
"Aku ikutlah, dipikir enak disini sendirian" jawabnya

Tak sampai 10menit kita sudah sampai di Rumah Makan Bebek Sinjay yang cukup terkenal sebagai makanan khas yang wajib dikunjungi saat di Madura. Karena perut kita sudah berontak minta makan belum sarapan daritadi pagi. Akhirnya kita mencari tempat duduk, akhirnya ketemu.
"Mau pesen apa ajah guys?" Tanya Wita
"Samain ajah lah" jawab Rio
"Okay, siapa yang mau pesen?" Tanya Sita
"Aku aja deh" jawab Fakhri
"Aku ikut Fakhri" aku mengacungkan tangan
"Loh Ris, bisa-bisanya kamu meninggalkan Rio disini" goda Aan
"Hah apaan? Lebay lo! Mendramatisir banget" jawabku sebel

Akhirnya aku meninggalkan anak-anak dan segera menyusul Fakhri memesan makanan. Antrinya gak karuan, panjang banget. Tapi karena mengobrol dengan Fakhri yang sama-sama anak kesehatan dan nyambung jadi gak kerasa antrinya.

***

Pagi yang cerah ini. Hari ini terakhir kita disini, tempat menemukan sahabat baru. Rencananya mau pulang jam 10pagi. Tapi kitaberniat menghabiskan waktu luang di penginapan sebelum berpisah.
"Guys, ke kamar mandi bentar ya" aku pamit
Mereka pun melanjutkan perbincangan, ngobrol-ngobrol.

"Fakhri? mau kencing juga? Kan masih kosong disebelah" tanyaku binggung
Dia kelagapan, salting "ehm anu, iya lagi kebelet" jawabnya gugup
"Haha yaudah gih ngapain masih disini?" Jawabku langsung pergi
"Tunggu" tiba-tiba Fakhri memegang tanganku "tunggu sebentar" lanjutnya
"Hah?" Jawabku binggung

Dia masuk kamar mandi, dan setelah keluar tiba-tiba dia mengajakku duduk di teras dekat kamar mandi.
"Duduk" suruhnya
"Ada apa ya?" Tanyaku
"Jujur nih ya" dia pegang tanganku, langsung ajah aku lepas "hei ada apa ya?" Tanyaku sedikit membentak
"Ris, aku juga gatau, tapi sejak pertama kali kita bertemu, pertama kamu nyapa aku duluan, nanyain aku bawa askeb pas liburan, jujur hatiku seneng kamu bisa akrab sama orang baru, apalagi laki-laki" jawabnya
"Terus?" Tanyaku sudah waspada, tatapan matanya melihatkan ketulusan, dengan jarak yang dekat sekitar 20cm kita saling bertatapan daritadi.
"Aku suka kamu Ris" lanjutnya
"Plis deh Ri, jangan bercanda. Ngaco kamu itu!" Kaget
"Aku gak bercanda Ris, kamu liat mataku dalem-dalem ada kebohongan, aku itu beneran suka sama kamu, sayang sama kamu, cinta banget sama kamu" lanjutnya
"Ri, stop kita itu baru temenan belum 3 hari" tegasku
"Ris, berapa kali harus aku ngomong, aku gak bercanda. Ini hari terakhir kita disini. Aku gak mau kalau ada rasa yang tertinggal disini, aku ingin kamu tau perasaanku. Plis kali ini percaya sama aku" tegasnya memegang tanganku kembali
"Sorry Ri, aku menghargai kok kamu suka aku. Tapi gak secepat ini ri" jawabku
"Iya aku tau, aku gak maksa kamu. Aku kira kamu yang pas di bebek sinjay ngikutin aku, aku kira kamu juga suka aku" lanjutnya Fakhri sambil meringis
"Haha kamu itu aneh banget sih, dimana-mana ya diantara temen-temenku biasanya aku yang pesen, makanya aku gabisa diem ajah di meja gak ikutan pesen, boring tau" tertawa cekikan sambil ngacak-ngacak rambutnya
"Sudah puas ngacak-ngacaknya?" Tanyanya sambil mencubit pipiku
"Aw sakit, aku acak-acak lagi nih ya" kataku jail
"Jangan nanti kamu malah tambah jatuh cinta sama aku, nanti aku malah mirip Iqbal CJR yang katanya Aan loh" mencubit pipiku lagi
"Ihhhh. Bandel banget nih anak. Udah yuk balik nanti anak-anak curiga" kataku

Saat di gazebo penginapan...
"Kok barengan kalian berdua?" Tanya Rio yang mengintimidasi "abis darimana?" Pertanyaan seperti mau menerkam
"Uhuk ada yang cemburu" sindir Vicky
"Santai berooo" goda Arif sambil mngelus dada Rio
"Ih diem lu semua" kata Rio sedikit membentak
"Hey hey apaan sih, nih ya aku sama Fakhri itu gak ada apa-apa. Tadi gak sengaja ketemu di kamar mandi" jelasku
"Syukur dah" jawab Rio pendek
"Ada apa-apa jg gpp kok Ris" goda Asta
"Huuuuus balik ke surabaya yuk, common packing guys!" Ajak Aan semangat

****

Seminggu berlalu setelah liburan. Hanya aku yang tersisa menunggu kemasukan kuliah. Karena krsanku sudah duluan. Temen yang lain masih baru saja krsan.

Tiba-tiba sms masuk
X: hai Risa:)
R: siapa ya?
X: orang yang selalu setia mencintaimu, dan hatinya tertinggal di kamu. Salam hangat Fakhri hehe
R: haha apaan-_- lebay kamu
X: apa kabar Ris? Kuliah kapan? Gak kangen aku?
R: baik alhamdulillah.  Kuliah baru minggu depan. Ih pede banget ya kamu haha. Km sendiri gimana?
X: baik jg, baru krsan ini. Haha gak kangen ya? Padahal aku kangen banget loh sama kamu
R: hiiii plis modus banget sih kamu. Tipu deh._.
X: Ris kapan aku pernah boong sama kamu itu:) keluar yuk. Serius pengen ketemu kamu. Cubit pipi kamu.
R: yuk, sama anak-anak juga ya. Kalo berduaan bukan mukhrim haha

*****

Keesokan harinya....

F: Ris ketemuan di foodcourt TP ya, aku jemput kamu boleh?
R: gak usah Ri, aku sama temen-temenku ajah:)

Foodcourt Tunjungan Plaza...
"Hai sorry ya telat" sosok laki-laki datang dari belakang sambil mencubit pipiku
"Aww, sakit tau" mengusap pipiku
"Apaan sih?" Jawab Rio lirih
"Gak ontime banget sih kalian, dasar ya anak laki semuanya gitu" sindir Sita
"Sorry kita naik mobilnya sih rio jadi susah lah, macet tau" Vicky mengelak
"Oke mau pesen apa?" Tanya Wita
"Apa ya? Terserah deh" jawab Aan
"Ngikut ajalah" lanjut Arif
"Okay beli di doner kebab aja lah ya, hemat. Kantong mahasiswa" Asta nyengir kuda
"SETUJUUUUU" jawab semuanya
"Okay aku yang beliin" kata Rio
"Aku ikut yo" pintaku

Dia masih tak mempedulikan tapi aku masih tetap berjalan dibelakangnya. Tapi tiba-tiba dia memegang tanganku untuk ketiga kalinya. Mengandengku menuju ke Doner Kebab. Rasanya ingatanku tentang liburan kemarin masih teringat diotakku. Rasanya jantungku berdegup kencang saat tangannya menyentuh tanganku. Aku hanya diam, tak menolak sedikitpun.

Saat sampai ditempat pemesanan. Dia masih tak melepaskan genggamannya. Mungkin karena itu tiba-tiba Fakhri menyusul kami berdua.
"Gimana? Sudah pesen kah?" Tanyanya tenang
"Sudah, tinggal diambil ajah kok" jawabku tak tersadar kalo tanganku dan rio masih berpegangan.
"Kenapa gak balik?" Tanyanya lagi mulai bete
"Kan belum diambil sih" jawab Rio tenang
"Oh" jawabnya pendek "oya tangan kalian, ini tempat umum, bukan mukhrim" lanjutnya langsung pergi
DEEEKKK!!!

Aku hampir terlupa kalo Rio masih mengenggamku ketika ngobrol dengan Fakhri. Aku berusaha melepas tanganku dari tangannya, tapi apa daya tangannya lebih kuat, dia tak melepaskanku sama sekali. Bahkan saat membayar uang di kasir, tanganku langsung diselipkan di bahunya. Dah anehnya aku tak menolak sama sekali.

Akhirnya setelah berdiri 10menit, makanan pun jadi. Maklum yang dipesan untuk 9orang. Dan disitulah dia mulai melepaskan tanganku. Karena tak mungkin membawa makanan hanya 1 tangan.
Makananpun dibagikan. Aku takut melihat muka Fakhri yang tadi melihatku berpegangan tangan Rio. Bahkan Fakhri dan Rio adalah orang yang paling diem saat semuanya lagi ngobrol. Mereka hanya makan.
****

Kejadian di TP beberapa hari lalu masih tergiang dipikirku. Fakhri dan rio, ini gak bener aku tak boleh egois, aku tak boleh merusak persahabatan mereka.

Sms masuk
X: hai Ris, apa kabar kamu?
R: ini siapa?
X: ini Rio, Risa, bagaimana kabarnya? Kangen pegang tangan kamu
R: baik, km? Haha modus kamu, frontal banget sih-_-
X: ketemuan yuk
R: sama anak-anak ajah yuk, biar rame.
X: gak ah, orang aku pengennya ketemu sama kamu, bukan sama anak-anak.
R: haha gamau:p
X: sekali ajah ya, janji deh kamu pulang dengan selamat gak akan diapa-apain. Gaada yang terluka sama sekali.
R: iya deh, jam brp?
X: siap-siap ajah kamu, tunggu dirumahmu.

Setelah 2jam menunggu....
Akhirnya mobil Rio sampai di depan rumah, dia memarkinkan mobilnya di depan halaman rumahku. kulihat dia meminta izin kepada mamaku untuk keluar dengannya. Setelah berpamitan kita berdua langsung menuju mobilnya.

"Kita kemana?" Tanyaku
"Kemana ajah lah, pumpung masih siang. Masih jam 10 pagi" jawabnya
"Loh kita kemana? Kok lewat tol" Tanyaku lagi
Dia hanya membalas senyum.

Karena bosan dengan perjalanan ini, dan aku tak mau menganggu Rio yang sedang mengemudikan mobil. Akhirnya aku tidur terlelap karena hampir semalaman aku tak tidur bergadang baca novel yang baru aku pinjam dari asta kemarin.

Tiba-tiba ada suara yang mengusikku, terdengar samar dan lirih "aku mencintaimu" aku tak sepenuhnya sadar karena mungkin itu anggapanku sedang bermimpi indah dan yang mengucapkan adalah pangeran berkuda putih.

"Ris, bangun sudah sampai" Rio membangunkanku dengan suara tenangnya
"Aduh maaf ketiduran" jawabku setengah sadar sambil mengucek-ngucek mata
Dia hanya membalas tersenyum, lagi-lagi senyumannya membuatku tenang. Lalu dia keluar dari mobil begitu juga denganku.
"Eh ada yang ketinggalan sebentar" katanya sambil berlari ke mobilnya lalu membawa tas kamera SLR di lengan kanannya "oya kamu jangan bawa apapun, taruh tasmu di mobil jangan bawa hp" lanjutnya yang langsung membuatku terkejut. Kenapa aku tak boleh membawa barang-barangku, apalagi handphone yang tak boleh dibawah.

Astaga. Senyumannya sekali lagi membuatku seakan dia berkata percayalah padaku, aku tak akan membuat kesalahan. Aku hanya bisa mengangguk.

"Aaaaaah pantai! Wuhuuuuu! Pantai goa cina malang kan?" Teriakku geringan
Lagi-lagi Rio hanya tersenyum memandangku.
"KLIIIK" tiba-tiba Rio menjepret ekapresiku yang masih kegirangan melihat pantai
"Rioooooooo!!!!" Teriakku manja "ah pasti hasilnya jelek banget kan? Plis kalau foto bilang dulu nanti bagus kan hasilnya" lanjutku
"Justru foto candid yang tanpa sengaja bisa menghasilkan hasil yang lebih bagus, terlihat natural dan memiliki makna tersendiri" jelasnya sambil tersenyum kepadaku
Ah lagi-lagi aku terdiam saat melihat senyumnya, aku hanya mengangguk paham apa yang dijelaskannya.

Tak lama kemudian teriknya matahari malang yang menyengat dikulit tapi angin yang ditiupkan terasa sejuk dikulit berubah menjadi awan yang gelap.
"Bau tanah basah yo, sepertinya mau..." belum selesai aku berbicara hujan sudah mendahuluiku. Hujan deras membasahi. Rio berusaha menarikku "hujan-hujan yuk" aku masih berdiam di tangah tepi pantai
"Risa ayolah jangan bercanda" pinta Rio 
"sekali ini saja Yo, aku dari kecil tak pernah diperbolehkan hujan-hujan, aku pengen hujan-hujanan disini, ya?" Pintaku sambil tersenyum kepadanya, permintaanku seperti itu bagaikan anak SD yang menginginkan es krim ke orangtuanya. Rio hanya menganggukkan kepala.

"Yo dingin ya" kataku sambil tersenyum kepadanya
"Yaudah neduh ajah ya" pinta rio langsung menarik pergelangan tanganku
"Rio gamau! Aku suka hujan, aku suka bau hujan apalagi bau tanah sebelum dan sesudah hujan, kita main-main ajah ya, janji deh nanti kalau udah gak kuat baru nepi" jelasku
"KLIIIK" suara jepretan itu terdengar lagi

"wah bagus nih hasilnya, ekspresi Risa ketika merengek ke Rio minta main hujan-hujanan nanti judulnya gitu" goda Rio sambil melihatkan SLR nya yang hampir basah kena hujan
"Rio tuhkan jelek banget! Hapus Yo!" Pintaku memelas
"Gak akan, yang bilang kamu jelek siapa? Fotonya lebih terlihat natural begini" ujarnya
"Tau ah gelap" kataku sambil membalikkan badan memunggunginya
"Cie ngambek" godanya dan tangan jailnya tiba-tiba mencubit pipiku gemas dan langsung berlari
"RIOOOOOOOO!!!!" teriakku sambil mengejarnya

Aku dan rio mungkin terlihat sebagai anak kecil yang kejar-kejaran ditengah hujan. Tanpa tersadar tubuhku mulai kedinginan membeku, bibirku bergetar, jari-jari terasa kaku untuk mengenggam tanganku sendiri, wajahku memucat. Tak kuat rasanya untuk berdiri tubuhku melemas.
"Yooo" teriakku pelan
Rio mungkin berlari terlalu jauh untuk mendengarkan teriakku. Mungkin dia tersadar saat tak ada yang mengejar dibelakangnya dan aku sedang memeluk tubuhku sendiri. Rio berusaha berlari secepat mungkin untuk menghampiriku.

Rio langsung mendekap tubuhku, tinggiku hanya sebatas sampai ditelinganya. Tubuhnya dingin sama sepertiku tapi dekapannya begitu hangat sampai ke jantungku. Mungkin dia merasakan debar jantungku yang begitu cepat, sama halnya dengannya. Dia langsung membawaku ke gubuk pinggir pantai untuk berteduh. Tubuhku melemas, aku tak dapat mengucapkan satu kata pun.

"Yo makasih" ucapku pelan
Dia hanya tersenyum memandangku. Aku memberanikan diri memeluk pinggangnya untuk 
mendapatkan kehangatan. Dia hanya diam tak menolak sama sekali. Kusandarkan kepalaku dipundaknya. Tangan kanannya langsung mengusap-usap rambutku pelan. Terasa manis. Dan tangannya terasa hangat saat menyentuh kepalaku.

Sambil memandangi hujan di pinggir pantai digubuk ini bersama rio terasa indah, seakan dunia ini milik berdua. Tanpa tersadar mataku terasa berat untuk membuka mata, aku tertidur dipundak itu.
Tak kusangka ada sebuah bibir yang hangat melayang dikening. Kecupan itu begitu hangat sehingga membuatku terbangun. Tapi aku masih memejamkan mataku, aku membiarkan Rio mengecupkan keningku. Aku selalu merasa aman didekatnya. Aliran darahku terasa mengalir begitu cepat. Aku tak ingin membuatnya kaget karena aku sudah terbangun dari tadi. Setelah mencium keningku aku berpura-pura bangun.

"Yo" kataku pelan sambil melepaskan tanganku yang melingkar dipinggangnya
"Iya Ris?" Tanyanya
"Aku tertidur lagi ya? Maaf ya, kepalaku pusing, maaf ya aku merepotkanmu" kataku masih dengan nada yang sama
"Risa plis jangan berbicara seperti itu, aku senang berada didekatmu, menjagamu jauh lebih berarti daripada menjaga diriku sendiri" jelasnya
"Rio aku juga nyaman berada di dekatmu, terimakasih lagi ya" sahutku tersenyum kepadanya "oya masih gerimis ya?" Lanjutku sambil berdiri, kondisiku mulai membaik. Aku bermain gerimis yang jatuh dari gubuk, kubuka telapak tanganku, menengadah kepalaku melihat gerimis. Situasi ini indah, serasa ingin main hujan lagi.
"KLIIIK" lagi-lagi Rio memotretku dengan wajah seperti ini
"Yooooooo! Kalau foto bilang-bilang kek, eh tapi bagus gak hasilnya? Keliatan gak efek gerimisnya?" Tanyaku penasaran
"Nih" kata Rio sambil memberikan kameranya, aku kembali duduk disampingnya

Dekkk! Setelah kulihat hasil foto-fotonya. Semua fotonya berisi tentangku, kapan dia menjepretnya? Mulai dari liburan di madura yang lagi bercanda di penginapan sama teman-temanku sampai di mobilnya tadi sedang tertidur, di gubuk saat aku tertidur. Sampai barusan jepretan saat aku main hujan. Rio tak mengetahui sejak tadi aku mengotak-atik kameranya. Dia sibuk mengeringkan bajunya yang basah.

"Yo" panggilku
"Iya Ris?" Jawabnya tenang
"Sejak kapan kau menjepretku?" Tanyaku
Rio kaget. Tapi masih dengan keadaan tenang dia mendekat kepadaku dan hanya senyuman yang kutangkap pada wajahnya
"yo sejak kapan kamu mengawasiku?" Tanyaku lagi
"Risa"dia meyakinkan dirinya sendiri sambil menarik napas. Dia memegang tanganku erat, tatapan matanya tajam tapi menenangkan hati. Wajahku dan wajahnya berjarak 10cm "kamu tau Ris, aku mengawasimu sejak pertama kali di penginapan. Dengan nada bicaramu yang jutek semakin membuatku penasaran. Di tempat makan yang pas malam-malam kau berbicara jutek kembali terhadapku dengan nada cuek, rasa penasaranku terhadapmu. Aku tak sanggup menahan perasaan penasaranku, apalagi saat kau memegang tanganku rasanya jantungku berdegup begitu cepat, aku merasa ada yang aneh dalam diriku. Tapi aku segera menyembunyikan itu, dan alasannya itu sebagai permintaan maaf. Aku ingin merasakan kembali memegang tanganmu, apakah aku merasakan hal yang sama, ternyata sama. Tapi kamu langsung menertawakanku setelah itu, jujur hatiku sakit saat itu. Setelah itu pas liat sunset saat kau berbicara ingin melihat sunset dengan orang yang special, aku menoleh kearahmu, kau terlalu indah untuk dilukiskan saat itu. Melihatmu berjalan bersama Fakhri di Bebek Sinjay membuatku benar-benar hancur, rasa cemburuku membuatku gila. Kemudian hari terakhir di penginapan rasanya aku tak ingin jauh darimu, aku takut kehilangan kamu. Terus pas terakhir di TP saat datang tiba-tiba Fakhri mencubit pipimu, jujur rasanya aku ingin menghantam dia, aku tak rela seseorang yang kusayangi disentuh orang lain. Betapa aku berusaha menahan rindu selama seminggu tiba-tiba aku harus melihat pemandangan seperti itu. Makanya pas kamu ikutin dari belakang aku langsung memegang tanganmu erat, aku merasa tak ingin melepasmu lagi, walaupun fakhri tiba-tiba datang aku seakan tak mempedulikannya. Jujur aku egois kan?" jelasnya panjang aku hanya tersenyum
"Untuk soal aku jutek, maaf aku tak bermaksud. Aku orang yang paling susah ngomong sama laki-laki. Dan pegangan tangan itu kan aku sudah jelaskan, maaf aku membuatmu sakit hati sekali lagi. Tapi jujur saat kau tiba-tiba memegang tanganku ada perasaan aneh yang hinggap ditubuhku, jantung berdegup kencang sama seperti yang kau rasakan. Dan untuk makan di bebek sinjay atau pas di TP aku tak bermaksud membuatmu cemburu antara aku dan Fakhri. Aku juga selalu memikirkanmu ketika kita tak bertemu, aku ingin membuang jauh-jauh perasaan ini. Tapi genggaman tanganmu, melihatmu ketika ingin melihat sunset bersama seorang yang special langsung memusnahkan perasaan raguku terhadapmu" jelasku, tangannya semakin erat memegang tanganku
"Apa arti 'KITA' yang kamu maksud akan bertahan selamanya Ris?" Pertanyaan itu membuatku tercekat
"semoga ya, Yo" uapku tersenyum kearahnya

"Eh gak sadar ya hujanya udah berhenti, untung awan gak menutupi matahari. Jadi kita bisa lewati sunset dipantai ini, kita bisa mewujudkan mimpi kita bersama dengan orang yang special" jawabku

Tiba-tiba rio melepaskan genggamannya lalu melingkarkan tangannya ke pinggangku, aku membalasnya dengan hal yang sama.

"sama seperti kataku waktu itu pertama kita liat sunset, aku ingin melihatnya lagi bersama orang special, orang yang aku sayangi. Membelai rambutnya, memeluk pinggangnya, memegang tangannya. Sekarang aku merasakan itu. Hidup indah banget ris, apalagi disampingmu sekarang impian disenjaku itu terwujud" lagi-lagi aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman "jadi sekarang kita apa risa? Kita sama-sama saling mencintai, tapi tak ada status kejelasan?" Lanjutnya
Rio lagi-lagi membuatku tercekat akan pertanyaannya "kekasih" jawabku mantap, singkat dan jelas. Aku melihat senyum diwajah rio seakan mengatakan iya.

"Pulang yuk, nanti aku dicariin orang rumah" pintaku

Saat dimobil, benda pertama yang kucari adalah handphone. Aku terkaget setengah mati mendapatkan 20sms dan 10x miscall.
"banyak banget yang sms? Siapa Ris?" Rio memandangiku
Aku terdiam, ku kumpulkan tenagaku untuk menjawabnya "Fakhri" jawabku pelan
Rio kaget bukan main, kulihat matanya menyipit, tangannya mengepal. "Yo, jangan emosi dulu ya" mataku mulai berkaca-kaca aku takut merusak persahabatan mereka. Tampaknya Rio paham ketika aku memelas kepadanya, emosinya sedikit mereda 
"sudah kuduga Fakhri ada perasaan ke kamu" lanjutnya "tatapan matamu jangan seperti itu Ris! aku tak tega melihatnya" lanjutnya lagi tanpa terasa air mataku menetes karena rasa bersalah terhadap Fakhri dan Rio "Risa plis jangan menangis seperti itu! Aku tak bisa membiarkan kamu menangis berhentilah merengek didepanku" pintanya sambil mengusap air mataku

Akhirnya mobil berjalan menyusuri tol. Lagi dan lagi aku merasa bosan melewati tol. Aku tak berani mengajak bicara Rio, aku takut menggangu konsentrasinya. Aku meraih beberapa CD yang ada di mobilnya, rata-rata semuanya lagu metal, berisik pastinya. Akhirnya secercah harapan kutemukan CD nya "Abdul and the Coffe Theory" oh my favourite band.
"Yo aku masukin CD ini ya? Gpp kan? Gak ganggu kan?" Pintaku sambil meminta izin.
Rio hanya mengangguk dan tersenyum.
"Aku ada lagu buat kamu" tiba-tiba dia menyetel lagu abdul yang "Kucinta Kau Lebih dari Kemarin" aku kaget. Aku hafal banget liriknya. Dia juga bernyanyi untukku. Suaranya begitu enak didengar. Aku tak berani menyahut bernyanyi bersamanya, suaraku fals.

Hpku kembali berbunyi. Kubuka hpku. Masih dengan orang yang sama.
F: Ris ini Fakhri, aku sama anak-anak mau keluar bareng mau ikutan? Jam 8 ya di Folks Cafe komplek ya

"Dari siapa Ris?" Tanya Rio kembali curiga
"Fakhri" ujarku perlahan dan takut "dia mau ngajak keluar sama anak-anak" lanjutku.
Rio tak mengucapkan satu katapun.
"Bagaimana Yo?" Lanjutku kembali. 
Lagi-lagi dia hanya tersenyum.

Jam 20:15 Folks Cafe. Semuanya sudah berkumpul. Kecuali kami berdua yang baru datang, dan terlambat.

"Loh kalian kok bisa datang bersamaan?" Tanya Fakhri seperti mau menerkam singa
Aku hanya bisa menunduk, mungkin rio tau perasaanku dia mengandengku dan menyiapkan tempat duduk tepat disebelahnya. Aku masih tertunduk.
"Wah ada apa nih?" Tanya Asta
"Kabar baru ya?" Tanya Vicky
"Kalian jadian ya?" Tanya Sita
"Kapan kalian jadian?" Tanya Arif
Pertanyaan itu membuatku takut untuk melihat Fakhri. Fakhri tetap diam. Mungkin dia kaget mendengar pertanyaan mencekat seperti itu. Rio hanya diam tenang.

"Kalian berdua kok diem sih?" Tanya Wita
"Iya ih diem mulu ditanya?" Tanya Aan

Hampir semuanya bertanya dan diantara aku dan Rio tak ada yang menjawab. Aku tertunduk hanya Rio yang dengan tenang mendengar pertanyaan itu.
"Aku mau pulang dulu, tak nafsu makan" seseorang mengucapkan itu dan ternyata itu Fakhri.

Astaga rasanya jantungku terasa copot. Fakhri pergi menjauh, aku ingin mengejarnya tapi rio lagi-lagi menahanku dengan genggamannya yang erat "maafkan aku fakhri" ucapku dalam hati. Semuanya makan dengan penuh pertanyaan. Semua tampak diam, sesekali bercanda untuk menghilangkan kejadian yang lalu.

Pulangnya. Sesampai di rumah. Aku masih berada di dalam mobilnya. Rio mengecup keningku kembali. Terasa manis. Aku keluar sambil melambaikan tangan. Rasanya aku tak mau pisah dengannya.

Kubuka HP ku.
R: maafkan aku fakhri:(
Kuberanikan sms kepadanya, tapi setelah beberapa jam dia tak membalas. Mataku terlalu capek untuk membuka mata setelah seharian diluar rumah.

*****

Seminggu sudah berlalu. Kejadian di folks cafe benar-benar menganggu pikiranku.  Aku hampir sering tak konsentrasi kuliah. Fakhri juga sama sekali belum membalas smsku. Aku menyembunyikan perasaan bersalahku dari Rio. Setiap hari aku selalu diantar-jemput olehnya. Ya seperti katanya "aku tak pernah melepaskan orang yang kusayangi" aku sempat protes "Rio aku bukan anak kecil! aku bisa pulang sendiri" tapi dia hanya tersenyum. Lagi-lagi senyumnya membuatku tak berdaya.

*****

R: Ris, sabtu malam minggu loh sekarang. Setidaknya ini tepat 1bulan kita bersama. Gak mau rayain?
Q: iya Yo, aku sampe lupa. Maaf ya tugas kuliahku banyak sampai gak mikir gituan.
R: tak apa yang penting kau masih ingat aku:)
Q: i always remember you rio and i always love you:*
R: thanks you for the days that you gave me:*:*
Q: berhenti bahasa inggrisan deh, gatau mau bales apaan haha. Terimakasih kembali:*
R: kita keluar ya, lagi gak sibuk kan?
Q: gak Yo, aku tunggu dirumah ya:*

Satu bulan sejak Rio mengajakku ke malang dan dia menyatakan perasaannya. Tapi kita bukan pacaran melainkan seorang kekasih. Dia datang dengan mobilnya, seperti biasa izin ke mama. Tampaknya mamaku sudah mulai hafal dengan Rio karena hampir setiap hari kita ketemu.

"Kita kemana Yo?" Tanyaku
"Nonton" jawabnya singkat sambil tersenyum

Seperti biasa saat di mobil Rio, aku selalu meraih CD album Abdul and the Coffe Theory miliknya. Mendengarkan lagunya, kadang bersenandung sedikit yang membuat Rio tertawa geli, karena suaraku yang fals.

Setelah selesai menonton film, kita pergi makan ke Solaria. Rio kali ini memesan tempat yang strategis. Hampir semua yang makan disini pasangan kekasih. Sesekali aku tertawa bersamanya melihat kelakuan muda-mudi yang lagi asik berpacaran serasa dunia milik berdua. Sampai ada yang duduk dipojokan, sepertinya berniat ingin berciuman mungkin karena aku dan rio mengawasinya mereka langsung malu dan mengurungkan niatnya. Lagi-lagi aku dan Rio menahan geli untuk tertawa agar mereka tidak tersinggung.

Pada saat perjalan pulang tiba-tiba Rio menghentikan di pinggir jalan, cukup sepi dan gelap pastinya. Ini sudah jam 10an. Perasaanku mulai was-was aku takut rio bertindak bodoh disini. Tapi aku coba menenangkan diriku sendiri.

"Loh Yo? kenapa berhenti?" Tanyaku penasaran
Lagi-lagi dia hanya tersenyum. Ah gila senyumannya tak pernah berubah selalu membuat hatiku tenang.
"Yo?" Tanyaku lagi.
Rio masih tetap tenang. Suasana diam seperti ini membuatku takut. Aku langsung mengalihkan pandangan ke jalan raya.
"Ris" katanya pelan dan tenang
"Iya Yo?" Jawabku
"Happy Anniversary 1 month my Princess" sambil memberikan bunga mawar merah
"Haha astaga Rio lebay ah, pakai dipanggil princess lagi" godaku
"Tuhkan aku berusaha romantis gagal nih" jawabnya tiba-tiba membelakangiku
"Haha ciyee ngambek, i love you my prince. Tanpa kamu ngucapin happy anniv pun aku akan tetap bersamamu" aku langsung memeluknya dari belakang.

Dia langsung mencium rambutku. Kemudian lanjut ke keningku. Aku tau selanjutnya apa yang terjadi. Sebelum dia mencium bibirku kulepaskan pelukanku.

"Stopped!" Pintaku. Sepertinya dia kaget atas tindakanku "yo, kamu janji akan menjagaku kan? Aku tak ingin tindakan ini terjadi lagi yo. Maaf atas keputusanku ini. Aku hanya ingin menjaga kehormatanku" dia masih terdiam "kalau kamu ingin marah kepadaku tak apa, kamu adalah kekasihku yang pertama, kamu orang pertama yang mencium keningku selain orangtuaku, dan aku tak ingin kau mencium bibirku, itu sudah tak baik. Maaf aku terlalu naif. Kamu ingat akan menikahiku kan? Ketika kau sudah menikahiku aku akan berikan semuanya untukmu. Tapi bukan sekarang. Maaf yo" jelasku kembali
Rio sepertinya masih terdiam. Dia tak berbicara satu kata pun. Suasana hening ini membuatku takut.  "Bicaralah yo" kataku dalam hati.
"Kau mencintaiku ris?" Akhirnya dia berbicara. Aku hanya membalasnya dengan anggukan dan senyum. Kucoba cairkan perasaannya dengan memegang tangannya. "Kita pulang" katanya.

Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Tak ada percakapan seperti biasanya. Tak ada candaan yang mengisi sepanjang perjalanan. Aku merasa bersalah terhadapnya. Hatiku terasa sakit saat menyakitinya. Sesampainya di rumah seperti biasa dia selalu mengecup keningku.
"I love you Risa" katanya
"I love you too Rio" kataku sambil tersenyum

*****

Seminggu setelah itu Rio tak pernah mempermasalahkan ataupun membahas kejadian itu.
3bulan telah berlalu. Hari ini dia tak bisa mengantarku kuliah, hampir aku tak pernah naik sepeda motorku sendiri selama kuliah 3bulan ini.

Saat selesai kuliah, tiba-tiba ada sekelompok anak perawat laki-laki yang sedang duduk di warung giras depan kampus. Wajah mereka tampak asing dimataku. Atau aku mulai lupa dengan wajah anak perawat laki-laki yang ada dikampusku?

Tepatnya dugaanku benar mereka bukan anak perawat kampusku, mereka menghampiriku dan teman-temanku yang lagi bercandaan di depan kampus.

"Kamu Risa?" Tanyanya padaku
"Iya ada apa ya?" Tanyaku
"Bisa minta tolong?" Tanya kembali
"Mau bantu kami? Sepertinya hanya kamu yang bisa merubahnya" kata anak perawat laki-laki disebelahnya
"Hah?" Aku kaget bukan main, aku tak kenal mereka
"Ini tentang Fakhri" katanya
Jantungku terasa berhenti berdetak. Nama itu tak pernah terdengar olehku beberapa bulan ini. Aku hampir lupa dengan Fakhri dan aku hampir lupa kalau dia belum membalas pesanku sampai sekarang.

"Dia kenapa?" Tanyaku pelan rasanya tubuhku melemas
"Lebih baik kau ikut dengan kami" jelasnya "tenang kami orang baik-baik tak akan mengapa-apakan kamu" jelasnya kembali

Aku hanya mengangguk ke mereka, diperjalanan aku selalu memikirkan apa yang terjadi dengan Fakhri? Dia kenapa? pikiranku melayang kemana-mana. Aku menitipkan sepedaku ke temenku yang punya kos dekat kampus

DEEEKKK!!
Sosok laki-laki itu, sosok yang ku kenal 3bulan lebih. Dia tampak berubah. Badannya terlihat kurus, rambutnya mulai gondrong tak terawat. Matanya tampak cekung.

"Itu Fakhri?" Tanyaku pelan dan mulai melemas. Mereka mengangguk.

Aku mendekat kepadanya. Kamar itu pengap dengan bau rokok. Rasanya aku ingin keluar dari ruang itu tak tahan, rasanya dadaku sesak dengan baunya. Tapi dadaku lebih sesak melihat keadaan Fakhri.

"Fakhri" sapaku sambil memegang pundaknya
Dia kaget mendengar suaraku, dia menoleh kearahku.
"Ada apa denganmu?" Tanyaku
Dia hanya tersenyum, matanya kembali berbinar tapi tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Aku paham dengan situasinya saat ini.
"Kau datang untukku Ris?" Tanyanya langsung memelukku. Aku hanya terdiam dipelukkannya. Aku cuma bisa mengangguk.
"Kamu tau Ris dia jarang kuliah" celetuk temannya
"Dia jadi perokok aktif" kata temannya satu lagi "dia gak mau makan" lanjutnya
"Itu semua gara-gara kamu!" tunjuk temannya

Rasanya badanku terasa lemas, dadaku semakin sesak. Aku tak menyangka bisa menyakitinya seperti ini.

"Kau tak pantas bilang seperti itu" Sepertinya Fakhri tak terima karena temannya menyalahkanku dia langsung mendorong temannya.
"Fakhri!" Teriakku karena hampir dia menghantam temannya tadi
"stopped!" Suruhku kembali
"Kau lupa siapa yang membuatmu seperti ini, kau malah mau menghajarku?" Kata temannya tadi
Fakhri sepertinya ingin menghantam lagi, tapi aku menahan tangannya.
"Boleh bicara dengan fakhri sebentar? Berdua?" Pintaku kepada teman-temannya.
Teman-temannya langsung keluar, sepertinya paham.

Aku mendudukkan fakhri tepat disebelahku.
"Fakhri apa ini karenaku?" Tanyaku
"Ngak kok" jawabnya sambil memegang tanganku.
Tatapannya masih membuat dadaku sesak. Matanya tetap sayu.
"Fakhri" kataku pelan
"Iya?" Jawabnya pelan
"Apakah kau masih mencintaiku?" Tanyaku
"Sangat mencintaimu" jawabnya tenang
Aku menarik napas "mau melupakanku?" Tanyaku yang mungkin membuatnya sakit hati sampai dia melepaskan tanganku.
"Gak akan, gak akan pernah bisa" matanya mulai berkaca-kaca
"Apa aku harus pergi sekarang? Kalau kau tak mau melupakanku" tegasku
"Jadi kamu disini hanya menyuruhku untuk melupakanmu? Gak segampang itu, sudah 3bulan lebih aku mencintaimu. Bahkan aku yang menyatakan cinta terlebih dahulu kepadamu, tetapi kamu malah menerima Rio" dia menarik napas dan berdiri "Rio merebutmu dariku, hampir setiap hari aku mengawasimu di depan kampusmu, saat diamengantar jemput kamu pulang, dia selalu berpamitan ke kedua orangtuamu ketika mengajakmu jalan, seharusnya itu aku bukan dia, mengapa kamu malah bersamanya" jelasnya

BUKKKK
Hantamannya mendarat di tembok. Jantungku terasa seperti mau copot. Terlihat dari matanya sayu ada kemarahan dan dendam yang tersimpan. Dia kembali memelukku kembali
"Ris jangan tinggalkan aku lagi" pintanya
"Berhenti Fakhri! aku tak kuat dengan ini, apakah kau tak sadar? Aku milik sahabatmu sendiri. Aku pernah bilang saat kau menyatakan cinta, aku menjawab tak bisa secepat ini kan? Sebenarnya aku cuma mau bilang aku sudah jatuh cinta dengan orang lain" aku berhenti berbicara dan menarik napas "it so stuppid! Kamu tak boleh terus-terusan seperti ini, kamu pasti bisa melupakanku, kamu pasti nemu yang lebih baik dari aku, kita masih bisa bersahabat. Sahabat seperti pertama kita kenal. Masih ada Sita, Wita, dan Asta yang bisa kamu dekatin mereka jauh lebih baik dan cantik dari aku. Atau mungkin kamu cari anak bidan juga, aku punya sahabat yang baik sama sepertiku, cantik melebihiku aku bisa mengenalkannya untukmu" jelasku
"Gak segampang itu Risa" sedikit membentakku "baiklah aku akan melupakanmu, tapi tinggalkan Rio juga" lanjutnya
Jantungku terasa sesak mendengarnya "kau begitu egois Fakhri, apakah kamu mau Rio merasakan hal yang sama sepertimu? Cintanya dia lebih besar dari cintamu, dia menjagaku dan menghormatiku seperti kepada ibunya. Apakah kamu rela sahabatmu sendiri merasakan hal yang sakit sepertimu? Apa aku harus menyakiti 2hati orang yang menyanyangiku? Apakah kau tega? Apakah kau juga tega membuatku menderita karena harus melepas Rio? Apakah itu adil Fakhri?" Tegasku kembali "berhenti bertindak seperti ini! Kau sudah dewasa, kamu bukan perokok, kamu harus melanjutkan hidupmu kembali, aku mau liat kamu yang ku kenal dulu, aku sudah bahagia dengan Rio, Fakhri" jelasku pelan
"Kau mau pegang tanganku? Pegang gpp. Kau mau membelai rambutku? Belai gpp. Kamu mau peluk aku? Peluk Fakhri. Kau mau cubit pipiku? Cubit ajah tak apa. Tapi untuk terakhir kalinya, aku punya orang yang menungguku, aku ingin menghargai dia" jelasku
Fakhri terdiam menatapku. Matanya mulai berkaca-kaca. Sepertinya dia mulai berpikir. Setelah lama menunggu, dia akhirnya berbicara.
"Maafkan aku Risa" dia memegang tanganku "maaf aku egois terhadapmu dan Rio" jelasnya
"Apa kau mau berubah Fakhri? Berhenti mencintaiku setidaknya?" Tanyaku
"Akan kucoba Risa" jawabnya sambil tersenyum, akhirnya aku melihat senyum diwajahnya kembali setelah suasana menegang, aku juga ikut senyum kepadanya "kamu mau pulang aku antar Risa?" Tanyanya
"Antar aku ke kosnya temenku ajah, aku bawa motor" jawabku sambil tersenyum

Saat sampai di kos temanku, aku terkaget melihat sosok laki-laki di depan gerbang kos temanku. Sepertinya aku mengenali tubuh itu. Tubuh yang selalu menjagaku. Dia menoleh kebelakang, dia Rio. Tapi ada yang beda darinya, rambutnya lebih rapi dari biasanya. Seperti halnya polisi, tni dsb.
Aku takut saat turun dari sepeda Fakhri. Aku menunduk saat berjalan. Aku melihat mata Rio yang tampak kemerahan akan siap menerkam mangsa. Ah aku tak siap melihat pemandangan ini. Aku memeluk tubuh sahabatku Ira, Takut. Aku sudah bercerita ke Ira maupun sahabatku kuliah yang lain tentang Rio maupun Fakhri. Sepertinya Ira mengerti. Rio mendekat ke arah Fakhri tapi tangan Ira menghentikan langkahnya.

"Yo, boleh ngomong sebentar? Tanpa emosi?" Tanya Fakhri tenang
Rio hanya mengangguk sinis
"Aku minta maaf atas kejadian ini, aku ingin kita sahabatan lagi seperti dulu" Fakhri mengulurkan tangannya untuk meminta maaf
Rio berpikir sejenak, suasananya hening. Tiba-tiba Rio langsung memeluk Fakhri akrab. Aku menangis melihat pemandangan itu. Ira langsung mengusap air mataku.

Rio melepaskan pelukan persahabatan itu dan langsung meraih tanganku
"Ris" panggil rio
"Iya Yo?" Jawabku "eh bentar deh itu rambut kamu dikemanain?" Tanyaku sambil tertawa kecil
"Tuhkan pasti ngeledek mulu" jawabnya sambil disusul Ira dan Fakhri yang juga ikut tertawa kecil "aku keterima jadi siswa pelayaran di semarang, aku mau banggain kamu, aku ingin kita hidup layak nanti" jelasnya
"Jadi kau ingin meninggalkanku?" Aku kaget, airmataku kembali turun membasahi pipiku
"Gak, aku gak akan ninggalin kamu. Setidaknya aku punya waktu 2bulan lagi bersamamu, sebelum aku menuntut ilmu" jelasnya sambil mengusap air mataku
"Kamu tau kan konsukwen yang akan terjadi? Kamu akan ninggalin aku selama berbulan-bulan, aku juga gatau kamu diluaran sana ngapain, banyak berita miring tentang anak pelayaran, aku gakmau Rio!" Tegasku sambil menangis
"Percayalah padaku Risa, aku tak akan mengecewakanmu, aku akan menjaga hatiku, aku titip Risa padamu ya Fakhri" rio menyikut fakhri
"Hah? Hah? Iya siap" kata Fakhri
"Tuhkan Fakhri mau menjaga kamu kok, tenang dia tak akan menyakitimu, dia sahabatku yang paling baik" jelasnya
Aku hanya mengangguk paham, aku mencoba berhenti menangis dan memahami kalau Rio pergi untuk kebaikan kedepannya.
"Aku titip Risa padamu ya Fakhri kalau aku tak bisa melihatnya, eits jangan seneng dulu! Awas kau sampai main hati dengan Risa, bisa kuhajar kau!" Goda Rio
Fakhri hanya mengangguk dan tersenyum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar