Pagi itu suasana di kampus ternama di Surabaya cukup sejuk. Banyak mahasiswa dan mahasiswi yang mulai berjalan kesana kemari. Tak halnya dengan Visya gadis yang kuliah jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat ini hanya duduk di tepi danau kampus, melihat segerombolan angsa disana yang sedang berenang.
"Visya" suara laki-laki itu mengagetkan lamunan Visya. Visya menoleh sejenak, adik tingkat kuliahnya, dia Rafi.
"Ada apa?" Sahut Visya menatap malas, karena tak ingin menanggapi Rafi kali ini.
"Sekali lah berbuat manis kepadaku Visya" ucap Rafi merajuk "tatapanmu dan wajahmu itu sangat menyebalkan ketika melihatku" jelasnya
"Kenapa kamu yang tak terima, huh? Suka-suka aku kan? Kamu bukan siapa-siapa aku Raf" jelas Visya malas dan memalingkan wajahnya.
"Terserah kamu saja Sya, kamu tetep special buat aku, sampai kapanpun aku gak bakal menyerah buat hatimu luluh sama aku" sahut Rafi memegang lembut tangan Visya, meskipun hatinya terluka tapi sudah kebal baginya diperlakukan seperti itu oleh Visya.
Visya melepas genggaman tangan Rafi dengan kasar "Lepasin! Aku mau ke kelas Rafi, jangan ikuti aku hari ini" ucapnya berdiri dan meninggalkan Rafi dengan tatapan menyedihkan kearahnya.
Rafi hanya terdiam mendengar kata-kata itu. Laki-laki satu ini kuliah jurusan Farmasi, mereka bertemu karena satu klub UKM Teater. Rafi merupakan lelaki yang cukup tampan, tinggi, dengan kulit sawo matang sedikit putih. Dia adalah seseorang yang selalu ada buat Visya, walaupun terkadang Visya membentaknya, mengusirnya. Tapi itu bentuk cintanya kepada Visya yang tak mau menyerah. Dia sudah mencintai Vira sejak semester 1 pertama masuk klub teater sampai sekarang semester 2 akhir.
Visya mengikuti kuliah hari dengan simak, dengan cermat. Karena memang ini akhir-akhir kuliah dan akan diadakan UAS dia tak akan main-main lagi. Dia lebih serius mendengarkan dosen yang mengajar.
*****
UAS pun selesai.
Libur telah tiba untuk 3minggu kedepan. Cukup beruntung bagi Visya setelah aktifitas kuliahnya yang begitu padat. Selama liburan ia hanya di rumah melihat stasiun televisi dan terkadang memainkan gadgetnya. Dan kalau pun dia beruntung ada teman yang mengajaknya keluar walaupun jalan-jalan di mall langsung ia terima.
Drrrrt.
Hp Visya menandakan ada pesan masuk.
From: Rafi
Pagi guys, anak UKM Teater meet up yuk. Jam 3 oke? Ketemu di TP. Sebarkan yes:)
Hatinya sungguh senang, akhirnya UKM Teater mengadakan kumpul bareng. Tapi yang menghubunginya kenapa cuma Rafi, itu yang terus ditanyakan dalam hatinya.
To: Rafi
Ok.
From: Rafi
Apa ada jawaban yang lebih singkat lagi Sya?
To: Rafi
Terus mau dijawab apa-__-
From: Rafi
Ya apa kek, iya Rafi sayang nanti aku dateng kok gitu kan enak dilihatnya. Aku jemput ya kak, aku udah otw ke rumahmu. Cepet mandi sana!
To: Rafi
Aku bisa berangkat sendiri oy!
Drrrrt.
20 menit kemudian hp Visya bergetar kembali
From: Rafi
Aku sudah di depan rumahmu.
Visya langsung turun dari kamarnya yang berada dilantai atas, kemudian menemui Rafi yang berada didepan rumahnya.
"Kenapa sih kamu harus jemput?" Tanya Visya dengan ketus. "Ya gpp berangkat bareng kan enak" jawab Rafi dengan entengnya. "Tapi aku bisa sendiri" "Kamu itu ya, aku kesini jauh-jauh dari kos-kosan ke rumahmu malah di omelin" sahut Rafi dengan menatap sinis Visya. "Aku gak nyuruh kan?" "Yaudah sih. Kamu udah siap kan? Ayo berangkat" ucap Rafi dengan nada yang lebih lembut dan tenang.
Visya memang tak suka pada Rafi, dia hanya menganggapnya sebagai adiknya sendiri. Terkadang Visya merasa bersalah ketika harus membentak atau memarahi untuk kesekian kalinya. Dia kembali ke rumahnya untuk mengenakan sepatu dan berpamitan kepada orangtuanya dengan Rafi yang mengizinkannya.
"Udah siap kan? Ayo berangkat kita telat 15menit" tanya Rafi melihat Visya yang sedang cemberut. Visya hanya mengangguk.
Rafi sudah terbiasa diperlakukan seperti ini olehnya. Tapi sepertinya cintanya terhadap Visya terlalu besar, mengalahkan apapun. Bahkan saat Visya memarahinya dia tak berani melawan, dia hanya diam. Dia takut kalau Visya sakit hati jika marah dibalas dengan marah-marah dan ada perkataan yang membuatnya terluka.
Jarak rumah Visya dengan Tunjungan Plaza memang terbilang cukup dekat hanya 15 menit. Mereka segera masuk ke dalam dan menuju foodcourt yang berada di lantai 5.
"Hai hai sorry telat Dis" ucap Rafi mendatangi sekumpulan orang yang dikenal Visya, mereka memang anak Teater, Dista dan Rifki.
"Iyoi gpp, wah kesini sama kak Visya?" sahut Dista yang terkejut melihat Visya berdiri disamping Adit.
"Loh yang lain mana?" tanya Visya binggung. "Yang lain siapa kak?" tanya Dista balik dan ikut binggung.
Visya langsung menyadari, pasti Rafi yang membohonginya "Rafi?" tanya Visya sinis melihat Rafi tajam. Rafi menyengir kearah Visya dan menggaruk lehernya yang tak gatal "Sorry Sya, habisnya kamu diajak keluar gak pernah mau sih" ucapnya membela dirinya sendiri.
"Oh astaga jadi begitu. Modus banget" celetuk Rifki lalu terkekeh.
Visya tak memusingkan lagi jika Rafi membohonginya, karena ini bukan sekali dirinya dibohongi Rafi dan dia selalu percaya. Keempatnya mengobrol dan memesan makanan di Hoka-Hoka Bento.
"Eh sorry telat guys" ucap Irena yang langsung terduduk disamping Visya dan melakukan High Five dengan teman-temannya.
Irena merupakan teman Dista, Rafi, dan Rifki. Mereka satu kelas dan juga tergabung di UKM Teater. Dia datang bersama dengan laki-laki berparas tampan, putih, badan cukup berisi seperti orang china dengan mata sipit dan kacamatanya.
"Oya kenalin ini saudara sepupuku, Vinrana" ucap Irena mengebu-ngebu.
Vinrana menyapa keempat orang disana dan bersalaman secara bergantian. Saat tangannya berhenti pada Visya, kenapa jantungnya berdetak cepat. Dia tak bisa melepas genggaman tangan Visya.
"Oh hai. Hai. Hai" sapa Visya sambil mencoba mengembalikan konsentrasi Vinrana dengan melambaikan tangannya didepan wajahnya.
Rafi yang sadar melihat Vinrana tak melepas tangan Visya langsung melirik sinis dan berpura-pura batuk "Bisa kali dilepasin bro, punya orang itu tangannya" ucapnya dengan ketus.
Vinrana terkaget "eh sorry" sambil melepaskan tangan Visya.
Semua kembali mengobrol satu sama lain sambil menunggu makanan. Hanya Visya dan Vinrana yang terdiam karena tak tau harus menyaut apa, Rafi, Irena, Rifki, Dista mereka satu kelas. Tapi Visya terkadang menyaut kalau ada yang ia tau. Tapi Vinrana hanya terdiam, hanya sesekali diajak bercanda.
"Hai" sapa Vinrana tersenyum menatap Visya. "Kamu menyapaku?" tanya Visya. "Iya" sahut Vinrana pendek. "Oh" jawab Visya pendek "ada apa?" Tanyanya kembali. "Kamu semester berapa?" "Empat" sahut Visya enteng. "Oh maaf kak, gak tau" ucap Vinrana tak enak karena sudah berani memanggil 'kamu' bukan 'kak'.
"Oh ya gpp, sudah biasa" sahut Vira enteng sambil memainkan hpnya. "Maksudnya kak?" Tanya Vinrana kebinggungan atas jawaban Visya.
Visya tersenyum "Berarti mukaku masih muda belum tua-tua amat kan" ucapnya bangga. "Bisa dibilang begitu sih" sahut Vinrana terkekeh pelan. "Ya ya aku tau memang aku baby face kok" ucap Visya ikut terkekeh. "Tapi iya sih muka kakak enak diliat, manis" celetuk Vinrana tertawa melihat dalam mata Visya.
Visya menggelengkan kepalanya "Iya dong, dari dulu itu mah" ucapnya terkekeh kembali. "Ih sombong" sahut Vinrana tertawa cukup keras.
Mendengar tertawa Vinrana yang cukup keras mengagetkan Rafi yang sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya.
"Kalian ngomong apa?" tanya Rafi penasaran. "Apasih kamu itu kepo" goda Visya "Ran, kamu jangan macam-macam dekati kakak tingkat satu ini, bisa dibunuh sama nih anak" celetuk Irena sambil menunjuk kearah Rafi "Loh kenapa? Salah?" Sahut Vinrana dengan tenangnya. "Salah besar" sahut Rafi menatap tajam Vinrana. "Oh kamu suka pada kak Visya? Ah gak takut dibunuh tuh. Ngapain takut" ucap Vinrana dengan tenang kembali dengan senyuman sinisnya kearah Rafi.
"Heeeei" teriak Visya pelan sambil memukul tangan Vinrana pelan.
Rafi merasa hatinya terbakar, matanya memerah, tangannya mengepal dibawah meja. Visya yang mengetahui itu langsung mengenggam tangan Rafi, setidaknya itu bisa memadamkan kemarahannya. Rafi mengambil nafas panjang dan menoleh kearah Visya, Visya menggelengkan kepalanya memohon agar tak bertengkar. Rafi tersenyum memandang Visya dan mengangguk.
Suasana tampak hening tak ada obrolan setelah kejadian itu. Kemudian Visya mulai meramaikan kembali sambil menanyakan kegiatan kuliah, gosip artis, share tentang apapun.
"Ayo pulang" ajak Rafi badmood, sambil menarik tangan Visya. Visya hanya mengangguk mengikuti kemana Rafi ingin pergi. Tampak di genggaman tangannya terasa keras. Sepertinya dia masih marah kepada Vinrana. Kemudian pamit kepada teman-temannya.
"Stop! Kau masih marah padanya?" ucap Visya yang memberhentikan langkahnya tiba-tiba.
"Engak" sahut pendek Rafi. "Kau bohong padaku" "Enggak" "Yaudah gak mau pulang kalau kamu gak jawab jujur" ucap Visya melipat tangannya. "Yaudah. kamu aku tinggal" sahut Rafi berjalan pelan meninggalkan Visya. "Silahkan" ucap ketus Visya.
Rafi tak tega meninggalkan Visya kemudian berbalik dan menarik lembut tangan Visya "kita pulang, aku antar kamu pulang. Maaf" ucapnya.
"Kau itu harus bisa lebih bersikap dewasa" celetuk Visya. "Aku sudah dewasa ya, aku masih tetap mencintaimu walaupun kamu berkali-kali mengabaikanku" sahut Rafi tak terima. "Itu resiko kamu, kan udah bilang baik-baik aku tak mencintaimu" ucap Visya sarkatis. Rafi langsung terdiam mendengar perkataan itu dan melanjutkan langkahnya.
Visya yang tersadar akan ucapannya kali ini mengejar Rafi yang berjalan jauh darinya "Maaf aku ngomong kasar ke kamu ya" ucap Visya menyesal dan memeluk lengan Rafi. "Gpp" sahut pendek Rafi tersenyum tak ikhlas. "Jawabnya kok gitu sih?" Tanya Visya langsung melepaskan tangannya dan memberhentikan langkahnya. "Kalau kamu masih marah. Aku gak mau pulang" lanjut Visya yang cemberut. "Iya engaaaak" jawab Rafi sambil mencubit pipi Visya dan mengacak rambut Visya. "Kita pulang sekarang" lanjutnya menggenggam tangan Visya.
*****
Semester baru sudah dimulai, UKM Teater disibukkan oleh kegiatan yang akan ditampilkan untuk penyambutan mahasiswa baru, untuk menarik perhatian agar bergabung dengan UKM Teater.
"Aku pinjem hpmu ya?" tanya Rafi saat melihat hp Visya tergeletak diatas meja setelah penampilan Teater mereka. "Iyaa" jawab Visya pendek.
Rafi melihat galeri Visya, diam-diam dia mengirim foto Visya tanpa Visya sadari. Dan dia langsung tersenyum saat melihat foto bersama keduanya tak dihapus dari hp Visya.
Ting! #LINE
Vinrana added you as friend.
Vinrana : Kak Visya?
Vinrana : halo kak:)
Vinrana : Masih inget aku kan?
"Eh hpku bunyi ya? Line? Dari siapa?" tanya Visya tenang. Rafi langsung memberikan hp Visya.
Visya binggung dengan sikap Rafi yang raut wajahnya berubah. Dan mengecek hpnya, bagi Visya hpnya ada hak milik Rafi tak ada boleh laki-laki yang chat dengannya. Rafi langsung membalas jika ada yang chat masuk dari laki-laki 'Jangan macam-macam sama Visya - RAFI PACARNYA:)' dan langsung memblock atau mendelcont jika sudah dibaca. Visya juga tak mempermasalahkannya, justru dia beruntung tak ada yang mengganggunya, cukup Rafi saja dalam hidupnya.
DEKKKK!!!
Visya membulatkan matanya melihat notification line di hpnya. Dan sangat aneh Rafi tak membalas chat Vinrana kali ini.
"Aku balik ke kos, aku gak mood" ucap Rafi sambil berdiri dan merapikan barang-barangnya. "Guys, aku pulang duluan ya" pamit Rafi lalu keluar dari ruangan anak UKM Teater kumpul setelah tampil di depan mahasiswa baru.
Visya menatap kosong punggung Rafi saat keluar, kenapa dia tak membalas chat Vinrana? Kenapa dia berubah karena Vinrana? Dia menyesal atas dirinya sendiri bahkan dia gak tau apa yang akan dilakukan terhadap Rafi.
Drrrrt.
Sebuah pesan masuk di Hp Visya.
From: Rafi
Aku tunggu diluar. Aku antar kamu pulang. Maaf aku lupa kalau kamu kesini tadi aku jemput.
Visya langsung membereskan barang-barangnya dan segera keluar dari ruangan tanpa berpamitan dengan anggota UKM yang lain. Air matanya seakan mau keluar dan merasa sangat bersalah. Dia menghapus air matanya sebelum bertemu Rafi di parkiran.
Saat perjalanan pulang keduanya hanya terdiam, tak ada canda yang keluar seperti biasanya. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Terimakasih" ucap Vira tersenyum pilu, air matanya seakan mau keluar melihat Rafi yang menatapnya seakan tak akan peduli dengannya. Rafi hanya menganggukkan kepalanya dan melajukan sepedanya dengan kencang.
"Hati-hati Rafi" ucap kelu Visya saat Rafi berlalu tanpa tersadar air matanya menetes. Dan masuk kedalam rumahnya.
Rafi langsung membanting tubuhnya di kasurnya, kepalanya terasa pusing. Dia terus memijat keningnya, kenapa dia mendiamkan kepada Visya hanya karena chat Vinrana.
Drrrrt.
Hp Rafi bergetar, dia sudah menebak pasti dari Visya.
From: My Hope Sya❣
Kenapa kamu marah? Karena chat dari Vinrana? Bahkan aku gak tau dia tau id line ku darimana. Aku minta maaf, Rafi yang kukenal dulu mana? Kalau ada chat dari cowok lain pasti langsung marah dan menyita hpku? Kenapa Rafi berubah:(
Rafi menelan ludahnya sendiri, ada benar yang diucapkan Visya. Dia masih ingat wajah Vinrana yang menantangnya seakan dia benar-benar akan menantang untuk memperebutkan Visya. Rafi memejamkan matanya melihat kearah langit-langit dan langsung membanting hpnya ke lantai. Rusak dan berserakan kemana-mana.
*****
2 hari hari berlalu....
Visya terus menatap hpnya, tak ada pesan masuk dari Rafi. Ini bukan Visya, dia tak pernah segelisah ini menunggu balasan dari Rafi.
"Kak liat Rafi?" tanya Irena yang tiba-tiba mendatangi kelas Visya yang sedang lenggang.
Visya menatap Irena kosong "Gak dek, ada apa?" Tanyanya "Dia gak masuk dari kemarin" jawab Irena dengan wajah bersalah. Visya terdiam, dia juga merasa bersalah pada Rafi.
"Apa gara-gara sepupu aku kak? Kakak berantem sama Rafi?" Tanya Irena mendekat kearah Visya. Visya menggeleng tersenyum.
"Jangan bohong kak, karena Vinrana bilang chatnya gak dibales sama kakak sudah 2 hari, Rafi baca chatnya ya kak? Aku minta maaf ya kak" ucap Irena memelas mengenggam tangan Visya merasa bersalah.
"Bukan kok Ren, yaudah gak usah minta maaf juga, gak salah juga kamunya" ucap Visya berusaha tersenyum.
"Aku minta maaf udah ngasih id line kakak, ke Vinrana. Dia maksa aku terus mengambil paksa hpku. Dia bilang suka sama kakak, padahal aku sudah omelin dia, Rafi pasti marah kalau ada yang deket sama kakak, tapi dia gak peduli" jelas Irena dengan wajah memelas kembali.
Visya terkekeh pelan "iya dek? Astaga banyak brondong yang mendekat. Bukan karena sepupumu kok. Tenang aja" ucap Visya berusaha membuat Irena tak merasa bersalah padanya.
"Nanti kita ke kosnya aja gimana kak?" Tanya Irena dengan mata penuh harapan agar Visya mau ikut dengannya "aku mau minta maaf sama dia" jelasnya. Visya menganggukkan kepalanya.
Irena pergi meninggalkan Visya di kelasnya karena masih ada kelas dan Visya juga ada kelas sebentar lagi. Keduanya akan janjian nanti didepan gerbang kampus dengan Rifki agar diperbolehkan masuk kosnya dengan jika dengan perempuan.
Setelah sampai di Kos Rafi yang jauh dari kampusnya, entah apa yang dipikirkan Rafi ketika memilih kos yang berjarak jauh dari kampusnya. Bapak pemilik kos keluar saat Rifki memencet bel rumahnya, peraturan kos Rafi cukup ketat bagi laki-laki.
"Pak Ali, maaf mau tanya, apakah Rafi ada di kamarnya? Soalnya dia gak masuk kuliah sudah 2 hari, saya telpon juga tak diangkat" ucap Rifki
Pak Ali sepertinya tak merespon, dia hanya melihat 2 perempuan yang dibelakang Rifki "Kayaknya mas Rafi tidak keluar sama sekali dari kamar tuh mas Rifki, biasanya kalau malem kumpul sama temen-temen kamar sebelahnya terus main badminton di halaman belakang atau main catur sama saya" jelasnya.
Visya merasa sangat lemas mendengar penjelasan Bapak pemilik kos Rafi. Air matanya tidak boleh keluar di depan Irena dan Rifki, dia berusaha menahannya. Kemudian Rifki bernegosiasi agar bisa masuk dengan teman-teman perempuannya. Yes! Diperbolehkan.
"Apakah dia keluar? Perasaan tadi bapak kosnya bilang gak keluar kamar sama sekali" ucap Irena dengan wajah cukup lesu saat berada di depan kamar Rafi.
Rifki mencoba mengetuk pintu "Rafi kamu di dalem kah?" Tanyanya "Siapa?" jawab Rafi pelan dari dalam "Rifki nih"
"Sebentar" Rafi membukakan pintu dengan malas dan tak semangat, tubuhnya sangat lemas. Rafi kaget melihat Visya berada dibelakang Rifki. Dia segera menutup pintu kembali dan menguncinya.
"Ki, bilangin sama Visya lagi gak pengen ketemu" teriak Rafi dari dalam kamar. Visya tercengang mendengar perkataan dari Rafi.
"Rafi jangan bercanda" teriak pelan Visya sambil menggedor pintu. "PERGI!" teriak keras Rafi.
Teriak Rafi barusan benar-benar membuat seluruh penghuni kos sebelah kamarnya keluar untuk melihat apa yang terjadi. Mereka bertiga hanya tersenyum meminta maaf.
"Rafi kita disini cuma dikasih waktu sejam" bujuk Irena "Ayolah kamu keluar" sahut Rifki "Terserah kamu fi! Kamu dulu yang bilang kan udah dewasa? Tapi kalo kayak gini kamu kayak anak kecil!" bentak Visya sengaja membuat Rafi marah agar keluar dari kamarnya.
Rafi tak terima mendengar perkataan itu dari Visya. Dari dulu Visya selalu bilang dia anak kecil. Dan dia sering mengelak atau membantah kalau Visya sudah menganggapnya anak kecil. Dia langsung membuka pintu.
"Aku gak terima kamu bilang aku anak kecil. Terserah kamu. Sekarang aku gak mau peduli sama kamu. Kamu selalu buat aku kecewa. Kamu gak pernah menghargai aku. Kamu bentak aku, aku diem. Sedangkan aku mau membalas bentak kamu, rasanya tak mungkin. Aku tak ingin kamu sakit hati karena perkataanku. Aku terus yang mengalah sama kamu. Aku capek" Ucap Rafi dengan nafas yang terengah-engah karena emosinya sendiri.
Visya terdiam mendengar perkataan Rafi "Sudah marahnya?" sahut Visya tersenyum perih melihat Rafi dengan mata cekung seperti kurang tidur dan kurang makan.
Kali ini Rafi yang terdiam, dia teringat kata-perkata yang diucapkannya tadi "Maaf" jawab Rafi singkat
"Katanya udah capek ngalah? Gak mau bantah? Nah itu barusan apa?" Sahut Visya. Rafi terdiam sekali lagi.
"Aku tau kamu baru bisa marah ke aku sekarang kan? Kenapa gak bilang dari dulu? Aku tak akan marah jika kamu membentakku. Justru yang kamu lakukan sekarang yang membuatku tak enak hati padamu"
Rafi masuk ke dalam kosnya dia tertunduk dipinggir tempat tidurnya. Visya menghampiri Rafi dan duduk didepannya. Dia memegang tangan Rafi penuh hangat.
"Sekarang apa yang kamu mau?" tanya Visya. Rafi menggelengkan kepalanya.
"Badanmu panas? Matamu cekung dan terlihat sayu? Kamu tak tidur? Kamu gak makan dari jam berapa?" tanya Visya khawatir.
"Setelah mengantar kamu pulang" Jawabnya memegang erat tangan Visya "Jujur hatiku sakit melihat ekspresimu yang senyum kepadaku saat terimakasih waktu kamu kuantar pulang, dan dengan bodohnya aku melesatkan sepedaku dengan kencangnya tanpa membalas ucapanmu. Aku minta maaf" lanjutnya. Visya tersenyum kearah Rafi.
"Justru aku yang minta maaf. Baru sekali ini aku diacuhkan olehmu. Tak ada orang yang menjadi bodyguardku seperti dulu" goda Visya terkekeh pelan dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Kamu mau nangis kan? Akhirnya kamu menangis juga untukku" jawab Rafi pelan dan tersenyum.
"Sekarang tidurlah, aku hidupkan AC-mu" ucap Visya melepas genggaman tangannya. Rafi langsung tidur di kasurnya dengan cekatan Visya menyelimuti tubuh Rafi.
Rifki dan Irena berpura batuk secara bersamaan. Seakan keduanya tak ada di kamar Rafi dari tadi. Visya merasa malu dan tak enak pada keduanya.
"Ciyeeeee" sahut Rifki dan Irena, kemudian mereka mendekat ke Rafi
"Fi, aku minta maaf ya. Gara-gara sepupuku kemarin kamu sama kak Visya berantem" ucap Irena memelas dengan wajah bersalah.
"Gpp dek, kan biar tau dia. Kali ini dia ada saingan yang gak takut sama dia" goda Visya lalu terkekeh diikuti dengan Irena dan Rifki yang ikut terkekeh.
Rafi reflek memukul pelan tangan Visya dengan mesra "Lagi gak mau bercanda tau gak sih" ucap Rafi langsung mengerucutkan bibirnya.
"Apa sih, Raf?" Sahut Visya lalu tertawa cekikikan.
"Eh dapur kos kamu dimana? Mau buat air hangat" tanya Irena
"Turun aja kebawah, minta sama Pak Ali nanti dibuatin, jangan buat sendiri nanti kamu di goda sama penghuni kos sini" jawab Rafi sambil tersenyum menggoda Irena.
"Yaaa! Aku sudah berbaik hati masih bercanda" teriak Irena
"Aku serius Irena, minta antarlah pada Rifki saat kebawah" ucap Rafi tersenyum melihat ekspresi Irena yang masih cemberut.
"Yaudah aku juga mau belikan makan dulu buat Rafi ya kak" sahut Rifki. Visya hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Ah sekalian belikan makan buat Visya, dia pasti kehilangan nafsu makannya karena memikirkanku" ucap Rafi tertawa pelan. Visya menatap sinis Rafi, ucapannya benar dia tak enak makan karena memikirnya.
"Lalu aku dan Irena? Gak disuruh makan? Tega sekali kamu Rafi pada temanmu sendiri, melihat kalian berdua makan" ucap Rifki menatap sinis Rafi.
"Kenapa kamu menanyakan pertanyaan bodoh, huh? Ya belilah sana!" Ucap Rafi dengan enteng.
"Totalan belakang ya bos? Nanti jangan lupa transfer ke rekeningku" celetuk Rifki tersenyum jahat menggoda sahabatnya yang sedang sakit.
Rafi menggelengkan kepalanya "Iya sana! Kalian pergilah berdua! Aku mau berduaan sama Visya!" Usirnya "Tapi btw terimakasih ya sudah jadi sahabat yang baik" lanjutnya dengan nada yang lebih lembut.
Irena dan Rifki keluar dengan menyumpah serapah atas nama Rafi. Lalu kemudian Irena datang dengan baskom berisi air hangat beserta handuk kecil yang dipinjamkan Pak Ali. Visya dengan telaten merawat Rafi.
"Tetaplah seperti itu, jangan lepaskan tanganmu. Aku ingin terus sakit jika kamu akan selalu disampingku dan memperhatikanku seperti ini" ucap Rafi dengan mata yang masih terpejam saat Visya menaruh kompres handuk di dahinya.
"Apa deh, ada Irena disini. Kamu gak malu?" Tanya Visya sungkan dan melihat kearah Irena. "Halah gpp kak, biasa aja" sahut Irena "Tuh kan sya gpp, kamu aja gitu terus ke aku. Jarang-jarang nih kepalaku dipegang kamu" ucap Rafi masih dengan memejamkan matanya. Visya hanya tersenyum.
Akhirnya Rifki datang membawakan 4 bungkus makanan. Visya dengan sigap mengambil makanan dan sendok untuk memberikan kepada Rafi.
"Suapin dong" ucap Rafi merajuk kepada Visya dan membuka mulutnya. "Makan sendiri udah gede" jawab Visya "Yaudah aku gak mau makan" sahut Rafi seperti anak kecil.
"Yailah bro, modus banget sih" celetuk Rifki tersenyum sinis. "Yang penting situ kalah mulu lah" ucap santai Rafi. "Kalah apa nih?" tanya Irena "Urusan laki-laki haha" jawab Rifki "YAAAAA!!'" teriak Irena
"Haha yaudah sini aku suapin biar cepet sembuh" jawab Visya tersenyum. Visya dengan telaten menyuapi Rafi. Rafi tampak begitu semangat, rasa tak enak badannya tiba-tiba menghilang. Visya benar-benar menjadi moodbooster baginya.
"Eh aku kalau gini kayak mama nyuapin ke anaknya ya?" goda Visya terkekeh. "Kalau aku punya mama kayak kamu mau deh aku" sahut Rafi membuka mulutnya lagi, persis anak kecil.
Vira menyuapi Rafi kembali "Mau lah. Bisa nyiumin mamanya sendiri. Peluk mamanya tanpa di omelin. Telponin sama smsin terus. Duh mau deh punya mama kedua haha" ucap Rafi yang terus berbicara pada Visya sambil mengunyah makannya.
"Jadi kamu ke mamamu begitu? Udah segede ini?" Tanya Visya mengeryitkan dahinya. "Why not?" Tanya balik Rafi. Keempat orang itu tertawa terbahak-bahak di dalam kamar Rafi. Sampai lupa waktu yang diberikan Bapak pemilik kos saat masuk ke kos Rafi hanya satu jam.
"Yuk anak pinter sini makan. Nang ning nung ning nang ning nung" goda Rifki sambil memberikan makan kearah Rafi sambil tertawa cekikikan. "Apaan lo? Masih normal aku. Sorry loh ya" jawab Rafi. "Yaudah sini anak papa, papa suapin" goda Rifki kembali sambil memberikan makanan "Idiiiiih ngarep banget jadi papa, saya gak rela mama Visya menikah denganmu" sahut Rafi
"Kalian ini apa sih? Dasar bocah" celetuk Visya Rafi dan Rifki menyipit kearah Visya dengan tajam
"Kita bukan anak kecil" jawab keduanya bersamaan
"Tuhkan kompak. Yaudah kalian aja yang nikah" sahut Irena tertawa terbahak-bahak
"Udah Rif, ngalah aja. Aku kan yang dapetin Visya" ucap Rafi menyunggingkan senyum. "Maksudnya?" tanya Visya "Jadi gini kak, dulu itu yang naksir kamu dulu itu si Rifki, tapi dia gak berani deketin. Dia belum cerita sih. Tapi aku juga udah naksir sama kamu karena kamu kakak tingkat di ukm yang paling diem gak banyak omong. Aku suka perempuan seperti itu. Dan dengan entengnya aku curhat sama si Rifki kalo aku suka kamu, mau deketin kamu. Eh dia marah dan ngakuin suka kamu juga. Yaudah dari situ aku ngambil langkah cepat deketin kamu duluan. Alhasil beginilah dia kalah sama aku" jelas Rafi "Jadi aku dibuat taruhan?" tanya Visya dengan mata tajam menatap Rafi dan Rifki bergantian.
"Ih anak ini ampun ya. Emang ada kata taruhan ya? Ngak kan?" Tanya Rafi balik
"Tapi tenang kak, aku liat perjuangan dia dari semester1 sampai mau semester3 buat dapetin kakak itu luar biasa. Jadi aku memilih mundur" sahut Rifki tersenyum "Kok aku gak ngerti ya kalian ngerebutin kak Visya?" tanya Irena "Hanya orang beriman yang tau hahaha" jawab Rifki tertawa
"Ih rese" gumam Irena "Tuh kan nama daftar brondong yang suka sama aku nambah. Astaga kenapa denganku? Banyak banget brondong yang suka" celetuk Visya "Karena kamu manis, mukamu baby face banget pengen cubit" sahut Rafi tersenyum meringis kearah Visya.
"Eh dek rif, mendingan kamu jadi anakku juga deh. Jaga nih anak biar gak godain mama Visya" ucap Visya terkekeh. Rifki langsung tertawa" boleh kak boleh kak dengan senang hati" jawab Rifki "Gak mau lah sodaraan sama dia" sahut Rafi "yaudah gpp kamu jadi anakku aku beralih jadi suami untuk mama Visya" ledek Rafi tertawa kemudian disusul yang lainnya.
"Ah ya, Sya. Aku minta tolong sms-in mamaku. Hpku rusak" ucap Rafi masih mengunyah makanannya.
"Emang hp kamu kemana? Pantesan di telpon gak nyambung" sahut Visya dengan nada kesal.
"Itu" jawab Rafi sambil menunjuk dibawah meja TV miliknya "gak sadar kebanting, salah kamu tuh Sya, kamu yang bilang ke mamaku pokoknya" lanjutnya sambil membuka mulutnya lagi agar diberi makan oleh Visya.
Visya menoleh kearah Rafi "Yaaa! Kenapa kamu bodoh sekali! Dengan entengnya membanting hp, kamu pikir cari uang gampang, huh?" Omel Visya langsung memberikan nasi bungkus dan sendok pada Rafi.
Rafi menyengir dan memakan makanannya sendiri "cepet gih sms-in ke mamaku, biar dikirim duit buat benerin apa beli hp baru dan juga biar kamu lebih deket kan sama mama mertua" ucap Rafi enteng sambil mengunyah makanannya.
Visya hanya menoleh sinis kearah Rafi dan mengambil hp Rafi dan memfotonya mengirim gambarnya via mms. Dan nada dering hp Visya berbunyi.
"Yaaaa! Mamamu telpon, angkat" seru Visya melemparkan hpnya ke Rafi.
"Kamu mau hpmu rusak juga, huh?" Tanya Rafi dan menerima telpon dari mamanya.
"Hm ma?"
"......"
"Iya ma, hpku rusak dibanting Visya pas marah sama aku"
"......"
Rafi tertawa "Enggak, enggak Ma, jatuh dari kasur dan hancur terbelah. Kirimin duit dong Ma, hp juga penting. Atau hp Mama aja buat aku, Mama beli lagi, oke?"
"......"
"Nih Sya! Mama mau ngomong sama mantunya" ucap Rafi memberikan Hp Visya.
"Ada apa tante?"
"......"
"Ah iya Tante, nanti aku pitak kepalanya. Tenang aja"
"......"
Visya tertawa sinis "Enggak Tante, kita gak berantem kok. Lagian kan saya sama Rafi gak pacaran jadi ya gak ada putus kok"
Rafi yang mendengar ucapan Visya langsung merampas hpnya "Mama, sudah ya gak usah ikut campur urusan anak muda. Nanti Visya aku bawa sebagai menantu mama bukan pacar, oke? Baik-baik di semarang ya Ma. Bye" ucap Rafi menutup telpon sepihak.
Muka Visya menghangat pipinya merah saat Rafi bilang 'dibawa sebagai menantu' dan langsung menutup pipinya. Rafi yang melihat tingkah Rafi tersenyum dan mengelus lembut kepala Visya berbisik ditelinganya "Pipimu merah, tetaplah bersamaku". Visya menatap Rafi dan menganggukkan kepalanya tersenyum kearah Rafi.