Rabu, 28 Mei 2014

Mata ke Hati

"Common guys, udah mau jam 7 segera ke aula universitas" ajak ketua ospek dengan sedikit berlari dengan panitia ospek lainnya.

Semua panitia pun berhamburan menuju Aula universitas. 

"Vir, ikut ke kamar mandi dulu yuk, kebelet" ajak Ayu dengan muka yang sangat lucu.
"Gila nih ya, kenapa gak dari tadi sih? Di omelin baru tau rasa lo!" Jawab Vira
"Ah iya bentar aja" bujuk Ayu

Vira pun mengantarkan Ayu ke kamar mandi untuk buang air kecil. Setelah itu mereka langsung berlari menuju aula, yang tak begitu jauh dari kamar mandi. Suasana tampak ramai di aula, ribuan mahasiswa baru memadati disana.

"Gila yu, kita deketan jadi kaka PK nya aku 13 kamu 14" seru Vira sambil memeluk Ayu girang.
"Haha alhamdulillah" jawab Ayu ikut membalas pelukan Vira.

*****

Hari ketiga OSPEK...

Jam sudah menunjukkan 5sore. Panitia mulai mengumumkan apa saja yang akan dibawa untuk besok harinya bagi mahasiswa.

"Dek kamu gak nulis?" Tanya Vira pada adik maba kelompok Ayu
"Tenang mbak, ada dia kok. Nanti nyontek" jawab adik laki-laki itu
"Ih curang ya, hai dek! Kamu! Jangan mau dibohongin sama dia" goda Vira tertawa pelan
"Suka-suka dong kak, orang kak Ayu ajah yang kaka PK sendiri gak protes" bantah laki-laki itu dengan meringis
"Lah dia emang gitu, cuek. Namamu siapa sih dek?" Vira melihat kearah papan namanya "oh Aditya Syahputra"
Aditya hanya nyengir gak jelas, merasa tak berdosa.

*****

Hari kelima OSPEK...

Seperti pada umumnya, di sekolah dasar, menengah ataupun universitas jika mengadakan orientasi siswa selalu saja ada upacara setiap harinya. Kalau panitia sih no problem karena mereka berdiri di belakang murid atau mahasiswa baru bisa dudukan dengan santai.

Hari sudah menunjukkan siang, waktunya istirahat dan sholat makan siang. Beberapa panitia sie komsumsi membagikan beberapa nasi kotak. Panitia? Jangan tanya mereka makan minum saat mahasiswa baru ada materi.

"Dek yang mau sholat buruan dan makannya juga dicepetin" teriak beberapa panitia.

Semua mahasiswa berhamburan keluar untuk melaksanakan sholat dhuhur dan ada pula yang sedang makan, menghabiskan makan siang yang dibagikan panitia.

Setelah beberapa materi selesai, beberapa peserta mahasiswa baru kembali ke aula. Nah! Ini dia yang ditunggu beberapa panitia inti, meminta tanda tangan yang entah dari tradisi mana selalu terjadi dari jaman SMP sampai Universitas. 

"Kak Vir, bagi TTD dong" ucap Adit yang mendekati Vira yang sedang melihat mahasiswa baru sedang berusaha menghibur ketua Ospek agar bisa mendapatkan tanda tangannya.

Vira langsung tersadar "Loh dek sebaiknya panitianya ajah dulu nanti kakak PK nya gampang" jawab Vira
"Gpp kak, nanti ajah males" ucap Adit sambil nyengir kuda "eh kak ini ada yang titip TTD juga temen-temen" lanjutnya sambil memberikan kertas milik teman-temannya. 
"Waduh dek, banyak amat" sahut Vira geleng-geleng kepala.

"Eh rumah kakak mana?" Tanya Adit tiba-tiba yang membuat Vira melotot kearahnya.
"Jangan kak modus itu" sahut Bryan, adik kelompoknya Vira yang tiba-tiba juga mendekat dengan beberapa kertas.

Vira menyahut dengan tertawa "Buat apa dek?" Tanya Vira.
"Ya gak papa kak, buat tau daerah surabaya ajah" jawab Adit polos.
"Udah kak jangan percaya" celetuk Bryan sambil tertawa cekikikan "kak, sekalian" lanjutnya memberikan kertas untuk ditanda tangani.

Vira hanya tertawa dan menggeleng-geleng dari tadi. Sungguh dia tak tega melihat wajah Adit setelah di ledek oleh Bryan dan langsung terdiam.

Test... 1... 2... 3...

Suara mikrofon pembawa acara membahana di seluruh aula sehingga membuat beberapa orang mengalihkan pandangannya kearah dua perempuan itu, ya itu Anggun dan Novi yang menjadi pembawa acara selama 5 hari ini.

"Semua kegiatan harap dihentikan, kita akan memperkenalkan beberapa Unit Kerja Mahasiswa atau biasa kalian di sekolah disebut Ekstra Kurikuler" ucap Anggun.

"Oke, UKM yang pertama, silahkan maju perwakilan basket" lanjut Novi.

Dua laki-laki maju, ya itu ketua dan wakil ukm basket si Gilang dan Pradana. Semua mata perempuan seakan terpana oleh tubuh tinggi dan atletis mereka. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa UKM lain yang juga menunjukkan wajah-wajah charming 'strategi pemasaran UKM yang bagus' bisik beberapa panitia.

"Oke yang terakhir kita kenalkan UKM Fotografi, silahkan perwakilan bisa maju" ucap Novi

Kali ini UKM yang diikuti Vira dan Ayu. Mereka berdua berharap banyak yang ikut, terlebih adik maba mereka sendiri. Fredian selaku ketua UKM maju, dia tak kalah tampan dengan Gilang, sehingga banyak menyita pandangan perempuan disana.

"Kenapa yang maju ganteng-ganteng dan cantik-cantik ya perwakilan UKM?" Bisik Vira pada telinga Ayu
"Njiiir, bego lo! Namanya strategi pemasaran. Biar banyak yang ikut keleeees" sahut Ayu terkekeh

"Hey Adit dan Bryan" sapa Vira yang melihat keduanya sedang mengobrol "kalian ikut ya fotografi. Nanti ketemu kita berdua" lanjutnya dengan senyum manisnya memeluk lengan Ayu.
"Ogah ah kak, kayaknya aku mau ikut futsal aja" sahut Bryan
"Iya kak, kayaknya nanti aku mau ambil volly sama bulu tangkis" ujar Adit
"Ah kalian gak asik banget" sahut Ayu langsung cemberut.

****

Seminggu setelah ospek. Kuliah pun belum berjalan karena krs an mahasiswa tingkat atas di samakan dengan mahasiswa baru. Adit pun ternyata memilih satu kelas dengan Bryan karena mereka satu jurusan Akutansi.

"Kak Ayu" teriak Adit saat melihat Ayu duduk di kantin pusat kampusnya
"Hai dit, hai yan" sapa Ayu
"Hai juga kak" sahut Bryan
"Kalian satu jurusan?" Tanya Ayu
"Iya kak, satu kelas juga hehe" jawab Adit terkekeh
"Kita boleh duduk sini kak?" Tanya Bryan meringis tapi sudah nyelonong duduk duluan.
"Silahkan, inikan tempat umum. Bebas" ucapnya langsung fokus ke hpnya lagi.
"Oya kak Vira mana?" Tanya Bryan
"Oh dia lagi otw kesini kayaknya. Katanya sih udah di parkiran"

"Hey sis, sorry sorry telat, udah krsan belom?" Tanya Vira yang tiba-tiba datang "eh kok ada kalian berdua disini?" Lanjutnya

Adit dan Bryan kaget melihat penampilan Vira, berbeda dengan yang mereka liat saat ospek. Vira terlihat lebih manis dengan memakai rok peach serta cardigan warna hitam, dan kerudung pasmina motif bunga yang ia kreasikan. Simple dan anggun.

"Hm ada yang terpesona nih" celetuk Ayu melihat Bryan dan Adit yang matanya masih menatap lekat kearah Vira.

Vira tertawa dan duduk disebelah Ayu melihat kedua laki-laki ini terus menatapnya.

"Halo adek-adek, whats your problem? Jangan diliatin mulu nanti kecantol" ucap Vira mengeleng-gelengkan kepalanya.
"Udah kecantol kok kak" celetuk Adit tak sadar

Vira dan Ayu langsung tertawa, membuat seluruh mahasiswa yang ada di Kantin menoleh kearah mereka. Adit pun langsung sadar dari lamunannya.

"Kak Vira, emang cantik tau. Coba kamu lihat foto profil Whatsapp nya, gak pakai jilbab aja manis, apalagi pakai jilbab, surga udah" ucap Bryan terkekeh

Mata Vira langsung membelalak mendengar ucapan Bryan dan langsung mengecek aplikasi Whatsapp di hpnya. Sepertinya dia lupa mengganti foto profil di Whatsapp.

Lagu Miss Independent dari Ne-Yo terdengar di Hp Vira. -Fredian UKM Pgraph-

"Assalamualaikum. Ada apa Pret?"

"......"

"Hm oke kalau gitu, ini aku juga lagi sama Ayu. Otw. Bye"

"......"

"Walaikumsalam"

Vira masih kaget dengan apa yang dikatakan Fredian di telepon.

"Gawaaat" teriak pelan Vira mengoyangkan lengan Ayu. Ayu hanya menoleh kearah Vira.

"Selow sis, ada apa?" Tanya Ayu
"Kata si Pret, pacar lo itu kita disuruh kumpul ke basecamp, yang ikut UKM teater melebihi ekspetasi" jawabnya
"Pacar, pacar, enak aja lo! Aku lagi males ah ngurus begituan" sahutnya malas
"Ah pasti lo cemburu kan, yang ditelpon Pret bukan lo, tapi aku, huh?" Tanya Vira tersenyum menggoda.
"Apaan sih? Yaudah ayo" ucapnya berdiri dari tempat duduknya
"Duluan ya dek" pamit Vira dan Ayu

Vira dan Ayu pun pergi meninggalkan Adit dan Bryan. Antusias yang ikut UKM fotografi memang terlihat banyak. Formulir pendaftaran yang mereka dapat hampir 100 orang lebih. 

"Eh Pret, aku mau protes sama kamu!" Protes Ayu
"Apa sih yu? Belum apa-apa protes" jawab Fredian sambil melihat isi kertas formulir.
"Gini ya, kan sekretaris itu aku, kenapa yang ditelfon si Vira? Dia kan wakilku" sahutnya langsung cemberut
"Kan sama ajasih" jawab Pret sambil melihat-lihat formulir "atau jangan-jangan kau cemburu yah" lanjutnya menggoda perempuan yang disukainya ini.
"No ya!" Ucap Ayu tersadar, ternyata dia cemburu jika Vira mendapati perhatian lebih dari Fredian.
"Halah ngaku aja lo yu" celetuk Vira terkekeh.
"Apaan sih lo Vir, seneng kan aku di permalukan?" Tanya Ayu agak sinis dan langsung keluar dari basecamp membanting pintu cukup keras, yang membuat seluruh anggota UKM yang di basecamp kaget.
"Seperti biasa, kak Pret tersayang, kesayangannya lagi ngambek itu, kejar dong" ucap Vira terkekeh "kejar kali oy, sini kertasnya biar aku aja yang liat" lanjutnya mengambil alih kertas yang dipegang Fredian.

Fredian keluar dari ruangan mencari keberadaan Ayu yang sedang ngambek kepadanya. Sifatnya yang kadang dewasa kadang juga seperti anak kecil membuat Fredian kadang harus ekstra sabar untuk dekat dengannya, namun ia tak pernah menyerah meskipun ia tau Ayu juga suka padanya.

*****

Sebulan Kemudian.....
Hari Sabtu adalah hari libur yang dinantikan oleh mahasiswa, walaupun jadwal mata kuliah belum padat. Namun hari ini ada pembukaan bagi peserta baru UKM setelah sebulanan ini mengumpulkan data-data peserta yang ikut serta tanya jawab kenapa ikut UKM Fotografi. 

Acara pun berlangsung dengan sukses sesuai dengan rencana. Jujur Vira masih terpikir oleh kata-kata Adit saat ospek dulu "kak, rumahnya kakak dimana?" Itu yang sering ia pikirkan. Apakah Adit menyukainya? Oh tidak. Vira membuang rasa penasarannya.

"Kak Ayu" sapa Adit dari kejauhan kerumunan anggota baru UKM fotografi yang baru datang dan mendekat kearah Ayu.

"Loh dit? Jadi ikut disini? Hebat-hebat gak sia-sia jadi kakak pk kamu, ada adik mabanya yang mau ikutan" Ayu tertawa cekikikan
"Iya kak, ini coba-coba aja kali cocok" sahutnya tersenyum. Adit hanya tersenyum sambil melihat kekanan-kiri.

"Cari apa dek?" Tanya Ayu
"Oh enggak kak" jawab Adit kaget
"Oh yaudah aku tinggal dulu. Nanti kalau binggung masalah UKM tinggal sms aku aja dek. Selamat bergabung ya. Duluan" ucap Ayu sambil menepuk pundak Adit

*****

Seminggu kemudian...

From : Ayu UKM Pgraph
Sis, pulsaku abis kakak, minta tolong smsin keseluruh anggota baru ya. Jadwal UKM sabtu dan Minggu Jam 9. Thankyou. Mwaaah:*

To: Ayu UKM Pgraph
Oy, makanya bikin grup di WA apa LINE biar gak pakai pulsa. Nyusahin aja woy;pp oke bu bos ketua UKM:*

From: Ayu UKM Pgraph
Ah cerewet lo! Haha
Jangan panggil bu bos ketua UKM, lagi bete sama doi cyin. Udah belum oy? Cepetan! Nanti Pret ngomel lagi-_-

To: Agus, Rico, Adit, Kadir, Abdul, Abu, Fikri, Ridwan, Yunus, Yusuf, Fika, Maria, Maya, Aida, Ria, Widia, Fatma, Wiwin, Tri, Novi and 80 others
Selamat siang mahasiswa baru Universitas 10 November Surabaya. Saya perwakilan dari Wakil Sekretaris UKM Fotografi ingin memberitahukan bahwa jadwal UKM kita hari sabtu dan minggu jam 9pagi di Aula. Karena kalian masih baru kita latihan teori sambil share-share dulu aja. Terimakasih.
Regards, Vira.

Beberapa menit kemudian hpnya seakan kena spam banyak yang membalas "ok kak" "terimakasih kak" dan sebagainya. Adapula yang bertanya seputaran UKM. Satu pesan menarik perhatian Vira.

From: Adit Maba UKM Pgraph
Halo kak Vir, ini Adit adik mabanya kak Ayu yang ganteng haha terimakasih infonya kak:)

To: Adit Maba UKM Pgraph
Loh jadi ikutan? Hehe oke aduh pedenya ya bilang diri sendiri ganteng.

From: Adit Maba UKM Pgraph
Gpp kak, kan pas kakak yang cantik dan manis sama aku yang ganteng haha bercanda loh kak.

To: Adit Maba UKM Pgraph
Haha ngakak dek, iya deh terserah kamu. Makasih ya udah mau gabung. Selamat bertemu aku yang katamu cantik dan manis ini 2 hari lagi:3 wkwk *lah kok ikutan pede juga-_-

From: Adit Maba UKM Pgraph
See you kak cans:3 tapi emang begitu kenyataannya kok:)

To: Adit Maba UKM Pgraph
Ya. Ya. Udah dulu ya mau nugas dulu. Selamat malam:)

From: Adit Maba UKM Pgraph
Yuhuuu kak. Good night sweetie:3

Vira seakan tak bisa berhenti tersenyum melihat sms dari Adit dan membacanya sampai berulang-ulang. Entah apa yang dirasakan hatinya sampai ia merasa ada kebahagiaan tersendiri.

*****

Sabtu. Pukul 09.00 WIB.
Suasana tampak sangat ramai di gedung serbaguna kampus. Anggota baru sudah mulai datang satu persatu. Fredian selaku ketua UKM langsung memberikan materi ringan seputar fotografi.  Sesekali menanyakan apa di sekitar anggota baru yang lebih mengerti bisa menjelaskan materi tersebut.

Majulah satu anak lelaki, dia memperkenalkan diri namanya Muhammad Fikri Ramadhan. Laki-laki tingginya yang hampir sama dengan Fredian adalah mahasiswa Akutansi. Dia memang tampak sudah ahli dalam ini, dan dia berusaha menghormati dan tidak menggurui Fredian.

Tiba-tiba pintu terbuka. Vira dan Ayu datang terlambat 30menit.

"Maaf" ucap Vira dan Ayu pelan kearah Fredian. Fredian hanya mengangguk mukanya tanpa ekspresi.

Mereka berdua langsung mencari tempat duduk yang setidaknya tak menganggu anggota baru. Mereka menemukan tempat duduk bersebelahan dengan tempat duduk Adit.

"Hai dit" sapa Ayu pelan
"Hai kak ayu, kak vir" sahutnya tersenyum kearah Ayu dan Vira.
Vira hanya mengangguk, jujur dia tak bis mengontrol detak jantungnya jika melihat Adit.

"Dek yang nerangin itu siapa? Maba? Pinter ya dia" tanya Ayu
"Iya kak, dia Fikri anak Akutansi. Maklum kata dia, Papanya fotografer jadi udah diajarin" jelas Adit

****

Dies Natalis Universitas 10 November Surabaya akan berlangsung 1 bulan lagi. Tepatnya tanggal 10 November 2015. Semua anggota UKM Fotografi bersiap untuk lomba Fotografi yang diadakan UKM, tak hanya anggota UKM yang jadi peserta tapi Mahasiswa diluar UKM juga ada yang ikut serta dalam lomba.

Fredian sengaja membuat rapat dadakan untuk lomba ini. Untuk menentukan panitia. Dan memberi tau seluruh anggota UKM Fotografi agar segera berkumpul di Aula melalui grup WA yang dibuat Ayu. Banyak dari anggota yang tidak bisa hadir, karena sedang ada mata kuliah dan ada beberapa yang terpaksa meninggalkan mata kuliah yang akan dimulai.

"Selamat siang" sapa Tristan wakil ketua ukm.
"Siang kaaaak" jawab semua
"Maaf mengganggu waktu kuliahnya, kalian tau kan ada lomba fotografi yang diadakan ukm kita?"
Semuanya menjawab dengan anggukan.
"Ternyata yang ikut tak hanya dari anggota, tapi diluar anggota juga" ujar Tristan "jadi saya butuh panitia untuk mengurusi event ini, tak mungkin kan selamanya kita yang senior jadi panitia" lanjutnya

Ada wajah kecewa diantara mereka, karena kalau jadi panitia tak akan bisa ikut lomba.

"Calm. Calm. Dont be sad. Kalian yang jadi panitia masih tetep bisa kok jadi peserta" sahut Fredian
Wajah mereka tampak ceria kembali.

"Eh maaf menganggu" suara itu tiba-tiba datang. Laki-laki itu masuk di Aula.

Laki-laki itu menghampiri Tristan yang berada di depan. Fredian langsung berdiri dari tempat duduknya, dia tau itu Kak Alfin anak semester 7 mantan ketua UKM Fotografi. Semua mata perempuan langsung teralih kearah Alfin yang tampan dan bertubuh tinggi, satu kata 'perfect'.

"Ada apa kak?" Tanya Fredian
"Boleh pinjem anggotanya gak? Yang perempuan?" Tanya Alfin dengan suara yang teduh dan sopan sambil melihat keseluruh anggota perempuan.

"Buat?" Tanya Fredian penasaran kemudian mendekat kearah Alfin.
"Maaf sebelumnya, ini kan sama Kampus disuruh buat UKM baru Modeling. Jadi tadi abis kumpul-kumpul sama alumni UKM Fotografi, eh ternyata kalian lagi kumpul, jadi mau pinjem anggotanya 10 orang boleh?" jelasnya
"Sama aja anda mau ambil anggota UKM Fotografi jadi anggota modeling dong?" Tanya Vira geram lalu mendekat kearah Fredian kemudian disusul Ayu.

"Gak, saya hanya meminjamnya sebentar sampai dies natalis kampus" jawan Alfin masih tenang
"Anda mantan ketua ukm fotografi kan? Bagaimana perasaan anda kalau ada anggota yang diambil UKM lain?" Tanya Vira menyipit kemudian berdiri disamping Fredian.

Alfin hanya terdiam melihat Vira dengan tampak tak enak menatapnya tajam. Dia hanya bisa tersenyum, tak tau apa yang harus dilakukan. Apakah perbuatannya salah apa benar, hingga membuat salah satu anggota ada yang tak terima.

"Yaudah gpp kak, pilih ajah yang mau kakak jadiin model" ujar Fredian pasrah tak ingin ada perdebatan. 
"Preeeet" teriak Vira dan Ayu bersamaan.

Vira merasa hatinya sangat terbakar, karena mengumpulkan mahasiswa baru untuk berkumpul disini susah, karena mereka harus bolos kuliah. Ayu dan Vira sampai personal chat untuk membujuk anggota yang kemungkinan bisa hadir. 

Alfin pun memilih anggota perempuan yang di Aula. 'Pasti yang dipilih yang cantik-cantik' batin Vira dalam hati. Ternyata apa kata Vira benar yang dipilih anggota yang cantik-cantik. Termasuk Ayu, dipilihnya. Ayu memang berwajah cantik, mukanya enak dilihat, badanya bagus, tak heran jika Fredian suka padanya.

"Sorry i'm not" jawab Ayu tegas

Kemudian Alfin melihat dari semua perempuan yang tersisa tak dipilih adalah Vira dan beberapa perempuan yang modelnya seperti laki-laki atau penampilannya agak berantakan. Alfin pun menunjuk Vira sebagai orang terakhir yang dipilihnya. 

"Sorry i'm not too" jawab Vira ketus.
"Jangan nolak dong, kamu satu-satunya yang berjilbab" ajak Alfin
"I dont care" sahut Vira memalingkan muka pada Alfin.
"Hei plis" ucap Alfin langsung mencengkram pergelangan tangan Vira.
"LEPASIN!" bentak Vira sambil berusaha melepaskan tangannya "sopan dong jadi laki-laki" bentaknya lagi.

Akhirnya Alfin melepaskan genggaman tangannya "Sorry" jawab Alfin dengan wajah tenangnya.

Kemudian Alfin pergi dengan 9 anggota perempuan. Untungnya, jumlah anggota Fotografi laki-laki lebih banyak jadi tak menjadi masalah yang begitu berat. Tapi Vira tetap marah-marah terhadap Fredian kenapa dia melepaskan anggotanya begitu saja. Fredian hanya tersenyum melihat Vira yang uring-uringan daritadi.
Adit kemuadian mendekat kearah Vira, menenangkan Vira.

"Kak vir, duduklah" ucap Adit pelan sambil tersenyum

Vira menghela napas, kemudian duduk disamping Adit. Kemudian Adit langsung pergi dari Aula dengan tiba-tiba. 

Beberapa menit kemudian....

"Eh gawat, ada yang berantem sama si Alfin kayaknya dia anggota kalian deh" suara perempuan itu terengah-engah masuk kedalam aula. 

Hampir seluruh anggota UKM Fotografi keluar ruangan. Mereka tak menyangka yang bertengkar itu Adit, padahal Adit tergolong orang yang cukup diam.

"STOP!" Teriak Fredian. Sambil beberapa orang melerai keduanya.

Keduanya mulai memberhentikan pertengkaran. Kemudian Fredian menyuruh beberapa orang untuk menggotong mereka berdua. Keduanya lumayan babak belur dan merusak wajah tampan mereka.

"Tolong kalian bawa ke uks ya kak Alfin" suruh Fredian "sini biar si Adit aku bawa basecamp aja" lanjutnya

Di Bascamp...
Vira langsung membantu mendudukkan Adit ke tempat duduk dan menyuruh Ayu mengambil kotak P3K

"Kamu kenapa mukulin Alfin dit?" Tanya Ayu
"Aku gak suka kak, dia gak sopan orangnya" jawabnya sambil menahan kesakitan.
"Badanmu sakit ya? Lepasin aja bajunya nanti biar diobatin" suruh Ayu

Aditpun melepaskan bajunya. Benar dibadannya terdapat luka lebam dan sedikit lecet. Vira mengoleskan minyak tawon pada daerah yang lebam.

"Jangan dipegang" ucap Ayu sambil menepuk tangan Adit saat ingin memegang badannya yang sakit "nanti infeksi tanganmu gak steril" lanjutnya
Adit hanya terdiam menahan kesakitan.

"Itu bawah mata kamu lebam juga nanti aku ambilin air anget sama handuk. Bentar" sahut Vira sambil mengambil handuk rendaman air hangat lalu ditaruhnya ke bawah mata Adit.

"Makasih kak" ucap Adit tersenyum kesakitan sambil memegang handuknya
"Kamu berantem model apa sih? Itu pergelangan tangannya luka-luka pula. Astaga" sahut Ayu melihat tangan Adit yang penuh luka, lalu dibersihkan luka itu langsung dipasangkan kassa dan plester.
Adit hanya tersenyum
"Yaudah dit kita tinggal dulu, mau ke Aula lagi. Assalamualaikum" pamit Vira sambil mengandeng tangan Ayu meninggalkan Adit di basecamp.

To: Kak Vira, Kak Ayu
Hai kakak-kakak baik. Terimakasih sekali lagi tadi udah mau ngerawat Adit. Meskipun dirumah tadi ditanyain budhe ini itu, tapi tak apalah. Makasih ya kak sekali lagi:) - 18.25 WIB.

From: Kak Ayu
Iya cepet sembuh ya dek, gak usah lebay pakai sms segala haha gws:3 - 19.30

-

From: Kak Vira
you're welcome:) maaf baru bales gak sempet pegang hp. Gimana udah mendingan? Duh dimarahin ya kamu? Maaf ya. - 22.00

To: Kak Vira
Udah kok, sehat banget malah. Kan tadi dirawat sama kakak-kakak baik dan cantik lagi. Maaf buat apa kak?

From: Kak Vira
Modus banget-_- ya maaf kalau kamu harus berantem buat ngebela ukm. Saya minta maaf atas nama ketua ukm.

To: Kak Vira
Siapa bilang aku berantem buat ngebela ukm?:p Aku kan ngebela kak Vira, aku gak suka aja dia berbuat kasar sama kamu kak!

From : Kak Vira
Ngapain? Kamu itu aneh-aneh ya. Kenapa kamu gak terima coba? Gini ini malah aku yang sungkan sama kamu.

To: Kak Vira
No problem, orang aku gak kenapa. Tadi sudah dirawat kakak aja udah bikin sembuh haha;p minta id line kak?

From: Kak Vira
Dih kamu gitu mulu. Modus terus. Yaudah dit, aku tidur dulu ya. Udah ngantuk. Kamu cepet sembuh. Id: Virvira95

Ting!
Notification Line dari hp Vira.

Adit : oke kak, have a nice dream:3 jangan lupa mimpiin aku:*

Vira : emotnya dek haha-___-

Adit : loh belum tidur kak?
Adit : Maaf, Maaf bercanda:)
Adit : good night sweetie(:

Vira tak ingin membalas sms Adit karena takut obrolan nya semakin tak karuan dan terlebih matanya sudah tak kuat untuk menutup mata. Merasakan tubuhnya ingin berada diatas kasur.

****

2minggu kemudian....
Lomba fotografi dimulai selama 3hari dengan tema universitas apapun itu. Dimulai dari jumat sampai minggu. Dan hasilnya akan dipamerkan saat Dies Natalis kampus seminggu lagi.
Semua peserta tampak antusias. Semua tampak menjeprat jepret sana sini. Vira, Ayu, Fredian dan beberapa anggota inti lain tak mengikuti lomba. Hanya menjadi panitia.

"Kak Vir, sendirian aja?" Tanya Adit mendekati Vira yang sedang duduk dipinggir danau kampus melihat peserta yang lagi memotret sana sini.

"Hm?" Tanya Vira sedikit gak fokus
"Kak Vira?" Sapa Adit lagi sedikit lebih keras.

Vira tersentak melihat Adit sudah duduk disebelahnya, jujur dia menghindar dari Adit selama 2 minggu ini. Bukan malas bertemu Adit, tapi takut dia tak bisa mengontrol detak jantungnya saat bertemunya. Laki-laki dengan tubuh tinggi yang sama dengannya, lesung pipi yang tercetak jelas ketika tersenyum, 11-12 dengan Afgan hanya saja dia tak berkacamata.

"Sweetie" Sapa Adit lagi yang melihat Vira melihatnya begitu dalam.
"Hei, berhenti memanggilku seperti itu!" sahut Vira tersadar.
"Aaaaaah mukanya memerah, suka aja aku panggil seperti itu" teriak Adit kegirangan
Vira langsung memegang pipinya yang panas, pasti merah sekali "sial!" Batinnya.

"Kamu kenapa gak motret?" Tanya Vira berusaha menenangkan dirinya sendiri.
"Bosen kak, mau liat pemandangan dari tuhan, ciptaannya begitu indah" Jawab Adit menggoda Vira, Vira hanya menoleh malas.

Keduanya hening tak terdengar suara, Adit melihat wajah Vira yang begitu bagus, dia tak bisa tinggal diam untuk tak memotretnya. Wajah yang begitu tenang, dia memejamkan matanya serasa sedang menenangkan diri dengan angin yang menerpa wajahnya.

"Kak" sapa Adit
Vira tak bergeming, dia hanya diam di tempat.
"Swetie!" Sapanya lagi sedikit keras, Vira langsung menoleh kearahnya.

KLIIIK!

"Adiiiiiit" teriak Vira, sambil merebut kamera Adit "liat sini gak! Jelek tau astaga" ucapnya sambil berusaha mengambil kamera.
"Jangan kak" sahut Adit sambil menjauhkan kameranya dari Vira
"Dit hapus, gasuka ah" seru Vira masih memaksa mengambilnya dari Adit, tak terima dirinya di potrait dengan posisi ekspresi itu.

DUUKKK!!

Bagian depan SLR Adit mengenai dahi Vira.

"Aw" teriak Vira sambil menutupi dahinya.
"Duh kak, maaf ya. Maaf banget kak" sahut Adit sambil memegang dahi Vira, tampak diwajahnya merasa bersalah.

Sentuhan tangan Adit bagai sengatan listrik dalam hati Vira, lagi-lagi degup jantungnya tak karuan. "Lo kenapa Vir? Bego banget sih, gini aja udah deg-degan" makinya sendiri dalam hati.

"Ini kak aku hapus deh" lanjut Adit melepaskan tangannya dari dahi Vira dan menghapus foto Vira dari kamera SLR nya. Vira hanya mengangguk tersenyum.

"Kak" sapa Adit pelan
Vira hanya menoleh kearahnya
"Nanti pulang bareng ya" ucap Adit
Vira langsung membelalakan matanya, menatap Adit tak percaya.
"Mau kan kak?" Tanya Adit kembali.
Vira tak bisa menghentikan dirinya untuk terus tersenyum dan menganggukan kepalanya.

Adit tersenyum kepadanya, dan lompat-lompat kegirangan. Vira yang melihatnya malu dan menggeleng-gelengkan kepalanya karena Adit jadi tontonan banyak orang.

Pukul 17.00 adalah akhir batas event lomba UKM Fotografi, beberapa peserta ada yang sudah pulang daritadi, ada beberapa yang masih menetap dan bergeming dengan kameranya. Vira menatap jam tangannya, segera berjalan menuju basecamp untuk berpamitan pulang dan tak bisa menemani Ayu pulang bersama naik Bus Kota seperti biasanya mereka.

"Vira! Savira!" Teriak seorang laki-laki saat Vira melewati lorong kampus.

Vira menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya "Dia? Ngapain tuh orang? Mana sepi lagi" ucapnya pelan. Orang itu adalah Alfin yang sekarang berjalan menuju kearahnya.

"Ada apa ya?" Tanya Vira sinis.
"Kamu masih marah dengan saya?" Tanya Alfin balik.
"Enggak, boleh permisi gak? Saya mau pulang" pamit Vira membalikkan badannya, tangan Alfin langsung meraih pergelangan tangan Vira dan langsung memberhentikan langkahnya. 

Vira sontak menoleh "lepasin!" Teriaknya pelan "Apa anda memang tak pernah diajari sopan santun, huh?" bentaknya pelan.

Alfin melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Vira "Maaf sekali lagi. Saya hanya memastikan kamu tidak marah pada saya" ucap Alfin dengan sopan.
Vira hanya tersenyum seadanya "sudah saya maafkan dari kemarin-kemarin. Saya permisi dulu, ada perlu. Assalamualaikum" pamitnya lalu melangkah dengan aman dan tanpa gangguan.

Saat di Parkiran......

"Kok lama kak?" Tanya Adit sedikit khawatir.
"Tadi ada gangguan sedikit" jawab Vira
"Tapi gpp kan?" Tanyanya lagi
Vira hanya menggeleng dan tersenyum kearah Adit, Adit juga ikut tersenyum lega.

Suara Adzan Magrib berkumandang indah dan keras ke seluruh penjuru Universitas. Banyak orang yang langsung berlari untuk pulang dan adapula yang memberhentikan diri untuk sholat di Masjid Universitas yang tak jauh dari parkiran motor dan mobil Mahasiswa, termasuk Vira dan Adit menuju berjalan seiringan menuju Masjid Universitas.

Semua orang dari staf, dosen dan mahasiswa yang masih berada di Universitas sholat magrib secara berjamaah tampak khusyu'. Setelah witir selesai semua orang berbondong-bondong keluar.

Vira mengenakan sepatunya di luar masjid, kali ini dia memakai sneakers jadi harus membuat beberapa simpul. Saat dia selesai, dia melihat Adit yang sedang berbicara kepada Alfin, "tunggu! Mereka udah baikan?" Tanya Vira dalam hati dan langsung mengukir senyum saat Adit melihat kearahnya.

"Ayo kak" ajak Adit setelah selesai memasang sepatunya dan langsung meraih pergelangan tangan Vira.

Vira menoleh sinis kearah Adit dan matanya turun kearah tangannya. Mengisyratkan agar melepas genggaman tangannya, Adit melepaskan tangan Vira terpaksa. Keduanya kembali menuju ke Parkiran, lebih tepatnya parkiran mobil.

Vira menghentikan langkahnya "Tunggu! Kamu bukan orang surabaya kan?" Tanyanya penasaran
"Emang" jawab Adit singkat sambil berjalan menuju mobil Jazz warna merah.

"Kok bawa mobil? Bukannya anak kos-kosan?" Tanya Vire penasaran lagi.
"Sok tau nih kakak, aku tinggal di rumah budhe" jawab Adit tersenyum "masuk kak" ucapnya membukakan pintu mobil untuk Vira.
"Berlebihan tau gak sih Dit" sahut Vira tersenyum mendekat kearahnya dan masuk kedalam mobil Adit.
"Because, you're my princess and me you're prince" ucap Adit tersenyum manis kearah Vira dan menutup pintu mobilnya.

Vira hanya mengeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum mendengar jawaban Adit. Jantungnya seakan benar-benar di pompa, dia tak bisa mengendalikan detak jantungnya sendiri.

"Hm, Dit" sapa Vira saat ditengah perjalanan. Adit hanya menoleh kearahnya. "Boleh nyetel radio gak ya?" Tanyanya pelan. Adit hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Reff lagu HiVi dengan judul Mata ke Hati terdengar, Vira langsung bersenandung pelan. Ini band Favouritnya, dia hafal semua lagu-lagu dari HiVi. Adit tersenyum memandangi perempuan yang berada disampingnya ini.

"Kenapa melihatku seperti itu?" Tanya Vira tersadar.
"Gpp kak, suaranya bagus" jawab Adit mengalihkan pandangan ke jalan raya.

"Kita kemana?" Tanya Vira memecah keheningan.
"Pizza Hut Darmo kak, laper belum makan siang daritadi, kakak juga kan? Aku tadi sibuk mandangin my sweetie di danau sih sampai lupa kalau belum makan" goda Adit terkekeh.

Vira merasakan pipinya memanas, ah mukanya pasti merah sekarang. Kenapa Adit selalu membuat pipinya merah?

Pizza Hut Darmo....
Adit langsung bergegas dengan cepat saat Vira akan keluar dengan membuka pintu mobilnya. Vira hanya tersenyum sambil menggeleng. Adit kembali memberanikan diri memegang tangan Vira, dan kali ini tak ada penolakan dari Vira. Keduanya duduk ditempat paling ujung, dengan sofa empuk. Tampak romantis karena rata-rata yang disini pasangan muda-mudi juga.

Pelayan Pizza Hut datang ke meja mereka, semua makanan yang pesan Adit, Vira hanya mengkuti keinginan Adit. Setelah menunggu selama 10 menit Pizza sudah datang ke meja mereka, keduanya masih hening.

"Terimakasih ya kak, sudah mau nemenin makan" ucap Adit memecah keheningan.
Vira mengangguk "kamu kelahiran tahun berapa Dit?" Tanya Vira yang masih melanjutkan makannya.
"Kenapa kak? 1995" jawab Adit binggung.
"Aku juga lahir 1995, bulan maret. Kayaknya tua aku ya?" Tanya Vira lagi
"Maybe, aku bulan Juni kak. Beda berapa bulan doang" sahut Adit "ada apa sih kak?" Tanyanya penasaran.
"Gpp. Berarti aku keluar sama brondong ya ini?" Tanya Vira kemudian tertawa.

Adit langsung paham maksud dari arah pembicaraannya "kalau aku brondong berarti kamu Tante girang kan?" Tanya Adit sinis.
"Yaaa! Enak aja kalau ngomong kita masih sama-sama 19 tahun, right? Emang muka aku muka tante-tante ya?" Tanya Vira dengan wajah cemberut.
"Kalau sudah tau, kenapa manggil aku brondong huh?" Tanya Adit masih dengan nada sinis.
"Iya, iya, iya maaf ya Aditya" ucap Vira masih dengan cemberutnya

Adit langsung mencubit gemas, Vira yang sedang cemberut karenanya "You're my sweetie, oke?" Tanyanya dengan senyum paling manis yang dimilikinya. Vira tak bisa menahan senyumnya jika Adit memanggilnya 'sweetie'.

Keduanya kembali mengobrol ketika makan, Adit tak berhenti-henti menggoda Vira dari cemberut hingga kembali tersenyum. Setelah selesai makan keduanya melirik jam tangan mereka dan tersentak kaget. Keduanya lupa memberi tahu keluarga mereka kalau pulang malam.

Jam 20.00 tepat Vira diantar oleh Adit kerumahnya. Vira sempat menawarkan Adit untuk masuk ke rumahnya, tapi dia menolak dan beralasan takut budhe nya mencari dia karena sudah malam.

Vira masuk kedalam rumahnya dan mendapat tatapan menggoda oleh Ayah dan Mamanya. 'Seperti tak pernah muda saja' batinnya dalam hati dan langsung berlari ke kamarnya. 

Ting! #LINE

Aditya : aku pulang dulu sweetie:3
Aditya : salam ya buat orangtuamu:) 20.05

Savira : Thanks ya, udah ditraktir:)
Savira : sering-sering loh haha
Savira : Terimakasih udah nyepik mulu daritadi ke saya wkwk

Aditya : Terimakasih kembali sweetie:3
Aditya : pasti mukanya merah deh sekarang
Aditya : Tiap hari keluar sama kamu juga rela, gpp mah aku ikhlas:)

Savira : Nyetir sana oy!
Savira : Jangan nyepik mulu-_-
Savira : hati-hati bawa mobilnya:)

15 menit kemudian...

Aditya : Sudah sampai rumah sweetie:3
Aditya : Aku gak nyepik itu, seriusan:v
Aditya : Dasar kamunya aja yang gak peka

Savira : kok cepet nyampenya?
Savira : rumahmu daerah mana?
Savira : gak usah lebay oke?;pp

Aditya : takut kamu kangen aku
Aditya : jadinya harus cepet-cepet bales
Aditya : tangan aku gatel banget pengen chat kamu
Aditya : call ya:)

Belum sempat Vira membalas Adit sudah menghubunginya via Free Call Line.

"Halo"

"Iya? Kenapa kamu ngebut sih? Nanti kalau kecelekaan gimana? Kalau nabrak orang gimana?"

"Idih perhatian banget sih haha"

"Ya allah kapan sih kamu gak bercanda"

"Jangan marah dong, nanti tambah cantik"

"Adiiiiiit"

"Tuhkan wajahnya tambah keliatan manis"

"Mesti deh, selalu nyepik mulu"

"Apasih vir? Aku gapernah bercanda ya"

"Dasar anak kecil"

"Vira! Stop panggil aku anak kecil! Aku gak suka dipanggil seperti itu"

"Iya iya maaf"

Keduanya mengobrol lewat telepon bercanda satu sama lain, menggoda satu sama lain. Sampai akhirnya mata Vira sudah lelah dan tak sabar ingin tidur. Adit mengetahui suara Vira yang terus menguap disela-sela telponnya, langsung sadar dan mengakhiri panggilan.

Drrrrt.
Sebuah pesan masuk di Hp Vira

From: 08123xxx
Vira?

To: 08123xxx
Siapa?

From: 08123xxx
Alfin, ex ketua UKM Fotografi:)

To: 08123xxx
Oh. Maaf tau nomerku darimana? Dan ada apa?

From: 08123xxx
Rahasia:) Saya hanya memastikan kamu gak marah sama saya. Saya benar-benar minta maaf:)

To: 08123xxx
Sudah dimaafkan dari kemarin-kemarin.

From: 08123xxx
Sebagai permintaan maaf, aku boleh menraktirmu makan, besok? Setelah event kalian?

To: 08123xxx
Insyaallah, gak janji.

From: 08123xxx
Ayolah Vir, masih menolak ajakan saya lagi untuk kedua kalinya?

To: 08123xxx
Iya insyaallah ya. Aku pamit tidur dulu.

From: 08123xxx
Oke. See you tomorrow Savira:) Have a nice dream:)

Ting! #LINE

Aditya: Sweetie:3
Aditya: kenapa balesnya lama, huh?:(
Aditya: btw thankyou for today my sweetie:)
Aditya: besok aku jemput oke?
Aditya: mau ketemu camer:*

Savira: Yaaa! Emotnya kenapa begitu?
Savira: oke jam 10 ya:)
Savira: see you tomorrow dit(:
Savira: tidur duluan yeees
Savira: bhay!

Aditya: :):*:):*:):*
Aditya: good night sweetie:)
Aditya: Have a nice dream:)
Aditya: jangan lupa mimpiin aku ya;)

Vira tak bisa berhenti senyum melihat balasan Adit, dia seakan terbang melayang. Ah dia lupa memberi tahu Adit kalau besok dia diajak keluar Alfin. Apa dia harus berbicara dulu pada Adit? Tapi Adit bukan siapa-siapanya kan? Vira berkutat dengan pikirannya sendiri sampai tidur terlelap.

****

Udara subuh di hari sabtu memang menyejukkan. Vira bersiap untuk mandi dan melaksanakan sholat subuh. Setelah dia sholat, dia meraih hpnya. Dan ada 2sms yang masuk.

Drrrtt.

From: Aditya
selamat pagi my princess:) selamat sholat subuh. Tak sabar bertemu denganmu nanti. Aku jemput ya jam 10.

From: 08123xxx
selamat pagi vir:) selamat sholat subuh. Jangan lupa aku mengajakmu makan setelah lomba nanti. Jam 5sore kan. See you!;)

Deeeek.

Dada Vira terasa sesak, dia binggung apa yang harus ia lakukan.

Tepat setengah10 Adit mengetuk pintu rumah Vira. Mama Vira membukakan pintunya. Adit sangat sopan saat bertutur kata terhadap mamanya Vira. Kemudian Vira keluar dan kaget melihat Adit dan mamanya tampak akrab. Setelah itu keduanya pamit pergi.

Lomba pun kembali berjalan, banyak peserta yang memotret sana sini. Bahkan terkadang mereka harus menjepret berulang-ulang untuk mendapatkan gambar yang bagus. Tak seperti Adit yang daritadi hanya menjepret Vira yang sedang berjalan, melamun, bercanda dengan Ayu dan Fredian.

"Sweet...ie" Teriak pelan Adit memanggil Vira yang sedang bercanda dengan Ayu dan Fredian.

Vira langsung membelalakan matanya, menatap tajam Adit. Dia malu terhadap Ayu dan Fredian jika dipanggil 'sweetie' apalagi di depan umum.

"Ehm" dengung Adit meringis "Vir, makan yuk, aku laper ini" ucapnya mendekat kearah mereka bertiga.
"Wets kenapa panggilnya nama? Bukan kak lagi? Curiga nih. Wah jadi kemarin kamu pergi sama Adit ya" goda Ayu yang kemudian tertawa disusul dengan Fredian "Ciyeeee sama brondong, kalian udah jadian? PJ dong" lanjut godanya
"Ayuuuuuu" Teriak manja Vira pada Ayu dan mukanya memerah.
"Yaudah double date aja makan di kantin" ajak Fredian tersenyum.

Mereka berempat berjalan bersamaan ke kantin. Asik mengobrol sambil bercanda. Dan segera menyelesaikan makannya kemudian sholat dhuhur berjamaah.

Lomba hari ini cukup melelahkan. Banyak diantara peserta sudah pulang dari jam 3sore tapi ada beberapa yang masih bertahan sampai sekarang.

"Dit aku pulang sendiri ya, ada perlu" ucap Vira
"Aku anter ya" sahut Adit kecewa
"Enggak usah" jawab Vira tersenyum pahit,

Vira tak tega mengatakan hal sebenarnya pada Adit. Karena yang pasti tak akan diperbolehkan olehnya. Dan akan membuatnya sakit hati.  Vira jalan kaki ke depan pintu gerbang kampusnya, ternyata disana Alfin sudah menunggu dengan sepeda motornya. 

"Syukurlah kamu menepati janjimu" ucap Alfin tersenyum.

Vira membalas dengan senyum seadanya, karena pikiran dia masih di Adit, kalau ketahuan bagaimana itu yang terus dia pikirkan. Vira menaiki motor Alfin.

"Kau akan mengajakku kemana?"
Alfin hanya tersenyum manis kearahnya.

Ternyata Alfin membawanya ke tempat makan yang sering ia kunjungi dengan Fredian dan Ayu. Sebuah tempat makan "Kober Mie Setan" keduanya antri cukup lama hanya karena mempunyai kasir 1 orang. Dan mereka harus berdiri sampai 1 jam hanya untuk memesan dan mendapatkan tempat duduk. Setelah pesanan datang, keduanya makan tanpa suara.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Alfin memecah keheningan dan kecanggungan diantara keduanya.
"Tak ada" jawab Vira pendek
"Jangan berbohong kepadaku" sahut Alfin

Vira membatin 'kenapa dia tau aku berbohong? Apa dari wajahku terlihat?'. Dia melihat Alfin dan berusaha tersenyum ikhlas kepadanya. Hatinya takut, sangat takut jika Adit tahu kalau dia keluar dengan Alfin. Apa reaksinya?

"Kamu seperti tak berselera makan? Apa kita pulang saja?" Tanya Alfin sedikit khawatir
"Ngak kak, makanannya diabisin dulu baru kita pulang" sahut Vira berusaha menghabiskan makannya.

Mereka segera menyelesaikan makannya, dan bergegas untuk pulang. Hp Vira terus bergetar, dia tau pasti Adit yang sedang menghubungi dan mengkhawatirkannya. Alfin merasa ada yang salah pada Vira. Dia memberhentikan sepeda motornya di pinggir jalan.

"Ada apa kak?" Tanya Vira pelan.
"Kamu gak konsentrasi daritadi, apa yang kamu pikirkan?" Tanya Alfin balik.
"Entahlah" jawabnya enggan.

"Kamu memikirkan laki-laki itu?" Tanya Alfin yang membuat Vira langsung tercekik, kenapa dia pintar sekali membaca pikiran orang dari tadi.

"Benar kan? Kamu memikirkan laki-laki anak semester 1 itu kan?" Tanyanya lagi sedikit dengan nada sinis.

Vira hanya terdiam menunduk. Dia sudah tak tau apa yang dipikirkan Alfin dia sudah tak peduli, yang ia fikirkan hanya Adit yang pasti sangat marah terhadapnya karena tak membalas apapun darinya.

"Tenanglah. Kalau dia marah padamu karena kita jalan berdua. Nanti saya yang tanggung jawab" jelas Alfin sambil memegang pundak Vira.
"Terimakasih" senyum dari bibir Vira terlihat lebih indah dari sebelumnya.

Alfin mengantarkan Vira sampai ke rumahnya. Vira mengucapkan terimakasih terhadapnya. Vira berpamitan masuk dengan Alfin, tapi tangan alfin memegang pergelangan tangan Vira.

"Tunggu" ucap Alfin tersenyum.
"Ada apa kak?" Tanya Vira
"Kamu mencintainya kan?" Tanya Alfin balik. Vira hanya terdiam membisu.

"Aku memang tak bisa mendapatkan hatimu, aku terlambat karena telah berbuat kesalahan dari awal terhadapmu. Aku yakin dia orang baik untukmu, dia rela mengorbankan tubuhnya untuk membelamu" jelas Alfin tersenyum perih.
"Apa maksudmu?" Tanya Vira pikirannya kembali tak beraturan.

Alfin menatap Vira lekat "Aku menyukaimu. Apa kamu gak lihat dari mataku? Aku menyukaimu sejak pertama kali bertemu saat kamu ospek. Aku tau kamu gak tau aku. Karena saat hari terakhir ospek aku jatuh sakit dan gak bisa mengenalmu. Dan aku juga gak tau kamu kuliah jurusan apa? Tapi saat aku tau kamu memasuki UKM Fotografi, aku langsung mencarimu menjepretmu secara diam-diam. Jujur, aku mengundurkan diri dari jabatan ketua UKM hanya untuk bisa melihatmu dan menjepretmu, aku salah bukan? Harusnya aku tetap dengan jabatanku agar lebih bisa mengenal kamu kan?" Jelas dengan mata berbinar-binar.

"Aku gak menyangka kamu mengetahuiku sampai seperti itu" jawab Vira pelan, kenapa hatinya merasa sakit telah menyakiti dua laki-laki yang mencintainya.

Alfin tersenyum berusaha menegarkan dirinya sendiri "Tak apa. Kamu tak usah merasa bersalah. Masuklah ke rumahmu, pasti dia mengkhawatirkanmu dan berusaha menghubungimu. Kalau dia marah padamu, aku yang tanggung jawab" ucap Alfin meskipun hatinya sakit dan melepas pergelangan gadis yang disukainya.

"Terimakasih" ucap Vira tersenyum nanar kearah Alfin.

Vira pun masuk kedalam rumahnya dan langsung menuju kamarnya untuk melaksanakan Sholat Magrib. Pikirannya kacau, dia butuh ketenangan. Dia sama sekali tak membuka hpnya. Sampai akhirnya Adzan Isya' berkumandang dan dia melanjutkan sholat Isya. Setelah sholat, dia memberanikan diri membuka hpnya.

Aditya Missed Call (5)

From: Aditya
Sweetie kamu dimana? Ada urusan apa? -17.15

From: Aditya
Aku mengkhawatirkanmu:( 
Please reply my message:( - 17.30

From: Aditya
Hai aku melihatmu di pinggir jalan dengan kak Alfin? Kau keluar dengannya? Itu sebabnya kau tak bilang padaku? Apakah kamu takut aku marah terhadapmu? Tidak Vira! Aku bukan SIAPA-SIAPA mu. Justru jika kamu tak jujur padaku, akan membuatku sakit hati. Entah apa yang ada dibenakmu aku tak tau. Yang aku tau, aku tak bisa sedewasa dia, aku kayak anak kecil kan didepanmu? Ya seperti yang selalu kamu ucapkan padaku "ANAK KECIL" Bahkan aku tak pernah menyentuh pundakmu seperti yang dilakukan dia, dia sangat beruntung. Dan aku juga mengikutimu pulang sampai ke rumahmu. Dia hebat ya habis megang pundak kamu, megang tangan kamu. Dan kamu tak pernah marah terhadapnya, coba aku yang ngelakuin pasti selalu kamu larang" 17.53

From: Aditya
Tenang vir, aku tak akan menganggumu lagi. TAK AKAN! aku ikut bahagia kok kamu sama dia, aku ikhlas. Terimakasih telah membuatku jatuh cinta dan takjub terhadapmu. - 18.30

Vira langsung menangis saat membaca sms dari Adit. Hatinya begitu sakit, air matanya tak bisa berhenti mengalir. Kenapa dia merasa sakit hanya untuk orang yang dikenalnya beberapa bulan ini.

To: Aditya
Dit tolong jangan negatif thinking seperti itu. Aku minta maaf karena tak bilang padamu dari awal. Seperti yang kamu bilang aku takut kamu marah. Alfin hanya mengajakku makan sebagai permintaan maaf tak lebih dari itu. Sepanjang makan dengannya aku tak konsentrasi, aku kepikiran kamu. Percaya sama aku. Kita baru kenal beberapa bulan, tapi kamu berhasil membuatku nyaman. Alfin juga jujur kepadaku kalau dia menyukaiku, tapi dia ikhlas melepaskanku karena kamu rela berkorban untukku. Dia ingin kita bahagia. 19.00

Adit membuka hpnya, pesan masuk dari perempuan yang dicintainya. "Alfin suka padanya?" Teriaknya frustasi di kamar. Dia merasa malas kepada Vira karena tak mau jujur kepadanya kalau memang dia juga punya perasaan yang sama. Dia langsung membanting hpnya di kasur.

Drrrrtt.

From: My Sweetie Savira💕
Dit aku minta maaf:( tolong jangan diamkan aku seperti ini:( -19.15

From : My Sweetie Savira💕 
Terserah kamu dit:') mau maafin apa enggak. Aku berdoa yang terbaik aja lah buat kita:') - 19.21

Adit terdiam membaca sms terakhir dari Vira. Dia masih ingat kejadian tadi saat Alfin memegang pundak Vira tanpa penolakan. Dia benar-benar marah pada Vira gadis yang sangat ia cintai. Tapi dalam hatinya ia tak tega membiarkan Vira menangis karenanya. Ego Adit lebih kuat dia tak membalas sms Vira sama sekali.

*****

Keesokan harinya.....
Event Lomba UKM Fotografi hari teraktir ini dimulai dari jam 08.00-12.00. Mata Vira tampak terasa berat dan bengkak akibat menangis semalaman, sebenarnya dia malu untuk datang dengan keadaan seperti ini. Tapi tugasnya tak boleh terbengkalai. Sudah pukul 11 siang Vira belum melihat Adit, dia merindukan Adit yang selalu menggodanya.

"Kau tak apa vir?" Tanya Fredian khawatir
Vira menggelengkan kepadanya.
"Sabar ya" ucap Ayu sambil memeluk Vira yang seketika itu menangis kembali.

Tiba-tiba Alfin datang menghampiri mereka bertiga. Tampak diwajah Alfin merasa bersalah terhadap Vira.

"Ini" Alfin memberikan sapu tangannya, perih sekali hatinya melihat perempuan yang disukainya menangis karena kesalahannya "tak usah menangis, kalau dia mencintaimu dia tak akan membiarkanmu menangis seperti ini" ucapnya

"Terimakasih" ucap Vira mengambil sapu tangan Alfin dan tersenyum kearahnya.

****

DIES NATALIS Universitas 10 November Surabaya dimulai. Semua mahasiswa berkumpul dilapangan yang luas. Pikiran Vira sudah mulai tenang, tapi tidak hatinya. Adit belum sama sekali membalas smsnya ataupun muncul didepannya seminggu ini.

Semua hasil lomba di umumkan hari ini, termasuk piala yang akan diberikan. Vira tak bernafsu melihat acara yang disampaikan. Dia duduk dikantin sambil meminum milk tea yang ia beli. Kantin memang terlihat sepi, hanya beberapa orang. Semuanya sibuk melihat pemenang juara-juaranya. Bahkan saat pemenang juara fotografi dia tak konsentrasi mendengarkan. 

Hp Vira berbunyi, itu telfon dari Ayu.

"Ada apa yu?"

"Kamu dimana?"

"Di kantin"

"Cepatlah ke dekat panggung"

"Aku tak berniat kesana"

Tut tut tut

Ayu mematikan telfonnya sepihak dan langsung berlari ke kantin untuk mengajak Vira mendekati panggung. Walaupun mendapat penolakan dari Vira, dia bersikeras mengajak Ayu. Sampai akhirnya dari kejauhan dia melihat seseorang yang tak asing baginya diatas panggung memegang piala juara 1.

Vira kagum melihat Adit mendapatkan juara itu, tapi dalam hatinya dia merasa kecewa karena telah membuatnya marah. Adit mengambil gitar dan standing mic. Sepertinya dia akan bernyanyi.

"Selamat sore semuanya" sapa Adit tersenyum
"Soreeeeee" jawab semua mahasiswa
"Saya disini akan menyampaikan sesuatu untuk seseorang yang paling spesial dalam hidup saya, semua karya yang saya buat hanya untuknya dan terinspirasi dari dia" lanjut Adit

"Oh my god so sweet banget si itu Adit, aku mau kali jadi pacarnya" bisik beberapa perempuan disebelah Vira dan Ayu

Ayu melirik sinis kearah empat perempuan disampingnya itu. Seakan tak terima dengan ucapannya.

"Maaf telah membuatmu menangis karenaku, ini lagu untukmu" ucap Adit diatas panggung dan pandangannya menuju Vira lalu tersenyum kearahnya.

Reflek semua orang menoleh kearah Vira dan Ayu. Keduanya jadi tontonan, termasuk beberapa perempuan yang berbisik disebelahnya. Vira tak bisa menahan tangisnya kali ini, entah tangisan bahagia atau merasa bersalah kepada Adit.

Adit menyanyikan lagu HiVi berjudul 'Mata ke Hati' kemudian di medley dengan lagu Tulus "Mengangumimu dari Jauh" dia mainkan lagu itu dengan gitarnya, suaranya merdu ditelinga, membuat hati Vira menjadi tenang dan menghapus air matanya. Adit tau itu lagu-lagu kesukaan Vira dan penyanyi favouritnya.

"Terimakasih semua sudah mau mendengarkan" lanjut Adit tersenyum dan membungkuk.

"Lagi. Lagi. Lagi" teriak dari beberapa orang

Adit meminta izin kepada Pembawa Acara untuk menyampaikan sesuatu dan mengizinkannya menggunakan mic kembali.

"Untuk kamu yang disana. Aku tau kamu mungkin lebih tua dariku. Tapi kamu tau, kita hanya berbeda beberapa bulan. Kalau kamu ragu karena aku adik tingkatmu. Ingatlah kisah Nabi Muhammad yang menikah dengan Siti Khadijah yang berbeda usia 15tahun. Semoga kamu mengerti" Jelas Adit tersenyum kearah Vira dan beberapa orang lainnya pun sama.

"Kamu tak ingin mendekatinya Vir?" Tanya Ayu. Vira menggelengkan kepala dan menundukkan kepalanya malu karena ratusan pasang mata melihatnya.

Adit turun dari panggung dan berjalan menuju Vira. Dia menatap gadis yang dicintainya sedang menunduk malu dan merasa bersalah karena mengabaikannya. 

"Vir, maaf aku membuatmu menangis" memegang kedua tangan Vira. Vira menggelengkan kepalanya, dia sudah menangis daritadi.

"Aku hampir dihantam oleh Alfin beberapa hari yang lalu karena membuatmu menangis. Maafkan aku" bisik Adit, Vira tetap diam tak mengeluarkan suara.

"Bicaralah padaku apa yang kamu rasakan. Jangan diam seperti itu" ucap Adit memegang dagu Vira agar menengadah kepadanya.

Mata mereka bertemu satu sama lain, Adit tersenyum kepada Vira. Gadis ini menangis lagi karenanya, dia merindukan matanya yang hitam kecoklatan dan juga lesung pipinya.

"Aku juga minta maaf" ucap Vira terisak.

Adit mengusap lembut kepala Vira dan tersenyum mengusap air matanya "Maukah kamu menjadi kekasihku? Orang yang akan selalu ada disampingku?" Sambil memberikan bunga mawar merah yang dirangkai sangat indah kepada Vira.

"Terima. Terima. Terima" suara itu terdengar dari mahasiswa yang lain.

Vira mengangguk mantap dan tersenyum sedikit dalam isaknya, kemudian mengambil bunga dari tangan Adit.

"Kamu tak ingin memelukku" goda Adit dengan lesung pipinya yang tersenyum manis.
"Diiiiit dasar ya" teriak manja Vira kemudian memeluk Adit.
"I miss you my sweetie, my princess" bisik Adit membalas pelukan Vira dan mengusap kepalanya lembut.
"Yaaaa!" Teriak Vira langsung melepaskan pelukannya "berhenti memanggilku sweetie dan princess di depan umum" bisiknya medekatkan ke telinga Adit.

Adit hanya tersenyum kearahnya "This is my girl" ujarnya dalam hati dan mengajak Vira naik keatas panggung untuk menyanyikan lagu Abdul and the coffe theory feat Dinda 'Just For You'. Semua penonton bernyanyi bersama mereka.

Rabu, 21 Mei 2014

Aku Untukmu

Adzan subuh berkumandang merdu di telinga Rara saat itu. Tubuhnya begitu lemas akibat tugas kuliah dan harus dikejarnya karena besok senin harus segera dikumpulkan dan dipresentasikan. Dia langsung menunaikan sholat shubuh dengan khusyuk dan berniat akan segera tidur setelah selesai. Badan dan matanya sudah tak sanggup untuk berbaring dan menutup. Rara pun terlelap.

Cahaya matahari memasuki kamarnya, tampaknya kode dari sang Matahari untuk membangunkan Rara terkalahkan oleh capek badannya. Sampai akhirnya dia melanjutkan tidurnya, karena hari ini hari sabtu waktunya liburan di kasur setelah aktifitas padat di kampus. 

"Salsa... bangunin kakak gih, udah jam 9 soalnya" suruh mama Rara pada adiknya, Salsa. 

Salsa langsung berlari dan membuka pintu kamar Rara "kak banguuuuuuun, udah siang" seru adiknya yang membuat Rara pusing mendengarnya.

"Apasih dek, berisik" menjawab sambil menutup matanya kembali 
"Kak udah jam 12 loh" goda Salsa 
"Serius dek?" langsung terbangun dan melihat hpnya "ah sial!" Umpatnya pelan "Salsa goda kak Rara ya? nyebelin ini" sambil mencubit pipi adiknya "ini masih jam 9 dek" 
"Ya ampun kak jangan ngebo mulu kek, mau diajakin mama ke pacet tuh" ucap Salsa girang
"Asyiiiiiik, mau ke pemandian air panas ya dek?" Tanya Rara dengan ekspresi girang adiknya.
"Ih sok tau, mau ke nikahan saudara jauh katanya mama" 
"Yaaaaaah" serunya tak bersemangat "bilangin gak ikut deh. Bilang aja kak Rara yang jaga rumah, gak enak badan" ucapnya tersenyum seperti menemukan ide yang cemerlang
"Enak banget nyuruh nyuruh, bilang sendiri sono!" Ucap adiknya menjulurkan lidahnya.

Tanpa pikir panjang Rara langsung berjalan menuju dapur untuk merayu mamanya agar tak usah ikut ke Pacet. Tapi nasib baik tak berpihak padanya, dia harus ikut pergi, karena tiba-tiba kakaknya, Ryan. Mengompori mamanya untuk menyuruh Rara ikut.

"Udah lah dek, terima nasib aja" goda kak Ryan tertawa cekikikan
"Apaan sih? ngak ngomong sama situ!" Rara bete 
"yaudah mandi sana gih Ra, kamu juga ikut, Yan" sahut mamanya 
"loh ma?" kak Ryan kaget 
"syukurin" Celetuk Rara meledek kakaknya.

Akhirnya terpaksa Rara bergegas mandi dan berdandan. dengan dress warna fuschia dengan kerudung satin warna gold tampak senada dengan kulitnya yang agak sawo matang khas Indonesia. Serta Valentino Stud Heels KW Super Black-Gold yang ia beli minggu beberapa hari yang lalu di instagram. Riasan wajah yang natural tak terlalu menor sudah siap menampilkan wajah cantiknya.

"Kak berangkat jam 11 ya" teriak salsa dari luar pintunya yang sedang tak sabar ingin keluar kota.
"Iya. Bentar. Lagi sarapan" sahutnya malas dan berjalan gontai kearah meja makan di dapur.

"Weits, katanya gak mau ikutan. tapi dandannya heboh banget. kayaknya niat banget" goda Ryan yang tiba-tiba muncul entah darimana.
"hm" jawabnya singkat
"Ceileh marah ciyeee" lanjutnya tertawa

Rara malas menimpali kakaknya yang begitu menyebalkan hari ini. Daripada pusing dengan godaannya yang bisa membuat dia darah tinggi. Dia terus melanjutkan makannya seakan lagi dirumah sendirian.

Keluarga Rara pun berangkat ke Pacet dengan mobil Avanza Veloz warna putih. Dalam perjalanan Rara memasang headset ditelinganya, karena model hijab yang digunakan cukup simple dan tak terlalu ribet jadi tak susah baginya untuk memasang headset. Kemudian matanya mulai terpejam perlahan, badannya sungguh capek bahkan sangat capek.

Akhirnya mereka sampai didepan rumah saudara yang sedang mengadakan Hajatan Pernikahan. Suasana tampak ramai, sepertinya akad nikah sudah berlangsung. Rara terduduk sendiri karena yang lainnya mulai membantu menjamu tamu, tapi Rara tak bersemangat untuk membantu karena binggung apa yang harus ia kerjakan dan juga tak ada orang yang dikenalnya sama sekali.

"Rara ya? anaknya Pak Muhammad?" Tanya seorang bapak-bapak 
"Iya pak" jawabnya sambil tersenyum 
"kamu lupa sama om siapa?" Tanya laki-laki paruh baya itu

Rara hanya menyengir kuda "maaf om" ucapnya sambil menggaruk kepalanya.

"Maklum kamu kesini dulu waktu jaman masih kecil, pasti lupa wajah om" ucap bapak-bapak tadi "ini om Brata yang punya hajatan Ra, anak om yang nikah, si Reza. ingat gak?" Tanyanya sambil tersenyum.
"Ya ampun om maaf ya lupa, maklum udah gak pernah ketemu lama banget" ucapnya lagi tersenyum sungkan.
"Gpp. Masih muda kok pelupa" ujar Brata terkekeh "Tambah dewasa tambah cantik ya anaknya Pak Muhammad" lanjutnya tersenyum mengelus kepala Rara.

Lagi-lagi Rara hanya bisa tersenyum sungkan, sambil mengangguk.

"Tau gini, Harusnya Om, jodohin kamu sama Reza ya gak?" Tanya Brata terkekeh lagi.

Rara merasa tak enak, kenapa sejak tadi Om Brata selalu menggodanya dan membuatnya malu.

"Yaudah om mau kesana dulu ya, banyak tamu. kalau mau makan, makan ajah" pamit Brata sambil menepuk pundak Rara.
"Iya Om, Terimakasih" ucapnya tersenyum.

"Njir gw laper" ucap Rara lirih pada dirinya sendiri "Mama mana ya? Cacingnya udah pada berontak ini" lanjutnya sambil celingukan untuk mencari keberadaan Mamanya. Sampai akhirnya dia menemukan papanya yang lagi mengobrol dengan om Brata. 

"Pa, liat mama gak?" Tanya Rara mendekat ke Papanya
"Kurang tau Papa, coba cari ajah di dekat meja prasmanan. Tadi Papa lihat, Mama lagi ngobrol sama temannya" jawab Papanya sambil menunjuk.

"Rara" teriak seorang wanita, suara yang setiap pagi selalu membangunkannya.

Rara terus mencari darimana suara itu berasal di keramaian orang. matanya terus menilisik disekitar meja prasmanan sesuai dengan informasi dari Papanya.

"Mama!" teriaknya pelan sambil melambaikan tangan, kemudian mendekat ke mamanya 
"Dek, kenalin ini Tante Sinta" ucap mamanya 
"Rara, tante" sambil bersaliman hormat 
"Hai Ra, umur berapa kamu?" Tanya tersenyum
"19tahun tante" Sahut Rara tersenyum.
"Wah udah dewasa dong ya, kuliah jurusan apa?" Tanya Sinta lagi.
"Kebidanan" ucapnya tersenyum kearah Sinta.

Tiba-tiba datanglah 3 anak laki-laki yang mungkin lebih dewasa dibanding dengannya dan 2 anak kecil perempuan datang menghampiri Tante Sinta mereka bersaliman, kemudian lanjut bersaliman dengan mamanya. Setelah tampak basa-basi dengan Mama Rara dan Tante Sinta, ketiga laki-laki itu berjalan menuju ke meja Prasmanan dan 2 anak kecil perempuan tadi langsung menghampiri Salsa dan anak kecil seumuran mereka yang sibuk melihat pengantin diatas kuade.

"Ma, aku ambilin makan dong. Rara malu kalau mau ambil makan sendiri" ucap Rara nyengir kuda ke mamanya 
"manja banget sih dek, ambil sendiri sana" goda mamanya 
"ah mama nih gak asyik, yaudah deh" sahutnya pasrah dan berjalan kearah meja prasmanan yang tak jauh dari tempak duduk mamanya sekitar 1meter. Dia juga melihat 3 laki-laki yang bersalaman dengan Tante Sinta tepat di seberangnya. Rara melihat satu-satu ketiga lelaki itu "Cogan-cogan banget itu laki" ucapnya dalam hati "Apasih Ra, mikir apa? Itu pasti anak Tante Sinta? Bagaimana dia bisa melahirkan anak 5? Yang laki gantengnya kebangetan dan kedua adik perempuan super cute!" Ucapnya tersenyum dan menggeleng.

"Ra" teriak Sinta membuyarkan lamunan Rara.

Rara hanya melihat kearah Tante Sinta seperti nyawanya masih belum sampai, melihat ketampanan ketiga anaknya itu.

"Kamu liat 3 laki-laki di depanmu?" Tanya tante Sinta, Rara mengangguk "mereka anak Tante" lanjutnya, dugaan Rara tepat itu pasti anaknya "kamu mau dijodohin sama salah satu anak Tante?" Tanyanya dengan senyum penuh harapan.

Rara langsung membelalakkan matanya tak percaya dengan ucapan Tante Sinta. Ketiga lelaki itu pun sama kagetnya, matanya langsung menyipit kearah mama mereka. Tapi semuanya tampak diam tak merespon. 

"Bagaimana ra?" tanya Sinta kembali tersenyum sangat manis

Rara hanya terdiam, jantungnya terasa berhenti berdetak, acara pernikahan malah menjadi acara jodoh-jodohan. Dia melihat kearah mamanya, melihat raut wajah Mamanya yang hanya tersenyum seperti disuruh mengiyakan.

"Belum punya pacar kan?" Tanya Sinta lagi.
Rara menggeleng pasrah, gelisah dan hanya bisa menatap Mamanya.

"Gini ajah deh, kriteria cowok kamu gimana?" Tanya Sinta kembali seperti tau kegelisahan dimata Rara.

Rara terdiam kembali, dia memikirkan jawaban yang setidaknya tak akan dimiliki oleh ketiga lelaki itu. 

"Hmmm...." dengungnya "yang pertama usianya maksimal 3tahun diatasku" ujarnya mantap, tapi sedikit ragu mendengar jawaban yang akan dilontarkan tante Sinta 
"Ada" Seru Sinta tersenyum.

DEEEEKKKKK!!!

Jantung Rara terasa sesak, rasanya dia ingin lari dari tempat ini. "Kenapa ada?" Ucapnya dalam hati dan berusaha tersenyum kearah Tante Sinta.

"Anggara umur kamu 22tahun kan?" Tanya Sinta pada salah satu anaknya.
"Iya ma" jawab Anggara lirih nyaris tak terdengar.
"Coba dulu sama Anggara, gpp kan?" Tanya Sinta sambil ketawa kecil bersama Mamanya.
"Yaudah gpp Ra, insyaallah Mama setuju kalau kamu punya pacar anaknya tante Sinta" sahut mamanya tersenyum.

Rara mengalihkan pandangan dari tante Sinta ke Anggara. Melihat Anggara dari atas sampai bawah, satu kata "PERFECT!".

"Anggara" ucap Anggara sambil menyodorkan tangannya, memberanikan diri berkenalan lebih dulu.
"Rara" menerima jabatan tangannya 

"Ets Ma, tunggu dulu. Aku yakin setelah dia melihatku, dia akan memilihku" suara laki-laki itu memecahkan suasana yang datang tiba-tiba "Enak aja ini Mama, aku kan juga anak Mama, bagaimana sih?" Tanya melirik sinis kearah Mamanya tak terima dan mendekat kearah Rara.

Rara langsung menoleh kearah suara itu, dia tampak mengenali lelaki itu tapi entah dimana.

"Kau ingat denganku Ra?" Tanya laki-laki dengan senyum termanisnya yang tak dipunya kakaknya.

Rara terdiam melihat laki-laki itu dengan cermat, "dia siapa sih? Sok kenal banget" ucapnya dalam hati. "Ya Tuhan, selamatkan aku" ucapnya dalam hati menatap laki-laki itu yang juga membuatnya teringat akan sesuatu.

"Kau lupa Ra? Baik aku ingatkan. Masih ingat lelaki yang kamu temui di Kereta Ekspres Malang ketika kau berangkat ke Malang?" Ujarnya, ingatan Rara kembali terekam, dia ingat kejadian itu tapi lupa dengan wajahnya "Kau saat itu sedang berdua dengan temanmu, aku masih ingat kau pakai jilbab warna maroon, kau melihatku seperti melihat orang yang pernah kamu kenal kan? Iya aku tau, aku mirip dengan Cinta Monyet kamu waktu TK sekaligus sahabat SMA mu dulu yang pernah kamu sukai kan?" Lanjutnya tersenyum paling manis yang membuat Rara seakan mau jatuh ke tanah.

"Tapi bagaimana kamu tau?" Tanya Rara sambil mengernyitkan dahi penasaran.
"Apa sih yang enggak aku tau dari kamu Rara Agustina Muhammad" ucapnya tersenyum "kau ingat saat kau di Malang waktu itu, kamu berdoa lewat tweetmu ingin bertemu kembali denganku, entah Allah berkata lain, kita di pertemukan kembali saat akan balik ke Surabaya, ini merupakan mukjizat yang diberikan Allah untuk mempertemukan kita kembali dalam jarak yang sangat dekat" lanjutnya lagi tersenyum kearah dan mendekat kearah Rara.

Rara memundurkan langkahnya "Wait, tweet? bagaimana kamu tau namaku dan twitterku?" Tanyanya masih penasaran dengan laki-laki di depannya ini.
"Gampang dong. Papa kita temenan kan? So waktu itu aku ikut Papaku ketemuan sama Pak Muhammad. Beliau bercerita tentang keluarganya, termasuk kamu beserta namanya. Saat aku melihat fotomu, entah sihir apa yang masuk ke tubuh ini. Dan untuk twitter, kamu tau sendiri lah sosial media jaman sekarang" jelasnya tersenyum lagi.

"Tapi waktu itu aku pernah ngetweet 'hey are you in my followers?' kan? Kenapa kamu tak menjawab?" Tanya Rara mulai sedikit kesal terhadap laki-laki di depannya ini.
"Ya karena aku memang bukan followersmu, aku hafal sekali nama twittermu" jawab laki-laki itu sambil mengerlingkan matanya.

"Loh jadi kalian sudah pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Sinta 
"Iya" jawab keduanya kompak 
"Ih ciyeeeeeee" celetuk adiknya Salsa yang tiba-tiba datang.

"Tapi kenapa kamu tak menyapaku atau mengajakku berkenalan? Huh?" Tanya ketus Rara sudah mulai kesal.
"Itu kesalahan terbesarku, aku terlalu gengsi dan malu. Apalagi saat kereta balik ke Surabaya, jarak kita yang sangat dekat. Teman-temanmu bertambah banyak menjadi 6orang, aku takut kamu di permalukan dan menjadi pusat perhatian seisi kereta" jelas laki-laki itu menyesal.

"Pada saat kereta sampai ke Surabaya, aku berusaha mengejarmu. Tapi kau terlalu jauh pergi meninggalkan sehingga aku tak melihatmu lagi" sahut Rara kesal
"Maaf karena itu, aku ingin menghampirimu tapi mamaku sudah memesan untuk segera pulang. Karena aku pergi tanpa izin" ucapnya lagi melirik sinis kearah Mamanya, tatapan menyalahkan.

"Oh jadi kamu waktu itu marah sama mama dan gak mau keluar kamar gara-gara ini?" Celetuk Sinta langsung tertawa.
Rara tertawa cekikikan "masa sih tante? Duh gak nyangka" melanjutkan tertawanya "eh tapi aku belum tau namamu" lanjutnya 
"Ketawa ajah terus" sahutnya "Rama" sambil menyodorkan tangannya 
"Rara" menerima jabatan tangannya, tangan itu begitu keras dan hangat ditangan Rara.

Rara berusaha melepas tangannya dari genggaman tangan Rama alhasil Rama masih memegang erat tangan itu.

UHUUUUK!!!!

"Dih santai bro" jawab Rama tersenyum seakan menang di depan musuhnya.
"Ya lepasin kek tangannya, jangan lama-lama" ucap ketus Anggara
"Nih udah lepas" Rama melepaskan tangan Rara "Eits, gak bakal. Aku gak mau ya kayak dulu lagi, harus kehilangan jejak dia" memegang tangan Rara kembali, Rara berusaha melepaskan tangannya, tapi genggaman Rama terlalu kuat.

"Lepasin! Malu kali diliatin orang. Bukan mukhrim" bisik Rara pada telinga Rama.
"Okay" sahut Rama melepaskan tangan Rara dengan terpaksa.
"Yaudah kamu mau pilih Rama atau Anggara?" Tanya tante Sinta 
"Hmmm....." dia berpikir 
"Kak Rama ajah kak" celetuk adiknya Salsa "Eh tau gak kak Rama, waktu itu ya kak Rara yang abis pulang dari Malang itu langsung ke kamarnya, abis gitu gak sengaja denger dia telponan sama temennya, begini gayanya" ucap salsa sambil mengambil hp Rara tiba-tiba "eh eh tadi di kereta ada cowok ganteng cyiiiin, kece badai, pake baju merah, dia mirip sama si Dewa lagi. Si dia ngeliatin sih, tapi gak tau ngeliatin siapa, aku atau temenku. Bikin geer pokoknya. Udah gitu kita ketemu 2x pas berangkat sama pulang, satu gerbong lagi, gak nyangka, jod..." tiba-tiba Rara langsung menutup mulut Salsa karena takut terbongkar, Rara tak menyangka adiknya bisa sehafal itu kata-kata yang diucapkannya.

"Maaf semua, Salsa ngarang cerita" sahut Rara mukanya memerah.
"Ngak kok serius deh" sahut Salsa gak terima 
"Udah lah dek, akuin ajah. Kalian berdua itu udah ditakdirin untuk bersama. Anak kecil juga gapernah bohong, mereka polos dan gapernah ngarang cerita" celetuk Ryan yang datang tiba-tiba. 
"Kak Ryaaaaaaaan!" Teriak manja Rara pada kakaknya yang membuat wajahny  memerah.
"Maaf ya mas Anggara, kali ini Rama gak akan pernah kasih untuk yang satu ini" ucap Rama lalu tersenyum kearah Rara.

Anggara hanya terdiam, entah perasaan apa ini yang membuat dirinya merasa tersakiti sekarang. Dua orang diseberangnya ini, Rama adiknya dan Rara, perempuan yang bisa menghipnotisnya merasakan perasaan aneh yang tidak diketahui olehnya sendiri.

"Yaudah dek, ikhlas kan ajah. Liat sendiri kan mereka berdua sama-sama saling mencari. Ngalah ya sama adik sendiri" ujar Sinta menghampiri Anggara dan memeluk pundaknya.
"Maaf ya mas" ucap Rara sungkan

"Yuk" ajak Rama menarik pergelangan tangan Rara 
"Kemana? Dih aku mau makan, laper" sahutnya ketus memberhentikan langkahnya.
"Yaudah duduk disana, aku bawakan makananmu" ucap Rama mengambil piring yang daritadi di pegang Rara.
"Gak usah, terimakasih" jawabnya sambil tersenyum kepada Rama dan mengambil piringnya kembali.

Mereka berdua duduk di meja tamu, mereka mengobrol satu sama lain. Saling pandang satu sama lain.

"Kamu skripsi kapan?" Tanya Rara sambil memakan makanannya.
"Mungkin 2mingguan lagi" Jawabnya tersenyum memandangi wajah manis Rara.
"Udah selesai dong abis gini? Kuliah mana?" Tanya Rara lagi.
"Iya, doain aja. Hukum Unair" jawab Rama lagi.
"Oh" jawabnya singkat sambil melanjutkan makannya "kamu tak ingin menanyaiku sesuatu?" Tanyanya "eh gak jadi deh, kamu pasti udah tau juga, kan situ stalker twitterku mulu" lanjut Rara terkekeh
"Ih pede banget. Yang gak aku tau dari kamu itu hatimu buat siapa?" Jawab Rara sambil tersenyum.

Mendengar pertanyaan itu Rara langsung tersedak, dia langsung meraih air mineral gelas yang ada dimeja itu untuk di minum.

"Maaf, aku mengagetkanmu ya?" Tanya Rama sambil menepuk pelan punggung Rara.
"Tak apa" jawab Rara menarik nafas panjang.
"Ah kamu juga sih, makan sendirian. Ada aku di depanmu gak kamu tawarin makan?" Tanya Rama menggoda perempuan di depannya ini.

Rara langsung tersadar " Ya ampun, maaf ya kak, kenapa gak ambil makan?" Tanyanya
"Maunya disuapin kamu, sepiring berdua" goda Rama sambil mengerlingkan matanya.
"Ogah, modus banget" sahut Rara jutek.
"Sekali aja" harapnya sambil menyatukan kedua telapak tangannya dengan mata terpejam.

Rara tak tega melihat Rama memelas kepadanya "duh iya iya" dia meraih sendok dan mengambil makanan dari piringnya "nih" sambil menyuapi Rama dengan kasar.

"Ciyeee kak Rara suap-suapan" suara Salsa datang mengagetkan keduanya.

Rara langsung meletakkan sendoknya "kamu bisa gak sih dateng gak kayak tuyul, dimana-mana ada" ujarnya geram.
"Biariiiin" Salsa lari sambil menjulurkan lidahnya.
Rama langsung sontak tertawa terbahak-bahak.
"Puaskan kamu? Malu tau diliatin banyak orang" jawab Rara bete
"Belum. Masih laper, suapin lagi dong" godanya membuka mulutnya didepan Rara "aaaaa"
"Ramaaaa" teriak Rara pelan "tau ah" dia langsung berdiri meninggalkan Rama.

Rama langsung menarik tangan Rara "mau kemana?" 
"Mau ambilin kamu makan, laper kan? Lepasin gak tangannya!" Ucap Rara mendengus kesal.
Rama melepaskan tangannya "Ih calon istri yang baik, yaudah calon suaminya nunggu disini" godanya sambil tertawa cekikikan 
"Ih apaan norak!" Sahutnya kesal.
"Jutek banget sih jadi perempuan, hm?" Tanya Rama menyipit kearah Rara menggodanya.

Rara langsung meninggalkan Rama yang sedang menggodanya. Dia berjalan ke meja prasmanan, mengambilkan makanan untuk Rama. Walaupun dia kesal terhadap Rama, entah kenapa seakan bisa berbuat baik terhadapnya.

"Nih makan sendiri" ucapnya memberikan makanannya kepada Rama.
"Terimakasih mama, tau ajah papa capek abis pulang kerja" goda Rama lalu tertawa cekikikan.

"Eh sudah jam 5 ini" ucap Rama melihat jam di tangannya "mau jalan-jalan di sekitar pacet gak?" Tanyanya dengan senyum termanisnya 
"Sebentar aku tanya mamaku dulu pulang jam berapa?" Tanya balik Rara mencari Hp di tasnya.
"Mamamu sudah pulang duluan tadi, mamaku yang sms kasih tau" sahut Rama tersenyum.
"Hah? Masa iya ditinggal sih? Nanti aku pulang sama siapa? Jahat banget orang rumah nih ya" ucap Rara mendus kesal sangat kesal.
"Ada aku kan?" Sahut Rama sambil menyengir kuda.

Rara menelisik mata Rama "kamu gak bohong sama aku kan?" Tanyanya
Rama menggelengkan kepalanya sambil mengulum senyum.

"Sebentar" dia mengambil hpnya dan menelpon mamanya "Assalamualaikum ma? Mama dimana? Loh Rara kok ditinggal sih ma? Idih jahat banget sih. Mama sekongkol ya sama tante Sinta? Nyebelin banget. Iya iya gak bakal pulang malem kok. Wassalamualaikum" menutup telponnya 

"Okay baiklah, ternyata kau mengambil kesempatan dalam kesempitan ya" kata Rara menyipit kearah Rama.
Rama hanya mengedikkan bahu dan tersenyum.
"Iya deh gpp, refreshing. Nemenin orang yang mau sidang" sahut Rara.
"Calon istri yang baik" ucap Rama sambil mencubit pipi Rara. "Ayo" lanjut Rama menarik tangan Rara.

Pegangan tangannya merupakan aliran listrik yang menyambar jantung Rara. Jantungnya berdetak begitu cepat. Keduanya berjalan keluar dari halaman rumah om Brata yang sudah penuh dengan orang.

"Kamu tunggu sini" ujar Rama meninggalkan Rara pergi.
Rara menjawab dengan anggukan 

Tak lama beberapa menit kemudian, seseorang datang di depan Rara dengan menggunakan Sepeda Motor Ninja Hitam pas dengan Jaket Hitam dan Helm hitamnya. Orang itu membuka helmnya sedikit 'RAMA!' dan mengambil satu helm untuk Rara.

"Are you kidding me? I'm wearing dresses" ucap Rara tak percaya.
"Tenang aku membawakanmu sesuatu. Kita cari masjid disekitaran sini, sholat ashar dulu" jawabnya sambil tersenyum "ambil ini helm dulu, capek tau" lanjut Rama. Rara menjawab senyumnya sambil dengan anggukan. 

Masjid Baitur Rahmah Pacet yang berjarak sekitar 100m dari rumah Brata menjadi tempat mereka merapikan diri dan menunaikan sholat Ashar.

"Ini" Rama memberikan jaketnya "kamu pake daleman leging kan?" Tanyanya
Rara menganggukkan kepalanya.

"Ah ini settingan ya? Sengaja ya?" Tanya Rara menatap sinis kearah Rama.
"Astagfirullah, jangan suudzon. Jaketku besar dan panjang kok, masih bisa menutupi tubuhmu" ucap Rama tersenyum kearah Rara. 

Rara pun keluar dengan memakai jaket yang diberikan Rama. Tampak sedikit aneh dilihatnya. 

"Eh aku aneh banget ya pake baju ginian?" Tanya Rara melihat keseluruh tubuhnya
"Tetep cantik kok" jawab Rama tersenyum
"Gombal deh. Kita mau kemana?" Tanya Rara lagi
"Ada lah. Rahasia. Naik gih ke motor" ucap Rama tersenyum kearah Rara lagi dan memakai helmnya kembali dan Rara segera naik ke motor Rama.

"Oya mau nanya, bagaimana bisa kamu bawa motor? Kamu gak bareng sama keluargamu naik mobil?" Tanya Rara saat di Perjalanan, pertanyaan yang membuatnya penasaran dari tadi.
"Iya...." 
"Ah aku juga udah tau palingan ini udah settingan yang kamu buat" sahut Rara memotong jawaban Rama. 
Rama hanya tersenyum. 

Sebuah tanah luas dengan tumbuhan teh, menyejukkan mata. Sungguh ciptaan yang dibuat Tuhan melalui manusia yang sangat indah.

"Tempatnya bagus, udaranya sejuk" celetuk Rara memejamkan matanya sambil menikmati angin yang berhembus di wajahnya.
"Kamu pernah kesini?" Tanya Rama
"Entahlah. Lupa. Sudah hampir 9tahun gak ke Pacet" jawab Rara turun dari sepeda motor kemudian disusul Rama.

Tanpa aba-aba Rama langsung memegang tangan Rara "Ayo naik keatas, pumpung mataharinya belum terbenam" ucapnya sambil menarik Rara pelan.
"STOP!" Rara memberhentikan langkahnya "Rama, aku pake heels. Kakiku capek" protesnya kesal
"Yaudah lepas heelsmu aja" sahut Rama tertawa cekikikan.
"Terus gak pake alas kaki? Kotor dong kakinya? Sakit tau, jalannya batu-batu lagi" Ucap Rara protes kembali.
"Aku gendom hm?" Tanya Rama dengan senyum menggoda
"No!" Teriak pelan Rara "Pinjem sepatunya dong" jawabnya sambil nyengir kuda "mau jadi calon suami yang baik kan? Harus berkorban dong ya" lanjutnya sambil tersenyum dan mengedipkan mata. 
"Kalo ada maunya aja gitu, coba aku yang ngomong kayak gitu pasti dihujat inilah itulah" celetuk Rama sedikit kesal "ini nih" melepaskan sepatunya memberikan kepada Rara.

Rara memakai sepatu yang ukuran 42 padahal kakinya ukuran 38 "kebesaran" ucap Rara seperti anak kecil yang lagi mengaduh ke orang tuanya.
"Ih bawel" Rama mulai geram, dia langsung menggendong Rara di punggungnya 
"Rama turunin gak" ucap Rarasedikit membentak 
"Huuuuuuuuussssh" sahut Rama sambil melanjutkan perjalanan naik keatas 
"Nih mau sampai, kamu jalan kaki sendiri. Jangan jawab, diem aja" lanjutnya.

Benar Rara terdiam ketika itu, dia berjalan sambil memegang tangan Rama. Walau sesekali dia tak enak mengenakan sepatu Rama yang size 42 dan kaki mungilnya size 38. Kadang ia tersandung, tapi tak sampai jatuh, Rama sudah memegang erat tangannya. Senja sudah menampakkan dirinya. 

"Banyak orang pacaran ya disini" celetuk Rara 
Rama hanya tersenyum kepadanya "duduk disini ajah, view nya bagus" 

Mereka berdua duduk diantara pasangan muda-mudi lain. Rara berusaha positif thinking terhadap Rama. Kemudian tangan Rama berubah menyatukan jemari tangannya dengan tangan Rara. Rara hanya terdiam, kali ini dia tak berontak. 

"Kamu tau Ra, disini aku pernah ngajak seseorang yang paling terindah dalam hidupku" ujar Rama menatap Rara dengan dalam 
"Siapa?" Tanya Rara sedikit kesal, jadi dia ngajak kesini bukan hanya dengannya saja.
"Kamu" genggamannya semakin keras dan itu mampu menetralisir udara dingin disini menjadi hangat. 
"Kamu mulai lagi" sahut Rara mengalihkan pandangan "semua ciptaan Allah itu Indah" lanjutnya.
"Tapi Allah menciptakan kamu indah dimataku Ra" ucapnya Rama tersenyum kearah Rara meskipun Rara tak melihatnya.
"Terimakasih karena Allah sudah membuat matamu menjadikanku indah, aku harap mata indah yang melihatku seperti ini tak akan berubah" ucap Rara tersenyum sambil melihat kearah Rama.
"Insyaallah" ucap Rama tersenyum singkat.

Rara menjawab dengan senyuman dan menyenderkan kepalanya di bahu Rama. 

"Kita sholat magrib di Musholla itu yuk, sudah adzan kan tadi. Aku ingin cepat pulang, perjalanan ke surabaya tak dekat" ajak Rara menarik tangan Rama duluan, Rama hampir terkaget dengan perlakuan Rara.

Mereka berdua pun sholat magrib berjamaah dengan pengunjung yang lain. Setelah itu mereka langsung kembali pulang ke surabaya. Ditengah perjalanan, Rama melirik kearah Rara. Dia tampak kedinginan. Rama langsung memegang tangan Rara kemudian dilingkarkan ke pinggangnya. Rara hanya terdiam, tak merespon. Tangan Rama begitu menghangatkan, rasanya begitu nyaman. 

Tepat pukul 8malam, mereka sampai di Surabaya. Rama mengantarkan Rara terlebih dahulu ke rumahnya. Sesampai di rumah Rara, Rama langsung duduk di Ruang tamu rumah Rara.

"Bentar ya, aku mau ganti baju dulu" pamit Rara kemudian masuk ke dalam kamarnya yang tak jauh dari ruang tamu.
Rama hanya tersenyum kepadanya 

"Ini aku buatkan teh hangat buat kamu. Aku tau kamu pasti kedinginan" kata Rara sambil meletakkan gelas diatas meja ruang tamu 
"Terimakasih ya ma" goda Rama menahan senyum.
"What's? Dont kidding in here. I'm shy!" Bentak pelan Rara
"Iya iya bawel" sahut Rama tersenyum angguk-angguk.
"Oh iya ini jaketmu, biar gak kedinginan nanti pulangnya. Terimakasih banyak ya" ucap Rara melihat setiap detail ketika Rama menyeduh teh nya.
Rama menjawab dengan senyum yang meneduhkan sambil meminum teh yang dibuatkan Rara.

**** 

2 minggu kemudian.... 

Rara dan teman-temannya mengutuk dirinya sendiri, kenapa bisa hari ini istirahat hanya 1 jam. Mereka lebih memanfaatkan untuk makan dan sholat dzuhur berjamaah. Hp pun mereka baru pegang setelah keluar dari kelas.

#SMS

Rama : Hai sayang:) - 10.46
Rara : Hi too. Apaan sih manggilnya gitu-_- 13.00
Rama : Halah aslinya seneng aja, dibilang gitu. Pasti sekarang mukanya merah deh
Rara : Apaan? Enggak! Sok tau:p
Rama : Lagi apa? Udah makan? Udah sholat?
Rara : Udah semua, kamu gimana?
Rama : Udah juga, maaf ya ngilang 2hari ini ngak kasih kabar, maklum mau sidang.
Rara : Iya gpp sayang (biar semangat) berjuang ya!
Rama : Waaaaah dibalas panggil sayang:D terimakasih sayang:3
Rara : You're welcome{} kuliah dulu ya, kamu belajar gih buat besok sidangnya.
Rama : Terimakasih lagi:* iya kamu juga semangat ya kuliahnya!:D 
Rara : Iya:)

**** 

Keesokan harinya.... 

Rama tampak terlihat gelisah saat akan menjalani sidang skripsinya pukul 10 siang nanti. Beberapa dari temannya datang untuk menemaninya, Rara tak bisa datang karena masih ada jadwal kuliah yang gak mungkin dia tinggal. Dia juga gelisah dengan Rama, semoga dia baik-baik saja.

#SMS

Rara : Semangat ya sidangnya, jangan nervous:) - 06.45
Rara : Ayoo berjuang ya!!! - 08.12
Rara : Sayaaaaaang semangat ya!!! #biarsemangat #dipanggilsayang - 09.00
Rara : Duh aku bawel ya? Aku ganggu ya? Maaf ya abisnya kamu gak bales sih. Semangaaaaaaat!!!:* - 09.35
Rara : Janji nih sms terakhir, gak bakal ganggu kamu lagi. Semangat ya sayang sidang skripsinya. Terus berdoa sama Allah. Nanti kalau kamu nervous coba tarik nafas ya, biar rileks. Jangan lupa baca basmalah dulu sebelum masuk ruangannya. Tetep senyum ya apapun yang terjadi, biar keliatan siap dimata pengujinya. I'm waiting you:* - 09.53

Rara memang sedikit kesal karena belum ada balasan dari Rama, tapi dia berusaha menahan rasa kesalnya, dia tau mungkin Rama sekarang lagi mempersiapkan mental dan hatinya.

Rama : Thankyou sayang:* aku mau masuk ruang sidang dulu. Doaka ya:) Terimakasih semangatnya:* - 09.59

Rama pun akhirnya membalas pesan Rara yang dari tadi tak sempat dibukanya karena gugup, dia masuk kedalam ruangan dengan hati yang penuh debaran. 2 pembimbing dan 2 penguji tepat dihadapannya untuk melihat hasil tugas akhir yang dia kerjakan selama 4 bulan terakhir ini. Rara tak henti-hentinya berdoa untuk kelancaran sidang Rama dari jauh, pikirannya sampai tak bisa konsentrasi dengan mata kuliah yang disampaikan.

Pukul 14.14
"Oh shit" umpat Rara dalam hati karena lupa men-silent nada dering hpnya. Semua anak dikelasnya yang sedang gaduh ataupun mengerjakan tugas langsung menoleh kearah Rara. Betapa beruntung, dosennya tadi izin untu rapat dengan dosen Prodi lain.

"Sayang aku ada di depan gerbang kampusmu" ucap Rama lewat telepon
"Loh kok udah disini? Udah selesai sidangnya? Oke bentar abis gini turun" jawab Rara kegirangan dan langsung mematikan telponnya.

Rara menghampiri Rama yang duduk diatas sepeda motornya, di depan gerbang kampusnya "kamu kok sudah disini? Terus kok tau kampusku? Sidangnya gimana? Lancar gak? Nervous gak tadi?" Tanya Rara penasaran
"Aku jawab yang mana dulu nih?" Tanya Rama tersenyum, wanita di depannya ini sungguh mengkhawatirkan tentang dirinya.
"Sidangnya aja deh" jawab Rara malu.
"Alhamdulillah lancar, revisi dikit-dikitlah biasa skripsi kalau gak dicoret gak sah" sahut terkekeh.
Rara hanya tersenyum dan bahagia, ternyata Rama menanggapinya dengan seperti itu.

"Kamu pulang jam brp?" Tanya Rama
"Jam 2" jawab Rara
"Berarti lagi kuliah dong sekarang?" Tanya Rama lagi
"Iyap" sahut Rara menyengir kuda "tapi dosennya lagi rapat, jadinya bisa keluar" lanjutnya 
"Kamu kesini sendirian?" Tanya Rama
"Gak, sama Salwa temenku. Tapi dia gak mau diajak ketemu kamu, malu katanya. Padahal dia yang waktu itu di kereta sama aku" ucap Rara membayangkan tadi harus membujuk temanya.
"Nah kenapa malu dia? Orang aku gak ngapa-ngapain" sahut Rama terkekeh.
"Gatau deh. Takut kali liat wajahmu" ucap Rara sambil tertawa cekikikan 
"Yaudah sana keatas dulu. Maaf ya ganggu kuliahnya. Aku tunggu disini" 
"Loh emang mau kemana? Aku bawa motor loh" 
"Ya nanti motormu kamu titipin di kosnya temenmu dulu, nanti aku anterin pulang. Besoknya juga aku anterin kuliah" 

Rara pun menyelesaikan kuliah hari ini. Walaupun jamnya sedikit ditambah untuk penjelasan materi. Dia langsung menghampiri Rama yang sendirian di depan gerbang. 

"Hai. Lama ya? Sorry. Tadi dosennya masuk ngasih materi tambahan soalnya" ucap Rara sedikit cemberut.
"Iyah gpp" jawab Rama sambil tersenyum 
"Eh kamu tau, segurumbulan laki-laki yang disana? Yang lagi nongkrong di warung depan kampusmu dari tadi ngeliatin kita loh" tanya Rama penasaran.
"Yang mana?" Tanya Rara kaget begitu melihat kearah warung depan.
"Yang itu" sambil menujuk "itu anak apa? Perawat bukan sih? Bajunya putih-putih juga sama kayak kamu" tanyanya penasaran.

Rara tak berani menatap Rama, dia takut apakah harus jujur kepadanya. Bahkan memulai hubungan ini tanpa status aja belum.

"Tak mau bercerita? Yakin?" Tanya Rama menyipitkan matanya kearah Rara
Rara menelan ludah berkali-kali, lidahnya kelu untuk menjawab pertanyaan itu.

"Ciyeeee Rara kecengan baru yaaa" suara perempuan itu memecahkan suasana, itu suara sahabatnya Alya.
"Apa deh" jawab Rara malas.
"Kenalin dong, ganteng tau" goda Alya terkekeh.
"Terimakasih" jawab Rama tersenyum manis kearah Alya.
"Ih jangan sok pede deh, jangan ganjen" sahut Rara sedikit kesal.
"Idih marah, cemburu cieeee" goda Alya kemudian tertawa cekikikan.

"Rama" menyodorkan tangan kepada Alya 
"Alya" membalas jabatan tangan Rama 
"Oh ya Alya boleh tanya sesuatu?" Tanya Rama yang sudah mulai penasaran.
"Dengan senang hati" sahut Alya tersenyum.
"Kau tau segurumbulan laki-laki yang disana? Daritadi melihat kearah kita berdua kenapa ya?" Tanya Rama melihat kearah laki-laki itu kemudian mengalihkan ke Rara.
"Oh jadi si Rara belum cerita" ucap Alya "Awww" suara Alya kesakitan karena tiba-tiba Rara menginjak kaki Alya.
"Rara" mata Rama menyipit kearahnya sedikit marah.
"Begini, mereka itu anak perawat semester 6. Nah mereka itu juga sering ngeliatin apa yang baru dikampus, mungkin karena ini ada hal yang baru antara kamu dan Rara, mereka pasti liat lah. Karena... salah satu diantara mereka ada yang suka sama your princess. Si doi juga sering curi-curi pandang ke Rara" jelas Alya mengulum senyum, pasti nanti dia akan dimarahi habis-habisan oleh Rara.

"Oh begitu. Yang mana orangnya?" Tanya Rama lagi
"Tanya Rara sendiri, hanya dia yang tau" jawab Alya sambil tertawa cekikikan 
"Rara" Rama kembali menyipit kearahnya, Rara hanya bisa menunduk malu dan kesal terhadap 2 orang di depannya ini.

"Rara gak mau jawab? Baiklah Alya yang bantu jawab. Itu si doi yang pake behel rambut ala-ala boyband, kulit agak sawo matang, manis sih. Tapi teteplah ganteng kamu lah Ram, ya ngak Ra?" Sambil menyenggol lengan Rara. 
"Yaudah orang aku gak ngapa-ngapain kok cuma tanya aja. Ayo pulang" sahut Rama tenang tersenyum, Rara hanya mengangguk tanpa membalas ucapan Rama.
"Titip sepedaku ya Alya di kosmu, besok aku ambil pas pulang kuliah. Ini kuncinya" ucap Rara mengeluarkan kunci dari saku bajunya dan menatap sengit sahabatnya itu. Alya hanya tertawa melihat ekspresi diwajah Rara.

Rama langsung menyalakan motornya kemudian pergi dengan melewati segurumbulan laki-laki itu, benar Rara sempat melirik sedikit kearah laki-laki itu, mereka melihatnya dan Rama. Dia juga melihat Rama memberi anggukan sopan seperti orang permisi, dengan senyum sinis. Mungkin dalam hatinya "sorry bro, she is my girl" lalu melesatkan sepedanya dengan kencang. Rara tau tak ada yang salah dengan menceritakan sesuatu diantara mereka.

***** 

2bulan kemudian..... 

#telepon

"Sayang seminggu lagi aku wisuda, kamu dateng ya. Aku mau foto wisudaku sama kamu dan keluarga kita" ucap Rama
"Iya sayang, nanti aku bilang mama sama papa" 
"I love you" 
"I love you too" 

*****

Seminggu kemudian...... 
Rama sengaja menjemput Rara dengan mobilnya, karena mungkin dia tau busana yang akan dipakai Rara seperti apa. Tak akan mungkin membawa Rara dengan sepeda motornya. Mereka memilih berangkat sendiri tak bersama dengan orangtua mereka. Rama pun menjalani setiap acara ini dengan sangat tenang dan hikmat. Sesekali melihat kearah Rara yang tak jauh dari pandangannya.  sedang mengobrol dengan mamanya, membuatnya tersenyum sendiri. Betapa bahagia hatinya saat ini.

"Congratulations sayang, Happy Graduation" ucap girang Rara sambil memegang kedua tangan Rama saat acara selesai.
"Thankyou sayang" sahut Rama tersenyum melihat tingkah perempuan di depannya ini "sini aku kenalkan sama temen-temenku" lanjutnya sambil menarik tangan Rara menuju ke sebuah gerombolan orang yang memakai baju toga yang sedang asik berfoto bersama.

"Guys, kenalin ini Nyonya Rama" ucap Rama tersenyum
"Hai" jawab ke 6 teman Rama bersamaan 
"Ini Dion, Fikri, Gilang, Rendra, Kimmy, Lolita" jelas Rama 
"Rara" sahutnya pendek tersenyum
"Wah pinter bro, nyari pacar alim" ujar Fikri melihat baju Rara yang serba tertutup.
"Calon bu bidan lagi" sahut Dion tersenyum kearah Rara.
"Boleh kali kenalin temennya calon bu bidan juga" celetuk Rendra langsung tertawa terbahak-bahak
"Wah iya tuh Ra, kasih dia satu temenmu. Dia udah jomblo akut tingkat kronis" sahut Lolita kemudian mengikuti tawa Rendra
"Haha apaan lo Ta, eh tapi gpp kali ya. Kenalin satu Ra" ucap Rendra 
"Insyaallah, nanti kalau ada stok yang jomblo dikenalin sama kak Rendra" jawab Rara sambil tersenyum 
"Sok alim" celetuk Kimmy pelan 
"What's kim?" Tanya Dion 
"Nothings" sahut Kimmy ketus
"Ah kamu cemburu ya? Cieeee" goda Gilang kemudian tertawa cekikikan.
"Iya daritadi diem, gak kayak biasanya nyerocos mulu" sahut Rendra menyipitkan matanya kearah Kimmy.
"Nothing guys" jawabnya ketus 
"Aku tau kamu cemburu sama Rara kan? Kamu kan tau sendiri Rama pecinta perempuan seperti apa? Dan bagaimana kan? Dia selalu menyukai perempuan yang menutup auratnya. Kalau kamu ingin Rama menyukaimu tutuplah auratmu terlebih dahulu" jelas Fikri 

Rara hanya terdiam, sungguh dia tau apa yang dirasakan oleh Kimmy. Dia merasa tak enak padanya. Fikri melihat semua ekspresi teman-temannya terlihat binggung dengan ucapannya.

"Lo pada gak diceritain sama Rama? Wah ketinggalan jaman banget sih" ucap Fikri "Rama kan udah nadzar kalau setelah wisuda dia bakal melamar Rara" lanjutnya.

Semua yang mendengarkan itu langsung tercengang, begitupun Rara, dia sama sekali tidak tau Rama akan melakukan itu padanya. Rara memandang serius kearah Rama dan Rama hanya tersenyum kearahnya.

"Wah serius? Kapan? Undangan bro!" Jawab Lolita sambil menyenggol lengan Rama 
"Ditunggu ajah" jawab Rama singkat "oh ya duluan ya bro, aku mau foto-foto dulu sama keluarga besar" 
"Idiiiiih percaya deh ya sama Rama, belum nikah udah manggilnya keluarga besar" goda Dion sambil tertawa, Rama menjawab dengan senyuman.
"Duluan ya kak" pamit Rara "maaf ya kak Kimmy" memegang tangan Kimmy "Assalamualaikum" pergi meninggalkan teman-teman Rama 
"Tuh Kim, kamu liat sendiri perempuan yang dipilih Rama? Tak hanya bajunya yang menunjukkan dia orang baik, tapi tutur katanya. Dia baru saja mengenalmu tapi dia mau minta maaf, yang dia gak tau kesalahannya apa" ucap Fikri
"Sabar ya baby, nanti pasti nemu yang terima kamu apa adanya" sahut Lolita memeluk pundak Kimmy.
"Tapi tetep aja lah cantikan aku, dia gayanya norak. Ah tau deh" Kimmy pergi meninggalkan teman-temannya. 

**** 

"Happy birthday to you Happy birthday to you happy birthday happy birthday happy birthday to you" semua bernyanyi untuk Rara

Rara langsung terbangun mendengar kebisingan itu. Ternyata banyak orang di dalam kamarnya, dan orang yang membawa kue itu, RAMA!

"Oh my god Rama, aku gak pakai jilbab" teriak Rara langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut 
"No problem, sudah terlanjur liat tadi sayang" ucap Rama terkekeh
"Argghhhh NO! Bukan mukhrim! Mama ambilin jilbab Rara" teriaknya dalam selimut 
Rama hanya tersenyum melihat tingkah Rara. 

Setelah selesai memakai jilbabnya, Rara meniup lilin ulang tahunnya yang ke 19tahun. 

"Make a wish dulu dek" ucap kak Ryan 
Rara menutup matanya dan berdoa. Dia berdoa terimakasih sudah memberikan orang-orang baik dalam hidupnya dan menyayanginya. Dan semoga diberikan umur panjang agar bisa selalu bersama orang yang menyayanginya. Dan tak pernah lupa untuk tetap di jalan Allah. 
"Amin" dia meniup lilin ulang tahunnya 
"Selamat ulang tahun sayang" ucap mamanya sambil cipika-cipiki terhadap Rara, kemudian disusul Papa dan Kak Ryan. 

"Ih stop!" Ucap Rara saat Rama akan melakukan hal yang sama seperti mamanya "bukan mukhrim Rama" bentak Rara pelan
"Masih gak boleh juga?" tanya Rama polos
"Noooo!" Teriaknya pelan 
"Duh sabar" jawab Rama sambil melapangkan dada 
"Cium kerudungnya aja, jangan sampai kena muka. Awas!" Serunya 
"Gpp deh yang penting pernah cium kamu" jawab Rama sambil tersenyum.

****** 

Pagi ini Rara diantar Rama pergi ke kampusnya, karena semalam setelah merayakan ulang tahun Rara, Rama menginap dirumah Rara, tidur dikamar Ryan, kakaknya Rara.

Rara hari ini sangat kesal terhadap teman-temannya karena tidak diajak mengobrol sama sekali, seakan semua menjauh terhadapnya. Bahkan saat pergi ke kantin pun dia tak diajak oleh teman-temannya.

"Happy birthday to you happy birthday to you happy birthday happy birthday happy birthday Rara" seluruh isi kelas bernyanyi untuk Rara saat Salwa membuka pintu dengan membawa kue tart berwarna merah muda.

"Common Rara, make a wish" ujar Salwa mendekat kearah Rara.

Rara terharu dan bahagia atas perlakuan teman-temannya. Dia tak menyangka akan dikasih kejutan sampai 2x seperti ini. 

Teeeeeeet 
Tepat pukul 3 sore, akhirnya mata kuliah pun selesai. Rara membuka hpnya untuk sms Rama apakah dia yang akan menjemputnya pulang kuliah. Namun Rara sudah keduluan, karena ada 3 sms dari Rama. 

Rama : Sayaaaaaang:* - 14.23
Rama : Lagi kuliah ya sayang? Maaf ya ganggu - 14.45
Rama : Sayang, kalau kamu udah pulang. Coba kamu ambil kotak yang aku titipkan tadi di pos satpam. Aku ada perlu sebentar - 14.53

Rara pun langsung berlari kecil karena tak sabar dan meninggalkan kelasnya, segera menuju pos satpam untuk mengambil hadiah yang diberikan Rama.

"Pak tadi ada titipan dari laki-laki atas nama Rara gak pak?" Tanya Rara pada Pak Bon, satpam kampusnya.
"Ada mbak, itu" jawab Pak Bon sambil menunjuk mejanya.
"Terimakasih pak" sahut Rara sambil tersenyum.

"Ciyeee ra, kado dari Rama ya?" Tanya Salwa menggoda Rara lalu tersenyum
"Dih buka dong Ra, penasaran" sahut Alya berusaha membuka kotak yang dipegang Rara.
"Iya sabar, yang dikasih kado siapa juga" jawab Rara kesal.

Rara masih memandangi kotak itu. Kotak berwarna merah muda dengan gambar hati berwarna maroon. Ada sebuah kertas kecil yang menarik perhatiannya.

Happy birthday sayang♥ 
Ini hadiah kecil dariku, gak mahal kok sayang. 
Semoga bermanfaat ya:* 

"Romantis banget sih Rama, envy uuuuuh" celetuk Alya tersenyum 

Rara membuka kotak itu. Dan isinya adalah sebuah pashmina berbahan sifon berwarna peach, warna yang paling ia sukai. Sebuah kertas lagi ada di atas pashminanya.

Ini aku beri agar kau selalu menutup auratmu, seperti kau yang selalu menjaga auratmu untukku, kekasihku. Kau ambil pashmina ini dibawahnya ada lagi hadiah buat kamu😊

Rara mengambil pashmina itu. Dan benar dibawahnya ada hadiah untuknya, ialah sebuah Al-Qur'an kecil dengan warna pink, serta tasbih berwarna peach. Lagi-lagi ada surat kecil yang berdampingan dengan hadiah Rama. 

Ini hadiah yang paling penting, semoga kamu tetap dijalan yang benar ya, di jalan Allah. Supaya kamu selamat dunia dan akhirat. Dan aku berharap semua hadiah yang kuberi dapat bermanfaat untukmu😊😊

Rara menangis terlalu bahagia, dia sudah tak peduli disana ada Salwa dan Alya yang pasti akan meledeknya. Dia melihat sekeliling kampusnya dan merasa masih berada di dekat kampusnya "kamu pasti masih disini Rama, jangan sembunyi" ucapnya dalam hatinya.

"Rama?" tanya Rara saat tiba-tiba dibelakangnya ada seseorang yang menutup matanya. "Rama jangan bercanda!" Kesalnya
Orang itu melepaskan tangannya dari mata Rara, lalu Rara membalikkan badan. 
"Ih ramaaaaaa!" Teriaknya manja 
Rama hanya tersenyum. Dengan reflek Rara langsung memeluk Rama. 
"Terimakasih sayang" histeris Rara
Rama hanya terdiam tanpa membalas pelukan Rara. 
"Samasama. Sayang kau lupa dengan janjimu? Akan terus menjaga martabatmu?" Tanya Rama lalu tersenyum.

Rara langsung tersadar dengan apa yang dilakukannya "Ya ampun maaf" dia tertunduk malu lalu melepaskan pelukannya.
"Tak apa" jawabnya sambil tersenyum 
Rara terdiam tak berani melihat Rama. 
"Ini" Rama memberi kotak kecil berwarna merah kepada Rara "hadiah terakhir" lanjutnya 
"Apa ini?" Tanya Rara sambil membuka kota itu. 

Deeeek!!

"Ramaaaa, i love you so much" matanya berkaca-kaca setelah melihat hadiahnya adalah sebuah cincin. Ah rasanya Rara ingin memeluk Rama sekali lagi tapi dia urungkan niat itu.

Rama tersenyum kepada Rara dan mengelus kepala Rara lembut.

"Sayang, mungkin ini cincin belum jadi yang sah buat hubungan kita. Tapi insyaallah setelah aku mendapatkan perkerjaan, dan mendapatkan gaji pertamaku akan kubelikan cincin tunangan kita yang asli, akan kuhalalkan kamu jadi kekasihku sayang" jelas Rama 
Perkataan itu benar-benar membuat Rara semakin ingin meneteskan air mata. 
"Tak usah menangis sayang" menghapus air mata Rara dengan tangannya "dasar cengeng" godanya sambil mencubit pipi Rara setelah menghapus air mata Rara.