Rabu, 21 Mei 2014

Aku Untukmu

Adzan subuh berkumandang merdu di telinga Rara saat itu. Tubuhnya begitu lemas akibat tugas kuliah dan harus dikejarnya karena besok senin harus segera dikumpulkan dan dipresentasikan. Dia langsung menunaikan sholat shubuh dengan khusyuk dan berniat akan segera tidur setelah selesai. Badan dan matanya sudah tak sanggup untuk berbaring dan menutup. Rara pun terlelap.

Cahaya matahari memasuki kamarnya, tampaknya kode dari sang Matahari untuk membangunkan Rara terkalahkan oleh capek badannya. Sampai akhirnya dia melanjutkan tidurnya, karena hari ini hari sabtu waktunya liburan di kasur setelah aktifitas padat di kampus. 

"Salsa... bangunin kakak gih, udah jam 9 soalnya" suruh mama Rara pada adiknya, Salsa. 

Salsa langsung berlari dan membuka pintu kamar Rara "kak banguuuuuuun, udah siang" seru adiknya yang membuat Rara pusing mendengarnya.

"Apasih dek, berisik" menjawab sambil menutup matanya kembali 
"Kak udah jam 12 loh" goda Salsa 
"Serius dek?" langsung terbangun dan melihat hpnya "ah sial!" Umpatnya pelan "Salsa goda kak Rara ya? nyebelin ini" sambil mencubit pipi adiknya "ini masih jam 9 dek" 
"Ya ampun kak jangan ngebo mulu kek, mau diajakin mama ke pacet tuh" ucap Salsa girang
"Asyiiiiiik, mau ke pemandian air panas ya dek?" Tanya Rara dengan ekspresi girang adiknya.
"Ih sok tau, mau ke nikahan saudara jauh katanya mama" 
"Yaaaaaah" serunya tak bersemangat "bilangin gak ikut deh. Bilang aja kak Rara yang jaga rumah, gak enak badan" ucapnya tersenyum seperti menemukan ide yang cemerlang
"Enak banget nyuruh nyuruh, bilang sendiri sono!" Ucap adiknya menjulurkan lidahnya.

Tanpa pikir panjang Rara langsung berjalan menuju dapur untuk merayu mamanya agar tak usah ikut ke Pacet. Tapi nasib baik tak berpihak padanya, dia harus ikut pergi, karena tiba-tiba kakaknya, Ryan. Mengompori mamanya untuk menyuruh Rara ikut.

"Udah lah dek, terima nasib aja" goda kak Ryan tertawa cekikikan
"Apaan sih? ngak ngomong sama situ!" Rara bete 
"yaudah mandi sana gih Ra, kamu juga ikut, Yan" sahut mamanya 
"loh ma?" kak Ryan kaget 
"syukurin" Celetuk Rara meledek kakaknya.

Akhirnya terpaksa Rara bergegas mandi dan berdandan. dengan dress warna fuschia dengan kerudung satin warna gold tampak senada dengan kulitnya yang agak sawo matang khas Indonesia. Serta Valentino Stud Heels KW Super Black-Gold yang ia beli minggu beberapa hari yang lalu di instagram. Riasan wajah yang natural tak terlalu menor sudah siap menampilkan wajah cantiknya.

"Kak berangkat jam 11 ya" teriak salsa dari luar pintunya yang sedang tak sabar ingin keluar kota.
"Iya. Bentar. Lagi sarapan" sahutnya malas dan berjalan gontai kearah meja makan di dapur.

"Weits, katanya gak mau ikutan. tapi dandannya heboh banget. kayaknya niat banget" goda Ryan yang tiba-tiba muncul entah darimana.
"hm" jawabnya singkat
"Ceileh marah ciyeee" lanjutnya tertawa

Rara malas menimpali kakaknya yang begitu menyebalkan hari ini. Daripada pusing dengan godaannya yang bisa membuat dia darah tinggi. Dia terus melanjutkan makannya seakan lagi dirumah sendirian.

Keluarga Rara pun berangkat ke Pacet dengan mobil Avanza Veloz warna putih. Dalam perjalanan Rara memasang headset ditelinganya, karena model hijab yang digunakan cukup simple dan tak terlalu ribet jadi tak susah baginya untuk memasang headset. Kemudian matanya mulai terpejam perlahan, badannya sungguh capek bahkan sangat capek.

Akhirnya mereka sampai didepan rumah saudara yang sedang mengadakan Hajatan Pernikahan. Suasana tampak ramai, sepertinya akad nikah sudah berlangsung. Rara terduduk sendiri karena yang lainnya mulai membantu menjamu tamu, tapi Rara tak bersemangat untuk membantu karena binggung apa yang harus ia kerjakan dan juga tak ada orang yang dikenalnya sama sekali.

"Rara ya? anaknya Pak Muhammad?" Tanya seorang bapak-bapak 
"Iya pak" jawabnya sambil tersenyum 
"kamu lupa sama om siapa?" Tanya laki-laki paruh baya itu

Rara hanya menyengir kuda "maaf om" ucapnya sambil menggaruk kepalanya.

"Maklum kamu kesini dulu waktu jaman masih kecil, pasti lupa wajah om" ucap bapak-bapak tadi "ini om Brata yang punya hajatan Ra, anak om yang nikah, si Reza. ingat gak?" Tanyanya sambil tersenyum.
"Ya ampun om maaf ya lupa, maklum udah gak pernah ketemu lama banget" ucapnya lagi tersenyum sungkan.
"Gpp. Masih muda kok pelupa" ujar Brata terkekeh "Tambah dewasa tambah cantik ya anaknya Pak Muhammad" lanjutnya tersenyum mengelus kepala Rara.

Lagi-lagi Rara hanya bisa tersenyum sungkan, sambil mengangguk.

"Tau gini, Harusnya Om, jodohin kamu sama Reza ya gak?" Tanya Brata terkekeh lagi.

Rara merasa tak enak, kenapa sejak tadi Om Brata selalu menggodanya dan membuatnya malu.

"Yaudah om mau kesana dulu ya, banyak tamu. kalau mau makan, makan ajah" pamit Brata sambil menepuk pundak Rara.
"Iya Om, Terimakasih" ucapnya tersenyum.

"Njir gw laper" ucap Rara lirih pada dirinya sendiri "Mama mana ya? Cacingnya udah pada berontak ini" lanjutnya sambil celingukan untuk mencari keberadaan Mamanya. Sampai akhirnya dia menemukan papanya yang lagi mengobrol dengan om Brata. 

"Pa, liat mama gak?" Tanya Rara mendekat ke Papanya
"Kurang tau Papa, coba cari ajah di dekat meja prasmanan. Tadi Papa lihat, Mama lagi ngobrol sama temannya" jawab Papanya sambil menunjuk.

"Rara" teriak seorang wanita, suara yang setiap pagi selalu membangunkannya.

Rara terus mencari darimana suara itu berasal di keramaian orang. matanya terus menilisik disekitar meja prasmanan sesuai dengan informasi dari Papanya.

"Mama!" teriaknya pelan sambil melambaikan tangan, kemudian mendekat ke mamanya 
"Dek, kenalin ini Tante Sinta" ucap mamanya 
"Rara, tante" sambil bersaliman hormat 
"Hai Ra, umur berapa kamu?" Tanya tersenyum
"19tahun tante" Sahut Rara tersenyum.
"Wah udah dewasa dong ya, kuliah jurusan apa?" Tanya Sinta lagi.
"Kebidanan" ucapnya tersenyum kearah Sinta.

Tiba-tiba datanglah 3 anak laki-laki yang mungkin lebih dewasa dibanding dengannya dan 2 anak kecil perempuan datang menghampiri Tante Sinta mereka bersaliman, kemudian lanjut bersaliman dengan mamanya. Setelah tampak basa-basi dengan Mama Rara dan Tante Sinta, ketiga laki-laki itu berjalan menuju ke meja Prasmanan dan 2 anak kecil perempuan tadi langsung menghampiri Salsa dan anak kecil seumuran mereka yang sibuk melihat pengantin diatas kuade.

"Ma, aku ambilin makan dong. Rara malu kalau mau ambil makan sendiri" ucap Rara nyengir kuda ke mamanya 
"manja banget sih dek, ambil sendiri sana" goda mamanya 
"ah mama nih gak asyik, yaudah deh" sahutnya pasrah dan berjalan kearah meja prasmanan yang tak jauh dari tempak duduk mamanya sekitar 1meter. Dia juga melihat 3 laki-laki yang bersalaman dengan Tante Sinta tepat di seberangnya. Rara melihat satu-satu ketiga lelaki itu "Cogan-cogan banget itu laki" ucapnya dalam hati "Apasih Ra, mikir apa? Itu pasti anak Tante Sinta? Bagaimana dia bisa melahirkan anak 5? Yang laki gantengnya kebangetan dan kedua adik perempuan super cute!" Ucapnya tersenyum dan menggeleng.

"Ra" teriak Sinta membuyarkan lamunan Rara.

Rara hanya melihat kearah Tante Sinta seperti nyawanya masih belum sampai, melihat ketampanan ketiga anaknya itu.

"Kamu liat 3 laki-laki di depanmu?" Tanya tante Sinta, Rara mengangguk "mereka anak Tante" lanjutnya, dugaan Rara tepat itu pasti anaknya "kamu mau dijodohin sama salah satu anak Tante?" Tanyanya dengan senyum penuh harapan.

Rara langsung membelalakkan matanya tak percaya dengan ucapan Tante Sinta. Ketiga lelaki itu pun sama kagetnya, matanya langsung menyipit kearah mama mereka. Tapi semuanya tampak diam tak merespon. 

"Bagaimana ra?" tanya Sinta kembali tersenyum sangat manis

Rara hanya terdiam, jantungnya terasa berhenti berdetak, acara pernikahan malah menjadi acara jodoh-jodohan. Dia melihat kearah mamanya, melihat raut wajah Mamanya yang hanya tersenyum seperti disuruh mengiyakan.

"Belum punya pacar kan?" Tanya Sinta lagi.
Rara menggeleng pasrah, gelisah dan hanya bisa menatap Mamanya.

"Gini ajah deh, kriteria cowok kamu gimana?" Tanya Sinta kembali seperti tau kegelisahan dimata Rara.

Rara terdiam kembali, dia memikirkan jawaban yang setidaknya tak akan dimiliki oleh ketiga lelaki itu. 

"Hmmm...." dengungnya "yang pertama usianya maksimal 3tahun diatasku" ujarnya mantap, tapi sedikit ragu mendengar jawaban yang akan dilontarkan tante Sinta 
"Ada" Seru Sinta tersenyum.

DEEEEKKKKK!!!

Jantung Rara terasa sesak, rasanya dia ingin lari dari tempat ini. "Kenapa ada?" Ucapnya dalam hati dan berusaha tersenyum kearah Tante Sinta.

"Anggara umur kamu 22tahun kan?" Tanya Sinta pada salah satu anaknya.
"Iya ma" jawab Anggara lirih nyaris tak terdengar.
"Coba dulu sama Anggara, gpp kan?" Tanya Sinta sambil ketawa kecil bersama Mamanya.
"Yaudah gpp Ra, insyaallah Mama setuju kalau kamu punya pacar anaknya tante Sinta" sahut mamanya tersenyum.

Rara mengalihkan pandangan dari tante Sinta ke Anggara. Melihat Anggara dari atas sampai bawah, satu kata "PERFECT!".

"Anggara" ucap Anggara sambil menyodorkan tangannya, memberanikan diri berkenalan lebih dulu.
"Rara" menerima jabatan tangannya 

"Ets Ma, tunggu dulu. Aku yakin setelah dia melihatku, dia akan memilihku" suara laki-laki itu memecahkan suasana yang datang tiba-tiba "Enak aja ini Mama, aku kan juga anak Mama, bagaimana sih?" Tanya melirik sinis kearah Mamanya tak terima dan mendekat kearah Rara.

Rara langsung menoleh kearah suara itu, dia tampak mengenali lelaki itu tapi entah dimana.

"Kau ingat denganku Ra?" Tanya laki-laki dengan senyum termanisnya yang tak dipunya kakaknya.

Rara terdiam melihat laki-laki itu dengan cermat, "dia siapa sih? Sok kenal banget" ucapnya dalam hati. "Ya Tuhan, selamatkan aku" ucapnya dalam hati menatap laki-laki itu yang juga membuatnya teringat akan sesuatu.

"Kau lupa Ra? Baik aku ingatkan. Masih ingat lelaki yang kamu temui di Kereta Ekspres Malang ketika kau berangkat ke Malang?" Ujarnya, ingatan Rara kembali terekam, dia ingat kejadian itu tapi lupa dengan wajahnya "Kau saat itu sedang berdua dengan temanmu, aku masih ingat kau pakai jilbab warna maroon, kau melihatku seperti melihat orang yang pernah kamu kenal kan? Iya aku tau, aku mirip dengan Cinta Monyet kamu waktu TK sekaligus sahabat SMA mu dulu yang pernah kamu sukai kan?" Lanjutnya tersenyum paling manis yang membuat Rara seakan mau jatuh ke tanah.

"Tapi bagaimana kamu tau?" Tanya Rara sambil mengernyitkan dahi penasaran.
"Apa sih yang enggak aku tau dari kamu Rara Agustina Muhammad" ucapnya tersenyum "kau ingat saat kau di Malang waktu itu, kamu berdoa lewat tweetmu ingin bertemu kembali denganku, entah Allah berkata lain, kita di pertemukan kembali saat akan balik ke Surabaya, ini merupakan mukjizat yang diberikan Allah untuk mempertemukan kita kembali dalam jarak yang sangat dekat" lanjutnya lagi tersenyum kearah dan mendekat kearah Rara.

Rara memundurkan langkahnya "Wait, tweet? bagaimana kamu tau namaku dan twitterku?" Tanyanya masih penasaran dengan laki-laki di depannya ini.
"Gampang dong. Papa kita temenan kan? So waktu itu aku ikut Papaku ketemuan sama Pak Muhammad. Beliau bercerita tentang keluarganya, termasuk kamu beserta namanya. Saat aku melihat fotomu, entah sihir apa yang masuk ke tubuh ini. Dan untuk twitter, kamu tau sendiri lah sosial media jaman sekarang" jelasnya tersenyum lagi.

"Tapi waktu itu aku pernah ngetweet 'hey are you in my followers?' kan? Kenapa kamu tak menjawab?" Tanya Rara mulai sedikit kesal terhadap laki-laki di depannya ini.
"Ya karena aku memang bukan followersmu, aku hafal sekali nama twittermu" jawab laki-laki itu sambil mengerlingkan matanya.

"Loh jadi kalian sudah pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Sinta 
"Iya" jawab keduanya kompak 
"Ih ciyeeeeeee" celetuk adiknya Salsa yang tiba-tiba datang.

"Tapi kenapa kamu tak menyapaku atau mengajakku berkenalan? Huh?" Tanya ketus Rara sudah mulai kesal.
"Itu kesalahan terbesarku, aku terlalu gengsi dan malu. Apalagi saat kereta balik ke Surabaya, jarak kita yang sangat dekat. Teman-temanmu bertambah banyak menjadi 6orang, aku takut kamu di permalukan dan menjadi pusat perhatian seisi kereta" jelas laki-laki itu menyesal.

"Pada saat kereta sampai ke Surabaya, aku berusaha mengejarmu. Tapi kau terlalu jauh pergi meninggalkan sehingga aku tak melihatmu lagi" sahut Rara kesal
"Maaf karena itu, aku ingin menghampirimu tapi mamaku sudah memesan untuk segera pulang. Karena aku pergi tanpa izin" ucapnya lagi melirik sinis kearah Mamanya, tatapan menyalahkan.

"Oh jadi kamu waktu itu marah sama mama dan gak mau keluar kamar gara-gara ini?" Celetuk Sinta langsung tertawa.
Rara tertawa cekikikan "masa sih tante? Duh gak nyangka" melanjutkan tertawanya "eh tapi aku belum tau namamu" lanjutnya 
"Ketawa ajah terus" sahutnya "Rama" sambil menyodorkan tangannya 
"Rara" menerima jabatan tangannya, tangan itu begitu keras dan hangat ditangan Rara.

Rara berusaha melepas tangannya dari genggaman tangan Rama alhasil Rama masih memegang erat tangan itu.

UHUUUUK!!!!

"Dih santai bro" jawab Rama tersenyum seakan menang di depan musuhnya.
"Ya lepasin kek tangannya, jangan lama-lama" ucap ketus Anggara
"Nih udah lepas" Rama melepaskan tangan Rara "Eits, gak bakal. Aku gak mau ya kayak dulu lagi, harus kehilangan jejak dia" memegang tangan Rara kembali, Rara berusaha melepaskan tangannya, tapi genggaman Rama terlalu kuat.

"Lepasin! Malu kali diliatin orang. Bukan mukhrim" bisik Rara pada telinga Rama.
"Okay" sahut Rama melepaskan tangan Rara dengan terpaksa.
"Yaudah kamu mau pilih Rama atau Anggara?" Tanya tante Sinta 
"Hmmm....." dia berpikir 
"Kak Rama ajah kak" celetuk adiknya Salsa "Eh tau gak kak Rama, waktu itu ya kak Rara yang abis pulang dari Malang itu langsung ke kamarnya, abis gitu gak sengaja denger dia telponan sama temennya, begini gayanya" ucap salsa sambil mengambil hp Rara tiba-tiba "eh eh tadi di kereta ada cowok ganteng cyiiiin, kece badai, pake baju merah, dia mirip sama si Dewa lagi. Si dia ngeliatin sih, tapi gak tau ngeliatin siapa, aku atau temenku. Bikin geer pokoknya. Udah gitu kita ketemu 2x pas berangkat sama pulang, satu gerbong lagi, gak nyangka, jod..." tiba-tiba Rara langsung menutup mulut Salsa karena takut terbongkar, Rara tak menyangka adiknya bisa sehafal itu kata-kata yang diucapkannya.

"Maaf semua, Salsa ngarang cerita" sahut Rara mukanya memerah.
"Ngak kok serius deh" sahut Salsa gak terima 
"Udah lah dek, akuin ajah. Kalian berdua itu udah ditakdirin untuk bersama. Anak kecil juga gapernah bohong, mereka polos dan gapernah ngarang cerita" celetuk Ryan yang datang tiba-tiba. 
"Kak Ryaaaaaaaan!" Teriak manja Rara pada kakaknya yang membuat wajahny  memerah.
"Maaf ya mas Anggara, kali ini Rama gak akan pernah kasih untuk yang satu ini" ucap Rama lalu tersenyum kearah Rara.

Anggara hanya terdiam, entah perasaan apa ini yang membuat dirinya merasa tersakiti sekarang. Dua orang diseberangnya ini, Rama adiknya dan Rara, perempuan yang bisa menghipnotisnya merasakan perasaan aneh yang tidak diketahui olehnya sendiri.

"Yaudah dek, ikhlas kan ajah. Liat sendiri kan mereka berdua sama-sama saling mencari. Ngalah ya sama adik sendiri" ujar Sinta menghampiri Anggara dan memeluk pundaknya.
"Maaf ya mas" ucap Rara sungkan

"Yuk" ajak Rama menarik pergelangan tangan Rara 
"Kemana? Dih aku mau makan, laper" sahutnya ketus memberhentikan langkahnya.
"Yaudah duduk disana, aku bawakan makananmu" ucap Rama mengambil piring yang daritadi di pegang Rara.
"Gak usah, terimakasih" jawabnya sambil tersenyum kepada Rama dan mengambil piringnya kembali.

Mereka berdua duduk di meja tamu, mereka mengobrol satu sama lain. Saling pandang satu sama lain.

"Kamu skripsi kapan?" Tanya Rara sambil memakan makanannya.
"Mungkin 2mingguan lagi" Jawabnya tersenyum memandangi wajah manis Rara.
"Udah selesai dong abis gini? Kuliah mana?" Tanya Rara lagi.
"Iya, doain aja. Hukum Unair" jawab Rama lagi.
"Oh" jawabnya singkat sambil melanjutkan makannya "kamu tak ingin menanyaiku sesuatu?" Tanyanya "eh gak jadi deh, kamu pasti udah tau juga, kan situ stalker twitterku mulu" lanjut Rara terkekeh
"Ih pede banget. Yang gak aku tau dari kamu itu hatimu buat siapa?" Jawab Rara sambil tersenyum.

Mendengar pertanyaan itu Rara langsung tersedak, dia langsung meraih air mineral gelas yang ada dimeja itu untuk di minum.

"Maaf, aku mengagetkanmu ya?" Tanya Rama sambil menepuk pelan punggung Rara.
"Tak apa" jawab Rara menarik nafas panjang.
"Ah kamu juga sih, makan sendirian. Ada aku di depanmu gak kamu tawarin makan?" Tanya Rama menggoda perempuan di depannya ini.

Rara langsung tersadar " Ya ampun, maaf ya kak, kenapa gak ambil makan?" Tanyanya
"Maunya disuapin kamu, sepiring berdua" goda Rama sambil mengerlingkan matanya.
"Ogah, modus banget" sahut Rara jutek.
"Sekali aja" harapnya sambil menyatukan kedua telapak tangannya dengan mata terpejam.

Rara tak tega melihat Rama memelas kepadanya "duh iya iya" dia meraih sendok dan mengambil makanan dari piringnya "nih" sambil menyuapi Rama dengan kasar.

"Ciyeee kak Rara suap-suapan" suara Salsa datang mengagetkan keduanya.

Rara langsung meletakkan sendoknya "kamu bisa gak sih dateng gak kayak tuyul, dimana-mana ada" ujarnya geram.
"Biariiiin" Salsa lari sambil menjulurkan lidahnya.
Rama langsung sontak tertawa terbahak-bahak.
"Puaskan kamu? Malu tau diliatin banyak orang" jawab Rara bete
"Belum. Masih laper, suapin lagi dong" godanya membuka mulutnya didepan Rara "aaaaa"
"Ramaaaa" teriak Rara pelan "tau ah" dia langsung berdiri meninggalkan Rama.

Rama langsung menarik tangan Rara "mau kemana?" 
"Mau ambilin kamu makan, laper kan? Lepasin gak tangannya!" Ucap Rara mendengus kesal.
Rama melepaskan tangannya "Ih calon istri yang baik, yaudah calon suaminya nunggu disini" godanya sambil tertawa cekikikan 
"Ih apaan norak!" Sahutnya kesal.
"Jutek banget sih jadi perempuan, hm?" Tanya Rama menyipit kearah Rara menggodanya.

Rara langsung meninggalkan Rama yang sedang menggodanya. Dia berjalan ke meja prasmanan, mengambilkan makanan untuk Rama. Walaupun dia kesal terhadap Rama, entah kenapa seakan bisa berbuat baik terhadapnya.

"Nih makan sendiri" ucapnya memberikan makanannya kepada Rama.
"Terimakasih mama, tau ajah papa capek abis pulang kerja" goda Rama lalu tertawa cekikikan.

"Eh sudah jam 5 ini" ucap Rama melihat jam di tangannya "mau jalan-jalan di sekitar pacet gak?" Tanyanya dengan senyum termanisnya 
"Sebentar aku tanya mamaku dulu pulang jam berapa?" Tanya balik Rara mencari Hp di tasnya.
"Mamamu sudah pulang duluan tadi, mamaku yang sms kasih tau" sahut Rama tersenyum.
"Hah? Masa iya ditinggal sih? Nanti aku pulang sama siapa? Jahat banget orang rumah nih ya" ucap Rara mendus kesal sangat kesal.
"Ada aku kan?" Sahut Rama sambil menyengir kuda.

Rara menelisik mata Rama "kamu gak bohong sama aku kan?" Tanyanya
Rama menggelengkan kepalanya sambil mengulum senyum.

"Sebentar" dia mengambil hpnya dan menelpon mamanya "Assalamualaikum ma? Mama dimana? Loh Rara kok ditinggal sih ma? Idih jahat banget sih. Mama sekongkol ya sama tante Sinta? Nyebelin banget. Iya iya gak bakal pulang malem kok. Wassalamualaikum" menutup telponnya 

"Okay baiklah, ternyata kau mengambil kesempatan dalam kesempitan ya" kata Rara menyipit kearah Rama.
Rama hanya mengedikkan bahu dan tersenyum.
"Iya deh gpp, refreshing. Nemenin orang yang mau sidang" sahut Rara.
"Calon istri yang baik" ucap Rama sambil mencubit pipi Rara. "Ayo" lanjut Rama menarik tangan Rara.

Pegangan tangannya merupakan aliran listrik yang menyambar jantung Rara. Jantungnya berdetak begitu cepat. Keduanya berjalan keluar dari halaman rumah om Brata yang sudah penuh dengan orang.

"Kamu tunggu sini" ujar Rama meninggalkan Rara pergi.
Rara menjawab dengan anggukan 

Tak lama beberapa menit kemudian, seseorang datang di depan Rara dengan menggunakan Sepeda Motor Ninja Hitam pas dengan Jaket Hitam dan Helm hitamnya. Orang itu membuka helmnya sedikit 'RAMA!' dan mengambil satu helm untuk Rara.

"Are you kidding me? I'm wearing dresses" ucap Rara tak percaya.
"Tenang aku membawakanmu sesuatu. Kita cari masjid disekitaran sini, sholat ashar dulu" jawabnya sambil tersenyum "ambil ini helm dulu, capek tau" lanjut Rama. Rara menjawab senyumnya sambil dengan anggukan. 

Masjid Baitur Rahmah Pacet yang berjarak sekitar 100m dari rumah Brata menjadi tempat mereka merapikan diri dan menunaikan sholat Ashar.

"Ini" Rama memberikan jaketnya "kamu pake daleman leging kan?" Tanyanya
Rara menganggukkan kepalanya.

"Ah ini settingan ya? Sengaja ya?" Tanya Rara menatap sinis kearah Rama.
"Astagfirullah, jangan suudzon. Jaketku besar dan panjang kok, masih bisa menutupi tubuhmu" ucap Rama tersenyum kearah Rara. 

Rara pun keluar dengan memakai jaket yang diberikan Rama. Tampak sedikit aneh dilihatnya. 

"Eh aku aneh banget ya pake baju ginian?" Tanya Rara melihat keseluruh tubuhnya
"Tetep cantik kok" jawab Rama tersenyum
"Gombal deh. Kita mau kemana?" Tanya Rara lagi
"Ada lah. Rahasia. Naik gih ke motor" ucap Rama tersenyum kearah Rara lagi dan memakai helmnya kembali dan Rara segera naik ke motor Rama.

"Oya mau nanya, bagaimana bisa kamu bawa motor? Kamu gak bareng sama keluargamu naik mobil?" Tanya Rara saat di Perjalanan, pertanyaan yang membuatnya penasaran dari tadi.
"Iya...." 
"Ah aku juga udah tau palingan ini udah settingan yang kamu buat" sahut Rara memotong jawaban Rama. 
Rama hanya tersenyum. 

Sebuah tanah luas dengan tumbuhan teh, menyejukkan mata. Sungguh ciptaan yang dibuat Tuhan melalui manusia yang sangat indah.

"Tempatnya bagus, udaranya sejuk" celetuk Rara memejamkan matanya sambil menikmati angin yang berhembus di wajahnya.
"Kamu pernah kesini?" Tanya Rama
"Entahlah. Lupa. Sudah hampir 9tahun gak ke Pacet" jawab Rara turun dari sepeda motor kemudian disusul Rama.

Tanpa aba-aba Rama langsung memegang tangan Rara "Ayo naik keatas, pumpung mataharinya belum terbenam" ucapnya sambil menarik Rara pelan.
"STOP!" Rara memberhentikan langkahnya "Rama, aku pake heels. Kakiku capek" protesnya kesal
"Yaudah lepas heelsmu aja" sahut Rama tertawa cekikikan.
"Terus gak pake alas kaki? Kotor dong kakinya? Sakit tau, jalannya batu-batu lagi" Ucap Rara protes kembali.
"Aku gendom hm?" Tanya Rama dengan senyum menggoda
"No!" Teriak pelan Rara "Pinjem sepatunya dong" jawabnya sambil nyengir kuda "mau jadi calon suami yang baik kan? Harus berkorban dong ya" lanjutnya sambil tersenyum dan mengedipkan mata. 
"Kalo ada maunya aja gitu, coba aku yang ngomong kayak gitu pasti dihujat inilah itulah" celetuk Rama sedikit kesal "ini nih" melepaskan sepatunya memberikan kepada Rara.

Rara memakai sepatu yang ukuran 42 padahal kakinya ukuran 38 "kebesaran" ucap Rara seperti anak kecil yang lagi mengaduh ke orang tuanya.
"Ih bawel" Rama mulai geram, dia langsung menggendong Rara di punggungnya 
"Rama turunin gak" ucap Rarasedikit membentak 
"Huuuuuuuuussssh" sahut Rama sambil melanjutkan perjalanan naik keatas 
"Nih mau sampai, kamu jalan kaki sendiri. Jangan jawab, diem aja" lanjutnya.

Benar Rara terdiam ketika itu, dia berjalan sambil memegang tangan Rama. Walau sesekali dia tak enak mengenakan sepatu Rama yang size 42 dan kaki mungilnya size 38. Kadang ia tersandung, tapi tak sampai jatuh, Rama sudah memegang erat tangannya. Senja sudah menampakkan dirinya. 

"Banyak orang pacaran ya disini" celetuk Rara 
Rama hanya tersenyum kepadanya "duduk disini ajah, view nya bagus" 

Mereka berdua duduk diantara pasangan muda-mudi lain. Rara berusaha positif thinking terhadap Rama. Kemudian tangan Rama berubah menyatukan jemari tangannya dengan tangan Rara. Rara hanya terdiam, kali ini dia tak berontak. 

"Kamu tau Ra, disini aku pernah ngajak seseorang yang paling terindah dalam hidupku" ujar Rama menatap Rara dengan dalam 
"Siapa?" Tanya Rara sedikit kesal, jadi dia ngajak kesini bukan hanya dengannya saja.
"Kamu" genggamannya semakin keras dan itu mampu menetralisir udara dingin disini menjadi hangat. 
"Kamu mulai lagi" sahut Rara mengalihkan pandangan "semua ciptaan Allah itu Indah" lanjutnya.
"Tapi Allah menciptakan kamu indah dimataku Ra" ucapnya Rama tersenyum kearah Rara meskipun Rara tak melihatnya.
"Terimakasih karena Allah sudah membuat matamu menjadikanku indah, aku harap mata indah yang melihatku seperti ini tak akan berubah" ucap Rara tersenyum sambil melihat kearah Rama.
"Insyaallah" ucap Rama tersenyum singkat.

Rara menjawab dengan senyuman dan menyenderkan kepalanya di bahu Rama. 

"Kita sholat magrib di Musholla itu yuk, sudah adzan kan tadi. Aku ingin cepat pulang, perjalanan ke surabaya tak dekat" ajak Rara menarik tangan Rama duluan, Rama hampir terkaget dengan perlakuan Rara.

Mereka berdua pun sholat magrib berjamaah dengan pengunjung yang lain. Setelah itu mereka langsung kembali pulang ke surabaya. Ditengah perjalanan, Rama melirik kearah Rara. Dia tampak kedinginan. Rama langsung memegang tangan Rara kemudian dilingkarkan ke pinggangnya. Rara hanya terdiam, tak merespon. Tangan Rama begitu menghangatkan, rasanya begitu nyaman. 

Tepat pukul 8malam, mereka sampai di Surabaya. Rama mengantarkan Rara terlebih dahulu ke rumahnya. Sesampai di rumah Rara, Rama langsung duduk di Ruang tamu rumah Rara.

"Bentar ya, aku mau ganti baju dulu" pamit Rara kemudian masuk ke dalam kamarnya yang tak jauh dari ruang tamu.
Rama hanya tersenyum kepadanya 

"Ini aku buatkan teh hangat buat kamu. Aku tau kamu pasti kedinginan" kata Rara sambil meletakkan gelas diatas meja ruang tamu 
"Terimakasih ya ma" goda Rama menahan senyum.
"What's? Dont kidding in here. I'm shy!" Bentak pelan Rara
"Iya iya bawel" sahut Rama tersenyum angguk-angguk.
"Oh iya ini jaketmu, biar gak kedinginan nanti pulangnya. Terimakasih banyak ya" ucap Rara melihat setiap detail ketika Rama menyeduh teh nya.
Rama menjawab dengan senyum yang meneduhkan sambil meminum teh yang dibuatkan Rara.

**** 

2 minggu kemudian.... 

Rara dan teman-temannya mengutuk dirinya sendiri, kenapa bisa hari ini istirahat hanya 1 jam. Mereka lebih memanfaatkan untuk makan dan sholat dzuhur berjamaah. Hp pun mereka baru pegang setelah keluar dari kelas.

#SMS

Rama : Hai sayang:) - 10.46
Rara : Hi too. Apaan sih manggilnya gitu-_- 13.00
Rama : Halah aslinya seneng aja, dibilang gitu. Pasti sekarang mukanya merah deh
Rara : Apaan? Enggak! Sok tau:p
Rama : Lagi apa? Udah makan? Udah sholat?
Rara : Udah semua, kamu gimana?
Rama : Udah juga, maaf ya ngilang 2hari ini ngak kasih kabar, maklum mau sidang.
Rara : Iya gpp sayang (biar semangat) berjuang ya!
Rama : Waaaaah dibalas panggil sayang:D terimakasih sayang:3
Rara : You're welcome{} kuliah dulu ya, kamu belajar gih buat besok sidangnya.
Rama : Terimakasih lagi:* iya kamu juga semangat ya kuliahnya!:D 
Rara : Iya:)

**** 

Keesokan harinya.... 

Rama tampak terlihat gelisah saat akan menjalani sidang skripsinya pukul 10 siang nanti. Beberapa dari temannya datang untuk menemaninya, Rara tak bisa datang karena masih ada jadwal kuliah yang gak mungkin dia tinggal. Dia juga gelisah dengan Rama, semoga dia baik-baik saja.

#SMS

Rara : Semangat ya sidangnya, jangan nervous:) - 06.45
Rara : Ayoo berjuang ya!!! - 08.12
Rara : Sayaaaaaang semangat ya!!! #biarsemangat #dipanggilsayang - 09.00
Rara : Duh aku bawel ya? Aku ganggu ya? Maaf ya abisnya kamu gak bales sih. Semangaaaaaaat!!!:* - 09.35
Rara : Janji nih sms terakhir, gak bakal ganggu kamu lagi. Semangat ya sayang sidang skripsinya. Terus berdoa sama Allah. Nanti kalau kamu nervous coba tarik nafas ya, biar rileks. Jangan lupa baca basmalah dulu sebelum masuk ruangannya. Tetep senyum ya apapun yang terjadi, biar keliatan siap dimata pengujinya. I'm waiting you:* - 09.53

Rara memang sedikit kesal karena belum ada balasan dari Rama, tapi dia berusaha menahan rasa kesalnya, dia tau mungkin Rama sekarang lagi mempersiapkan mental dan hatinya.

Rama : Thankyou sayang:* aku mau masuk ruang sidang dulu. Doaka ya:) Terimakasih semangatnya:* - 09.59

Rama pun akhirnya membalas pesan Rara yang dari tadi tak sempat dibukanya karena gugup, dia masuk kedalam ruangan dengan hati yang penuh debaran. 2 pembimbing dan 2 penguji tepat dihadapannya untuk melihat hasil tugas akhir yang dia kerjakan selama 4 bulan terakhir ini. Rara tak henti-hentinya berdoa untuk kelancaran sidang Rama dari jauh, pikirannya sampai tak bisa konsentrasi dengan mata kuliah yang disampaikan.

Pukul 14.14
"Oh shit" umpat Rara dalam hati karena lupa men-silent nada dering hpnya. Semua anak dikelasnya yang sedang gaduh ataupun mengerjakan tugas langsung menoleh kearah Rara. Betapa beruntung, dosennya tadi izin untu rapat dengan dosen Prodi lain.

"Sayang aku ada di depan gerbang kampusmu" ucap Rama lewat telepon
"Loh kok udah disini? Udah selesai sidangnya? Oke bentar abis gini turun" jawab Rara kegirangan dan langsung mematikan telponnya.

Rara menghampiri Rama yang duduk diatas sepeda motornya, di depan gerbang kampusnya "kamu kok sudah disini? Terus kok tau kampusku? Sidangnya gimana? Lancar gak? Nervous gak tadi?" Tanya Rara penasaran
"Aku jawab yang mana dulu nih?" Tanya Rama tersenyum, wanita di depannya ini sungguh mengkhawatirkan tentang dirinya.
"Sidangnya aja deh" jawab Rara malu.
"Alhamdulillah lancar, revisi dikit-dikitlah biasa skripsi kalau gak dicoret gak sah" sahut terkekeh.
Rara hanya tersenyum dan bahagia, ternyata Rama menanggapinya dengan seperti itu.

"Kamu pulang jam brp?" Tanya Rama
"Jam 2" jawab Rara
"Berarti lagi kuliah dong sekarang?" Tanya Rama lagi
"Iyap" sahut Rara menyengir kuda "tapi dosennya lagi rapat, jadinya bisa keluar" lanjutnya 
"Kamu kesini sendirian?" Tanya Rama
"Gak, sama Salwa temenku. Tapi dia gak mau diajak ketemu kamu, malu katanya. Padahal dia yang waktu itu di kereta sama aku" ucap Rara membayangkan tadi harus membujuk temanya.
"Nah kenapa malu dia? Orang aku gak ngapa-ngapain" sahut Rama terkekeh.
"Gatau deh. Takut kali liat wajahmu" ucap Rara sambil tertawa cekikikan 
"Yaudah sana keatas dulu. Maaf ya ganggu kuliahnya. Aku tunggu disini" 
"Loh emang mau kemana? Aku bawa motor loh" 
"Ya nanti motormu kamu titipin di kosnya temenmu dulu, nanti aku anterin pulang. Besoknya juga aku anterin kuliah" 

Rara pun menyelesaikan kuliah hari ini. Walaupun jamnya sedikit ditambah untuk penjelasan materi. Dia langsung menghampiri Rama yang sendirian di depan gerbang. 

"Hai. Lama ya? Sorry. Tadi dosennya masuk ngasih materi tambahan soalnya" ucap Rara sedikit cemberut.
"Iyah gpp" jawab Rama sambil tersenyum 
"Eh kamu tau, segurumbulan laki-laki yang disana? Yang lagi nongkrong di warung depan kampusmu dari tadi ngeliatin kita loh" tanya Rama penasaran.
"Yang mana?" Tanya Rara kaget begitu melihat kearah warung depan.
"Yang itu" sambil menujuk "itu anak apa? Perawat bukan sih? Bajunya putih-putih juga sama kayak kamu" tanyanya penasaran.

Rara tak berani menatap Rama, dia takut apakah harus jujur kepadanya. Bahkan memulai hubungan ini tanpa status aja belum.

"Tak mau bercerita? Yakin?" Tanya Rama menyipitkan matanya kearah Rara
Rara menelan ludah berkali-kali, lidahnya kelu untuk menjawab pertanyaan itu.

"Ciyeeee Rara kecengan baru yaaa" suara perempuan itu memecahkan suasana, itu suara sahabatnya Alya.
"Apa deh" jawab Rara malas.
"Kenalin dong, ganteng tau" goda Alya terkekeh.
"Terimakasih" jawab Rama tersenyum manis kearah Alya.
"Ih jangan sok pede deh, jangan ganjen" sahut Rara sedikit kesal.
"Idih marah, cemburu cieeee" goda Alya kemudian tertawa cekikikan.

"Rama" menyodorkan tangan kepada Alya 
"Alya" membalas jabatan tangan Rama 
"Oh ya Alya boleh tanya sesuatu?" Tanya Rama yang sudah mulai penasaran.
"Dengan senang hati" sahut Alya tersenyum.
"Kau tau segurumbulan laki-laki yang disana? Daritadi melihat kearah kita berdua kenapa ya?" Tanya Rama melihat kearah laki-laki itu kemudian mengalihkan ke Rara.
"Oh jadi si Rara belum cerita" ucap Alya "Awww" suara Alya kesakitan karena tiba-tiba Rara menginjak kaki Alya.
"Rara" mata Rama menyipit kearahnya sedikit marah.
"Begini, mereka itu anak perawat semester 6. Nah mereka itu juga sering ngeliatin apa yang baru dikampus, mungkin karena ini ada hal yang baru antara kamu dan Rara, mereka pasti liat lah. Karena... salah satu diantara mereka ada yang suka sama your princess. Si doi juga sering curi-curi pandang ke Rara" jelas Alya mengulum senyum, pasti nanti dia akan dimarahi habis-habisan oleh Rara.

"Oh begitu. Yang mana orangnya?" Tanya Rama lagi
"Tanya Rara sendiri, hanya dia yang tau" jawab Alya sambil tertawa cekikikan 
"Rara" Rama kembali menyipit kearahnya, Rara hanya bisa menunduk malu dan kesal terhadap 2 orang di depannya ini.

"Rara gak mau jawab? Baiklah Alya yang bantu jawab. Itu si doi yang pake behel rambut ala-ala boyband, kulit agak sawo matang, manis sih. Tapi teteplah ganteng kamu lah Ram, ya ngak Ra?" Sambil menyenggol lengan Rara. 
"Yaudah orang aku gak ngapa-ngapain kok cuma tanya aja. Ayo pulang" sahut Rama tenang tersenyum, Rara hanya mengangguk tanpa membalas ucapan Rama.
"Titip sepedaku ya Alya di kosmu, besok aku ambil pas pulang kuliah. Ini kuncinya" ucap Rara mengeluarkan kunci dari saku bajunya dan menatap sengit sahabatnya itu. Alya hanya tertawa melihat ekspresi diwajah Rara.

Rama langsung menyalakan motornya kemudian pergi dengan melewati segurumbulan laki-laki itu, benar Rara sempat melirik sedikit kearah laki-laki itu, mereka melihatnya dan Rama. Dia juga melihat Rama memberi anggukan sopan seperti orang permisi, dengan senyum sinis. Mungkin dalam hatinya "sorry bro, she is my girl" lalu melesatkan sepedanya dengan kencang. Rara tau tak ada yang salah dengan menceritakan sesuatu diantara mereka.

***** 

2bulan kemudian..... 

#telepon

"Sayang seminggu lagi aku wisuda, kamu dateng ya. Aku mau foto wisudaku sama kamu dan keluarga kita" ucap Rama
"Iya sayang, nanti aku bilang mama sama papa" 
"I love you" 
"I love you too" 

*****

Seminggu kemudian...... 
Rama sengaja menjemput Rara dengan mobilnya, karena mungkin dia tau busana yang akan dipakai Rara seperti apa. Tak akan mungkin membawa Rara dengan sepeda motornya. Mereka memilih berangkat sendiri tak bersama dengan orangtua mereka. Rama pun menjalani setiap acara ini dengan sangat tenang dan hikmat. Sesekali melihat kearah Rara yang tak jauh dari pandangannya.  sedang mengobrol dengan mamanya, membuatnya tersenyum sendiri. Betapa bahagia hatinya saat ini.

"Congratulations sayang, Happy Graduation" ucap girang Rara sambil memegang kedua tangan Rama saat acara selesai.
"Thankyou sayang" sahut Rama tersenyum melihat tingkah perempuan di depannya ini "sini aku kenalkan sama temen-temenku" lanjutnya sambil menarik tangan Rara menuju ke sebuah gerombolan orang yang memakai baju toga yang sedang asik berfoto bersama.

"Guys, kenalin ini Nyonya Rama" ucap Rama tersenyum
"Hai" jawab ke 6 teman Rama bersamaan 
"Ini Dion, Fikri, Gilang, Rendra, Kimmy, Lolita" jelas Rama 
"Rara" sahutnya pendek tersenyum
"Wah pinter bro, nyari pacar alim" ujar Fikri melihat baju Rara yang serba tertutup.
"Calon bu bidan lagi" sahut Dion tersenyum kearah Rara.
"Boleh kali kenalin temennya calon bu bidan juga" celetuk Rendra langsung tertawa terbahak-bahak
"Wah iya tuh Ra, kasih dia satu temenmu. Dia udah jomblo akut tingkat kronis" sahut Lolita kemudian mengikuti tawa Rendra
"Haha apaan lo Ta, eh tapi gpp kali ya. Kenalin satu Ra" ucap Rendra 
"Insyaallah, nanti kalau ada stok yang jomblo dikenalin sama kak Rendra" jawab Rara sambil tersenyum 
"Sok alim" celetuk Kimmy pelan 
"What's kim?" Tanya Dion 
"Nothings" sahut Kimmy ketus
"Ah kamu cemburu ya? Cieeee" goda Gilang kemudian tertawa cekikikan.
"Iya daritadi diem, gak kayak biasanya nyerocos mulu" sahut Rendra menyipitkan matanya kearah Kimmy.
"Nothing guys" jawabnya ketus 
"Aku tau kamu cemburu sama Rara kan? Kamu kan tau sendiri Rama pecinta perempuan seperti apa? Dan bagaimana kan? Dia selalu menyukai perempuan yang menutup auratnya. Kalau kamu ingin Rama menyukaimu tutuplah auratmu terlebih dahulu" jelas Fikri 

Rara hanya terdiam, sungguh dia tau apa yang dirasakan oleh Kimmy. Dia merasa tak enak padanya. Fikri melihat semua ekspresi teman-temannya terlihat binggung dengan ucapannya.

"Lo pada gak diceritain sama Rama? Wah ketinggalan jaman banget sih" ucap Fikri "Rama kan udah nadzar kalau setelah wisuda dia bakal melamar Rara" lanjutnya.

Semua yang mendengarkan itu langsung tercengang, begitupun Rara, dia sama sekali tidak tau Rama akan melakukan itu padanya. Rara memandang serius kearah Rama dan Rama hanya tersenyum kearahnya.

"Wah serius? Kapan? Undangan bro!" Jawab Lolita sambil menyenggol lengan Rama 
"Ditunggu ajah" jawab Rama singkat "oh ya duluan ya bro, aku mau foto-foto dulu sama keluarga besar" 
"Idiiiiih percaya deh ya sama Rama, belum nikah udah manggilnya keluarga besar" goda Dion sambil tertawa, Rama menjawab dengan senyuman.
"Duluan ya kak" pamit Rara "maaf ya kak Kimmy" memegang tangan Kimmy "Assalamualaikum" pergi meninggalkan teman-teman Rama 
"Tuh Kim, kamu liat sendiri perempuan yang dipilih Rama? Tak hanya bajunya yang menunjukkan dia orang baik, tapi tutur katanya. Dia baru saja mengenalmu tapi dia mau minta maaf, yang dia gak tau kesalahannya apa" ucap Fikri
"Sabar ya baby, nanti pasti nemu yang terima kamu apa adanya" sahut Lolita memeluk pundak Kimmy.
"Tapi tetep aja lah cantikan aku, dia gayanya norak. Ah tau deh" Kimmy pergi meninggalkan teman-temannya. 

**** 

"Happy birthday to you Happy birthday to you happy birthday happy birthday happy birthday to you" semua bernyanyi untuk Rara

Rara langsung terbangun mendengar kebisingan itu. Ternyata banyak orang di dalam kamarnya, dan orang yang membawa kue itu, RAMA!

"Oh my god Rama, aku gak pakai jilbab" teriak Rara langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut 
"No problem, sudah terlanjur liat tadi sayang" ucap Rama terkekeh
"Argghhhh NO! Bukan mukhrim! Mama ambilin jilbab Rara" teriaknya dalam selimut 
Rama hanya tersenyum melihat tingkah Rara. 

Setelah selesai memakai jilbabnya, Rara meniup lilin ulang tahunnya yang ke 19tahun. 

"Make a wish dulu dek" ucap kak Ryan 
Rara menutup matanya dan berdoa. Dia berdoa terimakasih sudah memberikan orang-orang baik dalam hidupnya dan menyayanginya. Dan semoga diberikan umur panjang agar bisa selalu bersama orang yang menyayanginya. Dan tak pernah lupa untuk tetap di jalan Allah. 
"Amin" dia meniup lilin ulang tahunnya 
"Selamat ulang tahun sayang" ucap mamanya sambil cipika-cipiki terhadap Rara, kemudian disusul Papa dan Kak Ryan. 

"Ih stop!" Ucap Rara saat Rama akan melakukan hal yang sama seperti mamanya "bukan mukhrim Rama" bentak Rara pelan
"Masih gak boleh juga?" tanya Rama polos
"Noooo!" Teriaknya pelan 
"Duh sabar" jawab Rama sambil melapangkan dada 
"Cium kerudungnya aja, jangan sampai kena muka. Awas!" Serunya 
"Gpp deh yang penting pernah cium kamu" jawab Rama sambil tersenyum.

****** 

Pagi ini Rara diantar Rama pergi ke kampusnya, karena semalam setelah merayakan ulang tahun Rara, Rama menginap dirumah Rara, tidur dikamar Ryan, kakaknya Rara.

Rara hari ini sangat kesal terhadap teman-temannya karena tidak diajak mengobrol sama sekali, seakan semua menjauh terhadapnya. Bahkan saat pergi ke kantin pun dia tak diajak oleh teman-temannya.

"Happy birthday to you happy birthday to you happy birthday happy birthday happy birthday Rara" seluruh isi kelas bernyanyi untuk Rara saat Salwa membuka pintu dengan membawa kue tart berwarna merah muda.

"Common Rara, make a wish" ujar Salwa mendekat kearah Rara.

Rara terharu dan bahagia atas perlakuan teman-temannya. Dia tak menyangka akan dikasih kejutan sampai 2x seperti ini. 

Teeeeeeet 
Tepat pukul 3 sore, akhirnya mata kuliah pun selesai. Rara membuka hpnya untuk sms Rama apakah dia yang akan menjemputnya pulang kuliah. Namun Rara sudah keduluan, karena ada 3 sms dari Rama. 

Rama : Sayaaaaaang:* - 14.23
Rama : Lagi kuliah ya sayang? Maaf ya ganggu - 14.45
Rama : Sayang, kalau kamu udah pulang. Coba kamu ambil kotak yang aku titipkan tadi di pos satpam. Aku ada perlu sebentar - 14.53

Rara pun langsung berlari kecil karena tak sabar dan meninggalkan kelasnya, segera menuju pos satpam untuk mengambil hadiah yang diberikan Rama.

"Pak tadi ada titipan dari laki-laki atas nama Rara gak pak?" Tanya Rara pada Pak Bon, satpam kampusnya.
"Ada mbak, itu" jawab Pak Bon sambil menunjuk mejanya.
"Terimakasih pak" sahut Rara sambil tersenyum.

"Ciyeee ra, kado dari Rama ya?" Tanya Salwa menggoda Rara lalu tersenyum
"Dih buka dong Ra, penasaran" sahut Alya berusaha membuka kotak yang dipegang Rara.
"Iya sabar, yang dikasih kado siapa juga" jawab Rara kesal.

Rara masih memandangi kotak itu. Kotak berwarna merah muda dengan gambar hati berwarna maroon. Ada sebuah kertas kecil yang menarik perhatiannya.

Happy birthday sayang♥ 
Ini hadiah kecil dariku, gak mahal kok sayang. 
Semoga bermanfaat ya:* 

"Romantis banget sih Rama, envy uuuuuh" celetuk Alya tersenyum 

Rara membuka kotak itu. Dan isinya adalah sebuah pashmina berbahan sifon berwarna peach, warna yang paling ia sukai. Sebuah kertas lagi ada di atas pashminanya.

Ini aku beri agar kau selalu menutup auratmu, seperti kau yang selalu menjaga auratmu untukku, kekasihku. Kau ambil pashmina ini dibawahnya ada lagi hadiah buat kamu😊

Rara mengambil pashmina itu. Dan benar dibawahnya ada hadiah untuknya, ialah sebuah Al-Qur'an kecil dengan warna pink, serta tasbih berwarna peach. Lagi-lagi ada surat kecil yang berdampingan dengan hadiah Rama. 

Ini hadiah yang paling penting, semoga kamu tetap dijalan yang benar ya, di jalan Allah. Supaya kamu selamat dunia dan akhirat. Dan aku berharap semua hadiah yang kuberi dapat bermanfaat untukmu😊😊

Rara menangis terlalu bahagia, dia sudah tak peduli disana ada Salwa dan Alya yang pasti akan meledeknya. Dia melihat sekeliling kampusnya dan merasa masih berada di dekat kampusnya "kamu pasti masih disini Rama, jangan sembunyi" ucapnya dalam hatinya.

"Rama?" tanya Rara saat tiba-tiba dibelakangnya ada seseorang yang menutup matanya. "Rama jangan bercanda!" Kesalnya
Orang itu melepaskan tangannya dari mata Rara, lalu Rara membalikkan badan. 
"Ih ramaaaaaa!" Teriaknya manja 
Rama hanya tersenyum. Dengan reflek Rara langsung memeluk Rama. 
"Terimakasih sayang" histeris Rara
Rama hanya terdiam tanpa membalas pelukan Rara. 
"Samasama. Sayang kau lupa dengan janjimu? Akan terus menjaga martabatmu?" Tanya Rama lalu tersenyum.

Rara langsung tersadar dengan apa yang dilakukannya "Ya ampun maaf" dia tertunduk malu lalu melepaskan pelukannya.
"Tak apa" jawabnya sambil tersenyum 
Rara terdiam tak berani melihat Rama. 
"Ini" Rama memberi kotak kecil berwarna merah kepada Rara "hadiah terakhir" lanjutnya 
"Apa ini?" Tanya Rara sambil membuka kota itu. 

Deeeek!!

"Ramaaaa, i love you so much" matanya berkaca-kaca setelah melihat hadiahnya adalah sebuah cincin. Ah rasanya Rara ingin memeluk Rama sekali lagi tapi dia urungkan niat itu.

Rama tersenyum kepada Rara dan mengelus kepala Rara lembut.

"Sayang, mungkin ini cincin belum jadi yang sah buat hubungan kita. Tapi insyaallah setelah aku mendapatkan perkerjaan, dan mendapatkan gaji pertamaku akan kubelikan cincin tunangan kita yang asli, akan kuhalalkan kamu jadi kekasihku sayang" jelas Rama 
Perkataan itu benar-benar membuat Rara semakin ingin meneteskan air mata. 
"Tak usah menangis sayang" menghapus air mata Rara dengan tangannya "dasar cengeng" godanya sambil mencubit pipi Rara setelah menghapus air mata Rara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar