Selasa, 31 Mei 2016

Penderitaan ini Berkah

"Kenalin ini anak Tante, baru pulang kuliah dari Australia" ucap Tante Riska
Laki-laki itu memberi salam "Yanuar" ucap anak tante Riska

****

Sebulan berlalu....
Yanuar merupakan pribadi yang cukup keras, tapi di balik ada pribadi unik terhadap dirinya, dia tak pernah marah kepada karyawan perempuan di tempat kerja mamanya.

"Bagi saya, perempuan adalah kehormatan dan harus dilindungi. Kalau mereka salah yang bisa di toleransi, mungkin karena perempuan lemah" ucapnya saat seorang pegawai membuat pelanggan marah.

Betapa bahagia pegawai-pegawai perempuan yang bekerja disana. Perusahaan Tante Riska bergerak di bidang mode, mulai butik pakaian informal maupun formal semua tersedia. Termasuk studio pemotretan yang besar juga tersedia.

****

"Oy!" Teriak Yanuar
Semua pegawai langsung mengarah melihatnya.
"Hei yang duduk di depan komputer!" Teriaknya lagi
Perempuan itu hanya menoleh malas "iya?" Sahutnya pendek
"Sini!" Ucapnya
"Sibuk!" Ketusnya

"Vanda!" Ucap Shofie, fotografer di studio.
"Apasih Fi? Orang aku gak ada salah juga"
"Temuin aja deh"
Vanda berdiri dari tempat duduknya dan menuju Yanuar.
"Iya?"
"Hanya 'Iya?' Kata kamu?"
Vanda hanya mendengus kesal.
Tiba-tiba 4 orang laki-laki datang melindungi Vanda.
"Bro. Bro. Tenang dulu, Bro. Kalau dia salah, marah ke kita aja" ucap Randi, yang merupakan sepupu Vanda.
"Iya Bro. Seloow aja" sahut kakak laki-lakinya, Sandy.
"Kalian siapa? Pacarnya? Cewek kayak gitu yang suka banyak ya?"
"Ya kali Bro, suka sama ini orang" sahut Nicky, adik sepupunya.
"Kalau marah sama kita aja ya? Jangan sama dia, beneran dia bisa makan kamu kalau dia marah!" Sahut Fahmi sahabat SMP Vanda.

"Ada apa ribut-ribut?" Tanya Tante Riska memecahkan suasana
Semua pegawai di Studio langsung menunduk.
"Ada apa lagi sih, Yan? Kalian berempat?" Tanyanya lagi "Vanda kah?"
Vanda langsung muncul dari belakang keempat orang yang disayangnya itu dan langsung menghampiri Tante Riska.

"Mamsky! Itu anak Mamsky gak tau kenapa teriak-teriak ke aku. Padahal kan aku gak buat kesalahan apapun" ucapnya sambil memeluk tangan Tante Riska
"Yanuar?" Tanya Tante Riska dengan mata menyipit kearahnya
"Mamsky? Kenapa dia panggil Mama, itu Mamsky? Dia siapa? Sampai banyak yang melindungi?" Tanyanya geram.
"Kita bicara berdua" ucap Tante Riska.
Semua pegawai seakan mengerti dan keluar dari ruangan studio.

"Mam, Vanda siapa sih Mam? Kayaknya aku baru liat ini? Kayak siluman aja ada enggak ada enggak" ucap Yanuar kesal
"Dia anak mama yang kedua. Dia yang waktu itu bantuin Mama saat dulu rumah di rampok, dia rela tubuhnya tertusuk pisau sialan perampok itu! Dan dia baru kembali aktifitas beberapa hari ini. Jangan ganggu dia ya Nak, dia sering menemani Mama kalau kangen sama kamu, dia kadang tidur sama Mama, belanja bareng kemana-mana bareng. Jadi jangan kaget kalau pegawai yang lain agak meninggikan dia. Dan 4 orang laki-laki tadi adalah saudara yang sangat dicintainya, mereka berempat rela dimarahi semenjak Vanda keluar dari Rumah Sakit. Dia memang kayak siluman dateng enggak dateng enggak, maklumin ya"
"Mama? Dia bahkan terlihat seperti orang aneh dengan tampilan dan dandanan seperti itu"
"Karena dia masih belum pulih, nanti kalau sudah sehat, kamu pasti akan jatuh hati padanya, Mama jamin 100%! Tapi awas jangan sampe jatuh cinta dan bikin masalah sama dia! Mama gak rela, dia disakitin sama orang sedikitpun!"
"Mamaaaa!!! Mama tau gak sih dimanfaatin sama dia?"
"Mama gak merasa dimanfaatin kok sama dia, mama malah lebih sayang ke dia daripada kamu. Kalau pun Mama dimanfaatin pasti dia sudah minta uang ratusan juta, tapi nyatanya dia enggak pernah terpikir seperti itu"
"Iya deh, Iya Mama. Anaknya sekarang dilupain"

****

Vanda rindu masuk ke kamar di rumah Tante Riska yang terhubung dengan Rumah Mode nya. Dia berniat berkunjung untuk tiduran di kamarnya.

"Aaaaahhhh" teriak Vanda melihat Yanuar hanya mengenakan celana dalamnya
Yanuar langsung mengenakan handuk dan berlari menutup mulut Vanda.
"Oy! Berisik! Ntar dikira sama orang-orang ada apa" ucap Yanuar
Vanda mengigit tangan Yanuar "lepasin oy! Susah napas tau!" Sahutnya
"Ngapain kesini?"
"Ini kan kamarku? Kamu yang ngapain kesini?"
"Enak aja! Kamar gw dari lahir ini!"
"Mamsky!!!" Teriak Vanda
Yanuar langsung menutup mulut Vanda kembali dengan tangannya.
"Lepasin oy!" Ucapnya lirih
"Berisik tau gak sih! Kamu gak tau aku pakai celana dalem doang? Nanti kalau Mama datang ntar dikira ada apa-apa. Barang-barangmu sudah di pindah di kamar depan" ucapnya "Gak usah nyaut, silahkan pergi! Hus Hush!" Usirnya.

****

Yanuar dan Vanda bagaikan Kucing dan Tikus yang selalu beradu pendapat, padahal intinya sama, hanya saja pengucapannya berbeda. Tante Riska sampai harus berteriak di depan pegawai untuk mendamaikan keduanya. 'Tom And Jerry' sebutan untuk keduanya.

"Bang Sandy, aku mau renang ya, boleh kan? Sudah 2 bulan aku gak main air" rayu Vanda kepada kakaknya itu.
"Jangan dek, Abang mohon. Nanti kamu sakit, kalau kamu sakit lagi Mama sama Papa di rumah mau ngomong apa Abang?"
"Sekali aja bang, ya? Ya? Ya?" Rayunya kembali "Setengah jam bagaimana?" Lanjutnya
"Iya. Iya. Awas ya 30 menit lagi, Bang Sandy kesini. Kalau kedinginan langsung keluar dari kolam renang"
"Siap bos!!"

Raina sudah siap dengan baju renangnya. Abangnya pasti sangat melarang jika dia mengenakan bikini disaat baru sembuh seperti ini. Dia berenang dengan senang ria sampai lupa dengan waktu yang di tetapkan Sandy. Tubuhnya mulai mengigil, dan dia segera ke pinggir kolam renang. Dia berusaha naik dari kolam renang dan pandangan matanya mulai kabur dan tak sadarkan diri.

Yanuar melihat kejadian itu langsung berlari dan menyelamatkan Vanda. Gerakannya cukup cepat dan membawa Vanda ke tepi kolam renang.

"Aish! Sumpah ini harus nafas buatan?" Tanyanya sendiri

Tanpa berpikir panjang dia langsung mebuat napas buatan pada Vanda berkali-kali bahkan RJP pun tak berhasil ia lakukan. Dia semakin ketakutan jika nyawa perempuan di depannya itu tak terselamatkan.

"Ayo dong Van! Jerry!" Ucapnya
RJP pun berhasil, Vanda berhasil diselamatkan.

"Dek!!" Teriak Sandy langsung membawa handuk dan berlari menutupi tubuh Vanda. "Makasih ya, Bro" lanjutnya dan membawanya masuk.
Yanuar hanya menganggukkan kepalanya.

****

Keesokkan harinya....
Vanda tak masuk bekerja dia hanya tertidur di kamarnya, sama halnya dengan Yanuar yang tak masuk bekerja.

"Kenapa anak Mama sakit semua ini?" Tanya Tante Riska mengomel dikamar Yanuar
"Keluarlah Ma, aku lagi gak enak badan"
"Kamu tertular penyakit Vanda saat napas buatan kan Yan?"
"Maksud Mama apa?"
"Kamu masih belum menyadari? Kamu semakin mirip Papamu tambah dewasa"
"Maksudnya Ma?"
"Kamu menikmati bibir Vanda saat nafas buatan kemarin kan? Apapun yang kamu lakukan pasti akan terbalik, misal saat kamu ciuman dengan perempuan, dia diam saja, kamu yang akan liar dan kalau kamu yang diam dia yang akan liar, mungkin kamu belum menyadari, tapi kali ini kamu mengalami dua hal kamu menjadi liar saat mencium Vanda dan tubuh dingin Vanda beralih ke kamu menjadikan tubuh panas seperti ini"
Yanuar langsung terdiam, seperti apa yang diucapkan mamanya terjadi.
"Hati-hati lagi ya Nak, kamu bisa berubah kapan saja seperti Papa yang kamu lihat waktu kecil, ini mungkin gejala awal dari perubahan yang terjadi" ucap Mamanya sambil mengecup kening Yanuar "cepet sembuh ya"

Hal yang mengerikan akan terjadi saat Yanuar kecil benar-benar tak bisa dia terima dalam hidupnya. Dan sekarang dia akan berubah sama seperti papanya.

****

Seminggu kemudian...
Yanuar dan Vanda sudah kembali beraktifitas, kedua anak kesayangan Tante Riska ini sangat dimanjakan, walaupun seharusnya 3 hari sudah sembuh, namun tak diperbolehkan olehnya.

"Hei!" Sapa Vanda
"Ya?" Sahutnya
"Terimakasih sudah menyelamatkanku dan maaf karena aku, kamu jadi sakit juga" ucapnya dengan tulus
"Samasama. Tak usah dipikirkan. Senang bisa membantu orang"

Yanuar memang orang yang baik dibalik sifat kasarnya, dan hari ini dia tak menyangka akan melihat Vanda dalam keadaan sehat dan tampil sangat modis dan cantik. Hatinya berdegup lebih cepat dari biasanya, sekelebat bayangan saat melakukan nafas buatan melintas diotaknya.

****

Hari ini ada pemotretan dengan tema "nude" bisa dibilang ini jarang sekali Tante Riska menerima tawaran seperti itu. Karena menurutnya itu menjijikkan melihat model laki-laki atau perempuan hampir telanjang, yang hanya menutupi kemaluannya.

"Mamsky?" Tanya heran Vanda
"Aku sudah tau yang ada dipikiranmu Van, mereka menyewa mahal untuk konsep seperti itu, nanti malam jam 11. Beritahu yang lain"
"Mamsky!" Rayu Vanda
"Sudahlah, sekali-kali tak apa. Lumayan buat hiburan yang laki atau perempuan disini, lagian mereka juga fotografer sendiri dan edit sendiri kan? Kita hanya menyiapkan tempat dan konsep yang mereka inginkan"
"Mams..."
"Huuussssst. Cepat beritahu yang lain. Beritahu Yanuar juga supaya dia juga banyak belajar disini, gak hanya main-main aja atau marah-marah doang" suruh Tante Riska

Vanda langsung memberitahu semua pegawai yang bekerja di studio untuk konsep pemotretan kali ini. Banyak yang terkejut ada pula yang penasaran, terutama pegawai laki-laki.

Jam 23.00 WIB
3 orang fotografer datang terlebih dahulu, mereka menyiapkan beberapa peralatan kamera. Beberapa menit kemudian datanglah 3 orang perempuan dan 2 orang laki-laki, tubuh mereka sangat bagus dan wajahnya sungguh indah untuk dipandang.

"Hei" sapa Vanda memberikan minuman bersoda.
"Terimakasih" sahut Yanuar mengambil minuman dari tangan Vanda.
"Aku gak suka deh Mamsky mau terima job beginian" ujar Vanda duduk disamping Yanuar.
"Namanya juga seni fotografi, itu keindahan tau gak sih"
"Ya kali yang laki-laki liat perempuan telanjang adalah keindahan, otak laki mesum semua"
Yanuar melirik sinis kearah Vanda.

"Hei! Manajer nya mana ini? Madame Riska!" Teriak salah satu fotografer
Vanda dan Yanuar langsung terhentak mendengar teriakan itu dari dalam studio dan segera berlari.

Vanda hampir teriak melihat segerumbulan laki-laki dan perempuan telanjang tanpa sehelai dan ditonton oleh beberapa orang. Yanuar dengan sigap menutup mata Vanda dengan tangannya.

"Gak usah dilihat, tutup saja matamu. Berdirilah dibelakangku" ucap Yanuar lembut.

"Ada apa Mas? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Yanuar tenang
"Tolong bilang pegawainya, jangan norak dong lihatnya. Suara mereka berisik" sahut Mas Edi, fotografer yang berteriak tadi.
"Tunggu, kamu siapa? Apa kamu manajer yang baru?" Tanya Faris, fotografer yang lebih muda
"Perkenalkan, saya Yanuar. Saya anak dari Madame Riska" ucapnya memperkenalkan diri
"Oh Pewaris Tahta ternyata, cukup tampan dan berwibawa, mirip sekali dengan Mamanya yang cantik dan berwibawa" celetuk Pak Agus, fotografer senior yang sering mondar-mandir di studio milik Tante Riska.
"Mohon maaf atas ketidaknyamanannya" ucap Yanuar lembut "Yang tidak berkepentingan silahkan keluar!!!" Teriak Yanuar.
Vanda reflek memegang tangan Yanuar.
"Kita keluar" ajak Yanuar menarik tangan Vanda.

"Minumlah" ucap Yanuar memberikan air putih.
Vanda hanya mengangguk dengan tatapan kosong.
"Tak usah dipikirkan, seharusnya kamu mulai terbiasa dengan keadaan seperti itu" ucap Yanuar menenangkan Vanda
"Tanganmu tadi juga bergetar"
"Aku hanya gugup, teriak di depan klien"
"Terimakasih sekali lagi"

****

Beberapa bulan terakhir ini, Tante Riska sering menerima job penyewaan studio foto dengan tema 'nude' dan beberapa adegan yang sama dilakukan Yanuar saat Vanda ingin mengecek ruang studio yang sedang dipakai pemotretan atau ada komplain.

"Ini sudah kelima foto tema seperti itu, kenapa kamu belum terbiasa Van?" Omel Tante Riska
Dan seperti adegan sebelumnya 4 orang laki-laki datang dan sekarang ditambah dengan Yanuar.
"Kalian ini apalagi? Berhenti membela Vanda! Dia harus terbiasa dengan keadaan seperti ini"
"Mam" bantah Yanuar
"Apa sih Yan? Sejak kapan kamu peduli sama Vanda? Ada hubungan apa diantara kalian berdua hah?"
"Mamsky, aku minta maaf" celetuk Vanda
"Sudah berapa kali minta maaf? Mental kamu harus kuat Van!" Omel Tante Riska "Sandy! Kasih tau adekmu ini!" Lanjutnya lalu pergi

"Aku pacarnya Vanda, Mam!" Teriak Yanuar "aku berhak melindungi dan membela orang aku sayang kan?" Lanjutnya
Langkah mamanya langsung terhenti.
"Yan!" Bentak mamanya
Vanda langsung maju "Bohong Mamsky! Kita gak ada hubungan apa-apa kok" bantahnya
"Vanda diem!" Bentak Yanuar
"Kamu ikut Mama, Yan! Kita bicara berdua!"

Perdebatan hebat dapat terlihat oleh 5 pasang mata, meskipun tak terdengar apa yang mereka bicarakan. Tapi itu jelas terlihat, keduanya saling menyaut. Namun Tante Riska memilih mengalah dan meninggalkan Yanuar di dekat kolam renang.

Hati Yanuar terasa panas, matanya memerah, dia mondar-mandir dipinggir kolam renang sambil mengepalkan tangannya. Vanda mendekat kearahnya dan tersenyum kearahnya.

Yanuar tak menghiraukan senyuman Vanda itu, hatinya begitu sakit. Mamanya takut kehilangan kedua anak yang disayanginya itu. Dan Yanuar juga tak bisa melepaskan Vanda begitu saja, mereka sudah berpacaran sebulan lalu. Memang tak ada siapapun yang mengetahuinya, karena Yanuar yang ingin tak ada yang mengetahui hubungan mereka berdua.

Yanuar melesat dengan cepat di kolam renang, gerakannya diluar upnormal. Vanda sampai tak bisa melepas pandangan terhadapnya. 

"Yan! STOP!!!" Teriak Vanda

Yanuar memberhentikan langkahnya, Vanda dengan cepat mengambil handuk untuknya dan membawa Yanuar ke balkon dekat kolam renang dan langsung memeluknya. Yanuar sangat menyambut hangat pelukannya, pelukannya begitu menenangkan hatinya.

"Yan, matamu berwarna biru" celetuk Vanda polos
Yanuar gugup bukan main, dia mulai menitihkan air matanya.

Sampai akhirnya dia menceritakan kepada Vanda semuanya. Dia melihat Papanya berubah menjadi ikan hiu di depan matanya saat usia 8 tahun, dia tak bisa menerima kenyataan kalau Papanya seperti itu. Itulah alasan kenapa Yanuar memilih sekolah keluar negeri, bahkan ketika ayahnya meninggal, dia tak sanggup melihat Papanya sendiri.

"Dan Mama gak mau tersakiti karena kamu berhubungan denganku, Mama merasa bersalah kalau kamu akan merasakan sepertinya jika nanti kita bersama" ucapnya sambil terisak
Vanda hanya terdiam, hatinya juga terpukul mendengar kenyataan ini.

"Yan" sapa pelan Vanda
Yanuar hanya menoleh sendu kearahnya.
Vanda langsung menutup matanya, sama hal persis yang ia lakukan padanya beberapa akhir ini.
"Menangislah, lupakan semua yang kamu lihat dulu, aku tak apa kok, memang berat, tapi aku juga tak ingin melepas kamu, kita jalani berdua bersama ya" ucap lembut Vanda berusaha tegar di depan Yanuar dan memeluknya erat, sangat erat.

Vanda membawa Yanuar ke kamarnya agar bisa beristirahat dengan tenang dan memberikan baju ganti kepadanya. Tubuhnya dingin, sangat dingin tapi ia bisa menahan tubuhnya agar tak goyah.

"Tidurlah" ucap Vanda menutupi tubuhnya dengan selimut
"Dingin"
"Aku matikan ACnya"
"Masih dingin"
Vanda langsung mengerti maksud Yanuar.
"Baiklah, aku akan tidur disampingmu"
"Terimakasih" sahutnya menyeringai

Keduanya kini tidur bersama satu kasur, awalnya Vanda enggan bersentuhan dengan Yanuar, tapi hatinya merasa iba dan memeluknya. Wajahnya terlihat begitu tenang saat dipeluk olehnya. 

"Terimakasih" ucap Yanuar lalu mengecup bibir Vanda

Jantung Vanda berdetak sangat cepat, matanya tak bisa mengedip sama sekali.

"Apa ini?" Tanya polos Vanda
"Terimakasih" jawabnya tersenyum manis.

Yanuar mendekatkan kepalanya ke wajah Vanda, dia mulai mendekati bibir Vanda yang mungil. Vanda menerima bibir Yanuar dengan hangat, keduanya merasakan kenikmatan yang mereka belum pernah rasakan.

****

2 Bulan Kemudian...

"Apa kalian sudah putus?" Tanya tiba-tiba Tante Riska masuk ke ruangan Yanuar
"Mam! Berdoalah yang terbaik buat kita"
"Kalian gak bisa hidup bersama, Yan!"
"Bisa Ma, dia sudah tau aku yang sebenarnya kok, kalau perlu besok aku nikah sekalian sama dia! Biar Mama Puas!"
"Yan! Jaga omongan kamu! Gak segampang itu! Vanda akan merasakan sakit! Kamu Juga!"
"Mam! Keluarlah dari ruanganku. Pekerjaanku sedang banyak. Bahas masalah pribada di rumah"
Mamanya pun langsung keluar dari ruangan.

#TELEPON
"Jam makan siang, kita makan bareng ya"
"Oke! Setuju!"
"Mau makan apa Van?"
"Hmm... Ingin makanan dari bahan mentah"
"Sushi? Sejak kapan kamu suka?"
"Entah. Beberapa hari ini selera makanku aneh"
"Tak apa. Apasih yang enggak buat Tuan Putriku tersayang"
"Haha Terimakasih Pangeranku, sejam lagi ketemu di parkirannya ya!"

Di Restoran Sushi
Keduanya tampak menikmati makannya, terutama Vanda, dia begitu lahap menghabiskan makanannya.

"Yan"
"Iya?"
"Inget beberapa hari yang lalu kita ciuman terakhir?" Ucapnya pelan "ingat aku bilang badanku langsung dingin. Apakah kamu masuk ke kamar lagi?"
"Ah iya aku masuk ke kamarmu lagi, setelah kita ciuman"
Vanda hanya tersenyum.
"Ada apa?" Tanyanya
Vanda menggeleng dan tersenyum kearahnya.
"Ah ya sejak kapan kamu suka makan sushi?"
"Entah, beberapa minggu ini mungkin. Padahal alergi seafood tapi tetep gak ada reaksi"
"Syukurlah kalau begitu, jadi kalau aku makan sushi gak sendirian lagi"
Vanda tersenyum kearahnya lagi dan melanjutkan makannya.

"Yan! Ada sesuatu yang ingin aku katakan"
"Katakanlah"
"Aku telat menstruasi sudah 2 bulan, Yan" bisiknya
"Apa?" Teriaknya
"Diamlah" ucapnya pelan
"Bagaimana bisa? Cuma 3 kali melakukannya? Kita pakai kondom terakhir kali" ucapnya pelan
"Yang pas pertama di kamarmu abis kamu bilang hubungan kita ke Mamsky, itu gak pake kondom"
Yanuar langsung terdiam "sudah testpack?"
Vanda menggelengkan kepalanya "takut beneran positif"

****

Keesokkan harinya...
Keduanya tak saling bertemu dari tadi malam, tak seperti biasa keduanya akan bergantian tidur bersama disalah satu kamar, hanya sekedar tidur berpelukan biasa atau kadang berciuman sebentar.

#LINE

Positif:(: 6.45 AM
Sumpah?!??! 6.46 AM

Keduanya kini saling meratapi di kamar masing-masing dan tak masuk di jam kerja.

"Yanuar? Vanda?" Teriak Tante Riska didepan kedua kamarnya. "Kalian lagi sakit? Berantem? Ayolah professional"

"Vanda?" Tanya Tante Riska membuka pintu kamar Vanda.

Dia melihat Vanda sedang terduduk termenung sambil memegang sesuatu. Dia mendekat kearahnya dan mengambil barang itu.

"Ini bohong kan Vanda?" Teriak Tante Riska "Ini bukan punya kamu kan?" Tanyanya dengan suara melemah
"Mamsky. Maaf" ucapnya sambil terisak dan memeluk Tante Riska
"Ini gak boleh terjadi Vanda, kamu pasti akan menderita jika meneruskan kehamilan ini, kamu harus menggugurkan kandungan ini"
"Enggak akan Mamsky, ini anakku dan Yanuar" ucapnya lalu menjauh dirinya

"Yanuaaaaar!!" Teriak Mamanya membuka pintu kamarnya
Yanuar hanya menoleh sendu, wajahnya sudah tak karuan.
"Kamu gila! Aku sudah memperingatkan berapa kali! Jangan main-main sama Vanda!" Isak Mamanya sambil memukul tubuh Yanuar
"Maafkan kita Mamsky" ucap Vanda tiba-tiba datang melindungi Yanuar
"Gugurkan sekarang!!"
"Gak bisa Mam!" Bentak Yanuar
"Vanda akan menderita Yan! Kamu bodoh Yan! Kamu gak tau yang mama rasakan pas hamil kamu, sakit! Tersiksa! Menyedihkan! Bahkan untuk bertahan hidup itu susah! Kamu harusnya mikir! Kamu mau bunuh Vanda perlahan? HAH?"
Vanda dan Yanuar hanya terdiam dan hanya saling bisa menguatkan dengan genggaman tangan.

"Biar aku yang tanggung Tante" ucap salah satu orang
"Fahmi?" Kaget ketiganya
"Kenapa kamu bicara seperti itu?" Tanya Vanda
"Aku minta maaf sebelumnya, kapan hari waktu lagi sedikit mabuk aku gak sengaja ngelihat ada pintu terbuka, aku juga gak sadar itu kamar Vanda, aku terbawa nafsu melihat Vanda memakai pakaian yang mini  dan tak sengaja aku melakukannya dibawah kendaliku"
"Oy brengsek!" Ucap Yanuar langsung menghantam Fahmi
"Aku minta maaf Yan, seingatku Vanda menganggap aku itu kamu, dia terus menyebut namamu dengan setengah sadar, aku tau dia sedang sakit, aku mengambil kesempatan itu, tubuhnya sangat dingin jadi aku berhasrat ingin menghangatkannya. Jadi biar aku yang tanggung, aku siap jadi ayahnya"
"Kenapa jadi kamu? Aku sudah 3 kali melakukannya, dia pacarku, kenapa kamu?"
"Kalian berdua Brengsek!" Sahut Sandy tiba-tiba datang dan menghantam Fahmi "Kalian Bajingan!" Lanjutnya menghantam Yanuar "Kalian berdua gila! Bisa-bisanya kalian melakukan itu!" Teriaknya dengan penuh amarah
"Biarkan aku yang tanggung jawab, Bang" ucap Yanuar
"Aku saja Bang, aku yang terakhir tidur dengannya" celetuk Fahmi
"Heiiiiii!!!!" Teriak Vanda berdiri menghampiri 3 orang laki-laki itu "kalian berhentilah!!" Ucapnya melanjutkan langkahnya dengan gontai dan masuk kamarnya.

****

19-20 Minggu Kehamilan.
Tak ada satupun orang yang masuk ke kamar Vanda, hanya Tante Riska yang masuk memberikan makan untuknya, sesuai yang diinginkan olehnya dan Sandy untuk menemaninya berbicara sampai mengantuk dan tertidur. Makanan yang diinginkannya cukup tak lazim, mulai ikan mentah, ayam mentah, daging mentah dan hampir menghabiskan 3 galon air setiap hari.

"Maafkan Mamsky ya Vanda" ucapnya memeluk Vanda sambil terisak "seharusnya kamu gak akan berakhir seperti ini, maafin karena Yanuar kamu menderita"
Vanda hanya tersenyum "terimakasih Mamsky, terimakasih sudah jadi kebahagiaanku 2 bulan ini"
"Mamsky jadi merasa bersalah sama kamu, maafkan Yanuar ya"
Vanda memeluk kembali Tante Riska "Tak apa Mamsky, aku melakukannya karena aku cinta dengannya, jangan menyalahkannya lagi, aku sangat bersyukur anakku punya oma cantik seperti Mamsky" ucapnya "aku juga sangat bersyukur kehamilanku dengan penderitaan ini, ah tidak ini berkah dan menunjukkan kalau ini keturunan dari generasi Yanuar"
"Betapa tabahnya kamu nak" ucap Tante Riska iba "bahkan Mamsky tak bisa sekuat kamu dulu, Mamsky rasanya ingin mati saja dulu"
"Selama ada Mamsky, Bang Sandy dan Yanuar, aku akan berusaha untuk tetap hidup"
"Nanti dokter biasanya akan datang memeriksa kehamilanmu. Tante harus kembali ke kantor"
Vanda tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Ah ya! Suruh Yanuar makan, minum dan tidur teratur. Tubuhnya tambah kurus, mengomel didepannya sudah tak mempan"
Vanda tersenyum lagi.

#VIDEOCALL
Keduanya saling menatap penuh haru.

"Miss You Much Much More Yan!"
"Vanda" serunya sambil terisak "maafkan aku"
"Tak apa. Kenapa tubuhmu kecil sekali?"
"Keadaanmu bagaimana? Makanannya bagaimana? Maaf sudah buat kamu menderita"
"Semuanya baik-baik saja. Makanlah, aku ingin ayah dari anakku juga tubuhnya sehat!"
"I miss you so much!"
"I miss you too. Pergi cari makan dan minum gih! Jangan lupa istirahat yang cukup"
"Kamu juga ya!"
"Pasti! Maaf belum bisa ketemu kamu! Semangat kerjanya! Fighting!"
"Fighting!"
"Bye-bye! Muwaaaach!"

Senin, 02 Mei 2016

Janji? Janji!!

Hari ketiga Training untuk Pelatihan Sirkesnas (Survei Kesehatan Nasional). Pelatihan ini dihadiri beberapa tenaga kesehatan yang terpilih melalui seleksi, mulai dokter, perawat, bidan, ahli gizi, farmasi dsb.

Total petugas survei se Jawa Timur ada 464 orang dan dibagi dalam 12 kelas. Yang nantinya akan dibagi menjadi 4 orang dalam 1 tim dan ditempatkan di beberapa daerah di Jawa Timur. Training akan berlangsung selama 7 hari.

Betapa beruntung Raina dapat 1 kelas dengan Ima sahabat sma nya dulu yang lulusan Ahli Gizi. Keduanya duduk berdua di bangku yang sama, kemanapun bersama.

Coffe Break 10.00 WIB

"Rain, kamu kenal anak perawat laki-laki yang waktu pembukaan godain kamu?" Tanya Ima sambil menyeruput teh
Raina menganggukan kepalanya.
"Mereka sekarang lagi liatin kita nih"
"Bodo amat lah, dari dulu mereka juga begitu"
"Cerita dong kejadian dari awal"
"Ogah!" Ketus Raina langsung pergi dari cafe tempat coffe break.

****

Hari kelima...
Hari ini merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu. Ada 3 kelas yang digabung untuk materi yang satu ini. Materi yang akan disampaikan dokter termuda 'katanya'. Banyak yang berbisik sudah pernah bertemu waktu di lahan praktik. Satu kata yang sering terdengar 'ganteng' itu yang selalu mereka katakan.

Aula sudah cukup ramai, lebih tepatnya yang duduk paling depan para perempuan-perempuan. Raina dan Ima duduk seadanya.

"Raina!" Sapa seorang laki-laki "duduk sini kosong" teriaknya
Raina tak merespon hanya melengos, dia tau siapa yang memanggilnya itu.
"Rain kita duduk didepan mereka? Apa gak berisik?" Tanya Ima
"Sial! Ini kenapa tempat duduk yang tersisa belakang-belakang sih, hampir semua yang dibelakang laki" gerutu Raina
"Jadi kita duduk disana?" Tunjuk Ima ditempat yang disediakan anak-anak laki itu.
"Terpaksa!" Ucapnya kesal dan menarik tangan Ima kemudian duduk.

"Kalian berlima jangan berisik! Temenku gak biasa kumpul sama laki!"
Mereka berlima mengangguk kompak.

Datanglah seorang laki-laki muda tampak gagah dan berwibawa. Semua mata tak lepas dari pandangannya. Begitupula dengan Raina matanya tak terlepas seperti pernah bertemu entah dimana. 

"Ini mereka kok alay sih" celetuk salah satu laki-laki di belakang Raina
"Iya ganteng juga gw" celetuk yang lainnya
Raina menoleh kearah belakang sinis.

Laki-laki itu memperkenalkan diri, suaranya begitu tegas membuat para perempuan disini terpana.

"Imaaaa! Itu temen TK ku!" Seru Raina
"Serius?"
Raina mengangguk "you know dia itu cinmon aku dulu"
"Lalu? Mau CLBK? Iya kali kalau dia inget sama kamu"
"Ya gak juga sih, pokoknya abis acara atau coffe break bantu aku ketemu dia"
Ima hanya mengangguk.

Istirahat makan siang...
Raina memberanikan menghampiri dokter muda itu bersama dengan Ima.

"Dokter Satria?" Sapa Raina
"Iya ada apa ya? Ada yang perlu ditanyakan?" Sahutnya masih sibuk dengan kertas-kertas di mejanya
"Ehm... Dok, namanya Satria Hadi Putra bukan?"
Dokter Satria langsung menoleh kearahnya.
Raina hanya tersenyum "benar kan dok? Dari TK Pancasila bukan?"
Dokter Satria mengangguk keheranan.
"Raina Nur Aini" ucapnya mengulurkan tangan
Dokter Satria meraih tangannya bersalaman.
"Kamu masih ingat saya?" Tanya Satria
"Iyup, cinta pertama gak akan pernah terlupa Dok" godanya sambil tertawa
"Bisa saja kamu. Kamu apa kabar? Lulusan apa kamu?"
"Sangat baik sekali, Dokter termuda ganteng dan dipuja banyak orang bagaimana kabarnya? Saya ambil bidan Dok"
"Bisa saja kamu. Jangan panggil Dokter lah, kita kan sebaya. Panggil Satria aja"
"Gak enak Dok, gak sopan kayaknya. Kalau gitu saya permisi dulu mau ambil makan"
"Oh silahkan"

Materi sudah berlangsung dari tadi. Hati Raina sudah tak karuan dan otaknya pun sama, seperti beberapa perempuan disini sudah tak bisa fokus mendengar apa yang disampaikan Dokter Satria.

17.00 WIB
Materi sudah selesai, beberapa banyak yang mengeluh karena tak bisa melihat Dokter Satria kembali, tapi masih ada 2 hari ke depan karena mengisi kelas lain.

Semua peserta training sudah mulai memadati untuk antri makan di cafetaria setelah selesai membersihkan diri dan sholat magrib. Suasana tampak ramai banyak yang mengobrol saut sana-sini.

"Wee kita duduk sini kosong! Ambil kursi cepet!" Ucap seseorang laki-laki
Raina dan Ima hanya menelan ludah.
"Ihs kalian lagi! Bisa pergi gak sih? Temenku itu risih kalau ada laki!" Ketus Raina melihat kelima laki-laki yang sama.
"Ima, gpp kan kita duduk makan bareng kalian? Mejanya penuh" rayu lainnya.
Ima menganggukkan kepalanya.
"Makan tanpa suara dan berisik!"
Kelimanya mengangguk.

"Rain tak ingin mengenalkan kita pada temanmu?" Tanya seseorang

Raina hanya melirik sinis kelima orang laki-laki itu "Ima kenalin, ini Arga, Fadli, Naufal, Alfan dan At..thar" ucapnya "gak usah pakai salaman, bukan mukhrim" lanjutnya melihat salah satu dari mereka mengulurkan tangannya ke Ima.

Suasana kembali hening dan melanjutkan makannya masing-masing. Mereka pun kembali ke kamar masing-masing setelah menyelesaikan makannya.

"Ini siapa telpon sampe 8x ya?"

"Halo? Ini siapa?"
"Satria ini Rain"
"Satria siapa?" Raina terdiam "Dokter Satria?"

"Dokter Satria Rain?" Kaget Ima langsung terbangun dari tidurnya "Gilaaa! Dokter ganteng termuda nelpon lu!" Celetuknya

Raina loncat kegirangan sampai gak fokus dengan hpnya sendiri.

"Uhm Dokter Satria. Ada apa Dok?"
"Gpp, hanya memastikan nomermu benar. Kamu sedang apa?"
"Sedang di kamar Dok sama temen, rasanya gak enak sekali ngomong sama anda Dok pakai bahasa informal"
"Rain, jangan panggil Dokter boleh? Ini diluar kelas dan rumah sakit kan? Kita seumuran juga pakai bahasa apa saja gak masalah"
"Oke"
"mau jalan-jalan keluar menghirup udara segar?"
"Malam-malam gini?"
"Masih jam 9 kan? Kita duduk-duduk aja di sekitaran halaman hotel"
"Emang kamu nginep disini juga?"
"Iya, kamarmu lantai berapa? Aku jemput"
"Lantai 5 sih, gak usah deh gpp. Ketemu di Lobby aja"
"Ketemu di lift bagaimana? Aku lantai 7"
"Oh oke kalau gitu, aku tunggu di depan lift"

Raina tak berhenti digoda oleh Ima saat akan keluar dengan Satria. Dia berusaha memakai baju sesimpel mungkin dan menyemprot minyak wangi dibadannya. 

Halaman Sekitar Hotel....
Keduanya duduk terdiam sambil menikmati minuman dingin yang dibeli Satria tadi di minimarket hotel.

"Kamu apa kabar? Udah lama banget kita gak ketemu" ucap Satria
Raina hanya mengangguk "Baik, kamu sendiri bagaimana? Hebat ya jadi dokter termuda. Kamu ambil akselerasi?"
"Baik juga. Ya seperti itulah"
"Kenapa kita gak pernah ketemu ya pas praktek di Rumah Sakit? Kamu lulusan mana?"
"Universitas Muhammadiyah Malang. Bukan takdirnya kali ketemu"
"Hoooo, tapi waktu itu aku praktek di RSU Haji ketemu Dokter Muda UMM"
"Kapan? Aku kan sudah lulus" sahutnya tenang
"Oh iyasih. Kok aku TK dulu gak sadar ya punya temen yang otaknya encer kayak kamu"
"Haha bisa aja kamu"
"Oya pas aku kerumah nenekku, kok aku gak pernah liat kamu atau keluargamu ya? Pindah ke malang juga kah semuanya? Padahal rumahmu beda 2 rumah dari nenek"
Satria hanya menganggukkan kepalanya.

Keduanya membahas masa lalu jaman TK mereka. Memang tak banyak yang ingat, tapi hanya satu kalimat yang paling membekas di ingatannya.

"Kamu masih inget Nurul teman TK kita?"
"Hm" dengungnya lalu menggelengkan kepalanya.
"Inget gak kamu pernah ditanya mamamu seperti ini 'pilih Raina atau Nurul?' Dan dengan lantangnya kamu pilih..."
"Raina" sahut keduanya lalu tertawa
"Oya ya inget, bagaimana kabarnya dia sekarang?" Tanya Satria
"Dia sudah menikah. Anaknya umur 1 tahun"

Keduanya kembali melanjutkan membahas masa kecil mereka. Sampai tak terasa sudah 2 jam mereka mengobrol dan hp Raina sudah berdering daritadi karena Ima takut di kamar sendirian. Keduanya kembali kekamar masing-masing.

"Rain" sapa seseorang dari kejauhan.
Suara yang tak asing baginya.
"Raina!" Sapanya lagi
"Athar?" Kagetnya
Athar hanya tersenyum kearahnya.
"Ada apa Thar?"
"Gpp, hanya memastikan kamu kembali dengan selamat"
"He?"
"Sudah ya aku keatas dulu" ucapnya pamit berlari menaiki tangga
"Hei Thar! Ndak naik lift kah?" Teriaknya
"Aku lantai 6 kok santai saja"

****

2 hari berlalu...
Hari ini hari terakhir Satria mengisi materi untuk peserta training. Beberapa orang tepatnya para perempuan tampak kecewa karena tak akan bisa melihatnya lagi.

Hubungan Satria dan Raina masih berjalan lancar, sejauh ini. Mereka terus membahas tentang masa kecilnya dan tentang dunia kesehatan via telepon atau pun chat.

"Rain!" Sapa Satria saat istirahat makan siang
"Iya Dok?" Jawabnya wajahnya langsung memucat malu
"Boleh bicara sebentar?" Tanya Satria
Semua mata langsung mengarah ke kedua orang itu.
"Ima, pinjem Raina sebentar ya, 5 menit" lanjutnya langsung menarik tangan Raina

"Ada apa?" Tanya Raina
"Gpp" ucapnya tersenyum
"Oy nyebelin! Tau gak sih tadi diliatin banyak orang, malu tau"
Satria hanya tersenyum dan memeluk Raina.
"Dok? Are you okay?" Tanyanya sambil melepaskan pelukannya
"Duduk sini" ucapnya terduduk di kursi panjang tempat mereka bertemu pertama kali.
Keduanya kini hanya diam.

"Ada apa? Ada masalah kah Dok?"
"Rain, panggil Satria, okay?"
Raina menganggukkan kepalanya.
"Teeeenggg!!! 5 menit lebih, aku harus balik. Kasihan Ima di kantin sendirian" pamitnya berlari kecil
"Rain, nanti malem ketemu disini ya. Ada yang aku mau omongin" teriak Satria
Raina mengangguk "jangan lupa makan!" Sahutnya

Materi hari ini terakhir, 6 hari tak terasa jika dijalani dengan hati dan pikiran ikhlas. Besok adalah penutupan dan pembagian anggota.

17.45
Ima dan Raina segera menuju lift, karena jam sekarang pasti penuh. Tepat sekali didepan pintu lift sudah banyak yang menunggu. Pintu lift terbuka disana terdapat lima sekawan yang sangat dikenal Ima terutama Raina.

Beberapa orang dilantai 5 berdesakan masuk. Sampai pintu lift tak mau menutup karena terlalu banyak memuat orang.

"Yang laki gak usah naik lift kek, ngalah sama perempuan" ucap salah satu orang.
Kelima sekawan itu akhirnya keluar.

"Aish. Menyebalkan sekali mahluk yang namanya perempuan!" Gerutu Arga
Ima dan Raina langsung menoleh sinis kearahnya.
"Sorry. Sorry. Kalian gak ikut masuk lift tadi?" Tanyanya
Keduanya menggelengkan kepalanya.

"Pintu lift terbuka! Ayo masuk pumpung kosong" ucap Fadli
Ketujuh orang itu masuk lift.

Lantai 4. Sebanyak 5 orang yang masuk lift membuat yang lainnya berjalan mundur. Lift kapasitas maksimal 10 orang ini terasa sesak diisi 12 orang. Raina dan Ima terus bergandeng tangan takut terpisah.

Lantai 3 lift terbuka. 2 orang dengan tubuh kecil berusaha masuk. Tubuh Raina terguncang dan genggaman tangannya pada Ima terlepas. Tubuhnya tertahan oleh badan seseorang.

"Athar?" Ucapnya pelan menengadahkan kepalanya
Athar hanya tersenyum.
Raina membalas dengan senyum, perasaanya terhadap Athar tak pernah berubah.

Cafetaria...

"Rain kita duduk sini ya" ucap Naufal
Raina hanya mengangguk.
"Tumben gak bawel Rain?" Celetuk Arga
Raina hanya menoleh sinis
"Ah paling gara-gara tadi kejadian di lift kan? Cieee melting sama Athar lagi" sahut Fadli
Raina merasa malu dan rasanya ingin melempar mereka bertiga dengan sendok dan garpu di tangannya.
"Sudahlah jangan banyak bicara. Kalian bertiga itu berisik. Gak usah godain Raina lagi" sahut Alfan melihat raut wajah Raina

"Rain kamu sama Athar ada apa sih?" Bisik pelan Ima
"Nanti aku ceritakan ya dari awal" sahutnya sebal

Ketujuh orang itu akhirnya menyelesaikan makannya. Raina dan Ima memilih balik ke kamar duluan.

"Rain!" Sapa Athar "Ada waktu sebentar?" Lanjutnya
"Ada apa?"
"Abis sholat isya ya? Aku tunggu di depan kamarmu"
Raina hanya menganggukkan kepalanya.
"Duluan ya" pamit Raina dan Ima

Sesampai di kamar...
Raina menceritakan kepada Ima perkenalannya dengan 5 orang laki-laki itu. Mereka bertemu saat di RSAL Dr. Ramelan Surabaya, mereka perawat Univ. Hangtuah. Mereka bertemu saat bertukaran shift Poli KB-Poli Hamil-Poli Kandungan.

"Jadi kata si Arga yang pertama kali ketemu aku di Poli KB, ada temennya yang dinas di Poli Hamil suka sama aku namanya Athar. Aku gak ngegubris godaan Arga sih tau sendiri tadi kelakuannya gak bisa dipercaya"
"Iya sih, terus?"
"Abis gitu ya dicomblangin tuh sama mereka berempat. Sampai beritanya kesebar di bidan angkatanku yang praktek di RSAL dan temennya dia. Tau kan malunya gimana?"
"Terus? Harusnya seneng dong. Jadi Trending Topik hubungan kalian" sahut Ima tertawa terbahak-bahak.
"Apaan? Abis gitu ada perempuan yang telepon dan bilang kalau dia itu anak perawat katanya pacarnya Athar.  Kita udah deket 6 bulan, bayangkan! dikit lagi jadian kan? Asli kecewa berat sama Athar"
"Terus. Terus?"
"Ya gitu itu. Aku bilang selesaikan masalahnya dulu sama pacarnya yang ternyata mantannya itu yang gak keterima pacarnya deket sama anak bidan. Terus aku gak gubris deh Athar dan teman-temannya itu. Sempet nyusulin ke kampus sih mereka sekawan tapi gak aku samperin. Dan sampai sekarang gak mau ngehubungi mereka, tapi karena disini ketemu sama mereka makanya agak males"
"Pantes sih kamu sebel sama mereka. Tapi mereka berlima ganteng-ganteng loh Rain, jarang banget anak laki ganteng mau jadi perawat hahhaa"
"Weeee Ima sekarang udah bisa liat laki ganteng hahaha slogannya dihapuskan kah? 'Jomblo Sampai Halal' hahaha"
Keduanya tertawa terbahak-bahak.

19.00 WIB
"Rain? Kamu gak lupa kan kalau ditunggu Athar di depan pintu abis sholat isya? Sudah 7 lebih loh, adzan tadi jam setengah 7" ucap Ima mengingatkan.
Raina langsung bangkit dari kasurnya dan langsung memakai jilbab.

Athar sudah berdiri di sebrangan kamar Raina dan Ima, sedang asik memainkan hpnya.

"Thar!" Sapanya "sorry" lanjutnya
Athar hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Apa apa Thar?"
"Hm.... Kamu gak kedinginan pakai babydoll gini?"
"Ngak sih, udah lengan panjang dan celana panjang kok"
"Nih" ucapnya sambil melepas jaketnya dan menaruh kebadan Raina
"Apa deh. Kayak di film-film aja. Aku gpp kok" ucapnya sambil melepas jaketnya
Athar langsung memegang pundak Raina dan menggelengkan kepalanya.
"Iya. Iya. Mau bicara apa?"
"Gpp. Kangen ngobrol berdua sama kamu aja" ucapnya "kenapa gak pernah bales sms atau social mediaku? Masih marah kah?"
Raina menggelengkan kepalanya.
"Kamu kenal Dokter Satria dimana?"
Raina hanya terdiam, sepertinya dia tau alasan Athar ingin menemuinya.
"Dia siapa kamu? Kok kayaknya kalian deket banget?"
"Ehm. Dia temen aku TK. Bisa dibilang Cinta Pertama dan Cinta Monyet aku dulu. Ada apa? Kamu cemburu ya?" Godanya
"Bisa dibilang seperti itu, rasaku ke kamu gak pernah berubah. Dan kamu jangan pernah merubah perasaan kamu"
"Tergantung. Kamu bisa buat aku luluh gak?"
"Selama kamu gak terjerat sama cinta pertamamu itu gak masalah"
"Aku gak janji"
"Yaudah gpp. Aku yakin kalau kamu masih punya perasaan sama aku. Dan aku yakin rasa itu masih sama seperti dulu"

"Raina" sapa seseorang
"Dokter Satria?" Kaget keduanya
"Selamat malam Dok" sapa Athar
"Kalian disini ada apa?"
"Hm. Anu. Hm. Ngobrol aja kok Sat, yaudah katanya mau ke halaman kan?" ucapnya "kita turun naik lift ya" tariknya masuk ke dalam lift

Halaman Hotel...
Keduanya hening tak ada suara. Satria yang kesal melihat Raina bersama Athar dan Raina yang merasa bersalah.

"Kamu ada hubungan apa sama Athar?"
Raina langsung membelalakkan matanya lalu menggeleng.
Satria hanya melirik sinis kearahnya seakan menggoda.
"Apa sih? Kalian berdua itu aneh tau gak sih?"
"Berdua? Maksudnya aku sama Athar?"
"Iya. Saling menanyakan. Kenapa kalian gak jadian aja? Haha" ucapnya melumerkan hatinya
"Ya. Ya. Ya. Dia gak jahatin kamu kan? Kamu gak suka sama dia kan? Apa dia pacarmu?"
"Kasih tau gak yaaaa haha"
"Ihs. Yaudah gpp sih. Kamu jomblo kan?"
Raina hanya tersenyum dan mengangguk.
Satria reflek memeluk Raina.
"Oy!" Ucapnya melepaskan pelukan Satria "kebiasaan banget sih tiap ketemu pasti ada adegan gitu. Dasar mesum"
"Jahat banget mulutnya. Aku cuma ingin melepaskan hormon oksitosin dan merasakan hormon dopamine diantara kita"
"Bahasanya astaga haha"

Satria langsung memeluk Raina kembali "sebentar saja Rain, aku besok pagi udah pergi" ucapnya
Raina menganggukkan kepalanya.
"Aku mau ngerasain jatuh cinta sama kamu Rain, aku ingin mengulang masa kecil indah kita sampai ke anak kita nanti. Terimakasih sudah buat aku bahagia selama 3 hari ini"
"Modus banget lah" sahutnya "sudah ah, gak enak dilihat orang" lanjutnya melepas pelukannya
"Kamu punya rasa sama aku kan? Aku merasa kamu ada rasa sama aku. Tunggu aku ya aku mau meneruskan kuliah spesialisku dulu" ucapnya memegang pundak Raina, matanya menunjukkan ketulusan.
"Aish. Ini laki-laki banyak banget yang tanya perasaannya" celetuknya
"Maksudnya? Athar? Dia nembak kamu tadi?" Tanyanya "ini jaket dia kan? Lepas lepas!" Ucapnya melepas jaket milik Athar dari tubuh Raina
"Apasih gak usah lebay deh"
"Pakai punyaku aja" ucapnya memberikan jaket dan memasang pada tubuh Raina
Raina hanya mengangguk, emosi Satria lebih parah dari Athar.
"Jangan tinggalkan aku ya Rain" ucapnya memegang kedua tangan Raina "aku janji bakal bahagia in kamu, tunggu aku lulus spesialis anak ya"
Raina menganggukkan kepalanya.

****

Semua peserta dibagi menjadi 3 kelas kembali sesuai tim yang sudah dibuat oleh Pantia dari Dinas Kesehatan Jawa Timur.

"Raina, Alfan, Salsa dan Zahra kalian bertepatan di Batu"

"Ima, Arga, Wiwin dan Maya kalian di Malang"

"Yooooot kita berdua masih daerah malang, makan-makan kita nanti!" Seru Raina
"Tapi sama temen lu yang resek Rain" ucapnya pelan

Semua peserta langsung riuh mencari tim masing-masing. Yang tertib hanya Ima dan Raina sepertinya mereka tau kelompok mereka yang mana dan sudah mengenal satu sama lain.

"Woy Arga! Awas lu ye ngapa-ngapain Ima! Tiati di ruqyah lu!" Ucap Raina
Ima hanya menundukkan kepalanya.
"Iya. Iya. Bawel oy!" Sahut Arga

Setelah bertemu dan saling bertukar nomor ponsel, akhirnya acara penutupan selesai. Dan semua kembali ke kamar masing-masing untuk packing dan segera pulang.

"Raina! Ima!" Teriak Fadli di Lobby
"Apa?" Ketus Raina
"Santai kali. Mau bareng gak? Si Alfan bawa mobil. Bawa Avanza dia, sangat cukup buat kalian berdua"
Raina dan Ima hanya saling menatap.
"Hm. Naik taksi aja kita" ucap Ima pelan
"Yaelah hemat biaya kali. Ini perempuan sok jual mahal banget"

"Sini" ucap Athar tiba-tiba yang membawa barang Raina
"Noh big boss dateng. Sini Ima aku yang bawa barangmu" ucap Fadli
"Gak usah deh gpp, enteng kok ini" sahutnya
"Jangan macem-macem" ucap Raina memukul pelan tangan Fadli saat akan mengambil tas Ima "aku yang bantu bawa barang dia aja" lanjutnya

"Kalian berdua dibelakang aja, pasang headset kalian, dijamin kita berisik hahaha" goda Naufal
Keduanya tak mengubris dan langsung masuk.

****

Hari senin depan semua peserta Sirkesnas sudah harus di tempat. Dan pada hari minggu otomatis sudah berada di daerah masing-masing untuk perkenalan dengan warga, tokoh masyarakat dan petugas kesehatan di tempat yang akan mereka tinggali.

****

Day-3

"Raina!" Sapa seseorang

Raina hanya merespon seadanya, tubuhnya sudah tak kuat 3 hari ini cukup melelahkan. Banyak warga yang masih belum terbiasa dengan keberadaan mereka dan tidak menjadi kooperatif.

"Raina!" Sapa seseorang lagi

"Dokter Satria?" Sahut teman kelompoknya
Raina langsung tersadar dari lamunannya.

"Ada apa Dokter kesini?" Tanya Alfan
"Kunjungan?" Tanya Salsa
"Bukan. Ketemu Raina" ucapnya dengan tersenyum
Ketiga temannya langsung melirik dengan penuh godaan dan Raina langsung menundukkan kepalanya.

"Ikut aku" ucapnya menarik tangan Raina

Mereka berdua berjalan-jalan disekitar desa sambil melihat pemandangan yang sangat Asri disana.

"Maaf aku baru mengunjungimu, aku baru tau kamu dapat tempat di Batu. Setelah selesai dinas aku langsung kesini"
Raina langsung terdiam dan tersenyum.
"Senyum mu membuatku nyaman, dan ingin segera menemui kamu"
"Haha kamu gpp ta Sat? Aku kira dopamine terlalu merajalela deh"
"Aku bilang apa kan? Aku ingin merasa hormon dopamine yang menjadikan kamu utama"
"Oh gombalnya anak kedokteran gitu ya? Haha baru tau" celetuknya
Satria tiba-tiba langsung memeluk Raina.
"Satria? Kamu gpp kan?"
Satria menggeleng di pundak Raina "aku capek Rain, biarkan aku bersandar disini sebentar"
Raina menganggukkan kepalanya.

****

Day-9
Setiap hari Satria selalu menghampiri Raina di kontrakan yang disewakan oleh warga. Raina sudah mengomel agar tak sering datang, tapi sepertinya Satria hanya tersenyum lalu memeluknya.

"Apa kamu tak ada tempat bersandar lagi selain aku?" Tanyanya
Satria menggeleng.
"Aku malu tau sama anak-anak, sama warga juga gak enak dilihatnya"
"Iya. Iya. Kali ini hanya 5 menit. Rasanya capek aku hilang kalau sudah liat kamu dan meluk kamu. Seperti pulang ke rumah sendiri"
"Mulai deh"
"Kamu gak ada rasa sama aku?"
"Ada. Sedikit" godanya
"Ih sumpah? Aku udah tiap hari kesini? Masa cuma sedikit?"
Raina hanya tersenyum.
"Terimakasih Rain" ucapnya memeluk Raina kembali "aku sudah lama sekali tak merasakan seperti ini, hidupku hanya tau tentang belajar dan belajar"
Raina kali ini menerima pelukan itu "kamu sudah berusaha keras dan terimakasih sudah menjadikan aku dari hidup kamu" ucapnya "Teeenggg! Sudah 5 menit lebih kebiasaan banget sih haha" lanjutnya menggoda "sudah pulanglah!" Ucapnya tersenyum.

****

Day-13
Sudah dari 3 hari yang lalu Raina tak dikunjungi oleh Satria. Semua social medianya tak seberisik seperti biasanya. Semua temannya mulai menggodanya karena tak ada yang mengunjunginya setiap hari.

"Lagi sibuk kali Rain" ucap Alfan melihat kekhawatiran Raina
Raina mengangguk lesu.
"Tak apa, wajar kalau kamu khawatir begitu. Mungkin ada urusan mendadak. Sabar" sahut Zahra

"Bosen!" Celetuk Salsa
"Target kita sudah mau selesai kan?" Tanya Zahra
Alfan dan Raina mengangguk.
"Ayo ke Ima, Fan!" Seru Raina
"Ngapain?" Tanyanya
"Kangen dia aku, mau cerita banyak ke dia, kalau perlu nangis" ucapnya
"Setuju!" Sahut lainnya
"Alfan, naik mobil kamu ya" ucap ketiga perempuan itu merajuk
"Aish. Perempuan-perempuan ini kenapa ngomongnya seperti ini?" Tanyanya kesal "iya iya" lanjutnya

Kedua temannya memilih untuk berjalan di Malang Town Square, karena tak ada yang ingin ditemui. Beda dengan Raina dan Alfan teman mereka satu kelompok.

Sesampainya di kontrakan Ima yang sangat menyusahkan sampai mobil tak bisa masuk dan harus berjalan menyusurinya. Ima dan Raina langsung berpelukan ketika mereka bertemu, sama halnya dengan Alfan dan Arga.

"Sudah selesai ngobrol kan? Boleh ngomong sama Raina sebentar?" Tanya Arga kearah Ima.
Ima hanya mengangguk.

Raina melihat wajah mencurigakan di Arga.
"Pandanganmu biasa aja kali" celetuk Arga
"Ada apa?"
"Gpp, aku ingin temanku bisa mengobrol dengan temanmu. Terimakasih ya sudah main kesini"
"Weee? Kamu kesambet apa? Ima dan Alfan maksudnya?"
"Jangan macam-macam deh, Ima bukan perempuan seperti itu yang gampang dicomblangin sana-sini"
"Iya Rain, aku tau"
Raina hanya bisa mengomel kepada Arga, walaupun ia tau itu tak akan mempan baginya.

****

Day-17
Kunjungan Satria sudah tak pernah ada, adanya Raina yang hampir setiap hari mengunjungi Ima demi Alfan dan Arga. Memang bukan Alfan yang memelas ke Raina, tapi Arga. Itu yang membuat Raina frustasi, seorang Arga memelas kepadanya.

"Terimakasih ya Rain" ucap Alfan di dalam mobil perjalan pulang
"Buat?"
"Hm. Gpp. Terimakasih aja"
Raina langsung terdiam, dia tau Alfan sangat tulus ingin mendekati Ima.

****

Day-18
Hubungan Raina dan Satria sudah kembali, Satria sudah menghubunginya. Walaupun sudah tak pernah dikunjungi olehnya.

"Fan, cari makan yuk" Ajak Raina merangkul lengan Alfan
"Oy! Ini otak makan mulu kita berempat dah makan tadi sejam yang lalu"
"Ayolah. Ayolah. Ayolah" ucapnya sambil mengerdipkan matanya
"Jangan makan lah Rain, camilan aja ya?" Sahut Zahra
"Oke! Alfan? Ya?" Rayunya "mana terimakasihmu udah aku ajakin ke Ima tiap hari?" Bisiknya
"Aish" keluhnya "Iya. Iya." Lanjutnya pasrah

Keduanya melangkah menuju mobil Alfan. Namun langkah keduanya terhenti saat melihat mobil Satria terparkir disana.

"Raina" sapanya
Alfan berusaha melepas tangan Raina yang melingkar di lengannya.
"Apa sih Fan? Biarin. Dia cemburu apa gak?" Bisiknya tertawa kecil
"Wah bener-bener ini perempuan ya"

"Selamat Sore Dokter Satria" sapa keduanya
Satria hanya tersenyum dan mendekat kearah mereka kedua.
"Rain, sumpah lepasin!"
Raina menggelengkan kepalanya.
"Sepertinya kalian bahagia sekali ya? Syukur deh" ucapnya tersenyum
Raina langsung melepaskan tangannya.
"Maaf Dokter, anda salah paham" ucap Alfan lalu pamit
"Maksudnya apa Sat?" Ucap Raina lesu
"Kamu tampak bahagia banget sama Alfan, aku rasa ini pasti gampang"
"Kamu gak cemburu? Sepertinya aku salah menilai rasa cintamu ke aku"
"Maaf. Aku harus pergi Rain"
"Kamu tau gak? Betapa khawatirnya sama kamu beberapa hari gak hubungin aku? Ternyata perasaanku salah besar ke kamu, aku salah sudah berharap sama kamu! Inikah janjimu itu? Bulsyit Sat!!!" Ucapnya memukul bahu Satria pelan
"Maaf. Aku gak bisa sama kamu. Aku yakin kamu bisa bahagia sama Alfan, aku lihat kalian serasi tadi, deket banget. Atau sama Athar? Aku rasa dia juga ada rasa sama kamu" ucap Satria tersenyum pilu
"Harusnya kamu gak pernah kasih harapan kalau emang gak ada niatan! Sakit tau gak sih!"
"Maaf Rain" ucapnya lesu dan memeluk Raina erat sangat erat "Maaf Rain, seharusnya aku gak pernah hadir di depan kamu, harusnya aku gak pernah bikin janji sama kamu. Maaf"
"Pergilah" ucapnya melepaskan pelukannya
"Semoga kamu bahagia" pamit Satria dan mengusap lembut kepala Raina

Raina lari ke dalam kontrakan dan memeluk Salsa dan Zahra. Air mata yang sudah ia tahan agar tak keluar saat berbicara dengan Satria akhirnya jatuh membasahi pipinya.

"Rain aku tau, kenapa dia seperti itu" ucap Zahra
Raina hanya memandang kosong temannya itu.
"Lihat ini WA dari tempatku dulu kerja" ucapnya memberikan hpnya ke Raina

'Hari Pertunangan dr. Satria dan dr. Nadira tanggal 3 Juni 2016 pukul 15.00WIB di kediaman dr. Nadira Kediri, Jawa Timur'

Rain semakin menangis menjadi-jadinya. Hatinya sudah hancur, kini dia tau alasan kenapa Satria tidak menghubunginya beberapa hari terakhir. Rumor yang beredar kedekatan Raina dan Satria tersiar di banyak tempat, Ayah Satria mengenal baik keluarga dr. Nadira. Keluarga mereka sudah mengadakan pertemuan kalau akan menjodohkannya lebih cepat.

****

Day-20
Hari ini akhir dari semua petugas Sirkesnas bertugas, besok adalah hari terakhir mereka berada di tempat masing-masing. 3 minggu sudah akan mereka lalui dengan banyak cobaan, panas, hujan, ditolak, dijadikan tamu special dsb.

Namun rasanya itu tak begitu berarti buat Raina sekarang. Sudah 2 hari dia menangis dan tak keluar dari kamar. Ketiga teman kelompoknya sudah membujuk dengan segala cara agar mau keluar dari kamar, namun selalu gagal.

"Rain! Ada Ima!" Ucap Alfan mengetuk pintunya
Raina melangkah dan membukakan pintu langsung memeluk Ima.
Ketiga temannya langsung lega melihat Raina mau keluar dari kamar.
"Maaf ya baru datang Rain" ucap Ima membalas pelukan Raina "sabar ya, bukan jodohnya kan berarti? Kalau dia memang sayang sama kamu harusnya dia memperjuangin kamu kan? Kalau gini? Sudah lihat kan? Gak perlu ditangisi. Oke?"
Raina menganggukkan kepalanya.

"Senyum dong" ucap Ima "ini aku bawakan makanan, Mc Flurry Oreo" dia menunjukkan dua gelas "hati panas, otak harus dingin ya" lanjutnya tersenyum kearah Raina

"Oya kamu kesini naik apa?" Tanya Raina sambil melahap ice cream yang dibelikan Ima.
"Sama Alfan" jawabnya sedikit tersenyum
"Idiiiih kenapa tersenyum begitu? Suka ya?" Godanya
"Apasih Rain!!!" Sahutnya manja
"Ya. Ya. Ya. Aku mengerti, yang terbaik ajalah buat kalian. Semoga bisa sampai nikah deh haha"
"Sumpah ya Raina!!! Kamu gila! Jadi gini aku sudah jauh-jauh kesini kamu malah godain aku? Udah aku beliin eskrim pula!" Ucapnya cemberut
"Oy santai dong. Iya. Iya, maaf ya Ima-ku sayang" ucapnya memeluk Ima "cium dulu" godanya
"Ihs. Masih normal ya" sahutnya langsung melepaskan pelukannya
Raina hanya mengangguk dan tersenyum.

"Rain" ucap Ima pelan
"Ya?"
"Sebenernya ada Athar disini, sebenernya aku sama Arga dan Alfan gak boleh ngomong sama kamu karena Athar yang minta, tapi dia sudah nunggu kamu dari 2 hari yang lalu loh"
"Anak itu ngapain coba?"
"Sepertinya dia masih suka sama kamu deh Rain"
"Dan sepertinya Alfan suka sama kamu deh Ima" lanjutnya menggoda sahabatnya itu.
"Oy!"
"Iya. Kita keluar lah" ajak Raina "penampilanku gak jelek-jelek amat kan?" Lanjut tanyanya
"Weee? Kenapa jadi gitu? Mentang-mentang ketemu Athar" goda Ima

"Mau jalan-jalan di sekitaran desa?" Tanya Athar setelah melihat Raina keluar dari kamarnya
Raina menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?"
"Setiap dia kesini selalu mengajak berkeliling sekitaran sini, dan itu akan mengingatkan sama dia" ucapnya tersenyum lega
Kelima orang disekelilingnya hanya tersenyum melihat ketegaran Raina.
"Bagaimana kalau kita ke Paralayang? Rugi kan di Batu 3 minggu gak jalan-jalan?" Tanya Raina kegirangan "Alfaaaan" sapanya merajuk dan melingkarkan tangannya ke Alfan.
"Ah penyakitnya kumat lagi ini orang" sahut Alfan "Iya. Ayo kita berangkat"
"Makasih, Oppa!!" Ucap Raina
"Ima, ini temenmu ya manggil aku Oppa mulu, yang diceritain tiap hari drama korea mulu sampai nangis-nangis kalau liat filmnya" keluh Alfan
"Kenapa yang dilaporin Ima? Hayo ada apa diantara kalian?" Godanya
"Kepo!" Sahutnya lalu melepaskan tangan Raina

Paralayang, Batu.
Semua asik berfoto ria sambil memandangi rerumputan hijau dan kota Batu dari atas. Lampu-lampu kota sudah mulai menyala dengan menggantikan cahaya matahari yang akan turun sebentar lagi. Angin yang berhembus cukup dingin menusuk badan.

"Gak dingin?" Tanya Athar mendekat kearah Raina.
Raina menjawab dengan gelengan kepala.
"Nih" ucap Athar memberikan jaketnya
Raina tersenyum kearahnya "gak usah gpp" sahutnya melepas jaket itu "apa kamu mau menambah koleksi jaketmu di aku?" Guraunya
Athar tampak kebingunggan.
"Ini" ucapnya mengambil jaket milik Athar dulu saat pelatihan dari tasnya "terimakasih, aku kembalikan"
"Gak usah ambil saja, semakin malam nanti semakin dingin loh"
Raina menganggukkan kepalanya lagi "terimakasih, sekarang pakai jaketmu yang tadi, yang ini aku pakai"
Athar tersenyum kearah Raina.

Langit sudah mulai gelap, dan angin yang berhembus sudah mulai dingin. Bintang-bintang sudah mulai muncul diatas langit dan lampu-lampu kota bak bintang dari atas bukit, gemirlang sama halnya dengan bintang. Hanya satu kata 'indah'.

Ketuju orang itu menghangatkan diri menuju warung terdekat untuk membeli minuman hangat dan makanan ringan.

"Pulang yuk, gak enak sama warga desa nanti kalau kita pulang malam" ajak Ima
"Oke" sahut semuanya

Semuanya sudah diturunkan di tempat masing-masing, hanya Athar yang tak bisa Alfan antar, karena berbeda jauh bukan di Malang tapi di Madiun.

"Kamu langsung pulang?" Tanya Alfan
"Iya" jawab Alfan merapikan barang di sepeda motornya
"Sekarang sudah jam 10 loh, apa gak besok pagi aja? Pas subuh?" Tanya Raina tiba-tiba datang.
"Gpp. Sudah biasa kok. Santai aja"
"Nanti kalau ada apa-apa di jalan bagaimana?" Tanyanya lagi
Athar mendekat kearahnya "gak usah khawatir, aku sudah terbiasa kok" bisiknya
"Pokoknya gak boleh! Bahaya tau gak sih! Kayak di surabaya aja!" Omelnya
"Terus kamu mau aku disini? Temani oke?"
"Maksudnya?"
"Temani aku ngobrol, nanti kalau udah ngantuk nanti aku tidur sama Alfan"
"Hmm... Oke!"

Athar mengemasi barangnya kembali dan menaruhnya ke kamar Alfan lagi. Setelah selesai dia menghampiri Raina di ruang tengah yang menunggunya. Keduanya mengobrol tentang banyak hal, sampai lupa jam.

"Jam 1 malem Thar, lanjut besok aja ya. Aku harus tidur" ucapnya
"Tunggu sebentar"
"Apa?"
"Mau berjanji sesuatu?"
"Apa dulu?"
"Tapi harus jawab 'aku janji' jangan pernah ada jawaban 'aku gak janji' bagaimana?"
Raina menganggukkan kepalanya.
"Janji gak bakal nangisin dia lagi?"
"Janji. Pasti!"
"Janji gak akan mikirin dia?"
"Oke! Janji"
"Janji gak bakal bunuh diri karena cinta?"
"Apaan sih? Ya ngak lah. Ngak banget"
Athar hanya tersenyum.
"Sudah kan? Intinya aku gak segila itu karena dia. Aku sudah lupakan kok. Terimakasih karena ada Ima, kamu, Alfan dan yang lainnya aku bisa semangat lagi"
Athar tersenyum kembali

"satu lagi" ucapnya
"Apa?"
"Janji mau buka lembaran baru sama orang lain? Contohnya sama aku?"
Raina terdiam dan menatap mata Athar yang begitu meneduhkan dan tulus.
"Janji?" Tanyanya lagi "aku gak nyuruh kamu cepet kok, pelan-pelan aja dijalanin" ucapnya sambil memberikan jari kelingkingnya kearah Raina "Janji?" Tanyanya untuk ketiga kalinya
Raina memberikan kelingkingnya dengan cepat Athar memasukkan cincin ke jari kecilnya itu.
"He?" Kagetnya "are you okay?"
"Sudah sana masuklah kamarmu, katanya mau tidur? Jangan sampai hilang ya?" Ucapnya tersenyum kearah Raina

Raina sudah tak bisa berkata apa-apa lagi perasaan tak karuan, rasanya kembali merasakan apa yang sebelumnya pernah ia rasakan saat bersama Satria. Dia langsung pamit dan menuju kamarnya dengan raut wajah yang tak karuan.