Minggu, 31 Juli 2016

Raisa

"Revan!" Sapa seseorang

Laki-laki itu terus melajukan langkahnya, seolah tak mendengar ada yang memanggilnya.

"Revaaaan!!!" Sapanya lagi sedikit berteriak

Laki-laki itu menghentikan langkahnya. Menoleh kearah suara itu. Matanya menangkap seseorang gadis sedang menatapnya tajam.

"Ada apa?"
"Oy masih cuek aja! Ikut PKH juga? Operator apa Pedamping?"
"Menurutmu kalau satu tempat pelatihan sama kamu apa?"
"Pendamping" sahutnya sebal
"Yaudah aku duluan ya" pamitnya acuh

Raisa terus mengumpat Revan dalam hatinya, sifatnya tak pernah berubah. Dia terus celingukan menunggu kehadiran temannya yang juga ikut serta jadi petugas Pendamping Pekan Keluarga Harapan yang diadakan Kementrian Sosial dan Budaya.

"Sofie? Kamu dimana sih?" Tanya Raisa melalui telepon
"Sabar keles, udah tau aku gak boleh berangkat sendirian kudu dianterin dulu. 10 menit lagi sampe TKP" ucapnya menutup telpon sepihak

Acara pembukaan sudah dimulai peserta Pendamping PKH dibuka sendiri oleh ketua cabang pusat Jawa Timur di sebuah hotel bintang 5 Malang. Semua peserta berhamburan setelah dibagi dalam beberapa kelas.

"Kita gak sekelas, menyebalkan" Uring Sofie
"Ah sekelas sama Revan! Kamu inget kan Sof? Temen les Ganesha Operation kita yang namanya Revan dari SMAN 6?" Ucapnya sambil melihat 
"Hmm lupa mukanya sih, tapi inget banget skandal kalian pulang boncengan berdua, aku sampe terlupakan" godanya tertawa puas
"Oh iya? Makanya bahagia banget" sahut Via tersenyum menggoda

Ketiganya berpisah kelas, saling berpelukan dan saling mendoakan supaya mendapat teman sekelas yang enak.

Revan menatap Raisa yang memasuki kelas, celingukan mencari teman duduk yang sekiranya klop dengan matanya.

"Duduk sini" ucap seseorang menarik tangannya memposisikan duduk disebelahnya
"Kamu siapa?" Tanyanya hampir teriak
"Waaaah jahat kamu Sa, ini gw Irsyad inget? Temen lo waktu TK"
Raisa berpikir sangat panjang "ngarang aja sih, saya gak kenal sama kamu" ketusnya

Irsyad memegang bahu Raisa dan memposisikan mereka berhadapan, Irsyad mengerdipkan matanya berulang kali didepannya.

"Irsyad anak Tante Dewi?" Tanyanya
"Iyup betul sekali" ucapnya tersenyum sumringah
"Tapi bagaimana bisa kamu mengenali saya? Kan udah lama banget gak ketemu"
"Gampang, mata lo gak berubah, bibir lo gak berubah, semua diwajah lo gak berubah, badan lo aja yang makin tinggi"
"Dan kamu berubah banget, dulu gendut banget, pipinya chuby, dan gak berani deket perempuan kecuali aku sama saudaraku Ayu kan?"
"Nah itu lo pinter" ucapnya
"Kuliah jakarta?"
"Pinter banget sih lo, hampir semua jawaban lo bener, gw kasih nilai 90" ucapnya sambil mencubit pipinya
"Ya kali apaan, malu tau gak sih kayak masih kecil dulu aja cubit-cubit pipi. Pantesan ya bahasamu ikutan sana, sok-sok an lupa jadi orang surabaya"
"Yang penting gw gak lupa ya sama temen TK gw, emangnya lo!" Ucapnya menoyor Raisa
"Iya iya maaf" sahutnya sebal

Keduanya saling mengobrol satu sama lain, membahas tentang masa-masa kuliahnya dan kehidupan masing-masing. Revan yang melihat Raisa bisa mengobrol dengan laki-laki lain sampai bisa tersenyum lepas seperti itu membuat hatinya seakan pilu. Seandainya dia dulu yang menariknya untuk duduk disampingnya.

Pengenalan dasar materi tentang Keluarga Harapan hari ini sudah usai. Selama kurang lebih 8 jam mereka mendengar materi diselangi dengan ishoma 2x. Dan kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat dan mempersiapkan untuk hari esok.

Adzan Magrib berkumandang dengan indah disaluran Televisi. Sofie, Raisa dan Via mendapatkan tempat 1 kamar di lantai 4.

"Eh aku ketemu temen TK dulu" ucap Raisa
"Cogan gak? Kenalin dong" sahut Sofie meringis didepannya
"Inget ya abangmu mau dikemanakan? Katanya mau merried?"
Tawa Raisa langsung meledak "Jangan sama dia deh sumpah, tau gak dikelas urakan banget orangnya, selalu bikin joke garing gitu"
"Loh itu asik lagi, selingan biar gak bosen" sahut Via
"Iya, tapi kan yang malu aku. Aku duduk disebelahnya. Berisik banget"
"Sumpaaaaah??" Kaget kedua temannya
"Sumpah duduk sebangku?"
"Iya, tau gak tadi kan aslinya ada beberapa orang terpaksa duduk laki-perempuan gitu termasuk aku, karena pembimbingnya itu perempuan terus kerudungnya syari gitu niatnya mau di pisah, tau gak Irsyad ngomong apa?"
"Irsyad nama temen TK kamu?" Tanya Via menyela
Raisa mengangguk "dia bilang 'kita gak setuhan aja loh bu, ini jarak duduknya kurang lebih juga 1 meter, saya juga tau batas kok bu, nanti kalau dipisah lagi nih bu misal perempuan-perempuan laki-laki nanti belum tentu mereka mempunya pemikiran yang sejalan pas duduk bareng' asli ini orang parahnya minta ampun dan sekelas langsung tertawa angguk-angguk gitu"
"Ya ampun sumpah itu temen TK kamu gilaaa!!" Sahut Sofie "di kelas juga ada sih, tapi gak sampe ngelawan gitu paling joke garing juga sama"

Knock. Knock. Knock.

"Kalian ada janji sama temen kalian sampe ada yang mau kesini?" Tanya Raisa
Kedua temannya menggeleng dan Sofie membukakan pintu.

"Cari Sia...." Kaget Sofie setelah melihat sosok di depannya itu dan segera menutup pintunya kembali
"Sa" ucap pelan Sofie "ada mantanmu si Dedi"
"Sumpah demi apa lo? Bagaiamana dia tau aku disini?" Tanyanya heran dan merapikan bajunya

"Ada apa?" Tanyanya datar sambil membukakan pintu dan keluar dari kamarnya
"Hanya ingin memastikan kalau kamu benar disini"
"Bagaimana tau aku disini?"
"Aku juga peserta disini, tadi aku melihatmu pas makan malam jadi aku mengikutimu, ingin kusapa tapi aku urungkan niatku"
"Oh iya" sahutnya kikuk binggung ingin merespon apa "hm apa kabar?" Akhirnya mulutnya terbuka
"Baik, sangat baik setelah melihat kamu. Kamu sendiri bagaimana?" Ucapnya tersenyum dengan sangat indah seperti dulu
"Tetep modus ya. Baik juga alhamdulillah" 
"Oh ya udah kalau gitu aku balik keatas ya, selamat istirahat" pamitnya sambil mengelus jilbab Raisa lembut kemudian pergi

Raisa masih binggung dengan perasaannya sendiri. Entah itu perasaan yang dulu atau hanya singgah sebentar saja. Putusnya hubungan dengan orang baik yang ditemuinya dijalan raya.

*

"Mbak *found this word*" teriaknya dari belakang sepeda motornya

Betapa takut dirinya saat ada seseorang laki-laki yang meneriakinya dengan menunjuk seperti mau membegal sepeda motornya.

"Mbak resleting tasnya terbuka" ucapnya membuka masker wajah yang menutupi bicaranya

Raisa dengan tangan gemetaran langsung meminggirkan sepedanya dan membenarkan tasnya. Laki-laki itupun ikut berhenti disebelahnya.

"Ada yang hilang mbak?" Tanyanya
"Insyaallah gak ada, terimakasih ya"
"Iya, terimakasih kembali. Saya duluan ya lagi buru-buru ngejar konsul ke dosen" pamitnya memasang kembali masker dan menyalakan motornya
"Raisa" ucapnya menyodorkan tangannya
"Dedi. Salam kenal. Duluan ya" pamitnya pergi dengan cukup cepat

Raisa tak menyangka dapat mengenal seorang yang baik dijalan seperti itu.

Sampai beberapa bulan kemudian....
"Sa, ikut aku ambil buku di kos an" ucap teman kuliahnya, Etien.
"Bawa helm gak? Jangan lama-lama kita sejam lagi ada kuliah Obgyn, tau sendiri kan dosennya bagaimana?"
"Gak usah, biasanya juga kita gak pakai helm. Tenang kali kan dicampur sama kelas lain, jadi santai"

Keduanya bergegas menuju Kos an Etien di daerah Ketintang yang lumayan jauh dari kampusnya. Mereka memberhentikan sepeda motornya di Gerobak Penjual Tahu Berontak, makanan ringan yang hampir seminggu sekali dibeli oleh teman-temannya ketika menunggu jam kosong terlebih dahulu.

"Njir, ada operasi polisi disini?" Tanya Raisa panik "kita gak bawa helm"
"Wah bakal banyak yang kena ini" sahut Etien.
"Iya mbak baru kali ini selama saya jualan ada operasi sepeda motor" ucap Pak Abdul, penjual tahu berontak yang mereka kenal.
"Pak kita pamit ngumpet sini lah ya, males urusan sama polisi" ucap Etien meringis
"Siap mbak" ucapnya sambil menggoreng

"Mbak Raisa?" Sapa seseorang menghampirinya
"Ehm... Siapa ya?" Tanya Raisa mengamati laki-laki yang menyapanya itu dari ujung rambung sampai ujung kaki.

"Wah itu SKSD mbak perawat" ucap temannya di warung sebelah gerobak Pak Abdul

"Dedi, mbak Raisa inget yang pas...."
"Ah ya inget, maaf ya mas saya lupa soalnya waktu itu pakai helm jadi gak seberapa jelas" potongnya
"Oy siapa nih? Cakep juga" bisik Etien
"Dedi mbak, temennya Raisa sekampus ya? Saya baru tau kalau Raisa anak perawat"
"Etien" ucapnya sumringah lumayan disodorin cowok ganteng "lebih tepatnya bidan Mas, bukan perawat"
"Oya maaf kalau saya salah" ucapnya tersenyum sangat manis membuat kedua perempuan itu jatuh hati pada senyumannya.

"Mbak ini pesenannya 10 sudah saya bungkus, masih mau ngumpet kah?" Ucap Pak Abdul
"Wah iya nih kayaknya Pak, mana ada kuliah lagi setengah jam lagi" ucap Etien
"Pakai helm saya aja mbak, sebentar saya pinjamkan teman saya" ucap Dedi pergi dan mengobrol dengan beberapa temannya.

"Terus saya mengembalikannya bagaimana?" Tanya Raisa polos
"Saya minta nomer telponnya mbak boleh? Sebentar lagi saya ada kuliah. Nanti saya ambil di kampusnya mbak bagaimana?"

"Modus itu mbak, jangan mau!" Sahut temannya tertawa
"Mintanya nomer telpon, manusia jadul banget sih, kerenan dikit kek minta pin bb apa id line nya" sahut temannya yang lain menggoda

"Wah sikat Sa udah, jomblo kan. Lumayan kali aja jadi pacar" hasut Etien tertawa cekikikan

Dedi memberikan hp samsung miliknya, Raisa mengambilnya dan menekan nomer telponnya.

Dan disitulah mereka bertemu kembali, menjalin hubungan. Tak butuh waktu cukup lama keduanya menjalin hubungan sebagai kekasih. Apalagi usia keduanya berbeda 2 tahun. Dedi yang berada di semester 7 dan Raisa yang masih semester 5. Membuat jadwal keduanya jarang bertemu.

Sibuknya jadwal Raisa yang harus menjalani aktifitas praktik di Tempat Pelayanan Kesehatan selama semester 5 full. Dan Dedi yang sedang memulai mengerjakan skripsinya yang sudah ia kebut dari semester 6 yang lalu, sekarang tinggal sidang hasil akhirnya.

Raisa tak bisa datang saat Dedi sidang skripsi karena dia masih dinas di Rumah Sakit, dan disitulah dimulai pertengkaran mereka. Setelah itu akhirnya mereka berbaikan, sampai puncaknya Raisa lagi-lagi tak bisa datang diacara wisudanya, padahal niat Dedi baik, akan mengenalkan dengan orangtuanya dan sayang pada saat itu dia sedang ada orientasi di Puskesmas dan tak bisa janji pulangnya jam berapa.

"Sayang, aku minta maaf. Ini aku masih di puskesmas" ucap Pelan Raisa menelpon Dedi
"Iya"
"Ngambek ya?"
"Ngak kok. Udah ya aku tutup telponnya"
"Aku usahain kesana ya kalau sudah selesai" selanya sebelum Dedi menutup teleponnya
"Kamu bisa gak sih datang dihari baikku sekali aja? Pas aku sidang skripsi kamu gak ada, wisuda juga gak ada"
"Iya aku minta maaf, aku gak ada maksud. Aku sudah jelasin kan alasannya kenapa gak bisa dateng"
"Sudah sana. Urus sana duniamu sendiri"
"Kamu kok gitu sih? Aku kan sudah bilang sama kamu sebelumnya. Wisudamu yang terlalu cepat bentrok sama jadwal praktekku semester 6 ini"
"Jadi kamu nyalahin aku?"

"Raisa ada pembimbingnya dateng" ucap temannya Salma

"Aku tutup ya, aku usahain dateng kesana nanti" ucap Raisa
"Yaudah mending kita gak usah ketemu aja sekalian, udahan aja lah" ucap Dedi menutup telpon sepihak

Begitu hancur hati Raisa tak akan pernah bertemu orang yang menyemangatinya setiap hari. Kebahagiaannya telah hancur sebagian. Raisa sudah menghubungi Dedi berhari-hari tapi tak ada respon setelah pertengkaran itu, sampai akhirnya yang membuat dia menyerah ketika Dedi mengupload sebuah foto dengan perempuan di instagramnya saat wisudanya beberapa hari yang sama-sama mengenakan toga 'my friend-zone' caption yang tertera. Hancur sudah hatinya, dan tak akan pernah menghubunginya lagi.

***

Hari ketiga pelatihan...
Setiap hari Raisa harus menahan malu ketika candaan yang keluar dari mulut Irsyad.

"Otak lo gesrek ya?" Tanya Raisa sebal saat coffe break 
"Wee kenapa jadi ikutan lo-lo nih?" Goda Irsyad
"Irsyaaaaad!!!" Serunya pelan
"Iya iya maaf. Abisnya bosen sih. Eh yang kemarin kesini laki mantan lo ya?"
"Bukan urusan lo" sahutnya pendek
"Yaelah pelit amat sih" ujarnya mencubit pipi Raisa gemas, entah setidaknya lebih dari 1x dia mencubit pipi Raisa setiap harinya.
"Oy!" Reflek Raisa memukul kepala Irsyad dengan bulpen di meja
"Aw" ucapnya kesakitan pura-pura memegang kepalanya
"Omo. Oppa kwenchana?" Tanya spontan Raisa dengan bahasa koreanya sambil mengusap kepala Irsyad.
Irsyad tertawa terbahak-bahak "Gak sakit. Weeeeek" ujarnya menjulurkan lidah.
"Kyaaaaa!!!" Teriaknya mengagetkan seisi kelas yang sedang menikmati coffe break
"Doyan korea lo? Gw bisa tariannya exo, bts, shinee, bahkan gfriend gw bisa" ucapnya melunakkan suasana
"Jinca yo?" Tanyanya
"Nei, Ajhumma" godanya menahan tawanya
"Kyaaa! Ajhumma jidat lo" ucapnya mendengus sebal "Gfriend - Me Gusta Tu ya? Aku stel lagunya, jogetnya disini? Deal?" Tanya Raisa sumringah
"Apapun buat kamu" ucapnya mencubit pipi Raisa kembali dan langsung lari berdiri di depan kelas.

"Woy ngapain lo Syad di depan?" Tanya Nicky
"Pertunjukkan buat kalian" ucap Irsyad terseyum bangga "Music On" lanjutnya sambil mengerlingkan mata pada Raisa

Lagu dari Girl Grup Korea Gfriend dengan judul Me Gusta Tu bergema dari hp Raisa dan membuat Irsyad bergerak lincah mirip-mirip sedikit dengan tarian aslinya.

"Aku bisa tuh" ucap Evi temannya bergabung dibelakang Irsyad

Dan mendadak tiba-tiba ada 4 perempuan dibelakang Irsyad yang menari dibelakangnya.

"Ikut Sa, tau kan?" Teriak Fika yang menari bersama Irsyad sambil menarik tangan Raisa

Keenam orang itu menari seakan mereka Gfriend KW menari dengan bebas dan menjadi tontonan orang yang melintas di depan kelas mereka. Semua orang yang melihat langsung tepuk tangan melihat aksi asal mereka.

"Gila. Anjir ya lo Syad!" Tawa meledak Yusuf
"Gabung sama Cherybelle aja sana lo!" Ledek Hamzah pada Irsyad

Irsyad hanya tersenyum mendengar ledekan teman-temannya. Baginya membuat senang Raisa dan teman-temannya adalah kebahagiaan baginya. 

"Woy bu Lilik dateng" teriak Nicky

Semuanya berhamburan kembali ke tempat duduk masing-masing.

****

Hari keenam....
Hari terakhir pelatihan petugas Pendamping Pekan Keluarga Harapan. Sudah puas rasanya bisa mengenal mereka yang dari berbeda daerah di Jawa Timur.

"Besok lo pulang sama siapa?" Tanya Irsyad
"Sama temen-temenku" sahutnya saat makan siang di restaurant hotel "nah itu mereka kesini" tunjuknya
"Oh halo Syad" sapa Sofie dan Via bergabung dengan mereka
"Revan kan?" Tanya Sofie melihat Revan memegang piring dan celingukan mencari tempat duduk.
Revan mengangguk.
"Gak dapat tempat duduk kan? Disamping Irsyad tuh ada" tunjuknya "daripada masih cari-cari lagi kan?"
Revan celingukan dan akhirnya pasrah duduk disebelah Irsyad.

"Besok kalian ke surabaya naik apa?" Tanya Irsyad pada Sofie dan Via
"Entah, kereta kali" sahut Sofie
"Mending bareng gw, gw bawa mobil. Bagaimana?"
Ketiganya saling bertatapan.
"Bukannya lo orang malang?" Tanya Revan tiba-tiba
"Iya, terus kenapa?" Menatap Revan serius
"Bagaimana kalau sama aku? Aku juga bawa mobil, tujuan sama kan? Sama-sama Surabaya?" Tanya Revan tanpa mempedulikan Irsyad.
Sofie langsung memberi sinyal ke arah Raisa.
"Sama Revan aja deh. Kan lo orang malang, ngapain juga ke surabaya"
"Lah kok lo lebih milih Revan? Lo kenal dia juga? Kok Sofie juga kenal dia?" Tanya Irsyad menyipitkan mata kearah Raisa
"Iya dulu aku sama Raisa pernah deket, ada masalah sama kamu?" Ucap Revan santai sambil menghabiskan makanannya.
Irsyad langsung terdiam mendengar ucapan itu. Dan semua orang di meja itu langsung hening.

Malamnya....
Penutupan yang diadakan seperti acara pentas seni di belakang halaman hotel. Ada panggung kecil disana dihiasi lampu ala tumblr berwarna-warni dan siapapun yang ingin menyumbangkan bakat dipersilahkan.

"Eh Gfriend Kw tampil kan?" Tanya Yusuf menyikut Irsyad
"Lagi gak mood gw" sahutnya ketus
"Oy Raisa pacar lo ngambek nih gak mau tampil" teriak Yusuf

Raisa mendekat, dia tau apa yang membuat Irsyad daritadi semanjak materi setelah makan siang yang menjadikan dia, orang paling diam bahkan sampai sekarang.

"Oppa, kwenchana?" Tanya Raisa
Irsyad hanya melirik sinis kearah Raisa.
"Aku sudah daftarin kalian" ucap Nicky yang datang tiba-tiba "Gfriend KW kan?" Tanyanya sambil tertawa

"Ganti aja Big Bang lagunya Bang Bang, biar aku yang maju" ujar seseorang mendekat
"Revan?" Kaget semuanya
"Yakin lo?" Tanya Nicky
"Iya, kalian bisa gak yang perempuan?" Tanya Revan
"Sedikit" sahut Evi
"Oke kita latihan dibelakang, aku ajarin gampang kok"

Bagi Revan sangat gampang dance lagu Bang-Bang itu, dulu pernah maju saat Prom Night kelulusan SMA nya bersama teman laki-lakinya yang lain. Setidaknya otaknya masih menyimpan memori itu dulu dan melihat youtube sedikit pasti bisa menurutnya.

"Lo sama gw aja yang maju" ucap Irsyad menatap tajam mata Revan
"Irsyad" ucap memelas Raisa menarik tangannya
Irsyad tidak merespon dan pergi meninggalkan Raisa begitu saja langsung menghampiri Revan.

Keduanya maju di depan, musik sudah bergema dengan lantang. Semua orang melihat kagum 2 orang laki-laki yang sedang menari penuh energi, emosi dan kompak. Adapula yang mencibir mereka berdua adapula yang berdecak kagum.

"Waaaah penampilan yang sungguh luar biasa ya" ucap MC speechless bertepuk tangan disusul penonton 

"Raisa" sapa Dedi menghampirinya
"Iya ada apa?" Tanyanya kaget

Revan dan Irsyad yang baru turun dari panggung dengan setengah ngos-ngosan langsung menyipit kearah Raisa dan laki-laki disampingnya.

"Bicara sebentar boleh?" Tanyanya
"Gak boleh" ucap Revan dan Irsyad bersamaan
Raisa langsung binggung dengan keadaan ini.
"Kalian siapa?" Tanya Dedi menatap tajam mata Irsyad dan Revan bergantian
"Irsyad. Teman masa kecilnya Raisa" ucapnya menyodorkan tangannya
"Revan. Mantan gebetannya Raisa waktu jaman SMA" ucapnya menyodorkan tangan juga
Dedi hanya menoleh kearah Raisa dan tersenyum sinis "Dedi. Mantan pacarnya Raisa waktu kuliah" menjabat tangan Irsyad dan Revan bergantian
"Kalian apa-apaan sih?"
"Diam!" Ucap ketiganya bersamaan

"Udah ya gw gak ada urusan sama lo, adanya sama Raisa" ucap Irsyad menarik tangan Raisa
Revan yang lagi malas untuk berdebat memilih meninggalkan ketiga orang itu, tanpa mereka sadari.
"Aku mau ngomong sama kamu sebentar" ucap Dedi memelas kepada Raisa.

Raisa memberi isyarat kepada Irsyad untuk pergi dan tak melihat sosok Revan yang tadi juga seakan mempertahankannya.

"Apa?" Tanyanya ketus
"Aku ingin kita mulai hubungan kita lagi" ucapnya tulus sambil memegang kedua tangan Raisa
Raisa tertegun mendengar ucapannya "aku gak bisa" ucapnya lirih
"Kenapa? Gara-gara mereka berdua?" Tanyanya
Raisa mendengus sebal "kenapa jadi mereka yang disalahkan? Justru kamulah orang yang paling tak ingin aku lihat sekarang, orang egois. Kamu tau kan kita putus gara-gara apa? Iya aku tau, aku salah. Tapi bukan berarti kamu maksa kan? Aku juga lagi mengejar pendidikanku. Harusnya kamu juga tau itu. Tapi kamu gak pernah ngerti itu" jelasnya
"Aku akan berusaha memperbaikinya Raisa, kasih aku kesempatan" sahutnya semakin memegang erat tangan Raisa.
"Maaf. Sudah terlambat meminta kembali. Kenapa gak dulu saat aku berkali-kali menghubungi kamu? Lalu aku dapat apa hah? Dapat kamu yang posting dengan perempuan cantik bertoga di hari kamu wisuda. Sudah puas kan menoreh luka yang kamu buat sendiri?" Ucapnya terengah menahan bendungan air matanya saat mengingatnya dulu.
"Aku benar-benar minta maaf Raisa, niatnya aku memang ingin membuat cemburu, tapi aku binggung dengan perasaanku yang penuh emosi saat itu"
"Dan kenapa kamu tak menghubungiku setelah sekian lama? Dan sekarang baru datang dengan entengnya ingin memulai lagi. Hatiku bukan seperti mainan buat kamu ya. Lihat betapa egoisnya dirimu sekarang? Sadar gak?" Ucap kelu tak tega mengatakan itu kepadanya.
"Aku bener-bener minta maaf. Beri aku satu kesempatan lagi. Aku takkan mengulangi kesalahan itu lagi" ucapnya memegang erat tangan Raisa
"Lepasin. Risih tau gak sih" ucapnya berusaha melepaskan genggaman Dedi

"Sudah kan? Jangan pernah menyakiti Raisa lagi dan jangan datang di hadapannya lagi" ucap Irsyad yang tiba-tiba datang menarik tangan Raisa kasar.

Dedi hanya bisa mematung melihat kepergian Raisa dengan laki-laki lain yang mungkin akan menjadi pelabuhan hatinya. Hatinya begitu perih melihat laki-laki memeluk pundaknya untuk menenangkannya.

"Oppa" ucap lirih Raisa tersedu
"Wheyo?" Tanyanya
"Izin peluk" ucapnya langsung memeluk Irsyad tanpa mendapatkan persetujuan.
Irsyad hanya mengelus lembut kepala Raisa.

"Kamu gak nganggep kita punya hubungan spesial kan?" Tanya Irsyad tiba-tiba menggodanya
"Gak lah" bantahnya
"Padahal aku berharap loh" sahutnya menahan tawanya

"Oy!" Sapa Irsyad "lo jadi laki yang gentle jangan sok cuek tapi bungkam aja mulut lo" lanjutnya melihat lelaki yang sedang memperhatikan mereka.

"Revan?" Kaget Raisa
Revan hanya mengangguk.
"Gw jelasin ya, gw sama Raisa gak ada apa-apa" ucap Irsyad "jadi lo jangan anggep gw saingan lo! Tapi gak tau lagi kalau Raisa yang suka sama gw yah" lanjutnya tersenyum bangga
Raisa reflek menoyor kepala Irsyad "enak aja kalau ngomong, mana ada jatuh cinta dalam waktu beberapa hari doang" ucapnya memandang sinis Irsyad
Irsyad langsung mencubit pipi Raisa "kyuptaaaa. Lo tau kan wajah Raisa tembem banget. Gw sampe gemes ngeliatnya. Bagi gw Raisa adalah temen masa kecil gw, Raisa yang butuh perlindungan gw kayak dulu waktu kecil, Raisa yang selalu bikin gw ketawa. Dan jangan anggep lo mikir kalau gw anggep dia sebagai wanita" ucapnya terkekeh
"Lah terus gw apaan? Banci menurut lo?" Tanyanya ketus mengerucutkan bibirnya.
"Bagi gw Raisa itu tetap Raisa yang gw kenal dulu 18 tahun yang lalu, tetap Raisa kecil dulu. Jadi tenang aja gw gak akan ngerebut dia dari lo bro" ucapnya sambil menepuk pundak Revan.
Revan hanya tersenyum mendengar pernyataan Irsyad.
"Lah terus kenapa kamu ngotot banget anter aku sama temen-temenku pulang? Aku kira kamu suka sama aku" ucap Raisa meringis
"Gak ada sejarahnya ya gw suka sama lo! Sok kepedean banget. Gw kan mau nganter calon ibu dari anak-anak gw nanti" ucap tersenyum sumringah
"Siapa? Jangan bilang Via?"
Irsyad hanya mengulum senyum sambil mengangguk.
"Gw gak setuju. Kelakuan lo kayak anak kecil banget. Gw gak bisa bayangin temen gw sama lo" 
"Yaelah gitu amat lo doanya. Gw bakal jadi kalem kalau di depan dia. Lo sih gak pernah memperhatikan gerak-gerik gw kalau di depan dia"
"Ya ya ya" sahut Raisa malas
"Jadi ya bro, lo mau ngalah kan? Gw mau nganter pulang Via mau tau rumahnya juga. Ayolaaaah" ucapnya memelas kepada Revan.

Raisa melirik sinis kearah Revan agar tak setuju dengan ide Irsyad. Revan pun hanya mengedikkan bahunya.

"Enggak. Besok kita pulang sama Revan. Titik gak pakai koma!" Ucap Raisa sebal
Irsyad mendengus sebal kearah Raisa "Oya bro, gak ada yang mau lo omongin sama Raisa?" Tanyanya tiba-tiba
Raisa hanya mentap Revan penasaran.
"Gak jadi. Kisah pertemanan kalian hebat" ucapnya meringis

****

Hari ketujuh...
Hari terakhir pelatihan, ditutup dengan sambutan oleh pejabat kementerian sosial.

"Awas ya lo jangan ngomong ke Via kalau gw suka sama dia" bisik Irsyad
"Upah tutup mulut?"
"Nanti gw pikirin dulu ya apa, tapi pastikan gak sampe bocor. Awas lo ya!" Ancam Irsyad

Setelah penutupan selesai, semua peserta bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing. Saling berpamitan satu sama lain.

***

1 tahun kemudian....

"Gw ke surabaya oke? Anter gw ke rumah Via" ucap Irsyad via telpon
"Mau ngapain?"
"Mau ngelamar lah, gw udah di tol ini sama bokap nyokap gw"
"Sumpah? Ah gila lo! Parah!"
"Via gak punya pacar kan? Atau tunangan gitu?"
"Gak sih. Tapi otak lo dimana sih? Kok dadakan banget"
"Ya apa gunanya ada lo, lo yang kasih tau dia. Oke? Gw tutup dulu ya. Lagi nyetir gw, ntar dimarahin bokap gw"

Raisa sudah pasrah dengan apa yang dijawab Via temannya itu. Dia tau keluarga Via seperti apa, keluarganya tidak menghalalkan yang namanya pacaran. Sering kali dia dijodohkan oleh beberapa orang, namun ia sering tak mau dengan yang namanya perjodohan.

Sesampainya di Rumah Via...
Hati Raisa begitu dag dig dug begitu pula dengan Irsyad. Irsyad tampak begitu tampan dengan kemeja putih dan jas berwarna navy dengan rambutnya yang lebih rapi dari yang ditemuinya saat pelatihan. Bahkan Raisa bisa jatuh cinta sekarang kalau Irsyad tenang seperti ini, terlihat lebih berwibawa.

Asisten Rumah Tangga Via membukakan pintu untuk keluarga Irsyad. Tanpa aba-aba Raisa berlari pelan setelah bersaliman dengan Mama dan Papa nya Via, lansung menuju ke kamar Via, tempat persembunyian Via dan Sofie yang sedang menunggu dari tadi.

Entah omongan apa yang disampaikan oleh orangtua Irsyad dan Via. Raisa, Sofie dan Via berusaha mengintip dari pintu kamar Via berusaha mendengar dan melihat ekspresi kelima orang itu saat mengobrol.

"Via, bisa kesini sebentar, nak?" Panggil Mamanya
Via berjalan pelan, jujur hatinya sudah tak karuan. Berjalan pun rasanya dia ingin jatuh.

Raisa dan Sofie hampir menangis tak percaya, setelah Via menganggukkan kepalanya. Bagaimana seorang Via mau saja berjodoh dengan Irsyad yang kelakuannya seperti itu. Semua orang turut bahagia atas kebahagiaan Via dan Irsyad. Keduanya akan menikah 2 bulan lagi.

"Ini upah lo" ucap Irsyad memberikan kotak bertuliskan Althea.kr saat perjalanan pulang.

Raisa langsung membukanya tak sabaran, seperti anak kecil yang menerima hadiah ulang tahun dari orangtuanya. Betapa terkejut dirinya ketika melihat isinya adalah beberapa macam make up brand korea yang dia incar.

"Waaaah Daebak, Jinca gumawo Oppa" ucapnya memeluk tangan Irsyad
"Udah lah gw tau lo itu sering nge kode sama gw di post line lo tentang make up brand-brand korea, makanya gw beliin"
"Ih pede gak sama sekali ya, tapi btw terimakasih" ucapnya sambil nyengir kuda

"Nak Raisa kapan nyusul?" Tanya Tante Dewi, Mama Irsyad yang duduk disamping kemudi papanya.
"Hm kurang tau saya tante" ucapnya meringis "belum ada yang dateng berani ke rumah kayak Irsyad sih tante" lanjutnya menggaruk kepalanya yang tak gatal
Irsyad tak bisa menahan tawanya "Sabar ya baby, nanti pasti ada kok, tunggu saja. Dan aku jamin itu akan membuatmu tak percaya" ucap Irsyad mengusap jilbab Raisa lembut

*****

2 tahun kemudian....

"Assalamualaikum" ucap seseorang
"Walaikumsalam, cari siapa ya?" Tanya Mama Raisa "silahkan masuk dulu, monggo duduk dulu"

Kedua pasang suami istri duduk di ruang tamu, dan Mama Raisa segera membuatkan minum untuk tamunya di dapur. Setelah suasananya menjadi lebih rileks, tamu tersebut baru berbicara.

"Maaf kedatangan saya kesini terkesan dadakan, namun kedatangan saya dan istri dengan maksud baik, ingin melamar Raisa untuk putra saya" ucap pria paruh baya tersebut memulai pembicaraan
"Wah saya belum ada persiapan untuk kesana, anak saya juga gak pernah bilang kalau keluarga pacarnya mau kesini, dan setau saya juga Raisa tidak pernah menjalin hubungan semenjak sudah bekerja"
"Memang benar ibu, saya datang kesini untuk menyampaikan niat baik putra saya yang ingin menikah dengan putri ibu"
"Raisa sedang dinas di klinik, mungkin sebentar lagi pulang. Dia dinas pagi" ucap was-was ibunya yang tadi gugup, tercengang tak percaya.

"Assalamualaikum Ma, sumpah capek banget Ma, tadi pasiennya yang lahiran kayak orang tawuran gak ada abisnya" ucapnya asal tanpa melihat keadaan dirumahnya

Raisa hampir berteriak saat ada tamu dirumahnya seorang pria paruh baya dan wanita disampingnya.

"Maaf tante, om. Saya permisi ke kamar dulu" pamitnya langsung berlari kecil.

Mamanya langsung pergi menghampiri Raisa di kamarnya.
"Raisa tamunya kesini buat kamu loh" ucap mamanya
"Apa Ma? Aku? Ada apa?"
"Ya makanya ditemuin diluar, jangan di kamar aja"

"Loh Papa tumben udah pulang?" Tanya Raisa kaget
"Kata Mamamu ada yang urgent, jadi cepet-cepet kesini" jawab Papanya berbisik

"Maaf ya Pak, Bu saya baru pulang dari kantor. Dengan maksud apa ya datang kesini? Saya hanya memastikan saja?" Tanya Papa Raisa
"Maaf sebelumnya Pak, Perkenalkan nama saya Danu Abdullah dan ini istri saya. Mohon maaf karena kami datang secara dadakan sehingga Bapak dan Ibu tidak ada persiapan. Jadi saya kesini dengan maksud baik ingin meminta putri Bapak untuk menikah dengan putra saya"
Raisa dan papanya saling melihat satu sama lain.
"Maaf lagi sebelumnya Bapak, bagaimana bisa pas menginginkan putri saya, padahal putri saya belum bertemu dengan putra Bapak" ucap Papa Raisa binggung
"Putri Bapak sudah mengenal putra saya" sahut Pak Danu Santai
"Kalau boleh tau nama anak Bapak siapa?" Tanya Raisa penasaran ikut menyahut
"Muhammad Revan Abdullah. Mungkin Raisa ingat?"
"Ah Revan teman les kamu bukan?" Tanya mamanya mencoba mengingat.

Jantung Raisa rasanya berhenti berdetak mendengar nama itu. Sudah lama sekali tak berkomunikasi dengannya, lalu tiba-tiba orang tuanya datang kesini untuk melamarnya. Dia berkali-kali menelan ludah seakan tak percaya, apakah dia sedang bermimpi?

"Sebenarnya dari setahun yang lalu saya sudah berbicara untuk menyegerakan menikah, ketika menyukai seseorang. Tapi dia bilang ingin melanjutkan kuliah S2 nya dulu baru menikah dengan gadis yang dipilihnya. Oleh karena itu kami kesini" ucap Pak Danu tersenyum kearah Raisa
"Pa, bagaimana nih?" Bisik Raisa
"Ya kamu tuh yang bagaimana?"
"Aku juga gak tau Pa"

"Gini Pak, anak saya juga masih syok mendengar ini secara tiba-tiba. Saya juga terserah anak saya apa, dan saya juga tak mau memaksa anak saya"
Kedua orang tua Revan hanya mengangguk tersenyum.
"Om, Tante mohon maaf sebelumnya. Revan kemana ya? Soalnya saya terakhir melihatnya 2 tahun yang lalu pas pernikahan sahabat saya. Dan Revan juga gak bicara apa-apa ke saya, bahkan saya berusaha mengajak bicara, tapi dia diam saja. Saya kira dia masih marah sama saya gara-gara dulu gak mau diajak pacaran karena hubungan jarak jauh saat pisah kuliah" jelas Raisa binggung sendiri
"Dia sedang berusaha meditasi untuk dirinya sendiri, nak. Dia tak ingin berbicara kepada seseorang perempuan jiika bukan mukhrimnya. Apalagi yang dihadapi kamu" ucap Mamanya tersenyum "dia selalu bercerita kalau perasaannya ke kamu tak pernah berubah, ada rasa sesal dalam hatinya karena tak bisa mengungkapkan. Maka dari itu Revan tidak datang hari ini, dia sedang mempersiapkan dirinya sendiri, apapun jawaban kamu pasti dia terima dengan senang hati"

Raisa hanya melirik Mama dan Papanya. Kedua orang tuanya tersenyum seakan untuk menerima Revan.

"Om, Tante. Raisa belum siap menikah sekarang. Raisa belum selesai kuliah D4 nya, mau menyelesaikan dulu pendidikan saya tinggal 3 bulan lagi" ucap Raisa
"Berarti kamu mengiyakan maksud baik Revan kan?" Tanya Bu Danu sumringah
Raisa hanya bisa mengangguk tersenyum malu.
"Gpp belum siap, 2 minggu lagi saya kesini lagi ya Raisa, bersama dengan Revan tentunya" ucap Bu Danu
"Oya Pak, mohon maaf sekali lagi. Mengingat pesan Revan sekalian itu lamaran dan akad ya. Soalnya Revan takut kalau Raisa nanti di khitbah sama orang lain" ujar Pak Danu terlihat semangat
"Apaa?" Kaget ketiganya
"Tapi saya dan keluarga belum mempersiapkan apa pun Pak Danu" ucap Papa Raisa gelisah
"Tenang saja Pak, semuanya akan diurus sama pegawai saya nanti kesini untuk dokumen surat nikah, saya juga punya kenalan orang catatan sipil, jadi Insyaallah dipermudah jalannya" ucap Pak Danu
Raisa mukanya terasa ingin meledak.
"Tenang saja, nak. Untuk resepsinya bisa setelah kamu wisuda. Revan pun mungkin 2-3 hari setelah kalian akad nikah akan pergi keluar negeri untuk tugas relawannya di Afrika selama 2 bulan. Jadi mungkin akan membuat kalian terpisah lagi dan berhubungan jauh" ucap bu Danu mendekat kearah Raisa yang khawatir, memeluk pundaknya.
"Maka dari itu Pak, putra Saya ingin segera mengkhitbah putri Bapak" lanjut Pak Danu
"Jika maksud baik dipercepat insyallah, saya bisa menerima dengan senang hati" Papa Raisa hanya pasrah sambil tersenyum, putrinya akan bersanding dengan laki-laki lain dalam waktu dekat ini.

****

2 minggu kemudian....

Akad Nikah Revan dan Raisa berlangsung di rumah Raisa. Para tamu undangan datang menyaksikan peristiwa sakral itu.

"Bismillah. Saya terima nikahnya Raisa Sandra Priyana binti Muhammad Priyono dengan mas kawin tersebut. Tunai" ucap Revan lantang, tegas dan mantap.
"Sah?" Ucap pak penghulu
"Saaaaaah" semuanya menyahut
"Alhamdulillah"

Tampaklah kedua pasang mata yang telah lama tak saling Pandang, Revan dan Raisa adalah dua orang yang tampak paling bahagia disana. Revan meminta izin mencium kening Raisa dengan senyumnya, Raisa menundukkan kepalanya. Ciuman di keningnya terasa begitu hangat, semua mata terharu melihat kejadian itu tak kalah dengan jepretan kamera yang dari tadi mengabadikan mereka berdua.

Semua tamu sedang mengobrol dengan kerabat lain lalu bergantian menjabat tangan kedua mempelai.

"Bro. Anjiiir lo ya" sikut Irsyad pada Revan "gw aja gak berani ngajak nikah langsung lamaran dalam waktu 2 minggu doang, asli gak siap" lanjutnya
"Semuanya tergantung niat bro, sama kematangan hati aja" sahutnya
"Tapi gw salut sama lo" ucapnya menepuk pundak Revan "gw titip sahabat kecil gw ya, jaga dia baik-baik"
"Apaan sih lebay banget sih lo" ujar Raisa tiba-tiba datang

"Apa!" Ucap seorang anak kecil berlari kearah Irsyad
"Ah Adam? He so cute" teriak girang Raisa "Mama kamu mana sayang?" Tanyanya sambil menggendong Adam yang masih berusia 1,5 tahun.
Adam hanya menunjuk ke kerumunan orang.
"Hei selamat ya sis, akhirnya halal juga" ucap Via langsung memeluk Raisa
"Kalian berdua! Sungguh jahat! Aku minta foto Adam dari jaman dia usia 0 hari kagak di kasih. Terlalu. Pakai dibawa ke Jakarta pula"
"Iya itu tuh salahin sahabat kecil kamu, katanya aku gak boleh post foto anakku sendiri, nanti takut diculik karena terlalu tampan"
"Itukan karena aku terlalu sayang kalian berdua, jadi aku tak ingin terjadi apa-apa" ucap Irsyad memeluk istrinya

"What is this Ajhumma?" Tanya Adam belepotan bicaranya menunjuk mahkota kecil di riasan hijab Raisa
Raisa langsung tertawa "Kyaaaa! Irsyad apa yang lo ajarin sama anak lo?" Tanya Raisa geleng-geleng.
"Gw hanya mengajarkan sama dia bahasa inggris yang dikuasai mamanya, dan sedikit sapaan bahasa korea ke dia" ucapnya nyengir kuda menggaruk kepalanya.
"Adam you're so cute and you're so smart boy" ucap Raisa terus menciumi Adam
"Khamsahamnida Ajhumma" ucapnya tersenyum
"Kode itu bro, bikin yang banyak" bisik Irsyad menghasut
"Tenang aja bro" ucapnya tersenyum memberikan jempolnya dan melakukan tos dengan Irsyad.
Raisa melirik sinis kedua laki-laki disana yang sepertinya sedang membicarakannya.

Malamnya...
Untuk sementara sepasang pengantin baru itu tinggal di rumah Raisa dan akan pindah ke rumah baru bulan depan, rumah yang telah dipersiapkan Revan selama setahun untuk keduanya menjalin hubungan rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah.

"Ampun badanku rasanya mau patah" ucap Raisa sambil melepas kebaya dan riasan hijab yang menutupi kepalanya.

Revan tercengang melihat Raisa yang hanya memakai legging hitam serta tanktop sehingga melihatkan lekuk tubuhnya.

"Mau aku pijitin?" Tanya Revan ragu
"Gak usah deh. Harusnya aku yang mijitin kamu. Kamu kan suamiku, aku harus berbakti" ucapnya mendekat kearah Revan
"Gpp, aku tau kamu capek. Sini duduk sini. Aku yang mijit kamu" ucap Revan menepuk sofa yang ia duduki.
"Terimakasih" ucapnya tersenyum sambil menepuk halus pipi suaminya itu dan membalikkan tubuhnya "tapi gak ada maksud terselubung kan ini?" Godanya menyipitkan mata

Revan yang mendenyar pernyataan itu langsung memutar bola matanya.

"Bercanda sayang" sahutnya tertawa cekikikan melihat Revan tampak syok.

Revan hanya menunduk malu, istrinya sangat berani sekali mengatakan itu.

"Kamu telah melakukan suatu kesalahan karena sudah membangunkan juniorku, sayang" ucap Revan vulgar dan meringis mendekat kearah Raisa membalas godaan istrinya.

Raisa mengerdipkan matanya bolak-balik tak percaya dengan ucapan suaminya. 

Revan menahan tawanya "bercanda sayang" tawanya langsung meledak menjauhkan dirinya dari Raisa

"Kyaaa!" Teriak Raisa "aku bersumpah, akan kubangunkan juniormu itu lalu aku tinggal" ucapnya ketus
"Dengan senang hati sayang" ucap Revan menggoda istrinya itu "sini-sini" lanjutnya menepuk pahanya agar Raisa duduk di pangkuannya.

Raisa lagi-lagi membelalakan matanya tak percaya, jantungnya berdegup kencang, gugup dan salting menjadi satu.

"Kyaa!" Teriaknya lagi

Seketika itu Revan langsung mengecup bibir istrinya dan tersenyum kearahnya. Jantung keduanya berdetak begitu cepat, rasanya seakan mau jatuh.

"Diam kan kamu? Uh pipinya langsung merah. Jadi bergairah liat pipimu itu" ucap Revan menggodanya lagi melihat pipi istrinya merona.

Raisa tak terima sejak daritadi dia terus digoda oleh suaminya ini. Pikirannya sudah tersulut emosi dan seketika itu langsung naik ke pangkuan suaminya. Revan sempat tersontak akan perlakuan istrinya, keduanya saling tersenyum. Wajah mereka hanya berada dibeberapa inchi saling menatap penuh cinta.

"Van" sapa Raisa lembut
"Hm?"

Raisa hanya menepuk pipi Revan pelan, yang selalu ia lakukan dari dulu SMA ketika mereka bertemu. 

"Kenapa dulu menghindar huh? Tau gak sih aku merasa sangat-sangat bersalah sama kamu, diajak ngomong cuek banget. Sombong" ucap sebal Raisa menjauhkan wajahnya.
Revan mengeryitkan alisnya sebelah "Kan mama aku sudah mewakili pas ngelamar kamu, yang aneh itu kamu kenapa gampang banget nerima lamaran aku hayo? Mau diajak nikah cepet-cepet lagi. Segitu cintanya sama aku sayang?" Godanya memeluk pinggang Raisa agar mendekat kearahnya.

"Mungkin sudah males jomblo dan teman-teman sudah banyak yang nikah" ucapnya tersenyum "dan pumpung ada yang ngelamar, terima aja sikat aja" lanjutnya tertawa "cinta mah belakangan, setelah pernikahan" ucapnya menahan tawanya, menggoda suaminya yang tiba-tiba menampakkan wajah cemberut.
"Jadi pernikahan tanpa cinta ini namanya?" Tanyanya ketus

Raisa langsung tertawa keras dan mengecup bibir suaminya yang cemberut "bercanda sayang, maaf ya dulu gak bisa nunggu kamu. Malah sempat berlabuh ke laki-laki lain. Cinta memang belum ada buat kamu, tapi rasa suka aku ke kamu gak pernah berubah dari dulu. Aku hanya senang dengan keberanianmu, orangtuamu datang ke rumah untuk melamarku jadi menantunya" ucapnya tersenyum

Revan terdiam dan langsung mencium bibir Raisa dengan penuh cinta. Raisa merasa tubuhnya lemas dan melingkarkan tangannya ke leher suaminya. Merasakan bibir dan lidah suaminya terus menyeruak di mulutnya, dia tak mau kalah sambil mengoyangkan pinggulnya dibagian sensitif suaminya. Revan mengigit kecil bibir bawah istrinya.

"Aw" teriaknya kesakitan
"Itu karena kamu telah nakal dan sengaja membangunkan juniorku" ucap Revan meringis "akan kubuat kamu besok tak bisa berjalan sayang" ucapnya tersenyum menggoda
"Dan itu buat kamu" ucap Raisa menunjuk celananya dan mundur ke belakang "maaf ya Sayang, aku kira orgasme, ternyata cairan itu menstrual periodku" ucapnya mengulum senyum
"Ah menjijikan sekali" ucapnya sambil mengusap celananya "apa? Tunggu! Menstruasi? Ah sayang kamu sudah membuat juniorku berdiri, dan aku tak bisa memiliki dirimu hari ini sampai 7 hari kedepannya" ucapnya mendengus sebal

Raisa hanya tertawa cekikikan "mandi sana gih, bagaimana ancamanku berlaku kan?" Godanya dengan senyuman sinis "keluarkan di kamar mandi sana, abis gitu aku mau mandi" lanjutnya
"Mandi bareng dong sayang" bisik Revan mendekat kearah wajah Raisa
"Katanya jijik, kalau kita mandi bareng, apa kamu mau mendekatiku?" Tanya Raisa menggoda suaminya itu.
Revan menggeleng enggan, bukan karena tak suka dengan istrinya. Tapi melihat darah itulah yang membuatnya jijik.

Setelah Revan keluar dari kamar mandi, Raisa bergegas ke kamar mandi untuk membasuh dirinya. Dan setelah melakukan perawatan sebelum tidur, dia langsung mendekati suaminya yang sedang sibuk dengan laptopnya.

"Sibuk apaan?" Tanya Raisa penasaran
"Cek hasil kerja anak-anak yang aku tinggal seminggu buat urusin kita nikah" ucapnya sedang serius menatap laptopnya.
Raisa langsung merangkul pinggang suaminya "aah... Sayaaaang, Aku sampai dilupakan" bisiknya mendesah sensual ditelinga suaminya, dia sengaja menggoda suaminya.
"Ah sialan!" Umpatnya "berhenti menggodaku sayang, jangan membangunkan juniorku lagi" ucapnya menatap serius istrinya
Raisa hanya tertawa terkekeh dan itu membuat Revan frustasi yang langsung menutup laptopnya dan menjatuhkan tubuh Raisa ke kasurnya.

"Kamu yang memancing sayang" ucap Revan tersenyum sinis dan langsung melumat bibir istrinya rakus menindih tubuh istrinya
Raisa mendorong tubuh suaminya "jangan sayang, nanti seminggu lagi ya" ucapnya menggeleng-gelengkan kepalanya

Revan mendengus kesal dan merebahkan tubuhnya di samping Raisa, dengan cepat Raisa memeluknya sehingga perasaan suaminya itu dapat mencair dan mengecup sudut bibirnya. Revan langsung memeluk istrinya erat, sangat erat.

"Terimakasih Van"
"Untuk?"
"Segalanya"

"Sayang aku hampir lupa mengatakan ini" ucap Revan masih memeluk hangat istrinya itu "kamu cantik sekali tadi, perempuan cantik di depanku ini pengantin wanitaku dan istriku" jelasnya dengan lembut lalu mengecup dahi Raisa. Raisa merasa pipinya menghangat pasti sekarang memerah.

"Uh pipimu merah sekali sayang, sexy sekali" ucap Revan menggodanya
Raisa membelalakkan matanya "Shut up your mouth, baby!" Teriaknya frustasi langsung mencium bibir suaminya, ganas.
"As you wish, baby!" Sahut Revan ditengah ciuman mereka.

Sabtu, 02 Juli 2016

Pertemuan Indah

Hari ini ada pertemuan alumni SMA Ar-Rahma angkatan tahun 2010-2015 di sebuah rooftop gedung yang sudah tak terpakai atau belum selesai dibangun lalu terbengkalai. Rumor yang beredar ini gedung disewakan secara gratis karena masih ada salah satu alumni yang punya saham atas pembangunan ini.

Daaaarrrr!!!

Suara seperti petasan terdengar di sekitar, tak banyak yang menghiraukan. Memang banyak tamu yang belum datang, tapi ini sudah 30 menit dari jam di tentukan.

"Nafisah" sapa seseorang
"Kak Dafi?" Sahutnya gugup
"Siapa yang menyewakan gedung ini? Apa tak bahaya?"
"Maksudnya?"
"Ada suara seperti petasan terdengar gak? Sampai 3x?"
"Hmm... Gak paham. Kayaknya ada suara tapi cuma 2x, tapi gak tau deh kupingku satunya ada apa enggak" jawabnya cengingisan.

Dafi melihat-melihat ke daerah sekitar, dia melempari beberapa lahan kosong dengan benda kecil yang ada disekitarnya. Semua orang sibuk bercanda dan kangen-kangenan dengan teman-temannya dulu. Hanya Nafisah yang merasa Dafi itu aneh sekali, dia tau Nafi anak teknik sipil tapi baginya itu tetap aneh.

"Awas Sah!" Serunya melindungi tubuh Nafisah ketika dia salah melempar dan mengenai besi beton yang akan terjatuh di dekat Nafisah.

Terlihat wajah kesakitan Dafi didepan wajahnya, dia tak bisa berkata-kata, tubuhnya seakan tak bisa bergerak dan kaku. Semua orang jadi mengalihkan pandangan kearah mereka berdua dan segera menolongnya.

Besi itu berhasil diangkat dari tubuh Dafi oleh beberapa orang dan ia tak sadarkan diri. Tubuh Nafisah rasanya bergetaran, semua orang menjadi panik akan kejadian itu. Dia melihat Diana sahabatnya yang dari tadi sedang mengambilkan makanan untuknya pingsan melihat kejadian itu.

"Telepon Ambulance!" Seru seseorang

Nafisah binggung harus menghampiri ke siapa dulu, Nafisah atau Dafi. Sampai akhirnya kakinya melangkah kearah Dafi yang lebih gawat, dia melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru) yang dia pelajari waktu kuliah dan menghentikan perdarahan di kepalanya.

"Kamu tenaga kesahatan?" Tanya seorang perempuan kepadanya
Nafisah hanya mengangguk dan berusaha menyelamatkannya.
"Saya seorang dokter, kamu atasi tremor kamu dulu, biar saya yang ambil alih, kamu bisa menyelamatkan yang perempuan yang pingsan tadi" ucapnya ramah
Nafisah binggung merespon apa, akhirnya dia meninggalkan Dafi dan menuju ke Diana, sahabatnya.

Rumah Sakit....
Dafi dibawa ke IGD, termasuk juga Diana. Nafisah dan Dokter perempuan yang tadi sudah panik tak karuan.

"Mbak Ria, ingat saya? Nafisah mahasiswa bidan yang waktu itu pernah praktek disini? Adik sepupunya Mbak Novi?" Tanya Nafisah pada seorang suster perempuan
"Ah iya Nafisah!" Ucapnya "Mbak DM Dahlia? Ada disini juga?"

Dokter Dahlia menjelaskan keadaan pasien satu-persatu. Dan beberapa perawat disana mulai melakukan tindakan. Dokter Dahlia dan Nafisah sudah bercucuran keringat, pakaian rapi mereka penuh darah milik Dafi.

12 Jam berlalu...
Operasi Dafi berjalan lancar, dia sekarang dipindah ke Ruang Rawat Inap. Dan Diana pun sudah siuman sejak beberapa jam lalu. Dokter Diana pun sudah pulang sejak tadi beberapa saat setelah dari IGD berpamitan pulang kepada Nafisah karena ada keperluan.

"Diana" ucap lirih Nafisah "kamu telat makan lagi kan? Kamu kehilangan banyak cairan dan tadi aku harus muter-muter cari darah buat kamu karena syok, anemia mu semakin rendah loh"
Diana hanya tersenyum kearahnya.
"Kamu tau pikiranku terpecah belah antara kamu sama Dafi, betapa binggungnya. Ah kalian benar-benar bikin aku spot jantung tau gak sih"
"Terimakasih, pulanglah. Ganti bajumu dan jilbabmu, apa kamu tak malu melihat pandangan orang-orang dengan baju penuh darah? Dikira nanti kamu abis bunuh orang loh" godanya
"Sebentar, Abi sama Ummi mu abis gini mau kesini, aku gak berani kasih tau mereka kalau kamu belum siuman"
"Sudah jenguk kak Dafi? Dia dirawat dimana? Jenguklah dia sebentar, lihatlah keadaannya sebentar sebelum kamu pulang"
"Aku merasa bersalah tau gak sih Din, kamu tau kan dia begitu karena aku" ucapnya menangis
"Kenapa kamu menangis? Sudahlah, dia juga tak ingin kamu terluka. Kamu juga gak merasa bersalah aku syok juga karena siapa?"
"Aku juga nih? Ya ampun. Maaf ya Diana sayang, kamu juga harus di Rumah Sakit gara-gara aku"
"Sudahlah, tak apa kok" ucapa Diana tersenyum kearahnya "Nah itu Ummi ku sudah datang, kamu jenguklah dia"
"Nafisah terimakasih ya sudah menyelamatkan Diana, maaf ya merepotkan kamu" ucapnya Ummi nya.
Nafisah hanya mengangguk dan berpamitan ke Umminya.

Nafisah segera bergegas menuju IGD kembali untuk menanyakan Dafi berada di ruang rawat mana. Dia segera bergegas dan berlari setelah tau tempatnya, walaupun ia tau sekarang sudah malam hari.

Ruang Marwah no. 203
Depan Ruangan itu penuh dengan teman-temannya yang menunggu bergiliran masuk untuk menjenguknya. Semua melihat kearah Nafisah yang sudah lesu tak beraturan.

"Kamu mau masuk Sah?" Tanya Aldi, teman Dafi yang waktu itu pernah dikenalnya.
Nafisah hanya mengangguk tanpa ekspresi.

"Tunggu!" Ucap seseorang "mau urusan apa kamu kesini?" Tanya nya lagi
"Maaf Tante, saya hanya ingin melihat keadaan Dafi" jawab Nafisah pada Mamanya Dafi
"Sudah puas kan kamu? Dafi menderita lagi karena kamu? Mau sampai kapan dia terikat sama kamu?"
"Saya minta maaf sekali lagi Tante, saya janji tak akan terjadi seperti ini lagi, dia sudah menyelamatkan nyawa saya, saya harus melihat keadaannya" ucapnya sambil melihat kearah ruangan
"Tak bisa!" Teriak Mamanya Dafi
"Maaf ibu, tolong di pelankan suaranya jangan berisik. Pasien lain nanti terganggu" ucap seorang suster

"Masuklah Nak!" Ucap Papa Dafi dari dalam ruangan
"Terimakasih Om"
"Papa!" Seru pelan Mama Dafi

Nafisah sudah kehilangan banyak tenaga hari ini, dan untuk melihat keadaan Dafi yang seperti ini serasa kakinya sulit untuk melangkah lebih cepat.

"Kak" ucap pelan Nafisah
"Kamu tak apa? Bajumu penuh darahku ya? Maaf ya sudah mengotori bajumu" ucapnya tersenyum "ini jidat kamu lebam ya karena kena benturan tadi?" Tanya sambil mengusap dahi Nafisah lembut.
Nafisah hanya bisa menangis dan tak bisa berkata-kata.
"Jangan menangis didepanku ya, Mamaku pasti tadi ngomel ya pas di depan? Maaf ya"
Nafisah meraih kedua tangan Dafi "aku yang minta maaf, kenapa kamu yang terus meminta maaf. Terimakasih sudah menyelamatkan aku dan maaf juga karena aku yang membuatmu terluka"
"Bukan kamu yang salah, aku yang salah karena teledor tadi. Seandainya aku tidak menolong kamu, bisa-bisa aku yang gila karena kamu terluka gara-gara aku"
Nafisah hanya tersenyum sambil menitihkan air mata.
"Pulanglah, ganti bajumu. Orangtuamu pasti mencari kamu karena tak pulang-pulang. Sudah malam kan ini? Mintalah Aldi mengantarkanmu pulang"
Nafisah menggelengkan kepalanya "Tak apa, aku bisa pulang sendiri naik taksi" ucapnya "aku pulang dulu ya, cepat sembuh. Oya saya pamit dulu ya Om, terimakasih sudah mengijinkan saya masuk"
Papa Dafi hanya mengangguk.

Aldi mengantar Nafisah sampai ke depan gerbang Rumah Sakit dan menemaninya menunggu taksi datang.

"Ini Nomer Polisi Taksinya" ucap Aldi didalam ruangan Dafi.
"Terimakasih ya" ucapnya lalu tertidur.

****

Setiap hari Nafisah mengunjungi Diana dan Dafi bergantian. Hal yang paling sulit adalah bertemu Dafi karena harus sembunyi-sembunyi dari Mamanya.

"Berhentilah datang sembunyi-sembunyi" Protes Dafi
Nafisah hanya tersenyum.
"Hadapi Mamaku, seperti aku dulu menghadapi Papa-Mamamu. Kamu harus bisa tahan dengan omelannya"
"Harus ya? Syukur kamu udah aku jenguk tiap aku pulang dines kerjaku, tau gitu aku ke Dania aja, gak usah ke kamu" ucapnya sebal
"Yee ngambek. Bantu aku naik kursi roda ya sus" godanya pada Nafisah

Keduanya berkeliling di sekitar taman Rumah Sakit, Nafisah mendorong Dafi dengan kursi roda. Keduanya mengobrol tentang masa-masa kuliah mereka berdua yang dilalui sendiri-sendiri.

"Kamu juga harus berhenti bersifat berlebihan!" Protes Nafisah sambil menghentikan langkahnya.
"Apa?"
"Berhenti menyuruh Papamu telpon aku, hanya untuk menyuruhmu makan, minum obat dan tidur kalau aku lupa mengucapkan padamu"
"Ah elah, gitu doang protes" godanya
"Gitu doang responnya? Apa kek gitu? 'Iya Nafisah nanti aku gak akan begitu lagi' gitu kan enak dengernya"
"Oke. Setuju! Janji dulu?"
"Apa?"
"Gak boleh ketemu aku sembunyi-sembunyi lagi? Bagaimana?"
"Oke. Nanti kalau aku gak dibolehin masuk Mamamu resiko ditanggung kamu ya"
"Ah gak asik!" Rajuknya

"Dafi!" Teriak Mamanya tiba-tiba datang
Keduanya langsung terdiam dan khawatir.

"Nafisah! Sudah berapa kali saya bilang? Jangan temui anak saya!"
"Mama apaan sih?" Tanya Dafi
"Sini kursi rodanya" ucapnya menarik kursi roda Dafi dari genggaman Nafisah.
Nafisah hanya menundukkan kepalanya.
"Sekarang kamu tau kan rasanya? Seperti apa Dafi dulu yang dihina oleh orangtuamu? Kalian anak muda masih SMA jelas suka-sukaan, pacaran? Itu wajar. Bilang sama orangtuamu generasinya sudah berbeda, jangan pikiran kolot dipelihara!"
"Maafkan orangtua saya Tante" ucapnya pelan
"Kamu terus yang minta maaf, itu gak ngaruh Nafisah! Lebih baik kamu pergi, jangan pernah ada di hidup Dafi lagi! Sudah cukup dia menderita karena kamu, jangan ditambah lagi!"
"Maafkan saya Tante" ucap Nafisah memegang tangan mama Dafi

"Ma! Dafi juga bukan anak kecil yang bisa mama atur. Dafi udah kerja, aku juga berhak atas apa yang ada di hidup Dafi" ucap Dafi tiba-tiba berdiri dengan sekuat tenaga
"Dafi?" Kaget Mamanya dan Nafisah
"Kamu sudah bisa berdiri?" Tanya mamanya dengan mata berkaca-kaca
"Sudah ya Ma, jangan balas dendam atas perlakuan orangtua Nafisah. Mereka kan gak pukul aku dulu, hanya saja menyerang mental aja biar lebih kuat. Kita berdua sudah besar sekarang Ma, kita berdua juga yang berhak apa yang baik dan buruk buat kita. Kalian para Orang Tua hanya perlu merestuinya saja"
"Gak bisa seperti itu Dafi!"
"Ma, aku mohon sekali ini saja" pinta Dafi memelas
"Terserah kamu" ucap Mamanya menyerah dan membawa pergi Dafi dengan kursi rodanya

****

Diana sudah keluar dari rumah sakit 2 hari yang lalu, rasanya 4 hari dia di rumah sakit seakan masuk penjara. Dafi diperkirakan keluar rumah sakit besok pagi, sudah tak ada alasan Nafisah ke rumah sakit 2 hari ini. Dia mengutuk dirinya sendiri, seperti apa Dafi 2 hari ini tanpanya, makannya, tidurnya dan sebagainya.

#TELEPON
"Lu gak mau ke rumah gw?" Tanya Diana
"Ini apaan coba ngomongnya lu-lu gw-gw"
"Haha abisnya sebel sama kamu tau gak sih! Aku di rumah ini sendirian lagi sakit, gak ada yang jaga"
"Uurghhh ternyata curhat toh"
"Ih gitu doang? Pasti lu sekarang mikir kan gimana caranya dan alasannya jenguk Dafi? Karena 2 hari ini gak bisa jenguk kan?"
"Nah itu lu tau"
"Gampang, gw tebak nih ya... Dalam waktu sejam-2 jam pasti papanya telpon lu"
"Lu sudah jadi peramal sekarang? Musyrik tau gak! Syirik!"
"Yaudah kalau gak percaya"

Keduanya mengobrol cukup lama dan bercanda satu sama lain.

"Eh ada telpon masuk" ucap Nafisah
"Pasti tebakanku bener kan? See?"
"Anjirrr! Beneran telpon papanya. Aku angkat dulu ya. Bye"

"Assalamualaikum Om, ada apa?"
"Halo Nafisah, Walaikumsalam"
Nafisah sudah tau siapa yang akan menjawab pertanyaannya itu.
"Kenapa gak pernah jenguk? Kamu dilarang lagi sama mamaku? Perasaan mama sudah gak mau ikut campur lagi kan?" Tanyanya
"Bukan. Diana sudah keluar Rumah Sakit, jadi aku gak ada alasan buat jenguk kamu. Jadi maaf ya"
"Gak mau maafin kalau gitu, harusnya alasan kamu kesini itu aku"
"Enak aja. Kamu makannya gimana? Sudah minum obat? Tidurnya sudah enakan?"
"Sudah semua. Alhamdulillah. Terimakasih sudah khawatir sama aku"
"Yeee GR banget sih jadi laki. Itu adalah hal yang normal ditanyakan pada temannya yang lagi sakit"
"Ya ampun rasanya sakit loh, kamu bilang aku itu teman kamu"
"Haha loh kan bener? Terus apa?"

Keduanya selalu bercanda melalui telepon. Kangen keduanya kini tersampaikan masing-masing walaupun tak saling mengucap.

*****

2 bulan kemudian.....

Hubungan Nafisah dan Dafi kembali halnya seperti dulu jaman SMA. Panggilan sayang yang biasa mereka lontarkan dulu kembali terucap. Walaupun Nafisah beberapa kali menolak ajakan Dafi untuk kembali bersatu seperti jaman mereka SMA dulu.

#TELEPON
"Aku melihatmu di TP sama mamamu dan adikmu tadi" ucap Dafi
"Sumpah? Kok gak nyamperin? Kamu lagi di TP juga emang?"
"Iya, nemenin mama belanja. Kita ketemu ya"
"Gak ah, jangan. Nanti perang dunia ketiga lagi"
"Makanya khusnudzon dulu atuh neng, kamu dimana? Masih di TP kan?"
"Iyasih. Ketemuan di Solaria aja. Adikku minta makan soalnya"
"Oke. Menyusul abis gini"

Solaria Restaurant...
Kedua hati mereka berdetak lebih cepat, antara khawatir, takut dan seneng. Ini pertama kalinya orangtua mereka bertemu. Lebih tepatnya kedua mama mereka.

"Nafisah" sapa Dafi dengan bahagia
"Dafi?" Tanya mama Nafisah "Nafisah bisa jelaskan ke mama?"
Nafisah hanya terdiam tak bersuara.
"Boleh duduk sini Tante?" Tanya Dafi kepada mama Nafisah "boleh gabung kan?"
Mama Nafisah entah harus merespon apa, reflek hanya menganggukan kepala.

Keempat orang itu hening, tak ada yang mengeluarkan suara satu pun. Yang terdengar hanya rengekan adik Nafisah yang menginginkan sepatu di toko yang dikunjunginya tadi.

"Tante kenalkan ini mama Saya" ucap Dafi pelan
Mama Nafisah hanya tersenyum seadanya.
"Ayo Ma, kenalan" ucap Dafi
"Iya. Dahlia" ucap Mama Dafi memberikan tangannya.
"Yulia" sahut Mama Nafisah menerima jabatan tangannya "salam kenal ya Bu" lanjutnya tersenyum

Lagi-lagi perasaan hening menyelimuti, hanya terdengar suara piring, garpu dan sendok yang saling beradu.

"Sebelumnya saya minta maaf atas kejadian yang lalu terhadap Dafi ya Bu" ucap Mama Nafisah memecahkan suasana.
Ketiga orang itu langsung menatap ke Mama Nafisah.
Mama Dafi hanya mengangguk tersenyum seperti tak enak dengan hatinya sendiri.
"Saya tau cara mendidik anak kita berbeda, dan saya lebih tau anak saya seperti apa. Saya hanya ingin anak saya fokus dengan belajar dan tak menganggu nilainya saat sekolah dulu" ucap Mama Nafisah
"Ma" seru pelan Nafisah
"Kalau sekarang mereka sudah dewasa, biarkan mereka yang menentukan sendiri jalan hidup mereka, mereka sudah bisa berfikir mana yang terbaik bagi mereka sendiri, kita orangtua hanya perlu menyemangati mereka agar berada di jalan yang benar dan merestui apa yang akan mereka lakukan jika itu yang terbaik" ucap Mama Nafisah tersenyum kearah Mama Dafi
"Tuh kan Ma, omonganku bener kan" bisik Dafi

Mama Dafi hanya bisa menggerakkan tubuhnya seakan sungkan terhadap Mama Nafisah dan malu sudah memarahi Nafisah karena masih berhubungan dengan Dafi.

"Mulai sekarang Tante, saya gak akan nembak Nafisah seperti dulu jaman SMA, saya akan bersikap dewasa dengan melamarnya" ucap Dafi
Ketiga perempuan disana langsung kaget mendengar ucapan Dafi.
"Jangan ngawur kamu! Gak segampang itu" ucap Mamanya pelan
"Sekarang bagaimana Tante?"
"Tergantung Nafisah" ucap Tante Yulia kearah Nafisah
"Mah" ucap Nafisah malu lalu mengangguk takut melihat wajah Mama Dafi.
"Ma, Dafi tau Mama masih gak rela, tapi biarkan kami perlahan menjalaninya, buang rasa marah mama yang dulu, biarkan yang lalu menjadi masa lalu. Inget omongan Papa waktu aku putus sama Nafisah gak Ma? 'Gak usah takut jatuh cinta, cinta itu anugerah, jika suatu saat kamu dipersatukan lagi dengan Nafisah, akan ada pertemuan yang hebat dan indah yang membuat kalian bisa bersatu lagi, kalau tidak dipertemukan lagi biarkan dia menjadi masa lalu dan memulai dengan perempuan lain' and see? Mama waktu itu langsung peluk aku dan menyemangati aku kan?" Ucap Dafi tersenyum hangat.
Mama Dafi hanya menatap anak laki-lakinya itu dan memeluknya "Maafkan Mama, Mama akan percaya Dafi, kalau Dafi sekarang sudah dewasa dan bisa menentukan hidupnya sendiri" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Terimakasih Ma" menyambut hangat pelukan mamanya itu "sudah ah Ma, sudah besar loh aku, malu ah didepan umum udah gede masih dipeluk mamanya" godanya
Nafisah dan Mamanya langsung tertawa.