"deeeek bangun"
suara kak Haris mengedor pintu kamar Sasa
"iya kak udah bangun
kok" sambil membukakan pintu
"rumah kok sepi kak?
tumben?" tanya Sasa
"loh dek kamu lupa,
semalem si putra badannya panas banget, terus dibawa cek ke dokter katanya
positif DBD" jelas kak Haris
"ah serius kak? ya
ampuk dek Putra" risa menundukkan kepalanya, menahan tangis. "Tapi
Sasa kok gak dikasih tau sih kak?" tanya Sasa semakin sedih
"sebenernya kakak
pengen bangunin kamu tidur dek, tapi kan besoknya kamu kuliah pagi" Jelas
kak Haris dengan wajah tenang
"yaudah kamu mandi
dulu, nanti pulang kamu kuliah kita kesana bareng" jawabnya lagi
Rasanya hari ini sasa tak
berniat untuk mendengarkan dosen berbicara, perempuan satu ini bernama Sasa
Hanggini Salsabila mahasiswi kebidanan disalah satu Universitas di Surabaya.
Bayangannya tergiang ke adiknya, dia ingat kalau setiap pulang kuliah harus
rebutan nonton tv, terus malamnya harus rebutan main komputer. Terbenak
dipikirannya begitu adeknya yang semangat ketika berantem dengannya, dan nanti
harus melihat adeknya tergulai lemah di ranjang rumah sakit.
"Sa, kamu kenapa sih?
kok ngelamun?" tanya Naya.
Sasa masih asik dengan lamunannya.
Naya merupakan sahabat Sasa dari SMA sampai sekarang. dengan postur tubuh
mereka yang hampir mirip dan sering jalan berdua. mereka disebut anak kembar
dari SMA sampai kuliah.
"eh sorry, ada apa Nay?" Sasa tersadar
"ngelamunin apa sih?
sampe segitunya? sampe gak fokus kuliah?" tanya Naya lagi
"Sorry Nay, si Putra
masuk rumah sakit kena DBD"
"ya ampun Sa, yang
sabar ya. dirawat dimana?"
"di RS. Al
Irsyad"
"Nanti kita jenguk
deh, ya gak Rit?" ucapnya sambil menyenggol Rita yang merupakan sahabat baru mereka dari
semester 1-4 ini.
"ah aku gak bisa nih,
nanti aku dijemput sama abang tercinta" Rita nyengir kuda
"yaudah kalian gak usah ikut gpp, besok masih bisa. nanti aku sama abangku kok" jelas sasa
"eh ada kak Haris? ikut deh" jawab Rita semangat "udah lama gapernah liat abangmu yang super ganteng itu semenjak jarang ngerjain tugas lagi dirumahmu" dia mengerdipkan mata
"eh tadi bukannya ada yang bilang mau keluar sama abang tercinta ya?" goda Naya
"yaudah kalian gak usah ikut gpp, besok masih bisa. nanti aku sama abangku kok" jelas sasa
"eh ada kak Haris? ikut deh" jawab Rita semangat "udah lama gapernah liat abangmu yang super ganteng itu semenjak jarang ngerjain tugas lagi dirumahmu" dia mengerdipkan mata
"eh tadi bukannya ada yang bilang mau keluar sama abang tercinta ya?" goda Naya
Mata kuliah hari ini
sepertinya tak ada satupun yang menempel diotak Sasa, dia terus memikirkan
adiknya. tepat pukul 2 siang mata kuliah selesai. dia langsung izin pulang
duluan ke teman-temannya, langsung bergegas ke rumahnya untuk mandi, ganti
baju, dan sholat ashar. Baju kemeja denim lengan panjang, celana jeans zara
warna abu-abu, kerudung segitiga warna senada, serta sepatu flats motif leopard
siap mengantarkannya ke rumah sakit, cukup simple.
Tepat pukul 15.30,
sepertinya Sasa terlalu terburu-buru datang ke Rumah Sakit, mungkin karena
jarak Rumah Sakit dengan rumahnya terpaut 10menit. sedangkan jam besuk baru
buka jam 4.
Setelah 30menit berlalu
dia langsung lari kecil menuju Ruang Anak di Lantai 2. setelah sampai dilantai
2 dia mencari kamar no. 3. dia langsung membuka pintunya pelan, dia terkaget
saat yang dilihatnya bukan salah satu dari keluarganya.
"maaf" jawab Sasa sambil menutup pintunya kembali
Sasa sebel bukan main,
terlintas dipikirannya kak Haris jail terhadapnya. Dia berusaha sms dan
menelpon kakaknya, namun tak ada respon. memang sebelum itu kakaknya sudah menghubunginya waktu mata kuliah kalau tak bisa berangkat bersama ke RS karena ada meeting mendadak di
kantornya.
Tiba-tiba ada suara jejak
kaki yang mendekatinya, dan memegang pundaknya.
"dek kok gak
masuk?" Tanya kak Haris
"ah rese nih kakak ya, boongin Sasa ya? tadi masuk kok gak ada adek, papa atau mama sih?"
"loh bener dek, coba sini cek" menarik tangan Sasa sambil membawa ke pintu yang tadi di bukanya.
ternyata saat dibuka benar yang terlihat laki-laki tadi, tapi disamping kanan pintu terdapat bed lagi yang ditempati adiknya. dia lupa kalu kelas 1 di Rumah Sakit diisi 2orang.
"nih dek makanya diliat dulu, jangan asal nyalahin kakak mulu" goda kakaknya
"ah apaan sih kak? sebel nih sama kakak"
"ciye marah ciyeeee" godanya lagi
"sudah-sudah ada anak kecil-kecil tidur" sahut Papa mereka
"Mama kemana Pa?" tanya Sasa
"tadi Mama mau ambil baju adek di rumah, gak ketemu?"
"gak Pa, tadi aku sudah disini dari jam stgh4"
"ah rese nih kakak ya, boongin Sasa ya? tadi masuk kok gak ada adek, papa atau mama sih?"
"loh bener dek, coba sini cek" menarik tangan Sasa sambil membawa ke pintu yang tadi di bukanya.
ternyata saat dibuka benar yang terlihat laki-laki tadi, tapi disamping kanan pintu terdapat bed lagi yang ditempati adiknya. dia lupa kalu kelas 1 di Rumah Sakit diisi 2orang.
"nih dek makanya diliat dulu, jangan asal nyalahin kakak mulu" goda kakaknya
"ah apaan sih kak? sebel nih sama kakak"
"ciye marah ciyeeee" godanya lagi
"sudah-sudah ada anak kecil-kecil tidur" sahut Papa mereka
"Mama kemana Pa?" tanya Sasa
"tadi Mama mau ambil baju adek di rumah, gak ketemu?"
"gak Pa, tadi aku sudah disini dari jam stgh4"
Suasana tampak hening
kembali, kak Haris daritadi keluar masuk kamar inap gara-gara hpnya yang terus
berdering. "sok sibuk banget sih" omel Sasa dalam hati. Dia
terus memandangi adiknya yang sedang tertidur sesekali dia melihat laki-laki yang
dia liat tadi saat membuka pintu. ganteng, putih, wajah yang teduh, mungkin
seusia kakaknya, sesekali tersenyum kepadanya dan membuat terasa adem
dihatinya. Papa sedang ke apotik mengambil obat adiknya, Putra.
Sampai akhirnya pintu
membuka, dia berharap Papanya datang agar bisa diajak ngobrol, karena kakaknya sibuk menelpon. Ternyata bukan Papanya yang masuk, tetapi seorang laki-laki yang
mungkin tak beda jauh dengannya, ganteng, kulit sawo matang sedikit putih, tinggi.
"It's so
handsome" teriaknya dalam hati, dia terus memandangi laki-laki itu, dan
sebaliknya. tanpa tersadar kak Haris berjalan dibelakang laki-laki itu.
"Dek kamu naksirnya? Ciyee" bisiknya pelan pada telinganya
Sasa malu bukan main. Dia segera menundukkan kepala. Dan kembali memandangi adiknya yang sedang tertidur.
"Dek kamu naksirnya? Ciyee" bisiknya pelan pada telinganya
Sasa malu bukan main. Dia segera menundukkan kepala. Dan kembali memandangi adiknya yang sedang tertidur.
Senja sudah mulai
menampakkan dirinya. Tak terasa suara adzan magrib sudah berkumandang.
"Dek gakmau sholat?
Biar kak Haris yang jaga Putra"
"Kakak ajah dulu sama Papa, nanti aku nyusul pas Mama dateng"
"Kakak ajah dulu sama Papa, nanti aku nyusul pas Mama dateng"
Kak Haris dan Papanya pun
segera keluar ruangan. Kemudian disusul dengan laki-laki yang ditemuinya
pertama kali. Jadi tinggal lah Sasa dan adiknya, kemudian laki-laki yang
barusan datang itu dengan adiknya.
Dia binggung apa yang harus
dilakukan. Tak ada teman mengobrol. Hanya bisa melihat stasiun televisi disana,
sesekali memandangi laki-laki itu kembali yang sedang asik dengan gadgetnya.
Akhirnya Mamanya datang, dia segera bergegas ke Musholla Rumah Sakit.
Saat ingin menuruni
tangga, dia melihat kak Haris, papanya, dan laki-laki yang dilihatnya pertama
kali itu sedang ngobrol dengan asyiknya.
"Kak, beliin kebab dong, laper" godanya sambil nyengir kuda
"Enak ajah beli sendiri" goda kakaknya sambil menjulurkan lidah
"Pa, tuh kan kak Haris pelit" bujuk Sasa
"Enak ajah beli sendiri" goda kakaknya sambil menjulurkan lidah
"Pa, tuh kan kak Haris pelit" bujuk Sasa
Akhirnya kak Haris pun mau
membelikan, karena desakan adiknya dan papanya. Sasa segera meninggalkan ketiga
orang itu dan menuju musholla.
Dalam doa yang ia
panjatkan. Tak henti-hentinya dia meminta agar adiknya segera sembuh. Sampai ia
meneteskan air mata.
"Mbak" sapa
seseorang terhadapnya
Dia kaget melihat
seseorang yang menyapanya adalah laki-laki yang dilihatnya tadi. Jantungnya
berdebar tak karuan. Dia mencoba menata hatinya kembali.
"Iya ada apa?"
Jawabnya
"Sayang banget sama adiknya ya mbak? Kok sampai nangis gitu?"
"Siapa sih yang gak sedih adiknya sakit, tergulai lemah seperti itu. Yang biasanya melihat adiknya ceria dan riang penuh tawa, tiba-tiba harus sakit. Memang kamu gak sedih adiknya begitu?"
"Sedih sih, tapi itu bukan adik saya, itu anaknya kak Rahadian abang saya"
"Sayang banget sama adiknya ya mbak? Kok sampai nangis gitu?"
"Siapa sih yang gak sedih adiknya sakit, tergulai lemah seperti itu. Yang biasanya melihat adiknya ceria dan riang penuh tawa, tiba-tiba harus sakit. Memang kamu gak sedih adiknya begitu?"
"Sedih sih, tapi itu bukan adik saya, itu anaknya kak Rahadian abang saya"
Sasa hanya
menganggut-anggut mendengarnya. Dia tersadar harus balik duluan, karena banyak
tugas kuliah. Ia segera pamit. Rasanya Sasa masih ingin mengobrol dengannya.
***
Adzan subuh berkemundang
seketika itu Sasa terbangun dari tidurnya dan melakukan sholat subuh. Setelah
itu dia melanjutkan tidurnya kembali, matanya sudah tak tahan menahan kantuk.
Dia tidur baru jam stgh2 setelah mengerjakan PPT untuk presentasi besok di kuliahnya.
Tepat pukul jam 7, dia
terbangun karena ada kuliah jam 8. Dia segera meraih hpnya, ada beberapa
pemberitahuan di hpnya kalau hari ini kuliah masuk jam 2 siang. Hatinya terasa
gembira, setidaknya dia dapat menjenguk adiknya terlebih dahulu sebelum berangkat
kuliah.
Kali ini dia pergi ke Rumah Sakit dengan memakai sepatu sandal crocs, celana jeans warna hitam dan
jacket berwarna navy, serta kerudung yang senada.
Sesampainya di rumah sakit, suasananya masih tampak sepi tak ada hiruk pikuk pasien. Dia langsung naik ke lantai 2.
Sesampainya di rumah sakit, suasananya masih tampak sepi tak ada hiruk pikuk pasien. Dia langsung naik ke lantai 2.
"Loh nak kamu gak
kuliah?" Tanya mamanya
"Sebenernya ada Ma, jam 8. Tapi diundur jam 2siang" tertawa kecil
"Sebenernya ada Ma, jam 8. Tapi diundur jam 2siang" tertawa kecil
Dia bercanda dengan
adiknya. Sesekali adiknya minta hpnya dia untuk mainan, kali ini dia tak
melawan jika hpnya dipinjam adiknya. Rasanya tak tega melihat Putra merengek
dalam keadaan seperti itu.
"Dek sudah jam 12,
kamu gak pulang?" Tanya papanya
"Iyah pa, ini mau pulang" mencubit pipi adiknya
"Ma, kak sasa jahat tuh, masa iya adiknya sakit dicubitin" sahut Putra
"Iyah pa, ini mau pulang" mencubit pipi adiknya
"Ma, kak sasa jahat tuh, masa iya adiknya sakit dicubitin" sahut Putra
Sasa hanya tertawa kecil
dan tersenyum melihat adiknya merengek ke mamanya. Dia berpamitan ke mama dan
papanya untuk pulang duluan.
"Nanti pulang kuliah, aku kesini lagi.
Assalamualaikum" dia pergi meninggalkan ruangan itu, terbesit dalam
hatinya "kenapa aku tak bertemu lelaki yang mengajak ngobrol
kemarin?" Hatinya selalu bertanya-tanya, ada perasaan rindu. Yang terlihat
tadi adalah seorang perempuan, mungkin itu kak Mela ibunya adik itu.
Mata kuliah pun selesai
pukul 5sore. Dia menyempatkan sholat ashar bersama teman-temannya terlebih
dahulu.
"Sa kayaknya kita gak
bisa ikut deh" jawab Naya
"Iya nih sa,
kemaleman soalnya, tau sendiri mak eike cerewet" sahut Rita
Lagi-lagi dengan bawaannya yang tenang dia hanya menjawab
anggukan sambil tersenyum.
"Gpp guys, next time ajah. Sesempetnya kalian"
"Gpp guys, next time ajah. Sesempetnya kalian"
"Oke. Salam buat kak
Haris. Eh salah buat keluargamu dah" celetuk Rita
"Oke duluan ya" pamitnya
Sasa pergi meninggalkan
kedua sahabatnya itu. Dan buru-buru pergi ke rumah sakit. Sesampainya di tempat
parkiran.
"Loh mbak dines apa?
Sore? Kayaknya kesiangan deh mbak" tanya tukang parkir
"Oh engak pak, saya mau jenguk adek saya yang sakit" jawabnya sebel
"Oh engak pak, saya mau jenguk adek saya yang sakit" jawabnya sebel
Sampai disaat pintu masuk
dia melepaskan jaketnya. Tak heran semua mata memandang kearahnya. Dia merasa
canggung, "hei aku pengunjung bukan petugas kesehatan disini" omelnya
dalam hati, karena setiap orang yang melihat merasa saya dihormati sebagai
petugas kesehatan.
Tak hanya pengunjung yang
melihat aneh. Tapi perawat disana juga memandang aneh, sesekali berbisik.
"Ah bete max!" Teriaknya dalam hati "berhenti melihatku seperti
itu".
Sampai akhirnya di lantai
2, dan tepat di kamar 3 tempat adiknya dirawat. Dia membuka pintu.
“mau diperiksa ya sus?”
suara adiknya kak Rahadian
“saya bukan mahasiswa magang” ucapnya semakin ketus.
Tiba-tiba suara tertawa cukup keras terdengar dari dalam.
“saya bukan mahasiswa magang” ucapnya semakin ketus.
Tiba-tiba suara tertawa cukup keras terdengar dari dalam.
“maaf saya pengunjung,
bukan suster disini” Sasa langsung masuk, sebel.
“oh maaf mbak” suara laki-laki itu
“makanya dek kesini itu jangan pakai seragam kuliah, udah tau sekolah kesehatan. Eh ke Rumah Sakit pakai baju ginian ya dikira mahasiswi magang” goda kak Haris sambil tertawa cekikikan
“husss Haris” sahut papanya
“oh maaf mbak” suara laki-laki itu
“makanya dek kesini itu jangan pakai seragam kuliah, udah tau sekolah kesehatan. Eh ke Rumah Sakit pakai baju ginian ya dikira mahasiswi magang” goda kak Haris sambil tertawa cekikikan
“husss Haris” sahut papanya
Tak lama kemudian, adzan
magrib berkemundang. seperti biasa papa dan kak Haris selalu duluan, mama tidak
bisa sholat karena lagi datang bulan. adik kak Rahadian sering kali melihat
kearah Sasa, mungkin karena perasaan bersalah terhadapnya tadi. tiba-tiba pintu
terbuka.
"maaf dek, kak
Rahadian telat kesininya. tadi di kantor ada masalah kecil sedikit"
"iya kak, gpp"
"oya kak Mela mana?"
"kak Mela lagi ambil obat di apotik kak"
"yaudah dek, kamu sholat ajah dulu, nanti kakak ajah yang jaga adek, nanti kakak nyusul kalau kak Mela udah dateng" laki-laki itu kemudian pergi.
"iya kak, gpp"
"oya kak Mela mana?"
"kak Mela lagi ambil obat di apotik kak"
"yaudah dek, kamu sholat ajah dulu, nanti kakak ajah yang jaga adek, nanti kakak nyusul kalau kak Mela udah dateng" laki-laki itu kemudian pergi.
Sesaat itu, papa dan kakaknya datang. Sasa langsung
bergegas ke Musholla. sampai disana ia melihat laki-laki itu sedang sholat. dia
juga ingin segera sholat. saat selesai sholat dia merapikan kembali mukenahnya. Tiba-tiba saat iamenggunakan kembali sepatunya di
depan Musholla, ada seseorang yang duduk disampingnya.
"hai" sapanya
"Oh... hai" sasa kaget saat melihat orang itu, lagi-lagi lelaki itu yang menyapanya kemarin
"maaf ya mbak tadi saya kira mbaknya, suster disini. abisnya pangling liatnya. beda banget" sambil melihat baju sasa
"oh iya gpp, gak kaget kok. dari parkiran juga sudah begitu"
"oya Hakim" mengulurkan tangannya "nama mbaknya siapa?" lanjutnya
"Sasa" mengulurkan tangannya juga
"kuliah jurusan apa?"
"kebidanan, kamu?"
"hukum, semester berapa?"
"semester 4, masnya?"
"semester 6, adek tingkat dong mbaknya"
"karena saya adek tingkat, jangan panggil mbak dong, kan saya lebih muda dari situ"
"dan jangan panggil saya mas, emang dipikir saya mas-mas yang jualan bakso" lelucon Hakim yang garing, Sasa hanya menyaut senyum seadanya.
"yaudah saya pamit duluan" Sasa berpamitan
"boleh bareng? satu jalan kan?"
"Oh... hai" sasa kaget saat melihat orang itu, lagi-lagi lelaki itu yang menyapanya kemarin
"maaf ya mbak tadi saya kira mbaknya, suster disini. abisnya pangling liatnya. beda banget" sambil melihat baju sasa
"oh iya gpp, gak kaget kok. dari parkiran juga sudah begitu"
"oya Hakim" mengulurkan tangannya "nama mbaknya siapa?" lanjutnya
"Sasa" mengulurkan tangannya juga
"kuliah jurusan apa?"
"kebidanan, kamu?"
"hukum, semester berapa?"
"semester 4, masnya?"
"semester 6, adek tingkat dong mbaknya"
"karena saya adek tingkat, jangan panggil mbak dong, kan saya lebih muda dari situ"
"dan jangan panggil saya mas, emang dipikir saya mas-mas yang jualan bakso" lelucon Hakim yang garing, Sasa hanya menyaut senyum seadanya.
"yaudah saya pamit duluan" Sasa berpamitan
"boleh bareng? satu jalan kan?"
Dia hanya tersenyum dan mengangguk. sumgguh perasaannya
tak karuan, berbicara dengannya sudah membuat hampir keringat dingin. apalagi
harus berjalan disampingnya. sesampainya dilantai 2. Hakim memberanikan
mengobrol dengannya, karena sepanjang perjalanan tak ada obrolan.
"Sa" Hakim memberhentikan langkahnya
"iya ada apa?"
"boleh minta nomer kamu?"
"iya ada apa?"
"boleh minta nomer kamu?"
Sasa terdiam kaget, dia tak menyangka Hakim secepat itu
ingin mengenal dirinya.
"kok diem? gak boleh ya? gpp kok gak maksa, maaf terlalu cepat" tampak kecewa dimukanya
Sasa tak tega melihat wajahnya yang tampan itu ada terselip perasaan kecewa.
"eh. ini" menyodorkan hpnya yang tertuliskan nomernya
"terimakasih" dia menampakkan wajah tampan yang bahagia sambil tersenyum kepada Sasa
"kok diem? gak boleh ya? gpp kok gak maksa, maaf terlalu cepat" tampak kecewa dimukanya
Sasa tak tega melihat wajahnya yang tampan itu ada terselip perasaan kecewa.
"eh. ini" menyodorkan hpnya yang tertuliskan nomernya
"terimakasih" dia menampakkan wajah tampan yang bahagia sambil tersenyum kepada Sasa
Kemudian mereka masuk bersamaan di ruang adiknya dirawat.
"cie kok bareng sih dek? ada apa nih?" goda kak Haris
Mereka berdua hanya menunduk terdiam malu.
"dasar anak muda, eh Yan, sepertinya kita akan berbesan nih, bilang sama orangtuamu deh, adekmu sama adekku mau nikah" lanjut kak Haris
"kakaaaaaaaaak" teriak manja Sasa
"haha iya iya boleh tuh Ris, nanti deh ngomong ayah sama mama" lanjut goda kak Rahadian
Suasana didalam tampak ramai, mama sama papa Sasa hanya tertawa, disusul kak Haris, kak Rahadian dan kak Mela.
"ah tau deh" Sasa ngambek
"cieeee, tuh dek Sasanya ngambek" goda kak Rahadian sambil menyenggol Hakim yang hanya tersenyum mengeleng-gelengkan kepalanya
***
Sinar matahari sabtu pagi ini sudah masuk ke kamar Sasa, dia terbangun dari tidurnya untuk menjenguk adeknya, tepat pukul jam 8. dia memang sering bangun jam 8, karena lembur mengerjakan tugas, kemudian tidur sebentar sholat subuh, kemudian tidur kembali. Dia pergi dari kamarnya dan membangunkan kakaknya. tiba-tiba di depan kamarnya terdapat tulisan.
dek maaf, kakak gak bisa ikut jenguk ke rumah sakit
kakak ada meeting mendadak.
salam buat adek, mama, papa ya :)
thankyou adekku cantik:*
dont be sad! ;pp
Lagi-lagi dia berangkat ke Rumah Sakit untuk ketiga kalinya sendirian. dia langsung bergegas untuk mandi. setelah mandi dia meraih hpnya, ternyata ada 2sms dan 1 miscall, tepatnya itu satu telpon dan sms dari kakaknya, kemudian dia buka satu sms nomer asing.
X : hai sa
S : siapa?
X : Hakim :)
S : iya kak, ada apa?
H : mau jenguk adekmu ke RS?
S : iya kak, kok tau?
H : iya dong, apasih yang enggak aku tau tentang kamu.
S : haha iya iya
H : yaudah, aku jemput
S ; gak usah kak, aku berangkat sendiri bisa kok. deket dari rumah juga
H : aku sudah dijalan dekat rumahmu ini
S : hah? kok bisa? cepet banget? tau darimana alamatku?
X : Hakim :)
S : iya kak, ada apa?
H : mau jenguk adekmu ke RS?
S : iya kak, kok tau?
H : iya dong, apasih yang enggak aku tau tentang kamu.
S : haha iya iya
H : yaudah, aku jemput
S ; gak usah kak, aku berangkat sendiri bisa kok. deket dari rumah juga
H : aku sudah dijalan dekat rumahmu ini
S : hah? kok bisa? cepet banget? tau darimana alamatku?
Setelah lama menunggu balasan dari Hakim
H : aku didepan rumahmu :)
Sasa langsung mengintip lewat jendela depan rumahnya, tampak benar Hakim berada di depan rumahnya. Baju putih polos, jacket varisity warna merah-hitam, celana jeans pendek sedengkul, sendal jepit dengan sepeda motor matic Honda Vario GT warna putih tampak pas dengan dirinya. kemudian Hakim melihat dirinya sambil tersenyum, Sasa lupa dia belum memakai jilbab dan masih menguncir rambutnya dengan piyama tidurnya.
Dia kemudian lari ke kamarnya untuk memakai baju. baju batwing polos warna peach, celana jeans warna abu-abu, pasmina motif bunga-bunga sudah menutupi rambutnya, sepatu kets warna merah. Sasa memoleskan sedikit bedak dan lipgloss, kemudian menyemprotkan parfum ke badannya. setelah itu dia langsung keluar rumah dan mengunci pintu.
"hai kak"
"hai Sa, ka....mu cantik banget" konsentrasi Hakim buyar saat sedang asyik memainkan hpnya ketika melihat Sasa "tapi kamu yakin ke RS pake baju begini?" godanya
Perkataannya membuat hati Sasa sakit, jantungnya begitu sesak "salah kostum? okay aku balik deh, ganti baju" dia pergi untuk membuka pintunya kembali. tiba-tiba tangan hakim memegang pergelangan tangannya, sehingga ia menghentikan langkahnya.
"berhenti" ucap Hakim dengan tenang "maaf, aku tak bermaksud membuatmu kecewa" lanjutnya
"iya gpp kok, aku mau masuk rumah dulu ganti baju" jawab sasa untuk menahan tangis yang mungkin akan segera meledak
"tak usah, kamu sudah cantik begini. ayo" Hakim menariknya menuju sepeda motornya
Sasa merasakan dadanya masih sesak, sakit sampai ke hatinya dan menahan air matanya tak jatuh. "aku bodoh! bisa-bisanya pakai baju seheboh ini padahal mau ke rumah sakit" omelnya dalam hati dan berbicara pada pikirannya sendiri. sampai ia tak sadar bahwa Hakim tak menuju jalan ke rumah sakit.
"kak...." ucapnya pelan "kita kemana? ini bukan jalan ke rumah sakit kan?"
Hakim hanya diam, tak menjawab pertanyaannya
"kak?" tanyanya lagi
"aku laper, kita makan"
Sampai akhirnya mereka berdua sampai di McD Basrah. Suasana lumayan ramai di tempat ini ketika pagi hari. mereka menemukan tempat duduk dibagian lantai atas, dekat dengan kaca sehingga dapat melihat pemandangan kota Surabaya dipagi hari menjelang siang hari.
"aku mau pesen makan dulu, kamu mau makan apa?" tanya Hakim
"terserah" jawab Sasa singkat, dia masih kecewa dan malu atas kejadian tadi
Akhirnya Hakim turun kebawah untuk memesan makanan, butuh waktu lumayan lama sekitar 15menit barulah Hakim kembali keatas duduk didepannya.
"ini" memberikan makanan Sasa, iyap makanan yang cukup berat memang untuk dipagi hari nasi dan fried chicken dengan minuman bersoda
"makasih" sasa melihat betul makanan yang dibeli Hakim cukup lebih ringan dari punyanya. Chicken Egg Muffin dan hot coffe
Selama makan, tak ada satupun percakapan yang berlangsung. Sasa yang masih ngambek dengan Hakim, dan Hakim melihat Sasa makan merasa bersalah telah menyakiti hatinya.
"kau masih marah padaku?" Hakim memberanikan memulai pembicaraan terlebih dahulu
Sasa menjawab dengan gelengan dan melanjutkan makannya
"tapi kenapa kamu diam seperti ini? kamu ngambek? aku minta maaf ya Sa, aku tak bermaksud menyakiti hatimu"
"gpp, aku gak marah. maaf ya"
"yaudah, senyum dong. jangan cemberut gitu ah" goda Hakim sambil mencubit pipinya
"aaaaw sakit tau!" memukul pelan badan Hakim
"ah dasar anak kecil, ngambekan" lanjut godanya
"ih ntar aku ngambek lagi loh"
"eh jangan deh bahaya, susah bikin orang balikin mood" Hakim tertawa kecil
"oya kak, tau alamat rumahku darimana ya?"
"ada deh"
"ih rese nih, ngaku gak!"
"haha iya iya, kak Haris belum cerita ya? jadi ya kakak kita itu temen sebangku pas smp. kakakku pernah main kerumahnya. eh yaudah aku maksa minta alamatmu ke kak Rahadian. untungnya masih inget rumah kak Haris mana"
"maksa? kenapa gak tanya sendiri sama orangnya?"
"kalau tanya sendiri gak sureprise dong? gak bakalan kamu pake baju seperti ini" ucapnya "aku yakin banget kamu pakai baju gini buat aku kan?" lanjutnya menggoda Sasa
"apaan sih norak tau gak!" sahutnya "pede banget sih jadi cowok, sok" lanjutnya memalingkan muka
"apa? sok ganteng? emang iya aku ganteng" jawabnya "buktinya ya pas aku masuk ruang inap kamu ngelihatin aku gitu banget kan" sambil menjulurkan lidahnya
"ih apaan! sumpah norak. pulang-pulang deh" mukanya memerah
"kerjaannya ngambek mulu ini anak" lagi-lagi mencubit pipi Sasa
"dan kamu pasti ada apa-apa nih kan? sampe segitunya minta alamatku ke kak Rahadian. hayoloooh ngaku!"
Hakim terdiam kaget "ih gak lah, ini cuma minta maaf soal kemarin, yang aku kira suster di rumah sakit"
"gak percaya, modus banget" Sasa menjulurkan lidahnya
Setelah mereka membereskan untuk menyelesaikan makanannya, mereka bergegas ke Rumah Sakit. sepanjang perjalanan mereka mengobrol, tertawa bersama. sepertinya mulai nyambung satu sama lain. Sesampainya mereka berjalan berdampingan dan akhirnya tiba dilantai 2 tepat diruang rawat inap adiknya. dibukalah pintu kamar nomer 3 itu. suasana tampak sepi, kemudian Sasa bertanya kepada perawat yang sedang berjalan.
"maaf sus, ini pasiennya kemana ya?"
"sekarang lagi ada terapi bermain mbak buat pasien ruang anak"
"oya terimakasih sus"
Kemudian dia kembali masuk ke ruangan kembali. tampak Hakim sedang tiduran di bed penunggu dan memainkan gadgetnya. Sasa binggung ingin melakukan apa, dia duduk di bed penunggu, akhirnya dia menyalakan TV melihat acara kesukaannya Dahsyat acara musik yang selalu ia liat ketika liburan kuliah sambil sesekali sibuk memainkan gadgetnya. sampai akhirnya ia tak tersadar bahwa Hakim sudah berada dibelakangnya.
"Sa" suara Hakim dari belakang
"astagfirulloh" sahut Sasa kaget menoleh kebelakang sambil mengelus dadanya
"eh maaf membuatku kaget" Hakim tersenyum kepadanya
"gpp kak, ada apa?"
"boleh ngomong sesuatu?" tanyanya
jarak mereka terlalu dekat, wajah mereka hanya berjarak 30cm. Sasa menjawab dengan anggukan.
"aku tau ini terlalu cepat, aku tau ini pasti salah, aku juga tau pasti kamu pun sama"
"aku mau....."
"mau apa kak?"
"will you marry me?" sambil memegang tangan Sasa
DEEEKKK
jantung Sasa terasa benar-benar ingin copot.
jantung Sasa terasa benar-benar ingin copot.
"jangan bercanda kak, gak lucu"
"i'm not kidding, i'm seriously"
"and i'm not serious" jawabnya mulai ketus "duh aku belum berpikir sampai kesitu, masih pengen seneng-seneng" lanjutnya, genggaman tangannya begitu mencengkeram tangan Sasa
"i'm not kidding, i'm seriously"
"and i'm not serious" jawabnya mulai ketus "duh aku belum berpikir sampai kesitu, masih pengen seneng-seneng" lanjutnya, genggaman tangannya begitu mencengkeram tangan Sasa
Hakim hanya terdiam melihat Sasa. tatapan mereka beradu satu sama lain. tatapan yang sama-sama begitu tegang dan tajam seperti elang yang ingin mencengkram mangsanya. Dan tanpa disadari oleh mereka kak Haris masuk keruangan.
"weits ada apa nih?" dia duduk diantara keduanya "eh jangan sembarangan pegang - pegang adik saya, kesempatan banget sih bro"
Tak ada sama sekali yang menjawab, mereka berdua memunggunginya.
"hei ini telinganya pada eror semua ya atau bagaimana? atau lagi gak ngomong?" lanjutnya lagi "dek" mata kak Haris menyipit kearah Sasa
"maaf kak" jawab Hakim "maaf kak udah pegang tangannya adik, kakak. saya yang salah"
"wus santai bro, ini sebenernya ada apa?"
"hm gimana ngomongnya ya...."
"ah gini ajah deh ya, kak Haris ajah yang lurusin. jadi gini dek, si Hakim itu suka sama kamu, si Rahadian bilang kalau Hakim itu mau banget pas kakak kemarin goda kalian dijodohin" celetuk kak Haris
"kaaaaaak" ucap Hakim
"husss diem, gitu ajah ribet ngomongnya. jadi dia itu pengen nembak kamu. Katanya aneh ajah dari pertama kali liat kamu, rasanya pengen selalu liat kamu. tanpa kamu sadar dia pernah ke kampusmu kemaren hanya ingin sekedar memastikan kalau kamu tak ada yang memiliki"
"udah bilang tadi kak" ucap Hakim
"tapi kenapa tatapan kalian begitu tajam?"
"abisnya tadi dia bilang will you marry me sih kak, apa gak gila dia? orang masih muda juga" sahut Sasa
"haha jadi itu masalahnya? astaga si Hakim ya, sudah berani ke jenjang yang lebih serius"
"sebenernya gak ada niatan kearah seperti itu, cuma pengen ngetest ajah dia suka aku atau enggak, eh keburu kak Haris dateng duluan"
"nah sekarang dari kamu dek, kamu suka Hakim gak?"
"hmmmmm" Sasa mencoba berfikir "sebenernya gimana yaa..." lanjutnya sambil terdiam cukup lama
"haduh lama ngomong iya ajah. kakak yang wakilin ajah nih"
Sasa kemudian mengangguk, kemudian reflek Hakim ingin memeluk sasa tapi kak Haris
tidak memperbolehkan.
"eits stop! mau ngapain bro? inget ya bukan berarti kakak menyetujui kalian berdua, tapi pacaran kalian harus sehat dan setidaknya lebih taat pada agama. dan buat kamu hakim, saya gak akan pernah rela adik saya dibuat menangis karena cinta"
"siap kak, insyaallah gak akan pernah terjadi"
"dan info penting yang gak kalian berdua tau, si Sasa itu belum pernah sama sekali pacaran"
"ah sumpah kak? haha" ledek Hakim
"eh enak ajah tertawa, memang kamu sendiri pernah pacaran? kata Rahadian kamu gak pernah mau kan nembak cewek? takut ditolak? sama kan gak pernah pacaran, pasti keliatan lucu kalian kalau pacaran, soalnya baru pertama kali semua" goda kak Haris sambil tertawa cekikikan.
"haha gak berani nembak cewek? ah cupu banget sih kak Hakim, aku ajah udah pernah ditembak, tapi aku tolak soalnya masih sma kelas 1 dan memang belum dibolehin pacaran"
"jadi pamer nih kamu? aku akui ya memang aku gak berani nembak cewek duluan, tapi banyak cewek yang ngejar-ngejar aku pas sma, maklum ketua osis+ketua basket. tau sendiri pastinya tenar gimana?" goda hakim sambil menjulurkan lidahnya
"o ajah deh" jawab sasa sebel, pasti diluar sana kalau tau hakim pacarnya sekarang, bisa dibantai teman-teman sma nya dia, apalagi yang perempuan.
"eh kak, mamanya dulu ngidam apa sih? kok anak ini ngambek mulu dari tadi?"
"ah udah deh, kakak tinggal dulu. gak mau ganggu pasangan baru" sambil mengusap kepala sasa dan merangkul pundak Hakim akrab "kakak pergi liat adik ajah" kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
Kak Hakim pergi
meninggalkan mereka berdua, hanya tersisa mereka berdua. suasana kembali hening
mereka hanya saling menatap dan sesekali tersenyum satu sama lain.
"Sa" sapa lembut Hakim
memegang tangan Sasa "jujur Sa, kamu bukan perempuan yang pernah kupegang
tangannya, bukan pertama orang yang kuajak makan, tapi kamu adalah orang
pertama yang benar-benar jadi seseorang yang akan disampingku, insyaallah
selamanya"
"amin, sama kok. tapi
kamu nembaknya lucu masa kak Haris yang ngomong dan kak Haris yang jawab, lucu
ya kita haha" sambil tertawa cekikikan bersama-sama
tiba-tiba Hakim mencium kening Sasa dengan hangat cukup lama. jantung Sasa berdetak sangat cepat, dia tak menolak ketika Hakim menciumnya.
"terimakasih Sa"
"buat?"
"kau tak menolakku
untuk mencium keningmu"
Sasa menjawab dengan senyuman manis di bibirnya
"gpp, kamu orang pertama yang mencium keningku selain orang tuaku"
"dan kamu perempuan pertama yang pernah kucium keningnya"
jawabnya tenang dengan mata meneduhkan "aku akan menjagamu dan menjaga
hubungan ini, aku akan menjagamu lewat doaku, aku akan melamarmu nanti ketika
kita wisuda, kau akan ada di foto kenangan wisudaku, i'm promise"
"i'm promise too, i love you"
Mereka berdua bercandaan didalam ruang inap, sampai
akhirnya kedua keluarga mereka datang. suasana kembali tampak ramai.
Matahari sudah menampakkan cahayanya yang menyengat.
matahari sudah berada ditengah-tengah. adzan dhuhur berkumandang indah di seisi
rumah sakit. Sasa dan Hakim pergi dahulu untuk melaksanakan sholat, meskipun
saat mereka berangkat seperti biasa kak Haris selalu meledek mereka berdua dan
membuat seisi ruang itu tertawa.
Sesampainya di Musholla, memang sepi, karena mereka
sholat di musholla ruang anak bukan di musholla umum rumah sakit. Sasa membuka
jilbabnya sehingga melihatkan rambutnya, dan berwudhu terlebih dahulu.
sepertinya Hakim melihat setiap wudhu yang dilakukan Sasa.
"kamu selalu cantik dalam keadaan apapun sa, wajahmu
tampak lebih indah ketika kamu berwudhu, tapi sayang kau melihatkan auratmu
didepanku"
"maksudnya? aurat?"
"itu yang belum kamu tutupi di kepalamu dengan
kerudungmu"
"astagfirulloh" menutup rambutnya dengan
kerudungnya "maaf kebiasaan kalau wudhu memang begini"
"aku tak hanya sekali melihatmu tanpa jilbab, ketika
tadi pagi kau juga tak memakai kerudungmu saat mengintipku diluar" ucapnya
"aku akui kamu jauh terlihat lebih manis, dan terlihat seperti anak kecil,
tapi aku tak ingin kau membukanya lagi, sampai aku benar-benar bisa jadi
mahrammu"
"ya ampun maaf ya sekali lagi"
Hakim hanya membalas dengan senyuman. kemudian Sasa
menggunakan mukenahnya sambil menunggu Hakim menyelesaikan wudhunya. mereka
berdua sholat jamaah dengan hikmah, kemudian Sasa memberanikan untuk bersalaman
ke Hakim seperti istri ke suaminya, setelah itu Hakim memimpin berdzikir sampai
akhirnya doa yang mereka panjatkan sendiri-sendiri.
"Sa" Hakim memanggil sasa yang sedang berdoa
Sasa kaget ketika ada yang memanggilnya "berhentilah
mengagetkan orang ketika berdoa, sudah 2x kau seperti ini"
"ya ampun Sa, maaf aku tak bermaksud. aku hanya
ingin menanyakan apa doa yang kau panjatkan"
"ada deh"
"setidaknya aku hanya ingin tau, apa doa yang kamu
panjatkan untuk hubungan kita"
"baiklah tadi aku belum selesai berdoa, akan
kuselesaikan dulu" Sasa tenang dan mengambil nafas "ya tuhan aku
ingin tetap seperti ini, dalam setiap ibadahku sampai aku tua nanti, aku harap
orang yang berada didepanku yang memimpin sholatku tadi adalah imamku nanti,
kepala keluargaku nanti, ayah dari anak-anakku, dia menjadi imamku dan aku
makmumnya" sambil memejamkan mata
"haha lucu" Hakim tertawa cekikan "aku
juga berdoa untukmu, aku hanya ingin berharap kamu akan selamanya untukku dan
semoga jodoh yang digariskan sama Allah itu kamu" jawab Hakim sambil
tersenyum.