Rabu, 02 April 2014

Kamu Imamku, Aku Makmummu

"deeeek bangun" suara kak Haris mengedor pintu kamar Sasa
"iya kak udah bangun kok" sambil membukakan pintu 
"rumah kok sepi kak? tumben?" tanya Sasa
"loh dek kamu lupa, semalem si putra badannya panas banget, terus dibawa cek ke dokter katanya positif DBD" jelas kak Haris
"ah serius kak? ya ampuk dek Putra" risa menundukkan kepalanya, menahan tangis. "Tapi Sasa kok gak dikasih tau sih kak?" tanya Sasa semakin sedih
"sebenernya kakak pengen bangunin kamu tidur dek, tapi kan besoknya kamu kuliah pagi" Jelas kak Haris dengan wajah tenang
"yaudah kamu mandi dulu, nanti pulang kamu kuliah kita kesana bareng" jawabnya lagi

Rasanya hari ini sasa tak berniat untuk mendengarkan dosen berbicara, perempuan satu ini bernama Sasa Hanggini Salsabila mahasiswi kebidanan disalah satu Universitas di Surabaya. Bayangannya tergiang ke adiknya, dia ingat kalau setiap pulang kuliah harus rebutan nonton tv, terus malamnya harus rebutan main komputer. Terbenak dipikirannya begitu adeknya yang semangat ketika berantem dengannya, dan nanti harus melihat adeknya tergulai lemah di ranjang rumah sakit.

"Sa, kamu kenapa sih? kok ngelamun?" tanya Naya.
Sasa masih asik dengan lamunannya. Naya merupakan sahabat Sasa dari SMA sampai sekarang. dengan postur tubuh mereka yang hampir mirip dan sering jalan berdua. mereka disebut anak kembar dari SMA sampai kuliah.

"eh sorry, ada apa Nay?" Sasa tersadar
"ngelamunin apa sih? sampe segitunya? sampe gak fokus kuliah?" tanya Naya lagi
"Sorry Nay, si Putra masuk rumah sakit kena DBD"
"ya ampun Sa, yang sabar ya. dirawat dimana?"
"di RS. Al Irsyad"
"Nanti kita jenguk deh, ya gak Rit?" ucapnya sambil menyenggol Rita yang merupakan sahabat baru mereka dari semester 1-4 ini.
"ah aku gak bisa nih, nanti aku dijemput sama abang tercinta" Rita nyengir kuda
"yaudah kalian gak usah ikut gpp, besok masih bisa. nanti aku sama abangku kok" jelas sasa
"eh ada kak Haris? ikut deh" jawab Rita semangat "udah lama gapernah liat abangmu yang super ganteng itu semenjak jarang ngerjain tugas lagi dirumahmu" dia mengerdipkan mata
"eh tadi bukannya ada yang bilang mau keluar sama abang tercinta ya?" goda Naya

Mata kuliah hari ini sepertinya tak ada satupun yang menempel diotak Sasa, dia terus memikirkan adiknya. tepat pukul 2 siang mata kuliah selesai. dia langsung izin pulang duluan ke teman-temannya, langsung bergegas ke rumahnya untuk mandi, ganti baju, dan sholat ashar. Baju kemeja denim lengan panjang, celana jeans zara warna abu-abu, kerudung segitiga warna senada, serta sepatu flats motif leopard siap mengantarkannya ke rumah sakit, cukup simple.

Tepat pukul 15.30, sepertinya Sasa terlalu terburu-buru datang ke Rumah Sakit, mungkin karena jarak Rumah Sakit dengan rumahnya terpaut 10menit. sedangkan jam besuk baru buka jam 4.

Setelah 30menit berlalu dia langsung lari kecil menuju Ruang Anak di Lantai 2. setelah sampai dilantai 2 dia mencari kamar no. 3. dia langsung membuka pintunya pelan, dia terkaget saat yang dilihatnya bukan salah satu dari keluarganya.

"maaf" jawab Sasa sambil menutup pintunya kembali


Sasa sebel bukan main, terlintas dipikirannya kak Haris jail terhadapnya. Dia berusaha sms dan menelpon kakaknya, namun tak ada respon. memang sebelum itu kakaknya sudah menghubunginya waktu mata kuliah kalau tak bisa berangkat bersama ke RS karena ada meeting mendadak di kantornya.

Tiba-tiba ada suara jejak kaki yang mendekatinya, dan memegang pundaknya.

"dek kok gak masuk?" Tanya kak Haris
"ah rese nih kakak ya, boongin Sasa ya? tadi masuk kok gak ada adek, papa atau mama sih?"
"loh bener dek, coba sini cek" menarik tangan Sasa sambil membawa ke pintu yang tadi di bukanya.
ternyata saat dibuka benar yang terlihat laki-laki tadi, tapi disamping kanan pintu terdapat bed lagi yang ditempati adiknya. dia lupa kalu kelas 1 di Rumah Sakit diisi 2orang.
"nih dek makanya diliat dulu, jangan asal nyalahin kakak mulu" goda kakaknya
"ah apaan sih kak? sebel nih sama kakak"
"ciye marah ciyeeee" godanya lagi
"sudah-sudah ada anak kecil-kecil tidur" sahut Papa mereka
"Mama kemana Pa?" tanya Sasa
"tadi Mama mau ambil baju adek di rumah, gak ketemu?"
"gak Pa, tadi aku sudah disini dari jam stgh4"

Suasana tampak hening kembali, kak Haris daritadi keluar masuk kamar inap gara-gara hpnya yang terus berdering. "sok sibuk banget sih" omel Sasa dalam hati. Dia terus memandangi adiknya yang sedang tertidur sesekali dia melihat laki-laki yang dia liat tadi saat membuka pintu. ganteng, putih, wajah yang teduh, mungkin seusia kakaknya, sesekali tersenyum kepadanya dan membuat terasa adem dihatinya. Papa sedang ke apotik mengambil obat adiknya, Putra.

Sampai akhirnya pintu membuka, dia berharap Papanya datang agar bisa diajak ngobrol, karena kakaknya sibuk menelpon. Ternyata bukan Papanya yang masuk, tetapi seorang laki-laki yang mungkin tak beda jauh dengannya, ganteng, kulit sawo matang sedikit putih, tinggi.

"It's so handsome" teriaknya dalam hati, dia terus memandangi laki-laki itu, dan sebaliknya.  tanpa tersadar kak Haris berjalan dibelakang laki-laki itu.
"Dek kamu naksirnya? Ciyee" bisiknya pelan pada telinganya
Sasa malu bukan main. Dia segera menundukkan kepala. Dan kembali memandangi adiknya yang sedang tertidur.

Senja sudah mulai menampakkan dirinya. Tak terasa suara adzan magrib sudah berkumandang.

"Dek gakmau sholat? Biar kak Haris yang jaga Putra"
"Kakak ajah dulu sama Papa, nanti aku nyusul pas Mama dateng"

Kak Haris dan Papanya pun segera keluar ruangan. Kemudian disusul dengan laki-laki yang ditemuinya pertama kali. Jadi tinggal lah Sasa dan adiknya, kemudian laki-laki yang barusan datang itu dengan adiknya.

Dia binggung apa yang harus dilakukan. Tak ada teman mengobrol. Hanya bisa melihat stasiun televisi disana, sesekali memandangi laki-laki itu kembali yang sedang asik dengan gadgetnya. Akhirnya Mamanya datang, dia segera bergegas ke Musholla Rumah Sakit.

Saat ingin menuruni tangga, dia melihat kak Haris, papanya, dan laki-laki yang dilihatnya pertama kali itu sedang ngobrol dengan asyiknya.

"Kak, beliin kebab dong, laper" godanya sambil nyengir kuda
"Enak ajah beli sendiri" goda kakaknya sambil menjulurkan lidah
"Pa, tuh kan kak Haris pelit" bujuk Sasa

Akhirnya kak Haris pun mau membelikan, karena desakan adiknya dan papanya. Sasa segera meninggalkan ketiga orang itu dan menuju musholla.

Dalam doa yang ia panjatkan. Tak henti-hentinya dia meminta agar adiknya segera sembuh. Sampai ia meneteskan air mata.

"Mbak" sapa seseorang terhadapnya

Dia kaget melihat seseorang yang menyapanya adalah laki-laki yang dilihatnya tadi. Jantungnya berdebar tak karuan. Dia mencoba menata hatinya kembali.

"Iya ada apa?" Jawabnya
"Sayang banget sama adiknya ya mbak? Kok sampai nangis gitu?"
"Siapa sih yang gak sedih adiknya sakit, tergulai lemah seperti itu. Yang biasanya melihat adiknya ceria dan riang penuh tawa, tiba-tiba harus sakit. Memang kamu gak sedih adiknya begitu?"
"Sedih sih, tapi itu bukan adik saya, itu anaknya kak Rahadian abang saya"

Sasa hanya menganggut-anggut mendengarnya. Dia tersadar harus balik duluan, karena banyak tugas kuliah. Ia segera pamit. Rasanya Sasa masih ingin mengobrol dengannya.

***

Adzan subuh berkemundang seketika itu Sasa terbangun dari tidurnya dan melakukan sholat subuh. Setelah itu dia melanjutkan tidurnya kembali, matanya sudah tak tahan menahan kantuk. Dia tidur baru jam stgh2 setelah mengerjakan PPT untuk presentasi besok di kuliahnya.

Tepat pukul jam 7, dia terbangun karena ada kuliah jam 8. Dia segera meraih hpnya, ada beberapa pemberitahuan di hpnya kalau hari ini kuliah masuk jam 2 siang. Hatinya terasa gembira, setidaknya dia dapat menjenguk adiknya terlebih dahulu sebelum berangkat kuliah.

Kali ini dia pergi ke Rumah Sakit dengan memakai sepatu sandal crocs, celana jeans warna hitam dan jacket berwarna navy, serta kerudung yang senada. 

Sesampainya di rumah sakit, suasananya masih tampak sepi tak ada hiruk pikuk pasien. Dia langsung naik ke lantai 2. 

"Loh nak kamu gak kuliah?" Tanya mamanya
"Sebenernya ada Ma, jam 8. Tapi diundur jam 2siang" tertawa kecil 

Dia bercanda dengan adiknya. Sesekali adiknya minta hpnya dia untuk mainan, kali ini dia tak melawan jika hpnya dipinjam adiknya. Rasanya tak tega melihat Putra merengek dalam keadaan seperti itu. 

"Dek sudah jam 12, kamu gak pulang?" Tanya papanya
"Iyah pa, ini mau pulang" mencubit pipi adiknya
"Ma, kak sasa jahat tuh, masa iya adiknya sakit dicubitin" sahut Putra

Sasa hanya tertawa kecil dan tersenyum melihat adiknya merengek ke mamanya. Dia berpamitan ke mama dan papanya untuk pulang duluan.

"Nanti pulang kuliah, aku kesini lagi. Assalamualaikum" dia pergi meninggalkan ruangan itu, terbesit dalam hatinya "kenapa aku tak bertemu lelaki yang mengajak ngobrol kemarin?" Hatinya selalu bertanya-tanya, ada perasaan rindu. Yang terlihat tadi adalah seorang perempuan, mungkin itu kak Mela ibunya adik itu.

Mata kuliah pun selesai pukul 5sore. Dia menyempatkan sholat ashar bersama teman-temannya terlebih dahulu. 

"Sa kayaknya kita gak bisa ikut deh" jawab Naya
"Iya nih sa, kemaleman soalnya, tau sendiri mak eike cerewet" sahut Rita
Lagi-lagi dengan bawaannya yang tenang dia hanya menjawab anggukan sambil tersenyum.
"Gpp guys, next time ajah. Sesempetnya kalian"
"Oke. Salam buat kak Haris. Eh salah buat keluargamu dah" celetuk Rita
"Oke duluan ya" pamitnya

Sasa pergi meninggalkan kedua sahabatnya itu. Dan buru-buru pergi ke rumah sakit. Sesampainya di tempat parkiran.

"Loh mbak dines apa? Sore? Kayaknya kesiangan deh mbak" tanya tukang parkir
"Oh engak pak, saya mau jenguk adek saya yang sakit" jawabnya sebel

Sampai disaat pintu masuk dia melepaskan jaketnya. Tak heran semua mata memandang kearahnya. Dia merasa canggung, "hei aku pengunjung bukan petugas kesehatan disini" omelnya dalam hati, karena setiap orang yang melihat merasa saya dihormati sebagai petugas kesehatan. 

Tak hanya pengunjung yang melihat aneh. Tapi perawat disana juga memandang aneh, sesekali berbisik. "Ah bete max!" Teriaknya dalam hati "berhenti melihatku seperti itu". 

Sampai akhirnya di lantai 2, dan tepat di kamar 3 tempat adiknya dirawat. Dia membuka pintu.

“mau diperiksa ya sus?” suara adiknya kak Rahadian
“saya bukan mahasiswa magang” ucapnya semakin ketus.
Tiba-tiba suara tertawa cukup keras terdengar dari dalam.
“maaf saya pengunjung, bukan suster disini” Sasa langsung masuk, sebel.
“oh maaf mbak” suara laki-laki itu
“makanya dek kesini itu jangan pakai seragam kuliah, udah tau sekolah kesehatan. Eh ke Rumah Sakit pakai baju ginian ya dikira mahasiswi magang” goda kak Haris sambil tertawa cekikikan
“husss Haris” sahut papanya

Tak lama kemudian, adzan magrib berkemundang. seperti biasa papa dan kak Haris selalu duluan, mama tidak bisa sholat karena lagi datang bulan. adik kak Rahadian sering kali melihat kearah Sasa, mungkin karena perasaan bersalah terhadapnya tadi. tiba-tiba pintu terbuka.

"maaf dek, kak Rahadian telat kesininya. tadi di kantor ada masalah kecil sedikit"
"iya kak, gpp"
"oya kak Mela mana?"
"kak Mela lagi ambil obat di apotik kak"
"yaudah dek, kamu sholat ajah dulu, nanti kakak ajah yang jaga adek, nanti kakak nyusul kalau kak Mela udah dateng" laki-laki itu kemudian pergi.

Sesaat itu, papa dan kakaknya datang. Sasa langsung bergegas ke Musholla. sampai disana ia melihat laki-laki itu sedang sholat. dia juga ingin segera sholat. saat selesai sholat dia merapikan kembali mukenahnya. Tiba-tiba saat iamenggunakan kembali sepatunya di depan Musholla, ada seseorang yang duduk disampingnya.

"hai" sapanya
"Oh... hai" sasa kaget saat melihat orang itu, lagi-lagi lelaki itu yang menyapanya kemarin
"maaf ya mbak tadi saya kira mbaknya, suster disini. abisnya pangling liatnya. beda banget" sambil melihat baju sasa
"oh iya gpp, gak kaget kok. dari parkiran juga sudah begitu"
"oya Hakim" mengulurkan tangannya "nama mbaknya siapa?" lanjutnya
"Sasa" mengulurkan tangannya juga
"kuliah jurusan apa?"
"kebidanan, kamu?"
"hukum, semester berapa?"
"semester 4, masnya?"
"semester 6, adek tingkat dong mbaknya"
"karena saya adek tingkat, jangan panggil mbak dong, kan saya lebih muda dari situ"
"dan jangan panggil saya mas, emang dipikir saya mas-mas yang jualan bakso" lelucon Hakim yang garing, Sasa hanya menyaut senyum seadanya.
"yaudah saya pamit duluan" Sasa berpamitan
"boleh bareng? satu jalan kan?"

Dia hanya tersenyum dan mengangguk. sumgguh perasaannya tak karuan, berbicara dengannya sudah membuat hampir keringat dingin. apalagi harus berjalan disampingnya. sesampainya dilantai 2. Hakim memberanikan mengobrol dengannya, karena sepanjang perjalanan tak ada obrolan.

"Sa" Hakim memberhentikan langkahnya
"iya ada apa?"
"boleh minta nomer kamu?"
Sasa terdiam kaget, dia tak menyangka Hakim secepat itu ingin mengenal dirinya.
"kok diem? gak boleh ya? gpp kok gak maksa, maaf terlalu cepat" tampak kecewa dimukanya
Sasa tak tega melihat wajahnya yang tampan itu ada terselip perasaan kecewa.
"eh. ini" menyodorkan hpnya yang tertuliskan nomernya
"terimakasih" dia menampakkan wajah tampan yang bahagia sambil tersenyum kepada Sasa

Kemudian mereka masuk bersamaan di ruang adiknya dirawat.

"cie kok bareng sih dek? ada apa nih?" goda kak Haris
Mereka berdua hanya menunduk terdiam malu.
"dasar anak muda, eh Yan, sepertinya kita akan berbesan nih, bilang sama orangtuamu deh, adekmu sama adekku mau nikah" lanjut kak Haris
"kakaaaaaaaaak" teriak manja Sasa
"haha iya iya boleh tuh Ris, nanti deh ngomong ayah sama mama" lanjut goda kak Rahadian

Suasana didalam tampak ramai, mama sama papa Sasa hanya tertawa, disusul kak Haris, kak Rahadian dan kak Mela.

"ah tau deh" Sasa ngambek
"cieeee, tuh dek Sasanya ngambek" goda kak Rahadian sambil menyenggol Hakim yang hanya tersenyum mengeleng-gelengkan kepalanya

***

Sinar matahari sabtu pagi ini sudah masuk ke kamar Sasa, dia terbangun dari tidurnya untuk menjenguk adeknya, tepat pukul jam 8. dia memang sering bangun jam 8, karena lembur mengerjakan tugas, kemudian tidur sebentar sholat subuh, kemudian tidur kembali. Dia pergi dari kamarnya dan membangunkan kakaknya. tiba-tiba di depan kamarnya terdapat tulisan.

dek maaf, kakak gak bisa ikut jenguk ke rumah sakit
kakak ada meeting mendadak.
salam buat adek, mama, papa ya :)
thankyou adekku cantik:*
dont be sad! ;pp

Lagi-lagi dia berangkat ke Rumah Sakit untuk ketiga kalinya sendirian. dia langsung bergegas untuk mandi. setelah mandi dia meraih hpnya, ternyata ada 2sms dan 1 miscall, tepatnya itu satu telpon dan sms dari kakaknya, kemudian dia buka satu sms nomer asing.

X : hai sa
S : siapa?
X : Hakim :)
S : iya kak, ada apa?
H : mau jenguk adekmu ke RS?
S : iya kak, kok tau?
H : iya dong, apasih yang enggak aku tau tentang kamu.
S : haha iya iya
H : yaudah, aku jemput
S ; gak usah kak, aku berangkat sendiri bisa kok. deket dari rumah juga
H : aku sudah dijalan dekat rumahmu ini
S : hah? kok bisa? cepet banget? tau darimana alamatku?

Setelah lama menunggu balasan dari Hakim

H : aku didepan rumahmu :)

Sasa langsung mengintip lewat jendela depan rumahnya, tampak benar Hakim berada di depan rumahnya. Baju putih polos, jacket varisity warna merah-hitam, celana jeans pendek sedengkul, sendal jepit dengan sepeda motor matic Honda Vario GT warna putih tampak pas dengan dirinya. kemudian Hakim melihat dirinya sambil tersenyum, Sasa lupa dia belum memakai jilbab dan masih menguncir rambutnya dengan piyama tidurnya.

Dia kemudian lari ke kamarnya untuk memakai baju. baju batwing polos warna peach, celana jeans warna abu-abu, pasmina motif bunga-bunga sudah menutupi rambutnya, sepatu kets warna merah. Sasa memoleskan sedikit bedak dan lipgloss, kemudian menyemprotkan parfum ke badannya. setelah itu dia langsung keluar rumah dan mengunci pintu.

"hai kak"
"hai Sa, ka....mu cantik banget" konsentrasi Hakim buyar saat sedang asyik memainkan hpnya ketika melihat Sasa "tapi kamu yakin ke RS pake baju begini?" godanya

Perkataannya membuat hati Sasa sakit, jantungnya begitu sesak "salah kostum? okay aku balik deh, ganti baju" dia pergi untuk membuka pintunya kembali. tiba-tiba tangan hakim memegang pergelangan tangannya, sehingga ia menghentikan langkahnya.

"berhenti" ucap Hakim dengan tenang "maaf, aku tak bermaksud membuatmu kecewa" lanjutnya
"iya gpp kok, aku mau masuk rumah dulu ganti baju" jawab sasa untuk menahan tangis yang mungkin akan segera meledak
"tak usah, kamu sudah cantik begini. ayo" Hakim menariknya menuju sepeda motornya

Sasa merasakan dadanya masih sesak, sakit sampai ke hatinya dan menahan air matanya tak jatuh. "aku bodoh! bisa-bisanya pakai baju seheboh ini padahal mau ke rumah sakit" omelnya dalam hati dan berbicara pada pikirannya sendiri. sampai ia tak sadar bahwa Hakim tak menuju jalan ke rumah sakit.

"kak...." ucapnya pelan "kita kemana? ini bukan jalan ke rumah sakit kan?"
Hakim hanya diam, tak menjawab pertanyaannya
"kak?" tanyanya lagi
"aku laper, kita makan"

Sampai akhirnya mereka berdua sampai di McD Basrah. Suasana lumayan ramai di tempat ini ketika pagi hari. mereka menemukan tempat duduk dibagian lantai atas, dekat dengan kaca sehingga dapat melihat pemandangan kota Surabaya dipagi hari menjelang siang hari.

"aku mau pesen makan dulu, kamu mau makan apa?" tanya Hakim
"terserah" jawab Sasa singkat, dia masih kecewa dan malu atas kejadian tadi

Akhirnya Hakim turun kebawah untuk memesan makanan, butuh waktu lumayan lama sekitar 15menit barulah Hakim kembali keatas duduk didepannya.

"ini" memberikan makanan Sasa, iyap makanan yang cukup berat memang untuk dipagi hari nasi dan fried chicken dengan minuman bersoda
"makasih" sasa melihat betul makanan yang dibeli Hakim cukup lebih ringan dari punyanya. Chicken Egg Muffin dan hot coffe

Selama makan, tak ada satupun percakapan yang berlangsung. Sasa yang masih ngambek dengan Hakim, dan Hakim melihat Sasa makan merasa bersalah telah menyakiti hatinya.

"kau masih marah padaku?" Hakim memberanikan memulai pembicaraan terlebih dahulu
Sasa menjawab dengan gelengan dan melanjutkan makannya
"tapi kenapa kamu diam seperti ini? kamu ngambek? aku minta maaf ya Sa, aku tak bermaksud menyakiti hatimu"
"gpp, aku gak marah. maaf ya"
"yaudah, senyum dong. jangan cemberut gitu ah" goda Hakim sambil mencubit pipinya
"aaaaw sakit tau!" memukul pelan badan Hakim
"ah dasar anak kecil, ngambekan" lanjut godanya
"ih ntar aku ngambek lagi loh"
"eh jangan deh bahaya, susah bikin orang balikin mood" Hakim tertawa kecil
"oya kak, tau alamat rumahku darimana ya?"
"ada deh"
"ih rese nih, ngaku gak!"
"haha iya iya, kak Haris belum cerita ya? jadi ya kakak kita itu temen sebangku pas smp. kakakku pernah main kerumahnya. eh yaudah aku maksa minta alamatmu ke kak Rahadian. untungnya masih inget rumah kak Haris mana"
"maksa? kenapa gak tanya sendiri sama orangnya?"
"kalau tanya sendiri gak sureprise dong? gak bakalan kamu pake baju seperti ini" ucapnya "aku yakin banget kamu pakai baju gini buat aku kan?" lanjutnya menggoda Sasa
"apaan sih norak tau gak!" sahutnya "pede banget sih jadi cowok, sok" lanjutnya memalingkan muka
"apa? sok ganteng? emang iya aku ganteng" jawabnya "buktinya ya pas aku masuk ruang inap kamu ngelihatin aku gitu banget kan" sambil menjulurkan lidahnya
"ih apaan! sumpah norak. pulang-pulang deh" mukanya memerah
"kerjaannya ngambek mulu ini anak" lagi-lagi mencubit pipi Sasa
"dan kamu pasti ada apa-apa nih kan? sampe segitunya minta alamatku ke kak Rahadian. hayoloooh ngaku!"
Hakim terdiam kaget "ih gak lah, ini cuma minta maaf soal kemarin, yang aku kira suster di rumah sakit"
"gak percaya, modus banget" Sasa menjulurkan lidahnya

Setelah mereka membereskan untuk menyelesaikan makanannya, mereka bergegas ke Rumah Sakit. sepanjang perjalanan mereka mengobrol, tertawa bersama. sepertinya mulai nyambung satu sama lain. Sesampainya mereka berjalan berdampingan dan akhirnya tiba dilantai 2 tepat diruang rawat inap adiknya. dibukalah pintu kamar nomer 3 itu. suasana tampak sepi, kemudian Sasa bertanya kepada perawat yang sedang berjalan.

"maaf sus, ini pasiennya kemana ya?"
"sekarang lagi ada terapi bermain mbak buat pasien ruang anak"
"oya terimakasih sus"

Kemudian dia kembali masuk ke ruangan kembali. tampak Hakim sedang tiduran di bed penunggu dan memainkan gadgetnya. Sasa binggung ingin melakukan apa, dia duduk di bed penunggu, akhirnya dia menyalakan TV melihat acara kesukaannya Dahsyat acara musik yang selalu ia liat ketika liburan kuliah sambil sesekali sibuk memainkan gadgetnya. sampai akhirnya ia tak tersadar bahwa Hakim sudah berada dibelakangnya.

"Sa" suara Hakim dari belakang
"astagfirulloh" sahut Sasa kaget menoleh kebelakang sambil mengelus dadanya
"eh maaf membuatku kaget" Hakim tersenyum kepadanya
"gpp kak, ada apa?"
"boleh ngomong sesuatu?" tanyanya
jarak mereka terlalu dekat, wajah mereka hanya berjarak 30cm. Sasa menjawab dengan anggukan.
"aku tau ini terlalu cepat, aku tau ini pasti salah, aku juga tau pasti kamu pun sama"
"aku mau....."
"mau apa kak?"
"will you marry me?" sambil memegang tangan Sasa

DEEEKKK
jantung Sasa terasa benar-benar ingin copot.

"jangan bercanda kak, gak lucu"
"i'm not kidding, i'm seriously"
"and i'm not serious" jawabnya mulai ketus "duh aku belum berpikir sampai kesitu, masih pengen seneng-seneng" lanjutnya, genggaman tangannya begitu mencengkeram tangan Sasa 

Hakim hanya terdiam melihat Sasa. tatapan mereka beradu satu sama lain. tatapan yang sama-sama begitu tegang dan tajam seperti elang yang ingin mencengkram mangsanya. Dan tanpa disadari oleh mereka kak Haris masuk keruangan. 

"weits ada apa nih?" dia duduk diantara keduanya "eh jangan sembarangan pegang - pegang adik saya, kesempatan banget sih bro"
Tak ada sama sekali yang menjawab, mereka berdua memunggunginya.
"hei ini telinganya pada eror semua ya atau bagaimana? atau lagi gak ngomong?" lanjutnya lagi "dek" mata kak Haris menyipit kearah Sasa
"maaf kak" jawab Hakim "maaf kak udah pegang tangannya adik, kakak. saya yang salah"
"wus santai bro, ini sebenernya ada apa?"
"hm gimana ngomongnya ya...."
"ah gini ajah deh ya, kak Haris ajah yang lurusin. jadi gini dek, si Hakim itu suka sama kamu, si Rahadian bilang kalau Hakim itu mau banget pas kakak kemarin goda kalian dijodohin" celetuk kak Haris
"kaaaaaak" ucap Hakim
"husss diem, gitu ajah ribet ngomongnya. jadi dia itu pengen nembak kamu. Katanya aneh ajah dari pertama kali liat kamu, rasanya pengen selalu liat kamu. tanpa kamu sadar dia pernah ke kampusmu kemaren hanya ingin sekedar memastikan kalau kamu tak ada yang memiliki"
"udah bilang tadi kak" ucap Hakim
"tapi kenapa tatapan kalian begitu tajam?"
"abisnya tadi dia bilang will you marry me sih kak, apa gak gila dia? orang masih muda juga" sahut Sasa
"haha jadi itu masalahnya? astaga si Hakim ya, sudah berani ke jenjang yang lebih serius"
"sebenernya gak ada niatan kearah seperti itu, cuma pengen ngetest ajah dia suka aku atau enggak, eh keburu kak Haris dateng duluan"
"nah sekarang dari kamu dek, kamu suka Hakim gak?"
"hmmmmm" Sasa mencoba berfikir "sebenernya gimana yaa..." lanjutnya sambil terdiam cukup lama
"haduh lama ngomong iya ajah. kakak yang wakilin ajah nih" 
Sasa kemudian mengangguk, kemudian reflek Hakim ingin memeluk sasa tapi kak Haris tidak memperbolehkan. 

"eits stop! mau ngapain bro? inget ya bukan berarti kakak menyetujui kalian berdua, tapi pacaran kalian harus sehat dan setidaknya lebih taat pada agama. dan buat kamu hakim, saya gak akan pernah rela adik saya dibuat menangis karena cinta"
"siap kak, insyaallah gak akan pernah terjadi"
"dan info penting yang gak kalian berdua tau, si Sasa itu belum pernah sama sekali pacaran"
"ah sumpah kak? haha" ledek Hakim
"eh enak ajah tertawa, memang kamu sendiri pernah pacaran? kata Rahadian kamu gak pernah mau kan nembak cewek? takut ditolak? sama kan gak pernah pacaran, pasti keliatan lucu kalian kalau pacaran, soalnya baru pertama kali semua" goda kak Haris sambil tertawa cekikikan.
"haha gak berani nembak cewek? ah cupu banget sih kak Hakim, aku ajah udah pernah ditembak, tapi aku tolak soalnya masih sma kelas 1 dan memang belum dibolehin pacaran"
"jadi pamer nih kamu? aku akui ya memang aku gak berani nembak cewek duluan, tapi banyak cewek yang ngejar-ngejar aku pas sma, maklum ketua osis+ketua basket. tau sendiri pastinya tenar gimana?" goda hakim sambil menjulurkan lidahnya
"o ajah deh" jawab sasa sebel, pasti diluar sana kalau tau hakim pacarnya sekarang, bisa dibantai teman-teman sma nya dia, apalagi yang perempuan.
"eh kak, mamanya dulu ngidam apa sih? kok anak ini ngambek mulu dari tadi?"
"ah udah deh, kakak tinggal dulu. gak mau ganggu pasangan baru" sambil mengusap kepala sasa dan merangkul pundak Hakim akrab "kakak pergi liat adik ajah" kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

Kak Hakim pergi meninggalkan mereka berdua, hanya tersisa mereka berdua. suasana kembali hening mereka hanya saling menatap dan sesekali tersenyum satu sama lain.

"Sa" sapa lembut Hakim memegang tangan Sasa "jujur Sa, kamu bukan perempuan yang pernah kupegang tangannya, bukan pertama orang yang kuajak makan, tapi kamu adalah orang pertama yang benar-benar jadi seseorang yang akan disampingku, insyaallah selamanya"
"amin, sama kok. tapi kamu nembaknya lucu masa kak Haris yang ngomong dan kak Haris yang jawab, lucu ya kita haha" sambil tertawa cekikikan bersama-sama

tiba-tiba Hakim mencium kening Sasa dengan hangat cukup lama. jantung Sasa berdetak sangat cepat, dia tak menolak ketika Hakim menciumnya.

"terimakasih Sa"
"buat?"
"kau tak menolakku untuk mencium keningmu"
Sasa menjawab dengan senyuman manis di bibirnya "gpp, kamu orang pertama yang mencium keningku selain orang tuaku"
"dan kamu perempuan pertama yang pernah kucium keningnya" jawabnya tenang dengan mata meneduhkan "aku akan menjagamu dan menjaga hubungan ini, aku akan menjagamu lewat doaku, aku akan melamarmu nanti ketika kita wisuda, kau akan ada di foto kenangan wisudaku, i'm promise"
"i'm promise too, i love you"

Mereka berdua bercandaan didalam ruang inap, sampai akhirnya kedua keluarga mereka datang. suasana kembali tampak ramai.

Matahari sudah menampakkan cahayanya yang menyengat. matahari sudah berada ditengah-tengah. adzan dhuhur berkumandang indah di seisi rumah sakit. Sasa dan Hakim pergi dahulu untuk melaksanakan sholat, meskipun saat mereka berangkat seperti biasa kak Haris selalu meledek mereka berdua dan membuat seisi ruang itu tertawa.

Sesampainya di Musholla, memang sepi, karena mereka sholat di musholla ruang anak bukan di musholla umum rumah sakit. Sasa membuka jilbabnya sehingga melihatkan rambutnya, dan berwudhu terlebih dahulu. sepertinya Hakim melihat setiap wudhu yang dilakukan Sasa.

"kamu selalu cantik dalam keadaan apapun sa, wajahmu tampak lebih indah ketika kamu berwudhu, tapi sayang kau melihatkan auratmu didepanku"
"maksudnya? aurat?"
"itu yang belum kamu tutupi di kepalamu dengan kerudungmu"
"astagfirulloh" menutup rambutnya dengan kerudungnya "maaf kebiasaan kalau wudhu memang begini"
"aku tak hanya sekali melihatmu tanpa jilbab, ketika tadi pagi kau juga tak memakai kerudungmu saat mengintipku diluar" ucapnya "aku akui kamu jauh terlihat lebih manis, dan terlihat seperti anak kecil, tapi aku tak ingin kau membukanya lagi, sampai aku benar-benar bisa jadi mahrammu"
"ya ampun maaf ya sekali lagi"

Hakim hanya membalas dengan senyuman. kemudian Sasa menggunakan mukenahnya sambil menunggu Hakim menyelesaikan wudhunya. mereka berdua sholat jamaah dengan hikmah, kemudian Sasa memberanikan untuk bersalaman ke Hakim seperti istri ke suaminya, setelah itu Hakim memimpin berdzikir sampai akhirnya doa yang mereka panjatkan sendiri-sendiri.

"Sa" Hakim memanggil sasa yang sedang berdoa
Sasa kaget ketika ada yang memanggilnya "berhentilah mengagetkan orang ketika berdoa, sudah 2x kau seperti ini"
"ya ampun Sa, maaf aku tak bermaksud. aku hanya ingin menanyakan apa doa yang kau panjatkan"
"ada deh"
"setidaknya aku hanya ingin tau, apa doa yang kamu panjatkan untuk hubungan kita"
"baiklah tadi aku belum selesai berdoa, akan kuselesaikan dulu" Sasa tenang dan mengambil nafas "ya tuhan aku ingin tetap seperti ini, dalam setiap ibadahku sampai aku tua nanti, aku harap orang yang berada didepanku yang memimpin sholatku tadi adalah imamku nanti, kepala keluargaku nanti, ayah dari anak-anakku, dia menjadi imamku dan aku makmumnya" sambil memejamkan mata
"haha lucu" Hakim tertawa cekikan "aku juga berdoa untukmu, aku hanya ingin berharap kamu akan selamanya untukku dan semoga jodoh yang digariskan sama Allah itu kamu" jawab Hakim sambil tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar