Sabtu, 30 Agustus 2014

Pernikahan Dini

"Shenna kita nanti makan malam buat ngerayain kelulusan SMA kamu" ujar Papa Shenna.
"Iya pa" jawab Shenna kegirangan.

Malamnya keluarga Shenna mengunjungi sebuah Restoran yang terbilang cukup mewah dan terkenal. Formasi lengkap, Papa, Mama, Shenna dan kakaknya-Daffa. Semuanya pun bercanda satu sama lain, memberi hadiah kepada Shenna atas kelulusannya. Yap! Sebuah tas merek terkenal diberikan oleh papanya, mamanya memberi hadiah sepatu converse warna navy kesukaannya dan kakaknya memberinya sebuah ipod versi kelima.

"Aww thankyou semuanya, gak nyangka bakal dikado sebagus ini" ucap Shenna dengan mata berkaca-kaca. Semuanya membalas dengan senyum.

Sampai akhirnya ada sepasang parubaya dan seorang lelaki muda menghampiri mereka. Berjalan mendekat kearah meja mereka berempat.

"Eh sorry jeng telat, maklum anak saya gak mau diajak" ujar wanita parubaya tadi sambil cipaka cipiki ke mama Shenna.
"Iya jeng gpp, sini duduk" ucap mama Shenna.
"Mau pesen apa pak Gunawan bu Gunawan? Silahkan pesan" sahut papa Shenna.

Keluarga Gunawan akhirnya duduk, Pak Gunawan dan istrinya duduk disamping papa dan mama Shenna, sedangkan anaknya duduk disamping Daffa.

"Selamat makan" ucap Bu Gunawan saat makanan pesanan keluarga Gunawan datanya. Semuanya membalas dengan senyuman.

Shenna masih binggung kenapa harus mengundang orang asing diacara pentingnya ini dan tak berbicara dulu kepadanya kalau harus mengundang kolega papanya. Dia sangat kesal terhadap orang tuanya dan kehilangan nafsu makannya, lalu beralih ke kotak ipod yang diberi kakaknya dan langsung melakukan unboxing sekaligus mengotak-atiknya.

"Dek jangan mainan ipod mulu, makan dulu dihabisin. Gak sopan kan" bisik Daffa pelan. Shenna sedang tidak dalam mood baik jadi dia mengabaikan ucapan kakaknya dan sibuk dengan yang ada ditangannya.

"Shenna!" Bentak pelan dari Papa Shenna yang mengagetkannya.
"Iya pa, maaf" ucapnya lalu menaruh kembali ipodnya kedalam tas yang dibawahnya tadi.

"Oke Pak Gunawan ini kenalkan anak saya Daffa lulusan S2 di singapore, sekarang kerja di perusahaan di Batam. Terus ini Shenna anak gadis saya yang baru lulus SMA" jelas papanya
"Hai Daf, hai Shenna" sapa Pak Gunawan. Mereka berdua mengangguk lalu bergantian saliman ke Pak Gunawan dan istrinya.

"Oya ini anak om namanya Farrel. Ayo rel jabat tangan mereka" Ucap Pak Gunawan.

"Farrel"
"Daffa"
"Shenna"

Farrel memang tampan, wajahnya bisa membuat seribu wanita bakal bertekuk lutut kepadanya. Kharisma yang ia miliki sungguh luar biasa. Tak halnya bagi Shenna yang hampir terhipnotis. Tipe lelaki idamannya berada pada Farrel, tapi semua ia tepis karena dia mencintai lelaki di sekolahnya, Willy.

"Oke langsung ke topik aja ya? Udah kenalan kan?" Tanya mama Shenna yang sedikit ragu.
"Shenna, Farrel!" Seru Bu Gunawan.

"Iya?" jawab keduanya berbarengan. Sama halnya dengan mama Shenna tampak diraut muka mamanya Farrel gelisah.

"Jadi pumpung kalian sudah lulus SMA, kalian mau kita jodohin" ucap bu Gunawan memandang 2 remaja di depannya.

"Dan kalian akan tunangan 2bulan lagi" sambung mama Shenna.

"Ma!" bentak Shenna "Aku masih muda Ma, aku ingin kuliah, masa depanku masih panjang, kenapa tak membicarakannya saat aku sudah wisuda kuliah saja?" Tanyanya dengan suara yang semakin melemah.

"Tenang Nak, kamu masih bisa kuliah dan seneng-seneng. Nanti kalian akan kuliah di universitas yang sama, kalau perlu jurusan yang sama, nanti Papa yang akan atur" ucap Papa Shenna.

"Aku mohon Ma" sahut Shenna memelas.
"Ini gak bisa ma, pa!" Seru Farrel yang mulai protes "aku gak siap buat nikah, dan aku juga pengen kuliah, seneng-seneng. Mau aku kasih makan apa keluargaku nanti" lanjutnya.

"Kalian berdua ini kompak banget, tenanglah kalian berdua itu masih bisa seneng-seneng dan kuliah kan sudah di bilang tadi" sahut Bu Gunawan.
"Nanti setelah pertunangan, sebulannya lagi kalian harus menikah" lanjut Pak Gunawan.

"Ini gila pa! Aku gak mau! Berhenti bicara omong kosong ini!" seru Farrel menahan emosinya.

"Kalian harus mau. Nanti Papa akan belikan kalian rumah lengkap sama pembantunya" ujar Pak Gunawan bersuara lebih pelan dari anaknya.

Shenna sudah kehilangan kata-katanya, dia sudah binggung akan membela dirinya seperti apalagi. Dia tau orangtuanya jika mengatakan harus A, dan tak akan pernah berubah menjadi B. Air mata yang ia tahan daritadi mulai keluar dan langsung menundukkan kepalanya.

"Kita masih muda, apa kalian pernah berfikir kebahagiaan kami? Apa kalian hanya berfikir tentang diri kalian sendiri?" Tanya Farrel dengan nada sarkatis.

Daffa merangkul bahu Shenna menenangkannya "Berhenti menangis ya? Kalau kakak tau ada acara seperti ini pasti gak akan biarin mama sama papa adain makan malam seperti ini" ujar pelan Daffa tak tega melihat adiknya menangis. "Kita pulang" ajaknya berdiri lalu diikuti Shenna.

"Kalian mau kemana?" tanya Papanya
"Mau pulang Pa, kasihan Shenna dia capek" sahut Daffa dengan tenang, melangkah pergi menjauh kearah pintu keluar restoran dan mencari taksi untuk pulang.

****

Sudah sebulan ini Shenna menjadi orang yang pendiam, jarang keluar kamarnya. Dia hanya keluar kamar untuk mengambil makan dan minum. Kegiatannya hanya termurung, menangis, dan berusaha untuk bahagia dengan melihat TV, Film atau menyetel lagu sekeras mungkin.

Hari ini adalah hari yang paling ingin ia hindari untuk bertemu teman-temannya. Wisuda akan dilaksanakan hari ini. Dia sama sekali tak berselera mengikutinya, tapi kakaknya selalu bilang 'buat apa sih dipikirin? Kamu harus nunjukin kalau seorang Shenna lagi gak ada masalah. Dan mungkin kali ini bisa jadi hari terakhir kamu sama temen-temenmu'. Shenna selalu mencerna kata-kata kakaknya, ada benarnya mungkin ini akan jadi pertemuan terakhir dengan teman-temannya.

"Kak, janji ya jangan tinggalin Shenna, Shenna takut kalau harus melawan mama sama papa" ucap Shenna memelas saat masuk ke dalam gedung tempat wisuda SMA-nya. Daffa tersenyum menganggukkan kepalanya melihat adiknya yang begitu merasa tertekan.

Suasana tampak hikmat dan berjalan lancar. Shenna terduduk disamping sahabat-sahabatnya, Olivia, Luna, Sahila. Acara wisuda pun sudah selesai.

"Guys, berjanjilah akan jadi sahabatku yang paling setia" ucap Shenna sambil memegang ketiga tangan sahabatnya.

"Pastilah Shen! Kita semua tak akan terpisahkan!" Sahut Olivia tersenyum.
"Aku sayang kalian semua" ujar Luna. Keempatnya lalu berpelukan erat sangat erat.

Shenna tak bisa menahan tangisannya, dia tak mungkin menceritakan masalahnya kepada teman-temannya. Itu aib menurutnya menikah di usia muda.

"Jangan nangis dong Shen, kayak kita gak akan pernah ketemu lagi" ucap Sahila memeluk Shenna menenangkannya.

"Aku takut gak bisa ketemu kalian lagi" ucap Shenna semakin terisak dalam pelukan Sahila.

"Uh Shenna cup cup cup" ucap ketiga sahabatnya lalu memeluk Shenna.

"Hai" suara laki-laki mendekati mereka.
"Willy?" Tanya Shenna terkaget langsung menghapus air matanya.

"Tuh pangerannya dateng" goda Olivia
"Ciye ciyeeeee" sahut Sahila dan Luna

"Boleh pinjem Shenna nya bentar?" Tanya Willy meminta izin kepada teman-teman Shenna. Ketiganya mengangguk dengan senyum smirknya menggoda Shenna.

Perasaan Shenna semakin tak karuan meninggalkan sahabat-sahabatnya sudah menyakiti hatinya, apalagi orang yang tepat didepannya adalah orang yang dicintainya. "Ya tuhan kuatkan aku" seru Shenna dalam hati

"Hai Shen apa kabar?" tanya Willy yang membawanya ke taman dekat gedung
"Baik, kamu?" Sahut Shenna pendek
"Baik juga. Kenapa kamu berubah? Kenapa kamu mengabaikanku Shen? Apa aku ada salah sama kamu?" Tanya Willy.
"Ngak kok, ngak berubah. Masih tetap seperti dulu" jawab Nessa sudah tak bisa berbicara lagi. "Apapun yang terjadi kepadaku Willy, aku tetap mencintaimu!" tegasnya sambil menangis.

"Shenna aku minta maaf, aku sama sekali gak ingin membuatmu menangis" Ucap Willy mengusap air matanya "Kamu mau jadi pacarku?" Lanjutnya menyatakan cinta kepada Shenna. Shenna masih dilema akan menjawab apa, dia mendiamkan Willy.

"Dek ayo pulang sudah ditunggu sama Mama dan Papa di mobil" seru Daffa sambil menarik tangan Shenna.

"Iya sebentar kak" sahut Shenna "maaf ya" lanjutnya kemudian pergi meninggalkan Willy tanpa jawaban yang jelas.

Merekapun pergi menuju parkiran dan segera masuk mobil. Sampai akhirnya mereka sampai di Restoran Primarasa untuk makan siang. Tampaknya Shenna sudah menduga rencana yang akan terjadi, dia melihat Farrel dan kedua orangtuanya. Dan benar sekali keluarganya duduk didepan mereka. Sepertinya Farrel juga telah melaksanakan acara wisuda. Seperti sebelumnya Shenna selalu kagum terhadap Farrel, tak sengaja mata mereka berpandangan cukup lama, kemudian Shenna tersadar dan mengalihkan pandangannya.

Mereka semua makan tak ada obrolan, hanya suara piring, sendok dan garpu yang bersentuhan. Suara meja sebelah yang makan sambil mengobrol, suara langkah sepatu pelayan yang membawa makan ke meja satu dan lainnya. Suara Handphone Farrel, Shenna dan Daffa yang terus berbunyi.

"Baiklah kita bahas pertunangan kalian bulan depan" ucap Bu Gunawan memulai pembicaraan.
"Harus disini ya, Ma?" Protes Farrel melirik malas kearah mamanya.

"Terus mau dimana, hm? Kamu bisa gak sih nurut aja?" Tanya Bu Gunawan yang sibuk membuka majalah weeding. "Kalian mau konsep pernikahan apa? Bajunya?" Lanjutnya bertanya dengan girang sendiri.

"Terserah" ucap Shenna pasrah
"Oh bagus kalau jawabnya gitu Shen" sahut Mama Shenna yang daritadi khawatir jadi ikut bahagia sama halnya dengan Bu Gunawan.

Shenna menatap kearah Daffa, kakaknya hanya tersenyum kepadanya seperti tau ia sedang ingin mengadu kepadanya. 'Ah benarkah aku sudah pasrah setelah renunganku? Hanya kak Daffa yang benar-benar mengerti perasaanku' ucapnya dalam hati. Dia memegang erat tangan kakaknya itu. Usianya dengan kakaknya memang terpaut 8tahun tapi mereka saling menyanyangi.

***

Hari pertunangan. Semua keluarga besar Farrel dan Shenna berkumpul menyaksikan acara sakral mereka. "Ya tuhan kuatkan aku sekali lagi" ucap Shenna dalam hati. Dia melihat kearah Farrel yang sepertinya sudah bisa menerima keadaan ini, tak seperti dirinya.

Pertukaran cincin pun terjadi, semuanya bertepuk tangan tertawa bergembira. Mereka tak melihat begitu rapuhnya hati kedua orang itu. Farrel dan Shenna menjawab senyum seadanya ketika ada tersenyum kearah mereka.

Akhirnya acarapun selesai. Shenna langsung naik ke kamarnya kemudian mengunci pintunya dan merenung kembali.

***

Shenna sangat senang sekali ketika acara pernikahannya di tunda karena Pak Gunawan, Papa Farrel harus berangkat keluar negeri untuk bisnis selama satu bulan lebih. Hatinya terasa lega, setidaknya dia masih bisa menikmati masa kuliah selama 1 bulan dengan keadaan belum menikah.

Hari ini tepat sekali berbarengan dengan kegiatan Pra Ospek masuk Universitas. Shenna dan Farrel memilih Universitas yang tidak dijadikan teman-teman SMA-nya dulu untuk kuliah. Keduanya satu Universitas, tapi berbeda jurusan.

"Shenna" teriak seorang perempuan berlari kearahnya.

"Sial!" Umpatnya dalam hati "kenapa ada yang kenal sama aku sih?" Tanyanya pelan dan membalikkan badannya. Dilihatnya seorang perempuan yang tampak asing dimatanya.

"Shenna kan? Masih ingat aku?" Tanyanya perempuan itu.

Shenna melihat sejenak penampilan perempuan itu dari atas sampai bawah "Sheryl kan?" Tanyanya. Sheryl menganggukkan kepalanya "Ah sumpah, kangen banget sama kamu, tega banget dulu ninggalin aku, terus lanjutin SMA ke Jakarta" seru Shenna memeluk erat sahabatnya waktu sekolah menengah pertama.

"Alhamdulillah ternyata lo masih inget gue. Apa kabar lo? Kanget banget gue sama lo! Nyari kontak lo susah amat dah" ucap Sheryl berbicara khas orang jakarta.

"Gaya banget sih ngomongnya lo gue lo gue, surabaya ini mbaknya bukan jakarta" celetuk Shenna lalu terkekeh "Dalam keadaan baik banget, aku juga cari kontak kamu juga susah, anak SMP gak ada yang tau masa" jelasnya.

Mereka berduapun mengobrol bersama, membahas diri masing-masing. Sampai akhirnya suara ketua panitia ospek menghentikan mereka berbicara agar segera ke lapangan.

"Untuk semua mahasiswa baru untuk kelompok bisa dilihat dipapan pengumuman dan segera berkumpul di kelompok masing-masing. Nanti ada penanggung jawab kelompok yang memegang nomer kelompok" ucap salah satu panitia menggunakan toak.

Ratusan mahasiswa berbondong-bondong kearah 4 papan pengumuman yang berisi nama kelompok. Adapula yang masih duduk-duduk menunggu hingga mulai sepi baru maju, seperti Sheryl dan Shenna.

"Lo masih sama, Shen! Lo besties gue banget lah" ucap Sheryl lalu melakukan high five dengan Shenna.

"Iyalah males banget, desek-desekkan gitu" sahut Shenna kemudian terkekeh.

Acara Pra Ospek yang berlangsung 8 jam, akhirnya selesai juga. Walaupun Shenna dan Sheryl beda kelompok tapi setidaknya mereka bisa berdekatan karena satu jurusan Teknik Lingkungan. Keduanya menyempatkan makan bersama di mall dekat kampus mereka lalu pulang ke rumah masing-masing untuk persiapan ospek besok, dengan tugas yang diluar nalar alias gak jelas. Ya itulah ospek.

****

Ospek sudah berjalan selama 3 hari, hari ini hari keempat yang merupakan akhir dari masa orientasi masuk perguruan tinggi. Beberapa panitia sudah mengumumkan akan ada pameran di lapangan dari beberapa UKM yang ada di Universitas.

"Ikut apa kamu Sher?" Tanya Shenna celingukan, dia sendiri juga tak tau akan ikut apa.

"Entahlah. Males gue" sahutnya yang sibuk menyeruput minuman kaleng yang dibelinya di kantin tadi.

"Hey kalian berdua!" bentak salah satu panitia laki-laki dari belakang Shenna dan Sheryl.

"Iya mas?" Sahut keduanya bersamaan.

"Mas, mas, panggil kak disini! Kenapa kalian gak muter-muter liat ukm?" Tanyanya dengan nada yang cukup keras.

"Ya gpp sih, lagi gak pengen ikutan. Ada masalah?" sahut Sheryl seenaknya lalu menyeruput kembali minumannya.

"Sheeeryyyl" bisik pelan Shenna mengingatkan.

"Ah sayang ya kalian terlalu cantik buat dihukum" ucap laki-laki itu "hmm hukuman apa ya buat kalian enaknya? Kayaknya berjemur ditiang bendera seru nih" lanjutnya tersenyum smirk melihat Sheryl dan Shenna.

"Ih songong ya ini panitia, emang situ siapa main nyuruh-nyuruh aja? Caper ya sama maba?" Tanya balik Sheryl dengan nada ketus dan berdiri dihadapan laki-laki itu seakan ingin menantangnya.

"Wohooooo cantik-cantik berani juga ya kamu" ujarnya sambil memegang dagu Sheryl. Sheryl reflek dan melawan dengan gerakan karatenya.

"Yatuhan. Sheryl kamu cari masalah, kita jadi pusat perhatian tau gak sih" ucap Shenna yang mulai was-was.

Beberapa anggota panitia membotong laki-laki itu yang kesakitan. Sheryl yakin yang dilakukannya itu hanya gerakan karate biasa tak akan menyakiti lawannya, palingan laki-laki itu hanya alibi sehingga dia akan mendapat hukuman karena melawan panitia.

"Eh kalian berdua!" Teriak ketua panitia yang super duper tampan, Edgar. "Kalian berdua sudah membuat kesalahan karena memukul panitia Ospek" lanjutnya

"Maaf ya Kak Edgar, saya sebenarnya gak ingin buat masalah sama itu anak, tapi karena dia sudah gak sopan sama saya, saya terpaksa melakukannya. Dan menurut saya gerakan karate saya tidak berlebihan, mungkin dia aja yang berlebihan" jelas Sheryl membela dirinya sendiri.

Edgar yang mendengar itu lalu tersenyum smirk "Ck, berani ya ini perempuan. Inget ya kamu masih mahasiswa baru! Disini kita itu melatih kalian" ucapnya "Oke kamu lari muter 3x lapangan" lanjutnya menunjuk Sheryl "dan kamu! Berdiri ditengah lapangan sampai teman kamu selesai!" Serunya.

"Duh mati kan Sher!" gerutu Shenna.

"Maaf, teman saya gak salah, biar saya aja yang dapet hukuman" ujar Sheryl
"Yatuhan ini anak" ucap Shenna dalam hati "gak kak, saya salah juga kok. Saya siap menerima hukuman" lanjutnya.

"Shenna" bentak Sheryl
"Gpp Sher, kasian kamu dihukum sendirian" sahut Shenna tersenyum kearah Sheryl. Edgar pun pergi meninggalkan mereka berdua.

Matahari sudah mulai condong ke barat, keduanya berlari pelan sambil bercanda satu sama lain. Menjadi tontonan orang banyak? Jelas, tapi tak hanya mereka berdua yang berlari adapula yang berjalan jongkok, push up. Pembully-an saat Ospek memang benar-benar ada.

"Gila ya, udah dihukum jadi pusat perhatian sekampus. Haanjir" desah Shenna yang mulai ngos-ngosan.

Sheryl terkekeh mendengar nafas Shenna yang mulai berat "Jarang olahraga sih lo, ngos-ngosan gitu" ucapnya "Semangat satu putaran lagi" lanjutnya kemudian berlari kembali.

Setelah menyelesaikan putaran terakhir, mereka mencari Edgar untuk melapor kalau sudah selesai melakukan hukuman. Edgar juga meminta maaf atas perilaku tidak sopan anggotanya. Shenna dan Sheryl langsung terpikat oleh pesona Edgar. Keduanya saling pandang senyum kemudian terkekeh meninggalkan Edgar yang sedang berbicara dengan anggota lain dan mencari gazebo untuk berteduh.

"Gilaaa panas banget, gerah banget" gerutu Shenna sambil mengoyangkan telapak tangannya agar mendapat angin dari getakan tangannya.

"Ya ampun Shen, masih segini aja udah lemes" ucap Sheryl yang mengusap keringatnya sendiri. Nafasnya masih normal, dia sudah terbiasa berlari bahkan 10x memutari lapangan pernah ia lakukan.

"Haus banget sumpah" ucap Shenna menengadahkan kepalanya dan memejamkan matanya. Capek.

"Nih!" Ucap seseorang menyodorkan air mineral kepada keduanya. Shenna mendengar suara yang tak asing baginya lalu membuka matanya dan melihat sosok itu. Farrel!

"Ambil kali, tadi aku lihat kalian berdua dihukum, jadi sekalian aku belikan tadi di kantin" ucap Farrel. Shenna dan Sheryl mengambil minuman dingin yang ada ditangannya.

"Thanks" sahut Shenna malu.
"Eh siapa tuh? Ganteng bener. Pacar lo ya?" Tanya Sheryl menggoda.

"Saudara" jawab Farrel dan Shenna kompak. Sheryl hanya tersenyum melihat keduanya.

"E....mmm iya dia ini saudara tapi saudara jauh, jadi agak canggung maklum gak pernah ketemu 6 tahun" jawab Shenna mengelak, dia tak ingin ada yang tau hubungannya dengan Farrel. Farrel juga tersenyum seperti meyakinkan Sheryl supaya percaya akan ucapan Shenna.

"Nanti ada yang mau aku omongin sama kamu Shen" ucap Farrel "ketemu disini ya abis ospek" lanjutnya.
"Oke" sahut Shenna pendek. Dia menjadi salah tingkah sendiri, baru pertama kali mereka mengobrol seperti ini.

Setelah selesai melaksanakan kegiatan penutupan Ospek, sesuai dengan janji tadi Shenna dan Farrel akan bertemu di Gazebo.

"Kamu pulang naik apa?" Tanya Farrel
"Dijemput abangku kalau gak biasanya papa yang jemput" sahut Shenna.

"Oke nanti naik mobilku aja, telpon orangtuamu aja dulu, nanti khawatir. Bilang kalau kamu ada perlu sama temenmu"
"Tapi kayaknya gak boleh deh keluar sama temen, masih belum pada kenal soalnya"
"Yaudah bilang keluar sama aku, pasti dibolehin"
"Ah seneng banget mereka pasti, kita akur" celetuk Shenna. Farrel langsung tertawa mendengar ucapan Shenna.

Setelah menelpon dan mendapat izin dari orang tua Shenna. Keduanya berjalan menuju gedung sebelah, Farrel bersusah payah mencari parkiran mobil karena mahasiswa baru tak diperbolehkan membawa kendaraan pribadi. Farrel melajukan mobilnya menuju ke Roftbar Cafe.

"Shen, kenapa tiba-tiba kamu pasrah kita dijodohin?" Tanya Farrel dengan wajah yang berubah dari sebelumnya, terlihat sangat menyedihkan.

"Apa kita bisa menolak mereka?" Tanya balik Shenna kesal.

"Jujur. Aku kaget kamu mengiyakan apa yang mereka inginkan" sahut Farrel sambil memijat keningnya, frustasi.

"Aku justru yang kaget pas kamu di pertunangan kita, seperti tak ada beban" sahut balik Shenna.

"Ya masa aku harus nangis Shen? Kan gak mungkin juga? Aku seneng aja melihat seluruh keluargaku datang, itu yang membuatku lebih kuat" jelas Farrel. Shenna hanya terkekeh sekaligus kagum padanya.

"Oya terus kamu mau ngomong apa?" Tanya Shenna.

"Gini, kita bilang aja pernikahan kita private party jadi hanya orang tertentu yang boleh dateng, kalau ada temen orang tua kita dan anaknya itu temen kita jangan diundang, bagaimana?" Tanya Farrel dengan ide yang ia pikirkan selama sebulanan ini.

"Boleh tuh. Kita cari tempat yang jauh ajah sekalian. Biar pada gak bisa dateng yang dateng biar keluarga besar aja" sahut Shenna menyetujui ide Farrel.

"Setuju! Tapi dimana?" Tanya Farrel.

"BALI!" jawab keduanya bersamaan lalu saling tersenyum.

"Eh tapi kayaknya kemewahan deh disana, pasti dikiranya kita udah ikhlas dan udah terima kenyataan" ujar Shenna
"Iya ya. Tapi gpp lah"
"Oke setuju!" 
"Kita kalau ditanya orang hubungan kita apa, kamu jawab ajah seperti yang kamu bilang ke temenmu tadi"
"Baiklah. Kamu juga ya. Oke deal?"
"Deal!" merekapun berjabat tangan.

*****

Sehari setelah penutupan ospek akan diadakan malam Pentas Seni di Universitas menyambut mahasiswa baru. Akan ada artis ibu kota, ada pula artis lokal dan beberapa sumbangan dari mahasiswa baru maupun panitia ospek.

Drrrrrt.
Handphone Farrel bergetar.

From: Shenna
Gawat! aku gak dibolehin ke acara pentas seni kampus kalau gak sama kamu.

To: Shenna
Iya aku juga. Katanya mereka harus liat aku jemput kamu dulu dirumahmu baru boleh ke kampus. Yaudah aku jemput kamu ya. Sepertinya mama dan papaku akan mengikuti dari belakang.

Farrel merasa benar-benar dipermainkan orangtuanya, ia ingin sekali mengakhiri permainan ini. Namun dia tak ingin menyakiti hati kedua orangtuanya. Dia berjalan menuju motor Ninja hitam 250tag nya. Mamanya sudah berdiri dibelakangnya siap dengan supir yang akan mengantarnya membuntuti Farrel.

Shenna menghampiri Farrel yang sedang menunggu didepan rumahnya dan sempat melihat kearah belakang tak jauh mobil yaris hitam berada dibelakangnya, pasti Mamanya. Farrel sengaja membawa motor supaya bisa melaju lebih cepat agar tak diikuti oleh mamanya lagi.

Sesampainya dikampus...
Mereka memisahkan diri, Farrel kembali ke teman-temannya. Dan Shenna mencari keberadaan Sheryl. Acara pun sudah dimulai dengan penampilan beberapa kelompok mulai menyanyi, stand up comedy sampai menari.

"Shen, itu Farrel? Gila ganteng amat yak? Makin kena cahaya panggung makin ganteng tuh" celetuk Sheryl melihat Farrel menjadi pengisi acara memegang gitar bersama teman-temannya.

Shenna masih terpukau melihat Farrel "iya Sher" jawabnya innocent "gila itu calon suamiku. Astaga ganteng banget" teriaknya dalam hati.

"Selamat malam semua" seru Farrel diatas panggung "ini lagu buat kalian semua" dia mengerlingkan mata kepada Shenna.

"Eh eh itu buat lo? Gila saudara macam apaan kalian?" tanya Sheryl menggodanya. Shenna hanya tersenyum malu.

Farrel dan teman-temannya memainkan lagu John Legend 'All Of Me' secara akustik dengan gitar. Suara dia dan teman-temannya memang merdu, bagai harmonisasi yang indah.

"Shen, aku ke kamar mandi dulu ya, kebelet" ucap Sheryl dengan wajah yang begitu lucu menahan buang air kecil.

"Cepet ya. Gila masa iya aku sendirian disini" seru Shenna yang melihat Sheryl berlari menjauh.

Shenna sangat bahagia karena dia bisa memandangi bebas Farrel tanpa ada yang tau kalau dia sedang memandangi laki-laki tampan dengan suara merdunya. Bahkan kalau dibilang ia jatuh cinta, siapa yang tak akan jatuh cinta pada Farrel jika seperti saat ini. Sampai dia tak tersadar ada laki-laki yang sedang duduk disampingnya.

"Hai dek" sapa laki-laki itu membuyarkan lamunan Shenna.

Shenna terkaget melihat sosok itu adalah sosok yang membuat dia dan Sheryl dihukum keliling lapangan, masih ada amarah yang tersimpan dihatinya.

"Hai hai" sapanya lagi
"Iya? Ada apa ya?" Tanya Shenna tak peduli dan kembali memandang Farrel yang di panggung.

"Aku minta maaf ya udah buat kalian dihukum, aku Dika" ucapnya sambil menyodorkan tangannya.
"Ya. sudah di maafkan" sahut Shenna menerima jabatan tangannya.
"Temenmu mana? Aku juga minta maaf ya sama dia. Gak enak" ujar Dika terlihat tulus.
"Nanti disampein" sahut Shenna cuek.

"Nama kamu siapa?"
"Harus?"
"Ya kalo boleh sih"
"Shenna"
"Nama temenmu?"
"Sheryl"

"Boleh minta nomer kalian gak?" Tanya Dika memberanikan dirinya ingin mengenal perempuan yang telah membuatnya dihukum.

Shenna tercengang mendengar itu "Dih modus ya kak? Pantes sih nyari gara-gara buat ngecengin maba" celetuk Shenna melirik sinis kearah Dika.

Dika membelalakan matanya mendengar ucapan Shenna. Dika tampan, style nya anak muda jaman sekarang "kamu kok mikir gitu sih dek?" tanyanya sedikit membentak.

"Kebetulan aja. Tapi kok dari ekspresi kakak seperti membenarkan apa yang saya ucapkan ya?" Ketus Shenna malas memandang kearah Dika dan bangkit dari tempat duduknya ingin menjauh dari Dika.

"Mau kemana?" Tanya Dika sambil mengcengkram erat tangan Shenna.
"Woy lepasin gak!" teriak pelan Shenna.
"Kasih dulu nomer kalian, baru aku lepasin" ucap Dika tersenyum smirk.

"Kurang ajar nih anak, gak sopan banget! Pantes si Sheryl ngehajar kamu waktu itu" ucap Shenna membalas senyum smirk Dika.

"Ya ya sebenernya gak seberapa sakit dipukul sama temenmu cuma alesan aja biar kalian dihukum" sahutnya lalu tertawa, gengamannya semakin erat mencengkram pergelangan tangan Shenna.

"Ah otak lo gesrek ya? Banyak orang woy! Lepasin gak!" Bentak Shenna berusaha melepaskan tangannya.

"Hei bro lepasin bisa kali" suara laki-laki itu menghampiri Shenna dan Dika, suara yang sangat mereka kenali.

"Wooooh Farrel, teman lama" ucap Dika seperti ada dendam diantara mereka. Mereka satu SMA, keduanya sama-sama mantan ketua osis dan pernah berebut menjadi ketua Ekskul Paskibraka.

"Lepasin tangannya gak!" Ancam Farrel dengan wajah yang malas berantam dengan Dika.

"Kalau gak mau?" Tanya Dika seakan menantang Farrel.

"Lagi males berantem, jangan cari gara-gara mentang-mentang situ panitia ospek ya" bentak Farrel cukup keras sambil berusaha melepaskan tangannya Shenna dari Dika.

"Oh sok pahlawan. Oke aku lepasin" Sahut Dika langsung melepas genggaman tangannya, dan Shenna langsung bersembunyi dibalik punggung Farrel "siapa lo sih dia?" Lanjutnya bertanya.

"Pacarku dan calon tunanganku, kenapa?"  Ucap Farrel tersenyum smirk.

"Oh jadi cewek cantik ini pacar kamu, ya ya untuk kali ini ngalah lagi sama lo! Tapi gue masih bisa gebet temennya" sahut Dika lalu pergi meninggalkan keduanya. Farrel tak merespon ucapan Dika, dia sudah malas berhubungan dengannya.

Shenna kemudian langsung terduduk lega dan masih terlihat syok atas perlakuan kasar Dika. Dia memegang tangannya yang kemerahan karena dicengkram terlalu kuat oleh Dika.

"Sialan banget tau gak sih itu orang!" Umpat Shenna melihat tangannya yang memar dan nyeri.

Farrel tersenyum "Tangan kamu gpp kan?" Tanya Farrel khawatir sambil memegang tangan Shenna "sakit ya?" Tanyanya kembali.

"Dikit sih" sahut Shenna menyengir.

"Whooooa ada apaan nih kok pegangan tangan? Romantis banget kalian. Gak percaya kalau kalian saudara" seru Sheryl yang tiba-tiba datang dan duduk didepan mereka berdua.

"Ini nih liat tanganku. Akibat fans terlalu fanatik" ucap Shenna menunjukkan tangannya pada Sheryl.

"Siapa yang ngelakuin ini sama lo? Kurang ajar banget!" Sahut Sheryl.
"Itu loh yang kemaren kamu hajar" celetuk Farrel.

"Dia lagi? Sekarang dia dimana? Sini gue hajar lagi tuh anak. Emosi banget liat songongnya itu anak" ucap Sheryl kemudian berdiri dari tempat duduknya.

"Ets, kemana Sher?" Tanya Shenna menarik tangan Sheryl "santai ya santai, jangan cari masalah. Udah gpp kok" lanjutnya tersenyum kepada Sheryl.

"Maaf ya gara-gara gue tinggal, manusia sialan itu bikin gara-gara sama lo!" Umpat Sheryl.

"Udah gak papa kok, untung tadi ada Farrel yang dateng" ucap Shenna tersenyum.

"Saudara hebat kamu rel, salut!" Ujar Sheryl menepuk pundak Farrel. Keduanya hanya menelan ludah dan tersenyum palsu kearah Sheryl.

-

Drrrrrrt.
Handphone Shenna berbunyi saat dia baru selesai mencuci mukanya, persiapan untuk tidurnya setelah pulang dari acara penutupan ospek.

From: kak Daffa
Halo adekku cantik, lagi apa? Baru pulang dianterin Farrel ya? Sudah ikhlas nih ceritanya? Semangat ya sayang, maaf ya kakak gak bisa tepati janji selalu ada buat kamu. Ini kakak sudah 2minggu di Batam gak sempet bales email atau social media yang lain. Katanya pernikahanmu diundur ya bulan november? Syukur deh, biar kamu siap-siap. Good night my beautiful sister:*

To: kak Daffa
Haha tau darimana kak? Pasti mama yang ngomong ya? Kita satu universitas kak, pasti mereka yang udah ngerencanain ini semua. Dan baru ketemu dia lagi itu kemarin kak setelah pertunangan. Ternyata dia orangnya baik kak, tadi dia ngebelain aku dari cowok gak jelas yang suka caper sama maba:( good night too My Beautiful Bro:3:*:p

From: kak Daffa
Ciyeeee. Yaudah ndang tidur gih. Selamat mimpiin dia ya haha

Setelah membalas sms kakaknya dia langsung tertidur dalam senyum yang lebih ikhlas dibanding beberapa hari sebelumnya.

*****

Sudah dua bulan berlalu, Shenna dan Farrel jarang sekali bertemu, hanya bertemu ketika mengobrol tentang urusan pernikahan atau sesekali bertemu saat kuliah dan saling menyapa beberapa menit. Pernikahan mereka jatuh pada tanggal 11 November tinggal menghitung hari lagi. Semua rencana dari gaun pengantin dsb sudah dirancang oleh kedua orangtua mereka, mereka menyetujui apa saja yang diucapkan oleh kedua orangtuanya. Seperti yang mereka inginkan, pernikahan mereka bertempat di Bali dengan tema Private Party.

"Kita harus cari rumah yang jauh dari peradaban manusia, jangan deket kampus ataupun jangan deket rumah orangtua kita berdua" ucap Farrel kepada Shenna saat keduanya duduk berdua di taman Universitas yang sepi.

"Sempet terpikir gitu sih. Tapi meskipun begitu mereka pasti akan berkunjung ke rumah kita" sahut Shenna menghela nafas panjang.

Farrel berfikir panjang "Hm, bagaimana kalau kita bilang mau hidup mandiri?" Tanyanya. Shenna menganggukkan kepalanya semangat.

***

Ubud, Bali
11 November jam 10.00 WIB
"Saya nikahkan kamu Muhammad Farrel Wijaya bin Gunawan Wijaya dengan anak saya Shenna Clarissa Bramantyo binti Muhammad Bramantyo dengan seperangkat alat sholat dan perhiasan 11,1gr dibayar tunai" suara papa Shenna terdengar sangat sakral.

"Silahkan nak Farrel" ucap penghulu

"Bismillahirrohmanirrohim. Dengan ini saya terima nikahnya Shenna Clarissa Bramantyo binti Muhammad Bramantyo dengan seperangkat alat sholat dan perhiasan 11,1gr dibayar tunai" ucap Farrel perlahan.

"Sah?" Tanya Penghulu.

"SAAAAAHHHHH!" Sahut semua tamu.

Farrel meminta izin dengan matanya ingin mencium kening Shenna, terlihat Shenna menganggukkan kepalanya. Dia mencium kening Shenna dengan lembut dan hangat. Shenna merasa ciumannya terasa tulus, dia juga mencium telapak tangan Farrel. Keduanya dihinggapi perasaan aneh yang mereka sendiri gak tau apa artinya.

Suasana memang tak seramai resepsi pada umumnya. Acara resepsi pernikahan bagi pasangan pengantin yang menginginkan pernikahan sungguh sakral, tapi bagi Shenna dan Farrel ingin keadaan ini segera selesai. Mereka capek ketika ditanya ini-itu dan harus tersenyum palsu ke semua orang yang mengucapkan selamat.

***

31 Desember, 21.00 WIB.

Semenjak pernikahan mereka 1 bulan yang lalu, keduanya hanya saling bersapa seadanya. Jadwal kuliah yang padat dan jarang bertemu di jam yang sama saat berangkat ataupun pulang kuliah. Farrel lebih menutupi dirinya, setelah pulang kuliah dia langsung istirahat ke rumah, ya rumah Farrel dan Shenna yang tidur terpisah kamar. Lain lagi dengan Shenna yang semenjak bertemu Sheryl lebih sering menghabiskan waktunya senang-senang dengan Sheryl.

Hari ini hari ulang tahun keduanya, namun mereka tetap acuh. Lagipula mereka tak ada dirumah mereka dulu, tak akan ada kado special yang diberikan orang tua atau dari orang-orang terdekat. Hanya beberapa sahabat mereka yang mengucapkan via social media.

Shenna sangat sedih untuk pertama kali dalam hidupnya dia akan merayakan ulang tahunnya sendiri. Dia duduk di meja makan dekat dapur, menatap kue tart yang ia beli tadi dengan Sheryl saat pulang mampir ke Dapur Coklat. 

"Kamu ulang tahun hari ini?" Tanya Farrel tiba-tiba datang membangunkan lamunan Shenna. Shenna terkaget melihat Farrel sudah duduk tepat dihadapannya.

"Besok" jawabnya lemas.

"Kamu tau kita di jodohin kenapa?" Tanya Farrel menatap iba kearah Shenna. Dia merasakan hal yang sama dengan Shenna. Dia juga merasa sedih tapi ia berusaha menutupinya.

"Ngak tuh males tanya. Kenapa?" Tanya balik Shenna menatap malas kearah Farrel. Bukan malas melihat Farrel, tapi dia malas karena hari ulang tahunnya akan menyedihkan seperti ini.

"Papa kita berdua itu temenan SD, terus mamaku sama papamu dulu itu pernah pacaran pas SMP. Nah pas gak sengaja mama kita berdua bertemu di Rumah Sakit. Disitulah mama kita berjuang untuk melahirkan kita berdua. Sayang mamaku tak dapat bersalin normal dia memilih sesar jadi aku lahir tepat jam 1pagi, dan setelah itu mamamu masih bersikukuh ingin bersalin normal akhirnya kamu lahir pas saat adzan subuh. Pada saat dipindah ke kamar inap, disitulah papa kita berdua ketemu dan mengobrol. Di tempat sanalah kita juga dijodohin" jelas Farrel

"Ck, bahkan kita belum umur 1 hari aja sudah dijodohin" sahut Shenna terkekeh.

"Kita juga pernah ketemu di rumahmu pas kecil dulu umur 3tahun, mungkin kamu sudah lupa dan akupun juga lupa, sama sekali tak ingat. Kita bermain rumah-rumahan aku jadi suami kamu jadi istrinya. Dan disitulah juga orangtua kita semakin yakin mau ngejodohin" jelas Farrel kembali.

"Aku lupa. Emang kita pernah begitu ya?" Tanya balik Shenna lalu terkekeh. Farrel pun juga ikut tertawa melihat ekspresi Shenna yang tak percaya, hal sepele seperti itu bisa terjadi sekarang.

Dor Dor Dor🎉
Suara kembang api pergantian tahun mulai meramaikan langit-langit dan suara terompet yang ditiup saling sahut menyahut.

"Kita ulang tahun bareng kan? Yaudah kita rayain bareng aja" ucap Shenna sambil tersenyum. Mereka berdua memejamkan matanya, dan memanjatkan doa.

"Sudah make a wishnya?" tanya Farrel tersenyum.
"Sudah, kita tiup bareng-bareng ya" jawab Shenna. Keduanya pun meniup lilin bersama-sama.

"Happy birthday ya Shen" ucap Farrel reflek memeluk Shenna.

Shenna terkaget akan reaksi Farrel yang memeluknya "Hm, Rel?" Tanya Shenna. Farrel langsung melepaskan pelukannya dan meringis kearah Shenna. "Happy birthday juga ya Rel!" Seru Shenna menutupi rasa gugupnya setelah dipeluk Farrel.

Mereka berdua bercanda untuk pertama kalinya di rumah itu setelah pernikahan. Setidaknya mereka masih bisa bahagia disaat hari kelahiran keduanya, dan tak merasa sendirian.

***

3bulan kemudian...
Drama dan drama terus terjadi, setiap kali teman Farrel atau teman Shenna yang datang untuk berkunjung atau mengerjakan tugas kelompok di rumah mereka dan salah satu dari mereka tiba-tiba ada yang datang selalu bersembunyi atau terpaksa bersapa dengan teman-temannya.

"Oya kenalin, ini saudaraku. Papanya lagi luar negeri setahun. Jadi dia nginep disini" ucapan yang selalu mereka katakan pada teman-temannya.

Farrel melirik jamnya, sudah pukul sepuluh malam tapi Shenna belum juga pulang. Ada rasa khawatir di dalam hatinya, karena Shenna masih berstatus sebagai istrinya. 

Suara pintu depan terbuka, Farrel mencoba menguping dari kamarnya. Terdengar percakapan dari Shenna yang meminta dibuatkan susu putih kepada bi Sumi, pembantu mereka.

Tok tok tok.
Suara pintu kamar Farrel diketuk dari luar.

"Siapa?" Tanya Farrel dari kamar.
"Shenna rel" jawabnya dengan nada suara yang berbeda.

Farrel langsung membuka pintu kamarnya dan tercengang melihat Shenna yang seperti orang mabuk? Dia merasa Shenna tadi baik-baik saja saat mengobrol dengan bi Sumi meminta minuman. Shenna berjalan lemah, dan menjatuhkan tubuhnya kearah Farrel.

"Kamu mabuk Shen?" Tanya Farrel dengan sigap menopang tubuh Shenna seperti berpelukan "tapi kau sama sekali tak berbau alkohol" lanjutnya mengendus didaerah wajah Shenna.

Farrel binggung harus melakukan apa, dia menggendong Shenna ala bride dan dibaringkan dikasurnya. Membenarkan posisi tidurnya, melepas sepatunya dan menutupi tubuhnya dengan selimut miliknya.

"Yaudah Shen, kamu tidur disini aku tidur di sofa aja ya" ucap Farrel kemudian pergi. Namun tangan Shenna memberhentikan langkahnya dan membuat badannya menjatuhi badan Shenna, dia langsung buru-buru berdiri dan berjalan menuju pintu.

Farrel merasa nafasnya terengah-engah saat berjalan, sedikit lagi sudah mencapai pintu. Sebuah tangan meraih pergelangan tangannya, Shenna berhasil membuatnya berbalik badan dan bibir mereka saling bertemu. Blush. Farrel yang masih fokus langsung mendorong Shenna kasar.

"Shenna aku minta maaf" Ucap Farrel "Kamu kenapa? Apa yang kamu lakukan? Lebih baik kamu tidur" lanjutnya lalu menggendong Shenna lagi kearah kasurnya.

Farrel melihat sebuah air keluar dari mata Shenna "aku menginginkanmu" ucapnya lirih. Farrel menelan ludahnya tak percaya akan ucapan Shenna. Dia kembali membenarkan tidur Shenna dan meraih air minum yang ada di meja sebelah kasurnya karena merasa gugup.

Farrel merasa kepalanya pusing, dia memandangi tubuh Shenna yang tak tertutupi selimut karena diacak-acak oleh Shenna sendiri. Farrel menelan ludahnya, nafsunya tiba-tiba bangkit melihat tubuh Shenna yang hanya menggunakan dress selutut berwarna peach. Manis sekali.

Farrel mencium kening Shenna lembut dan membuatnya terbangun membuka matanya. Dia tepat berada diatas Shenna, Shenna tersenyum kearahnya dan meraih pipinya mendekatkan wajah mereka. Bibir mereka kembali bertemu, hangat. Shenna menjadi dominan, dia yang memulai terlebih dahulu dan melumat habis bibir Farrel. Farrel juga tak mau kalah dengan Shenna yang bermain dengan bibirnya, tangannya sudah bergeriliya ditubuh Shenna.

Tanpa mereka sadar malam ini adalah malam penyatuan mereka.

*****

Adzan subuh berkumandang cukup keras, sehingga membangunkan Farrel dari tidurnya. Dia merasa berat di lengan tangannya, saat membuka mata dia melihat Shenna yang sedang tidur. Cantik sekali batinnya. 

"Tunggu" ucapnya lalu melihat detail tubuh Shenna yang tak tertutup kain sehelai benang pun, sama hal dengannya yang tak tertutup sama sekali "Ya Tuhan, apa yang aku lakukan?" Teriaknya histeris lalu dengan memakai semua pakaian dalam dan bajunya yang tadi ia kenakan.

"kalau dia hamil bagaimana? Tambah runyam ini ceritanya?" Gerutu Farrel berjalan mondar-mandir "aku kan sudah berjanji tak akan menyentuhnya sedikitpun" lanjutnya.

Dengan rasa bersalah dan ketakutan, akhirnya dia berinisiatif memakaikan baju Shenna kembali dan memindahkan ke kamarnya. Supaya ketika Shenna bangun anggap tak pernah terjadi apa-apa.

Jam 07.00
Shenna dan Farrel bersamaan keluar dari kamar masing-masing. Kamar mereka berdua berdampingan.

"Pagi Rel" sapa Shenna. Farrel tersenyum seadanya, dia merasa sangat bersalah karena telah merusak harga diri Shenna.

"Badanku kok pegel semua ya rasanya?" Tanya Shenna langsung kearah dapur dan mengambil botol minuman didalam kulkas.

Farrel terdiam binggung menjawab apa "hm, kamu lupa tadi malam pulang jam 10?" Tanyanya balik seakan tak pernah terjadi apa-apa.

"Oya kenapa aku gak ingat apa-apa ya?" Tanya Shenna lagi masih sibuk dengan botol minumannya.

"Gak tau deh. Yaudah pergi mandi gih! Keramas juga sekalian biar seger, kali aja badannya nanti enakan" ucap Farrel memberikan saran kepada Shenna seakan benar-benar harus mensucikan diri setelah berbuat itu. Shenna mengangguk-anggukan kepalanya.

Farrel masuk kedalam kamarnya kembali, disusul dengan Shenna. Keduanya sibuk di kamar masing-masing setelah membersihkan diri.

"Hari ini kuliah jam berapa?" Teriak Farrel dari ruang tamu. Rumah mereka memang tak cukup besar, layaknya apartement yang hanya ada 2 kamar, 1 dapur, 1 gudang yang disulap jadi tempat tidur bi Sumi. 

"Jam 9" sahut Shenna dari dalam kamar.

"Bareng aja gimana? Aku ada kuliah jam 10" Teriak Farrel kembali dan sibuk memakai sepatu vans hitamnya.

"Enggak deh, nanti kalau kita ketahuan berangkat bareng gimana? Nanti banyak yang mikir aneh-aneh lagi" sahut Shenna keluar dari kamar dan duduk bersebelahan dengan Farrel memasang sepatu converse navy-nya.

"Justru yang aneh kita serumah, tapi gak pernah berangkat bareng kan? Dikira kita saudara yang gak akrab lagi" ucap Farrel dengan setengah hati mengatakan 'saudara'. Bahkan yang tadi malam mereka lakukan adalah hubungan suami-istri selayaknya.

Shenna langsung tertawa "Benar juga ya, udah 2 semester ini kita gak pernah berangkat bareng" ucapnya kembali tertawa "Saik banget lah, badan sakit semua, tumpangan gratis" lanjutnya kemudian berdiri. Farrel hanya tersenyum.

*****

Sebulan lagi akan diadakan UAS tepatnya awal bulan juni, Shenna dan Farrel sudah mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing. Dan untuk ketemu dirumah pun jarang, kecuali saat malam hari. Sekedar bercanda, nonton TV atau berkutat dengan laptop masing-masing di Ruang Tamu atau di kamar masing-masing.

Tok tok tok

Suara pintu rumah mereka terketuk, Shenna dan Farrel yang sedang sibuk dengan laptop masing-masing di Ruang Tamu terkaget. 'Ada yang datang malam-malam begini?' Batin keduanya. Farrel berdiri dan membukakan pintu.

"Maaf cari siapa ya?" Tanya Farrel melihat sosok laki-laki dihadapannya.
"Ini rumah Shenna kan mas?" Tanya seorang laki-laki itu. 
"Iya betul. Ada keperluan apa ya?" Tanya balik Farrel mengangkat alisnya bagaimana bisa mengenal Shenna, dia tak pernah melihatnya sama sekali.

"Saya teman SMA nya Willy, boleh dipanggilkan orangnya?" Ucap Willy dengan sopan.

"Sebentar. Shen ada yang nyariin kamu nih. Namanya Willy" teriak Farrel. Shenna mendengar nama itu langsung terperanjak dan lari menuju pintu. Tampak diwajahnya terlihat sangat bahagia dan gelisah.

Shenna menatap Willy tak percaya, dia berubah sangat drastis, rambutnya jauh lebih berantakan dari sebelumnya, tubuhnya juga kurus. Willy langsung memegang kedua tangan Shenna dan menatapnya penuh harap. Farrel yang melihat itu merasa ada yang salah dengan hatinya, dia tak ikhlas istrinya diperlakukan seperti itu oleh laki-laki lain.

Shenna langsung melepas genggaman tangan Willy saat melihat ekspresi wajah Farrel yang tak enak.

"Boleh ngomong sesuatu? Berdua?" Tanya Willy. Ucapan Willy tersebut membuat Farrel sadar, saatnya untuk pergi.

"Penampilanmu berubah ya wil?" Tanya Shenna melihat Willy yang dulunya super perfect tapi sekarang sudah tak tau seperti apa.

"Gara-gara mikirin kamu Shen" celetuk Willy lalu tersenyum.

Shennan langsung membelalakan matanya "Aku?" Tanyanya.

"Kamu ingat belum menjawab perasaanku dan main tinggal aku gitu aja, sakit Shen. Aku hampir stres cuma mikirin kamu. Aku kabur dari rumah setelah tau alamat kamu dari Olivia" jelas Willy dengan mata berkaca-kaca. Shenna tau ini seperti apa yang dibicarakan kakaknya dulu. Dia tersenyum mendengar itu, tau bagaimana rasanya.

"Lalu kenapa kamu meninggalkanku begitu saja?" Tanya Willy kembali.
"Maaf aku tak bisa cerita" ucap Shenna berusaha menutupi rahasianya.

"Boleh aku menumpang dirumahmu sementara waktu sampai aku menemukan pekerjaan?" Tanya Willy meminta izin.
"Boleh" jawab Shenna dengan senang hati, cinta pertamanya saat SMA berada dalam satu rumah dengannya.

****

Ujian Akhir Semester sudah berakhir beberapa hari yang lalu. Tinggal menunggu hasil dan remidian jika nilainya belum sesuai target.

"Eh itu pacar kamu kemana?" Tanya Farrel saat keduanya makan siang di meja makan.

"Pacar apaan? Bukan lagi. Dia itu gebetan aku dulu waktu SMA" jawab Shenna malu-malu.

"Ah mukamu merah gitu. Masih cinta ya?" Tanya Farrel menggoda Shenna. Shenna mengulum senyumnya dan menggeleng "Jangan bohong. Cara natap kamu ke dia itu beda" lanjutnya terus menggoda Shenna meskipun hatinya tersakiti.

"Kamu kok kepo sih rel? Cemburu ya ciyeee. Inget ya kita nikah bohongan, jangan sampai ada main perasaan" goda balik Shenna lalu terkekeh.

"Wooooaa apaan. Mengada-ada nih anak. Ingetlah tinggal sebulan lagi kita selesai" berat bagi Farrel mengucapkan kata terakhir itu, setelah apa yang mereka lakukan 3bulan yang lalu.

Huuuueeek
Shenna merasakan perutnya yang tak enak, dia langsung pergi ke kamar mandi.

"Kenapa Shen?" Tanya Farrel ketakutan, inilah yang ditakutkan olehnya "gpp kan?" Tanyanya dari luar kamar mandi.

"Gatau nih, mungkin kecapekan semalem abis keluar sama Willy" sahut Shenna dari dalam dan membuka pintu.

Farrel membantu mendudukkan Shenna di kursi ruang tamu "masuk angin kali kamu" ucapnya. "Mau aku belikan obat?" Tanyanya sedikit khawatir. Shenna menganggukkan kepalanya.

*****

Shenna merasa tubuhnya masih sama dengan sebulan yang lalu, selalu merasa lemas, rasa mual-muntahnya di pagi hari masih ada, padahal nafsu makannya bertambah. Teman-temannya sering mengejeknya 'pipi lo chuby banget sih, kayakk babi' celetuk teman-temannya saat di kampus.

Karena merasa ada yang aneh pada tubuhnya, dia pergi ke dokter untuk memeriksakan keadaannya.

"Selamat mbak, dari hasil pemeriksaan urine anda dinyatakan hamil. Tes anda posirif dan usia kehamilan anda 10 minggu" ucap dr. Susiana tersenyum ramah.

Shenna merasa lemas mendengar ucapan dr. Susiana, pikiran berkecamuk jadi satu. Antara bahagia atau sedih, mempertahankan atau menggugurkannya. Pernikahan bohongan ini seakan menjadi pernikahan sungguhan. Dia terus bertanya pada dirinya 'Apa Farrel yang melakukannya? Tapi kapan?' Tanyanya terus dalam hati.

dr. Susiana yang melihat ekspresi kaget Shenna bisa mengerti "Tidak apa-apa mbak, maklum masih muda agak kaget saat tahu hamil, bulan depan kontrol sama suami mbak, nanti saya kasih tau jadi suami siaga ya" jelasnya tersenyum. Shenna membalas senyuman itu lemah lalu keluar dari ruangan dr. Susiana.

-

Sesampainya di rumah...

"Darimana Shen?" Tanya Farrel gelisah.
"Dari dokter" sahut Shenna lemas.

"Bagaiamana? Kamu sakit apa?" Tanya lagi Farrel yang merasa Shenna sedang sakit. Shenna terdiam masih asik dengan lamunannya. "Shenna?" Tanyanya lagi.

Shenna langsung tersentak "Maaf Rel, lagi banyak pikiran. Kata dokter cuma kecapekan biasa dan sering keluar malem katanya. Virus yang masuk lebih kuat dari siatem imun" ucapnya menutupi kalau dia sedang hamil.

"Syukurlah kamu gpp" ucap Farrel sambil tersenyum dan mengusap lembut rambut Shenna.

"Boleh tanya sesuatu rel?" Tanya Shenna menatap lemah kearah Farrel.
"Apa?" Sahut Farrel tenang. Shenna menarik nafas dan menggelengkan kepalanya. Lalu berjalan menuju kamarnya.

"Yaudah ke kamar dulu ya" pamit Shenna. Farrel hanya membalas senyum dan anggukan.

*****

Libur semester untuk 2,5 bulan sudah dapat terasa. Farrel lebih sering dirumah semenjak Shenna sakit. Walaupun Shenna menyuruhnya untuk keluar dari rumah jika ada janji dengan temannya.

Lain dengan Willy yang memang pekerja keras, dia dari pagi sudah bekerja di perusahaan kecil hanya dengan ijazah SMA. Dia memutus kuliah hanya untuk mencari keberadaan Shenna. Hari liburnya adalah hari minggu, biasanya dibuat untuk pulang ke rumahnya. Dia sendiri saat di rumah Shenna tidur di sofa atau kalau Farrel lagi baik hati tidur dikamarnya.

Shenna menjadi kebih pendiam dan sering melamun, pikirannya kacau mengetahui kehamilannya. Perutnya memang tak menunjukkan perubahan secara signifikan karena diimbangi dengan berat badannya yang juga naik. Dia terduduk melamun di teras depan rumahnya.

"Shen berangkat dulu ya" pamit Willy. Shenna berdiri dan merapikan baju dan dasi Willy. "Duh calon istri yang baik, inget ya sebulan lagi aku akan melamar kamu seperti yang aku bilang ke kamu waktu itu" lanjut Willy tersenyum.

Shenna hanya tersenyum seadanya, hatinya binggung harus membalas apa. Willy pun pergi dengan sepeda motornya.

"Shen, aku digituin juga dong kayak Willy sekali-kali" goda Farrel mengagetkan lamunan Shenna.

"Apasih Rel? Kamu itu pake baju apa? Mau digituin juga?" Tanya Shenna dengan malu-malu.

"Yah padahal aku juga mau pergi loh" sahut Farrel mengerucutkan bibirnya.

"Yaudah sana pergi-pergi hus hus" usir Shenna mengoyangkan tangannya seperti mengusir kucing.

"Jahat amat neng, sama calon suaminya aja gitu. Masa sama aku yang suami sahnya meskipun bohongan kayak gini" celetuk Farrel menahan tawanya dengan pernyataan awkaward ini,

"Iya Farrel" ucap Pasrah Shenna sambil membenarkan jaket dan menepuk-nepuk wajah Farrel.

Farrel tertawa saat Shenna menepuk pipinya "Dont touch my face! Dilarang tepuk-tepuk wajah saya" seru Farrel masih tertawa.
"Maaf reflek" sahut Shenna tertawa kecil.

"Akhirnya ketawa juga. Aku perhatiin akhir-akhir ini kamu banyak ngelamun. Ada sesuatu yang mau diceritakan?" Tanya Farrel penasaran sambil memegang pundak Shenna.

Shenna langsung menelan ludah "Enggak Rel, cuma binggung aja si Willy mau ngelamar aku, tapi kita dalam posisi masih menikah dan untuk ceraipun gatau masalahnya apa" ucapnya menatap lemah Farrel.

Farrel tersenyum kearah Shenna "Yaudah jangan dipikirin, nanti kita cari solusinya bareng-bareng. Aku buru-buru nih" ujarnya.

"Iya" singkat Shenna tersenyum. Kali ini senyumnya lebih ikhlas daripada sebelumnya, hatinya terasa lega setelah berbicara sedikit dengan Farrel.

"Bye Shen" pamit Farrel sambil mengusap lembut rambut Shenna dan mencium kening Shenna untuk kedua kalinya. Lalu dia lari menuju mobilnya.

"Rel? Nakal yaa!" Teriak Shenna "main cium-cium aja" serunya lagi tak bisa menahan senyumnya, pipinya merona merah.

"Ciye senyum-senyum sendiri, mukanya merah tuh, seneng ya dapet ciuman dari aku" teriak Farrel dari dalam mobilnya tersenyum melihat tingkah Shenna.

Shenna menutupi wajahnya "Pergi sana!" Teriaknya lalu masuk ke dalam rumah.

*****

Besok adalah hari terpenting dalam hidup Shenna dan Willy, Willy akan melamarnya. Suasana hatinya sedang tak menentu, apalagi ada janin yang dikandungnya. Dia binggung harus berbuat apa. Willy sudah tak dirumahnya sejak tiga hari yang lalu, dia kembali kerumahnya untuk mengajak kedua orangtuanya melamar. Dia takut menyakiti Farrel, walaupun Farrel terlihat biasa saja tapi di tau Farrel tak senang dengan kedatangan Willy dirumah mereka dan Shenna juga tak akan memisahkan ayah dan anaknya begitu saja. Shenna berpikir keras sampai membuatnya setres yang seharusnya tak boleh ibu hamil lakukan.

Farrel melihat Shenna yang sedang melamun di Taman belakang rumahnya dan terlihat sedih dari matanya beberapa hari ini. Bahkan bulan dan bintang tau Shenna sedang memikirkan banyak hal yang tidak diketahui olehnya. 

"Mikirin apa Shen? Besok hari bahagia kamu kan? Kok sedih?" Tanya Farrel menghampiri Shenna dan duduk diatas rumput disampingnya.

Shenna menatap lemah Farrel "Entahlah binggung aja. Kita masih status menikah. Tapi aku mau dilamar orang. Aneh gak sih?" Tanyanya dengan nada bersalah.

Farrel tersenyum dan merangkul bahu Shenna "Yaudah sih gpp, jangan dipikirin. Besok setelah pertunangan kalian. Kita pasti akan cerai setelah pertunangan kalian" ucapnya dengan nada bergetar. Sungguh hatinya tak ikhlas melepas Shenna.

"Husss omongannya. Gak segampang itu" celetuk Shenna lalu tanpa sadar dia tertidur di paha Farrel mencari kenyamanan dan memejamkan matanya. Farrel tersenyum melihat tingkah Shenna dan mengusap lembut rambut Shenna.

Keduanya hening sama-sama memejamkan matanya, sibuk dengan pikiran masing-masing. Angin yang berhembus dan suara jangkrik di malam hari seperti tahu hati kedua orang ini sedang menangis.

"Boleh aku minta satu permintaan terakhir?" Tanya Farrel. Shenna membuka matanya dan melihat Farrel menatapnya tulus. Dia menganggukkan kepalanya.

"Mau dansa? Kita nikah gak dansa kan? Aku mohon untuk pertama dan terakhir kalinya" ucap Farrel memelas sambil memegang tangan Shenna.

"Yuk" ucap Shenna tersenyum, setidaknya ini yang bisa ia lakukan terakhir untuk Farrel. "Tapi aku gak bisa dansa" lanjutnya meringis.

Farrel tersenyum "aku juga gak bisa, nikmati aja lagunya" ucapnya.

Farrel mengeluarkan hp dan headsetnya, lalu memasangkan satu headset untuk telinganya, satu lagi untuk Shenna. Alunan musik instrumental terdengar di telinga mereka. Tangan Farrel melingkar ke pinggang Shenna dan tak ada penolakan. Shenna pun membalas perlakuan yang sama, tangannya melingkar ke pinggang Farrel juga. Jarak mereka sangat dekat, mata mereka saling bertemu untuk pertama kalinya dalam jarak yang dekat. Mereka memulai dansa dengan langit yang gelap diterangi sinar bulan dan bintang, membuat suasana semakin indah dan romantis.

"Ternyata kita gak jelek-jelek amat kok rel dansanya" ucap Shenna tersenyum. Farrel membalas senyumannya.

Dengan alunan yang begitu indah, Shenna semakin menikmati kenyamanan yang ia rasakan hampir setahun ini bersama Farrel. Kepala Shenna dan Farrel bersentuhan, tatapan mereka semakin dekat. Farrel mencium kening Shenna untuk ketiga kalinya, cukup lama dan hangat rasanya pada kening Shenna. Lagu instrumental nan romantis tersebut membuat Farrel tak bisa menahan ingin memiliki Shenna seutuhnya, dia kemudian menciumi mata, hidung, pipi, dan berakhir pada kecupan indah pada bibir Shenna.

De javu. Shenna merasa pernah merasakan kejadian seperti ini. Tangannya pindah kearah leher Farrel mendorongnya supaya memperdalam ciuman mereka. Farrel juga melakukan hal yang sama, tanggannya memegang leher Shenna memperdalam ciumannya dan membuat tubuh Shenna mendekat ketubuhhnya.

Farrel tersenyum disela-sela ciumannya. Mereka merasa bahagia bisa mengungkapkan perasaan mereka seperti ini. Shenna meneteskan air matanya dan membuat Farrel terkaget, memberhentikan ciuman mereka.

"Kamu kenapa?" Tanya Farrel khawatir melihat Shenna mengeluarkan air mata. Shenna menggelengkan kepalanya. Farrel memeluk Shenna erat dan menenangkannya.

"Aku binggung Rel" ucap Shenna terisak dalam pelukan Farrel "Aku ingin kita tetap seperti ini, meskipun tau pernikahan ini bohong tapi aku gak mau berpisah sama kamu" ucapnya semakin terisak.

"Tidak papa-papa. Pilihlah mana yang terbaik buat kamu" ucap Farrel menahan air matanya "Aku tau Shenna gadis yang pintar, dia pasti tau bagaimana mengatasi masalah ini" lanjutnya mengusap lembut rambut Shenna.

Mereka berdua terus berdansa dan saling memeluk, lagu instrumental itu terus beralun. Sampai mereka lupa bahwa jam sudah menunjukkan tengah malam.

*****

Keesokkan harinya...
Willy dan keluarganya datang ke rumah Shenna, tak hanya itu sahabat-sahabatnya pun ikut datang. Shenna merasakan kesedihan yang tak bisa ia sampaikan ke siapapun. Hatinya terasa sakit saat dihias di meja rias, lebih sakit dari yang ia rasakan saat hari pertunangannya dengan Farrel. Dia bisa tersenyum saat mengingat kejadian semalam bersama Farrel.

"Are you okay Shen?" Tanya Farrel masuk kedalam kamar Shenna. Shenna mengedikkan bahunya dan berusaha tersenyum melihat Farrel. "No problem Shen. Is gonna be alright okay?" Lanjutnya bertanya kembali menyakinkan kegundahan Shenna.

Jujur Shenna akan lebih tenang jika ada Farrel yang ada terus disampingnya.

Shenna pun keluar, semua pasang mata melihatnya. Acarapun dimulai satu persatu. Dan acara yang ditunggu pemasangan cincin. Bayangan Farrel datang dihadapan Shenna saat memasang cincin pada saat itu, keduanya melihatkan senyum palsu mereka kepada semua yang hadir. Shenna memasang cincin kepada jari manis Willy. Matanya sudah melihat kemana-mana berharap Farrel tak melihatnya. Sungguh hatinya terasa hancur atas kejadian ini. Willy memegang tangan Shenna dan berniat memasangkan cincin kepada jarinya.

"Stop" ucap Shenna melemah menjauhkan tangannya.
"Ada apa Shen?" Tanya Willy terkaget akan sikap Shenna.

Shenna kembali terisak "Maaf Willy, maaf aku gak bisa meneruskan ini. Aku minta maaf" ucapnya lalu pergi meninggalkan rumahnya dan keluar dari rumahnya berlari mencari Farrel. Mata Shenna berhenti saat melihat Farrel terduduk di depan pintu dan langsung memeluknya.

"Ada apa Shen?" tanya Farrel terkaget dan berdiri sambil menopang tubuh Shenna. Shenna semakin menangis terseduh-seduh.

Shenna menggeleng dalam pelukan Farrel "aku gak bisa Rel, aku gak bisa" ucapnya. Farrel hanya tersenyum dan memeluknya erat sangat erat.

"Shenna!" teriak Willy "apa-apaan ini?" Tanya Willy melihat Shenna memeluk Farrel.

"Maafkan aku Willy, aku tak bisa melanjutkan pertunangan ini" sahut Shenna.

"Kenapa Shen? Kenapa?" Tanya Willy berteriak dengan nada sarkatis.

"Karena ini" ucap Shenna meraih tangan Farrel yang terdapat cincin pernikahannya "dan kamu bisa lihat ini" lanjutnya lalu memasang cincin yang selama ini ia simpan "ini cincin pernikahanku dengan Farrel" serunya menunjukkan cincin di jari mereka kepada semua orang.

"Hah?" Seru semua tamu bersamaan yang melihat kejadian ini.

"Aku sudah menikah dengannya sejak november lalu karena dijodohkan. Awalnya kami berdua tak mau dan mengatur siasat nikah bohongan selama setahun. Tapi maaf cintaku ke kamu sudah mulai luntur semenjak aku hidup bersama Farrel" jelas Shenna.

"Jadi kamu berbohong kalau dia saudaramu?" Tanya Willy dengan nada tinggi.

Shenna menganggukkan kepalanya "Maafkan aku Willy, maaf harus merusak acara hari ini. Tapi aku gak bisa menyakitinya" ucap Shenna merasa bersalah pada Willy.

Willy mendekat kearah Shenna "Shenna aku tak suka dipermainkan seperti ini, pasti kamu bercanda kan? Kita lanjutkan pertunangan kita" ucapnya meraih tangan Shenna dengan kasar.

"Lepaskan Willy! Aku sedang hamil tiga bulan" teriak Shenna. Setidaknya itu cara supaya Willy tak memaksanya untuk melanjutkan acara ini.

Willy merasa tubuhnya lemas, dia perlahan melepas genggaman tangan Shenna. Hatinya hancur ketika mengetahui fakta gadis yang dicintainya, yang membuatnya frustasi seperti orang gila telah menjadi milik orang lain dan sedang mengandung benih anak mereka.

Shenna langsung berjalan menuju Farrel, dan memegang tangannya. Farrel dengan lembut mengusap air mata Shenna, dia tak tega melihat Shenna menangis. Lalu Farrel membawa Shenna masuk ke dalam rumah. Dan membawanya menuju ke kamar Shenna. 

Suara kegaduhan terdengar dari luar, bahkan sahabat-sahabat Shenna dari SMA tak berani masuk. Bi Sumi, pembantu mereka mengusir semua tamu agar segera pergi.

"Kenapa mereka bodoh sekali? Mana ada pertunangan tanpa mendapat izin orang tua si perempuan?" Ucap ketus bi Sumi.

Tok. Tok. Tok.
Suara pintu kamar Shenna diketuk oleh bi Sumi.

"Tamunya sudah pulang semua Non, Den" seru bi Sumi dari luar.
"Iya bi" jawab Farrel membukakan pintu.

"Non Shenna beneran hamil?" Tanya bi Sumi.
"Iya bi, sudah tiga bulan. Makanya tubuhku agak melar" sahut Shenna tersenyum mengelus perutnya.

Farrel menelan ludahnya "Jadi tadi bukan bercanda?" Tanyanya. Shenna menggelengkan kepalanya tersenyum.

"Alhamdulillah ya non" sahut bi Sumi tersenyum ikut bahagia.

"Oya Rel, Kapan kita melakukannya? Apa yang pas aku tanya kenapa badanku nyilu itu semua kah?" Tanya Shenna penasaran. Farrel hanya terdiam, rahasia yang dia simpan rapat-rapat akhirnya terkuak.

"Kenapa diam Rel? Aku tak akan memarahimu. Yang kamu bilang aku pulang jam 10malam itu kah?" Tanya Shenna kembali.

"Maaf sebelumnya Non, untuk pulang jam 10 itu benar Den Farrel tidak berbohong, tapi untuk yang melakukan hubungan suami istri itu sudah bibi dan keluarga kalian yang mengatur. Ingat saat saya kasih Non susu hangat? Itu sudah saya campur dengan obat perangsang. Nah disitulah Non seperti orang mabuk, jadi saya bawa Non ke kamar Den Farrel, yang ngetuk pintu saya" jelas Bi Sumi sambil menyengir.

"Nah apakah bi Sumi juga melakukan itu kepada saya? Karena saya juga tak ingat sama sekali apa yang saya lakukakan tiba-tiba bangun dan melihat kami berdua telanjang?" Tanya Farrel.

Bi Sumi menganggukkan kepalanya "Maafkan saya. Saya hanya disuruh. Semua skenario sudah diatur oleh keluarga kalian. Karena yang merasakan efek Non Shenna duluan, jadi si Non lebih agresif dan pemulai duluan, karena orangtua kalian tau kalian berdua berniat nikah bohongan, pasti Den Farrel gak akan menyentuh Non Shenna, inget air putih yang dimeja itu juga sudah saya campurkan obat perangsang, jadi ketika Den gugup pasti akan meminum air itu. Jadi rencana keluarga kalian berhasil" jelasnya lagi.

"Tapi kenapa kita berdua tak ingat apa-apa bi?" tanya Shenna.

"Itu efeknya bertahan cuma 4jam dan selama itu kalian pasti sudah menggila, entah apa yang kalian lakukan" sahut bi Sumi terkekeh "jadi tugas saya sudah selesai, saya mau pamit dulu mau beres-beres rumah" pamitnya kemudian keluar dari kamar Shenna.

"Tapi kenapa aku bisa dikamarku, padahal kita berbuatnya di kamar kamu?" tanya Shenna.

Farrel meringis menggaruk belakang lehernya "Itu karena aku panik, dan aku sudah berjanji tak akan menyentuhmu jadi kupakaikan bajumu kembali. Maaf ya aku tak berterus terang, aku takut kamu marah" ucapnya memegang tangan Shenna.

"Iyah gpp Rel, sudah terlanjur. Disini diperutku ada buah kita yang akan tumbuh. Kita harus berjanji akan merawatnya dengan baik sampai tumbuh dewasa" sahut Shenna tersenyum langsung memeluk Farrel.

Farrel tersenyum dan mengusap lembut kepala Shenna "Iya Shenna sayang, mau berjanji akan mencintaiku?" Tanyanya. Shenna menganggukkan kepalanya dan memeluk Farrel sangat erat.

"Semoga kita jadi keluarga Sakinah, Mawadah, Warrahmah" ucap Farrel kemudian mencium kening Shenna lalu menuju perut Shenna yang berisi buah cintanya.

"Amin. Nanti aku mau cuti kuliah, mau ngurus baby" celetuk Shenna membayangkan bagaimana bahagiannya.

"Iya mama Shenna, terserah mama aja. I love you mama Shenna" ucap Farrel tersenyum kepada Shenna.

"I love you too Papa Farrel" sahut Shenna lalu mengecup singkat bibir Farrel.

Farrel tersenyum "ah kamu selalu jadi dominan ya? Selalu kamu yang menggodaku lebih dulu" ucap Farrel terkekeh.

Shenna membulatkan matanya tak percaya dengan ucapan Farrel "Dan kamu! Curang! Sekarang telanjanglah! Kamu sudah melihat tubuhku dalam keadaan sadar, sedangkan aku lupa!" Ucapnya mengancam.

Farrel terkekeh "Jangan ya sayang, kalau aku telanjang, terus gak kuat liat muka kamu yang memerah, nanti aku nafsu bisa kuserang kamu. Tapi aku gak mau menyakiti kamu sama anak kita" ucap Farrel tersenyum.

Shenna merasa melting mendengar ucapan Farrel. Dia tersenyum dan langsung memeluk Farrel menyembunyikan pipinya yang memanas dan merah. Dan tak ada lagi pernikahan bohongan, pernikahan ini sudah sah sejak awal. Bahwa kenyamanan yang membawa mereka bisa menyatu.

Senin, 04 Agustus 2014

Jogja in Love

Stasiun Gubeng tampak ramai dengan kerumunan orang dengan beberapa tujuan kota. Kali ini Sarah perempuan yang sedang kuliah jurusan kebidanan ini ingin melakukan kepergian ke Jogja. Kota yang selalu ingin dia datangi dari jaman Sekolah Dasar dulu. Kali ini dia tak berpergian sendiri, dia pergi dengan kakak sepupunya Luma yang sudah bekerja sebagai perawat dan kak Ria yang kuliah jurusan akutansi.


Liburan kali ini, memang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Apalagi dengan jadwal kak Luma yang sangat padat sebagai seorang perawat di Rumah Sakit. Bisa dilihat banyak sekolompok orang dari anak kecil hingga orang tua. Semua sibuk memadati stasiun, di karenakan liburan anak sekolah dan mahasiswa bersamaan.


"Ah laaaamaaaaa" keluh Sarah yang sedang duduk di kursi tunggu di dalam stasiun.


"Iya nih kak Lum, tau gitu berangkatnya entar-entar aja" sahut Ria ikutan mengeluh.


"Dasar anak kecil ya, kereta itu gak bisa nunggu kita. Jadi prepare dikit lah" jawab kak Luma


Mereka berdua terdiam mendengar perkataan Luma. Sampai akhirnya panggilan untuk penumpang kereta tujuan Yogyakarta bergema agar seluruh penumpang segera masuk ke dalam gerbong.


Kereta berangkat pukul 15.00 WIB. Perjalanan selama kurang lebih 5 jam akan sampai di Jogja sekitar pukul 20.00 WIB. Mereka duduk berdampingan di kursi 3 bangku. Mereka segera memejamkan matanya karena terasa mengantuk setelah sibuk beraktifitas paginya dengan tugas kuliah dan laporan kerja.


"Hei hei bangun" Ria mencoba membangunkan Luma dan Sarah, karena melihat matahari terbenam dengan indah.


“Sumpah bagus banget” celetuk spontan Sarah dengan mata berbinar-binar. Dia langsung meraih handphone nya untuk mengabadikan gambar dan memposting di sosial media miliknya.


“Kok kamu alay ya dek? Perasaan biasa aja deh” sahut Luma.


Karena melihat dari jendela tak cukup, Sarah berniat ingin melihat dari pintu gerbong yang mungkin dilarang keras untuk dibuka. Akhirnya dengan rayuan mautnya dia berhasil mengajak Luma untuk menemaninya.


"Kak ayo. Nanti ketahuan petugasnya. Pumpung gak ada yang liat" ajak Sarah sambil menarik tangan Luma.


Luma pun mengikutinya dari belakang. Dia membuka gerbang pintu gerbong. Dia terkaget saat ada seorang laki-laki yang sedang berdiri didepan pintu gerbong.


“Apakah dia petugas kereta api?” Batin Sarah “kalau aku tak bisa melihatnya bagaimana?” Tanyanya terus dalam hati.


Tiba-tiba lelaki itu tersadar akan kehadiran Luma dan Sarah yang berdiri di belakangnya. Laki-laki itu melihat ke wajah Sarah yang menunduk dan kesal.


"Kamu juga ingin melihat Matahari Terbenam?" tanya Laki-laki itu.


Mereka berdua terkaget. Suaranya begitu tenang dan halus. Dan wajahnya sangat tampan tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Mereka sampai kehilangan kata-katanya.


"Noh rah, ditanya" ujar Luma membangunkan lamunan adik sepupunya itu. Dia tau Sarah kalau sudah melihat laki-laki tampan.


Sarah meringis, mukanya merah padam, jantungnya berdetak sangat cepat “iya, bisa gantian gak?" jawab Sarah malu-malu.


"Boleh. Silahkan. Udaranya sejuk loh lumayan" jawabnya dengan senyum indah dan menenangkan hati.


"Ah thanks” ucapnya singkat kehilangan kata-katanya.


Sarah memejamkan matanya untuk menikmati udara sejuk yang berhembus menerpa wajahnya. Sampai dia tidak menyadari bahwa kakak sepupunya sedang berbicara dengan lelaki yang membuat jantungnya berdebar itu.


"Sar udah liatnya?" tanya Luma yang sudah mulai bosan menunggu.


"Ayo kak udah gelap juga" jawab Sarah melihat kearah laki-laki itu.


"balik duluan ya" pamitnya Luma pada lelaki itu. Lalu berjalan kembali ke tempat duduknya.


"Kak, mas tadi ganteng ya? Kenalin dong kak” ucap Sarah sambil nyengir kuda.


“Kenal juga tadi dek, tadi pas disana kenapa gak kenalan sendiri?” Tanya balik Luma.


“Malu kak, sumpah aku kehabisan kata-kata. Wajah tampannya bikin aku susah buat ngomong” jawabnya sambil membayangkan kejadian tadi. “Namanya siapa kak?” Tanyanya lagi.


“Novan” sahut pendek Luma. Sarah hanya mengangguk-anggukan kepala.


Pukul 20.30 WIB tibalah kereta mereka di Yogyakarta. Mereka bertiga berjalan mencari tempat duduk sekalian menyempatkan makan malam terlebih dahulu. Karena cacing di perut juga butuh asupan makanan.


"Makan sini ajah" tunjuk Ria di warung Soto dekat stasiun. Sarah dan Luma sepakat untuk makan disana dan masuk ke warungnya.


Mereka memesan makanan dan segera memakannya karena hari sudah malam. Tampak musik tradisional musisi jalanan bergema mengiringi mereka makan malam.


“Luma! Sarah!” Sapa seseorang laki-laki.


Semuanya menoleh kearah suara itu. Sarah hampir menyemburkan makanannya melihat Novan memanggil namanya dan menyapanya.


“Bagaimana dia tau namaku?” Tanya dalam hati, wajahnya kembali memerah. “Ah tadi kak Luma memanggilku, bukan?” Jawabnya sendiri dalam hati.


"Hai. Makan juga disini?" tanya Novan lalu duduk disamping Luma. Sarah mengangguk dengan semangat.


"Oya Lum, udah tau mau kemana?" tanya Novan tersenyum manis kearah Luma.


"Gatau sih, tapi nanti mungkin mau ketemuan sama temen Ria atau Sarah yang disini" sahut Luma sambil melihat wajah Sarah yang nampak kesal terhadapnya.


"Kenapa kita gak bareng aja? Aku udah sering kesini nanti aku ajak muter-muter" ucapnya menawarkan diri.


"Oh gausah terimakasih, ngerepotin aja" sahut Luma sungkan, karena masih baru bertemu sudah merepotkan orang lain.


"Oh ngak kok, malah dengan senang hati" ucap Novan dengan tertawa cengigisan.


"Yaudah sih gausah dipaksa kali kalo gamau" jawab Sarah ketus. Luma hanya tersenyum sungkan.


Mereka berempat mulai menghabiskan makanannya tanpa percakapan. Sarah masih kesal terhadap Novan dan Luma. Ia memilih bungkam tak berbicara sambil melirik sinis kearah dua orang itu.


"Yaudah balik dulu ya" ucap Novan berpamitan, lalu pergi berjalan keluar dari warung. Semuanya hanya tersenyum memgangguk kecuali Sarah.


"Oya lupa. Senang kenal kamu Lum, kalau kita bertemu kembali, berarti kita berjodoh" bisiknya pada telinga Luma.


Terlihat garis senyum manis pada bibir Luma saat Novan mengatakan itu. Sarah sudah melirik sinis Luma “I hate this" teriak Sarah kesal dalam hatinya. Lalu novan pergi dengan menaiki taksi yang tadi sudah dia pesan.


"Ayo cari penginapan pumpung belum gelap" ajak Ria berdiri dari tempat duduknya.


Sepanjang perjalanan mereka berjalan dengan keheningan tak seperti biasanya. Sarah akan mengomel dan terus berbicara sampai Luma capek meladeninya. Mereka berhenti di sebuah halte dan duduk menunggu bis datang.


"Dek kamu marah ya sm kak Luma?" Tanya Ria pelan mendekat duduk kearah Sarah.


"Nope" jawab Sarah ketus.


"Ciyeeee cemburu" teriak Ria cukup keras.


"Apaan sih?" jawabnya ketus lagi


"Udah dong dek, kakak minta maaf ya. Lagian kakak gak ada hubungan apa-apa juga sama Novan” ucap Luma akhirnya angkat bicara, sebenernya dia tau kalau adeknya yang satu ini menyukai Novan. Dengan wajah yang memelas.


"Dih kak mukanya jangan gitu dong, gak tega liatnya. Lagian gak salah juga" sahut Sarah sambil tersenyum.


"Oya kalian bawa air softlens gak? Aku lupa bawa" tanya Luma mulai melihat matanya yang memerah.


Sarah dan Ria merogoh tas mereka mencari air softlens milik mereka. “KAK! AKU LUPA BAWA” Teriak mereka berdua bersamaan.


Semua tampak kebinggungan. Tak ada toko optik didekat sini. Mata Luma mulai memerah dan mengeluarkan air mata.


"Ini mbak" suara laki-laki itu berada di belakang Sarah, sambil memberikan botol air softlens.


"Eh” ucap Sarah kaget melihat laki-lali dibelakangnya tiba-tiba menyodorkan botol air softlens “Terimakasih" sahutnya langsung mengambil dan memberikannya kepada Luma.


Setelah meneteskan ke matanya, akhirnya Luma melepas softlens yang menempel di matanya. 


"Terimakasih banyak ya mas" ucap Luma memberikan air botol softlens itu. Laki-laki itu menganggukan kepalanya dan tersenyum sangat manis.


Semua tak menyangka laki-laki yang memberikan itu tampan, wajahnya khas sekali seperti artis-artis korea. Kenapa mereka selalu bertemu wajah-wajah tampan di Yogyakarta.


“mau tujuan kemana?" tanya Laki-laki itu.


"Entahlah" sahut Ria pasrah.


"Mungkin cari penginapan. Kamu tau penginapan yang sekiranya murah tapi fasilitasnya bagus?" ucap Sarah sambil tersenyum.


"Ada. Deket rumah budheku. Tapi itu punya budheku juga sih. Deket kok. Jalan kaki juga sampai" jawab laki-laki itu tersenyum.


"Boleh tuh" Sahut sarah tersenyum. "Sarah" dia memberanikan diri mengulurkan tangannya terlebih dahulu.


"Julian" laki-laki itu membalas jabatan tangan Sarah dan bersalaman juga dengan Luma dan Ria.


“Tempatnya dimana?” Tanya Luma.


“Dekat sini, jalan kaki juga bisa kok sekitar 1 km” sahutnya tersenyum manis.


“Are you sure jalan kaki?” Tanya Sarah kembali seperti biasanya, tukang ngeluh.


Mereka berempat menyusuri trotoar di jogja. Sesekali Sarah berusaha 'SKSD' kepada julian.


"Oya kamu kok bisa bawa air soflens sih?" Tanya Sarah yang berjalan disampingnya.


"Iya kemarin di Surabaya aku ikut event Costplay, tau sendiri animenya matanya aneh-aneh jadi udah persiapan sih" jelas Julian tersenyum lagi. Omg Eye Smile.


"Oh pantes" sahut Sarah "kamu asli orang sini?" Tanyanya lagi.


"Bukan. Asli surabaya kok. Disini juga lagi liburan. Nanti kalau kalian mau jalan-jalan bisa aku anterin” ucap Julian menawarkan diri.


"Wah boleh tuh" sahut Ria memegang pundak Sarah dari belakang.


"Oh gak usah. Terimakasih. Ngerepotin banget" ucap Sarah sungkan tersenyum sungkan.


"Oh gpp ikhlas. Tenang aja gratis" sahut Julian melakukan Eye Smile kembali. Jantung Sarah kembali berdetak cepat.


"Tau ini Sarah daritadi nolak mulu ajakan orang buat dianterin jalan-jalan" ucap Ria mulai kesal.


"Sudah sampai" ucap Julian memberhentikan langkahnya di depan sebuah Rumah khas Jawa yang cukup besar. Mereka memasuki ruang resepsionis.


Julian berjalan menghampiri mereka setelah berbincang dengan resepsionis yang merupakan budhe nya sendiri. “Jadi berapa sehari?" tanya Sarah.


"Gratis" jawab Julian tertawa melihat wajah mereka yang sedang khawatir.


"Serius? Jangan bercanda deh" tanya Ria memastikan.


"Haha iya sorry, bercanda lagi. Kalian sehari 100 perkepala" jawab Julian sambil tertawa cengigisan.


"Gila mahal amat, kita cari yang murah aja deh gak sanggup segitu" ucap Luma kesal.


"Haha bercanda kok kalian bertiga sehari cuma 100. Tenang disini kamarnya bagus ada kamar mandi dalam. Kenapa wajah kalian gelisah gitu sih?” Tanya Julian masih tertawa cekikikan.


"Tumben murah? Setauku biasanya 50rb perkepala. Apakah tak apa semurah itu?” Tanya Ria yang sedang binggung sendiri.


"Ya aku bilang aja ke budheku, kalian itu temenku ya dimurahin deh" jawab Julian dengan santainya.


"Oya? Terimakasih. Maaf ya merepotkan banget" ucap Sarah melompat kegirangan saking bahagianya.


"Kamu lucu" ucap Juliah kembali melakukan eye smile. Seketika itu Sarah langsung terdiam. Mukanya memerah dan menundukkan kepalanya.


"Ciyeeee" goda Luma tertawa cekikikan bersama Ria dan Julian.


"Yaudah aku anterin kalian ke penginapan. Nanti kalo ada apa-apa kalian bisa hubungi aku aja" ucap Julian berjalan menunjukkan kamar yang akan mereka tinggali.


"Ini penginapan kita? Yakin cuma 100rb buat bertiga?" Tanya Ria yang terkaget melihat itu kamar luas dan bagus.


"Iya silahkan masuk, di dalem juga banyak wisatawan juga mulai lokal sampai luar negeri" jelas Julian.


"Bagus nih bagus banget" ucap Sarah.


"Ini kamar kalian nomer 8, dan kalau kalian butuh bantuan aku ada dikamar 9" jelasnya lagi.


"Loh kok kamu nginep disini juga?" Tanya Sarah Polos.


"Supaya deket sama kamu" goda Julian tertawa cekikikan kembali.


"Ciyeeee Sarah" goda kedua kakak sepupunya


"Gak lah, bercanda. Dalem rumahnya budhe katanya udah penuh disewain juga" jelasnya.


"Tapi awas loh kebanyakan bercanda bisa cinta beneran" goda Sarah


"Amin. Semoga beneran" jawab Julian tersenyum


Sarah tertawa cukup keras "udah ah becanda mulu. Masuk duluan ya. Bye" pamit Sarah tersenyum.


Mereka semua merapikan tas dan koper yang mereka bawa. Kamar yang cukup besar dengan king bed setidaknya muat untuk tidur bertiga walaupun bed langsung menempel dilantai. Terdapat lemari kecil dan satu tempat colokan yang mungkin bisa buat berebut mengisi baterai hp.


Semua mulai tiduran diatas kasur. Sambil melihat langit-langit kamar. Hati mereka sungguh lega 

"akhirnya sampai jogja juga" semuanya berkata dalam hati.


Tiba-tiba pintu diketuk oleh seseorang dari luar. Semuanya kaget dan berdiri bersamaan.


"Siapa?" Teriak Luma dari dalam kamar.


"Julian" sahutnya dari luar.


"Sebentar. Aku bukakan pintu" ucap Luma berjalan membukakan pintu “Ada apa kesini?” Tanyanya.


"Oya lupa kasih tau, salah satu dari kalian harus ngasih ktp buat jaminan ke recepcionist" ucap Julian.


"Oh aku aja deh. Bentar" sahut Sarah sambil mengambil dompetnya.


Julian dan Sarah pun berjalan menuju ruang depan, ada laki-laki muda dengan rambut gondrong sedang duduk memainkan hpnya.


“Nih, katanya harus pake KTP” ucap Julian ketus memberikan KTP milik Sarah


“Gitulah, meski mereka temen lu juga harus pakai KTP” jawabnya sambil mengambil KTPnya. “Pelajar, Mahasiswa atau udah kerja?” Tanyanya sambil mengisi biodata penginap.


“Sejak kapan ada pertanyaan seperti itu? Ini sudah larut malam biarkan mereka beristirahat” teriak pelan Julian.


“Kuliah” ucap Sarah pendek.


Laki-laki itu langsung melihat kearah Sarah, lalu tersenyum gak jelas dan melihat kearah Julian. “Oh I See” sahutnya “temennya Julian apa? Kuliah juga? Liat KTM nya dong?” Tanya nya lagi.


Sarah mengeluarkan Kartu Tanda Mahasiswa lalu memberikan kepada laki-laki itu. Namun Julian merebutnya sebelum sampai ketangan laki-laki itu.


“Berhenti main-main, aku laporkan ibumu, Sam” ucap Julian malas.


“Sorry. Bercanda kali cari hiburan” sahut Samuel meringis “maaf ya mbak, saya bercanda” lanjutnya menatap sungkan Sarah.


Julian langsung menarik pergelangan tangan Sarah dan mengajaknya pergi dari saudaranya yang memang sering menggoda pengunjung yang datang.


"Oya kamu tau atm BCA deket sini gak? Aku barusan di sms kak Luma suruh ambil uang sekalian” ucap Sarah memberhentikan langkahnya.


"Kayaknya sih ada diseberang jalan” tunjuk Julian di sebuah minimarket.


"Oh yang diseberang jalan itu kan?" Tanya Sarah kembali memastikan lalu melangkah keluar rumah penginapan di ikuti oleh Julian di belakangnya.


"Iyap. Mau aku anter?" Tanya Julian.


"Gausah. Deket kok tinggal nyebrang aja"


"Yakin? Bisa nyebrang emang?" Tanyanya lagi menggoda Sarah.


"Ah merendahkan nih orang. Bisa kali. Jalan surabaya yang ramai aja sering" jawab Sarah kesal "yaudah duluan" pamit Sarah meninggalkan Julian dipinggir trotoar.


Tiiiiiiiin


Suara mobil itu terdengar jelas di telinga Sarah. Dia reflek memejamkan matanya. Kemudian sebuah tangan yang lembut memegang pergelangan tangannya. Menuntunnya sampai ke tempat tujuan. Sarah membuka matanya perlahan.


"Julian?" Tanyanya kebinggungan. Julian hanya tersenyum kemudian tertawa melihat ekspresi Sarah.


"Hei wajahmu keliatan lucu seperti itu" ucap Julian lalu melanjutkan tertawanya. Sarah kesal terhadap Julian, kemudian melepaskan tangannya dari Julian kasar.


"Kamu marah? Maaf ya Sar, bercanda" ucap Julian menyesal.


Sarah tak mempedulikan ucapan Julian. Kemudian dia pergi masuk ke minimarket untuk mengambil uang. Setelah selesai dia membawa tentengan kresek yg berisi beberapa makanan dan minuman.


Julian sedang duduk-duduk di depan minimarket dengan wajah yang sangat merasa bersalah dan menyesal. Sontak membuat Sarah tertawa sambil duduk menghampirinya.


"Kamu udah gak marah?" Tanya Julian lega. Sarah hanya menggeleng sambil tersenyum.


Kemudian mereka berdua kembali ke penginapan dan masuk ke kamar masing-masing.


Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB.

Tiba mereka bertiga terasa lapar dan ingin berjalan-jalan mengelilingi suasana malam Yogyakarta.


Luma menyuruh Sarah agar mengajak Julian untuk menemani menemani mereka berkeliling. Namun Sarah tak mau karena itu merepotkan orang lain. Setelah dirayu dan dibujuk akhirnya Sarah mau dan mengetuk pintu Julian.


"Siapa? Ada apa?” Tanya Julian membukakan pintu mengenakan celana boxer dan kaos putih tidak berlengan dengan mata yang tertutup.


"Kamu tidur ya? Maaf aku menganggumu. Silahkan tidur kembali” ucap Sarah tak enak hati menganggu orang yang sedang istirahat.


Suara itu sangat familiar ditelinga Julian. Dia membuka matanya dan terkaget melihat Sarah berada di depannya lalu menutup badannya dengan pintu.


“Ada apa Sar? Mau keluarkah? Kalian pasti laper ya? Kalian belum makan kan?” Tanya Julian sambil mengucek matanya. Sarah menganggukkan kepalanya. “5 menit” ucapnya lalu menutup pintu. Sarah hanya mematung di depan kamar Julian lalu kembali masuk ke kamarnya.


Julian kemudian berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka dan bersikat gigi. Baju polos putih tidak berlengan tadi langsung ia tutupi dengan jaket. Dan menggunakan celana jeans panjang dengan lutut sobek-sobek sudah melekat di tubuhnya. Julian mengetuk pintu kamar Sarah dan saudaranya. Tak ada jawaban. Kemudian suara langkah kaki terdengar.


"Ada apa Jul? Bukannya kamu tidur kata Sarah?" Tanya Luma


"Yaudah kalian mau minta anterin kemana? Kita bisa jalan kaki atau naik sepeda motor" jawab Julian bersemangat. Rasa kantuknya tiba-tiba hilang.


"Sar, Ria ada Julian disini katanya mau anterin kita. Kita mau kemana?" Teriak Luma


"Terserah kak, kemana aja" teriak Ria


"Sepertinya ada motor dibawah, aku tanyakan dulu ya jadi kita bisa naik motor biar gak capek juga jalan kaki” ucap Julian.


Julian pun pergi meninggalkan kamar mereka menuju ke ruang tengah tempat Samuel duduk menjaga penginapan. Setelah berbicara dengan  akhirnya dia diperbolehkan tapi membawa sepeda motor milik Samuel dan sepeda motor tua milik pak dhe nya.


From : 081xxxxx

To : Sarah

Sar, kalian bertiga aku tunggu di depan penginapan. Julian.


"Wah asyik naik sepeda malem-malem" teriak Ria kegirangan.


"Jadi cuma 2 sepedanya?" Tanya Sarah


"Iya. Gak ada lagi" jawab Julian


"Yaudah sih. Kamu sama Julian ya Sar, nanti aku sama Ria" bisik Luma kepada Sarah.


"Kaaak gamau. Malu kak" teriaknya pelan


"Kamu kan yang paling deket sih, kalo kita kenalnya cuma sekilas doang" ucap pelan Luma.


"Iya deh iya" jawabnya terpaksa


Akhirnya dengan terpaksa dan sedikit malu Sarah berboncengan dengan Julian. Luma dan Ria hanya tertawa melihat ekspresinya. Mereka berempat menyusuri jalan jogja yang dingin. Udara dimalam hari sangat bebas polusi hanya sedikit kendaraan bermotor yang lewat.


"Kita sampai berapa menit lagi?" Tanya Luma


"5 menit lagi" jawab Julian


"Daritadi 5 menit mulu" celetuk Sarah


"Sudah sampai" jawab Julian


Disana terlihat banyak sekali orang berjualan, pedagang kaki lima berhimpitan.


"Mau makan apa?" Tanya Julian


"Gudeg" celetuk Ria


"Gak suka ah. Nasi kek. Laper belum makan tau dari siang" sahut Sarah


"Yaudah kita cari nasi dulu. Tau tempatnya Jul?" tanya Luma


"Kesana aja" menunjuk sebuah tempat makan bertuliskan bebek goreng dan ayam goreng


Mereka semua tampak makan dengan lahap. Dan dengan wajah Julian yang lumayan tampan atau mungkin terlalu cute untuk laki-laki mengalihkan penglihatan Sarah "dih asli cute banget ini anak, laki tulen gak ya?" tanyanya dalam hati sambil tertawa kecil.


"Hayoloh lagi ngelamunin apa?" Tanya Ria mengagetkan lamunan Sarah. Dia hanya menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan makan.


"Sudah makan kan? Ayuk cari gudeg" ajak Ria antusias.


“Kalian tau gak sih Gudeg itu makanan seperti apa?” Tanya Julian. Ketinganya menggelengkan kepalanya. “Sudah kuduga, padahal gudeg juga ada nasi nya loh” lanjutnya tersenyum.


“Sumpah?” Teriak ketiganya. Julian mengangguk sambil tertawa


“Kenapa kita bodoh banget ya kak?” Celetuk Sarah.


“Yaudah gak papa sih, ada Gudeg Pawon daerah alun-alun utara, kalo naik sepeda lumayan lah. Tapi gak kerasa kalau kita liat pemandangan jogja dimalam hari. Tapi antri loh, warungnya baru buka jam 12” sahut Julian


"Gilaaa ada warung buka jam segitu?" keluh Sarah


"Ada, tapi gpp kan? Sekalian itu nanti kalian antri juga laper lagi pasti” sahut Julian.


Mereka bersepeda dengan santai menelurusi indahnya kota Yogyakarta di malam hari. Udaranya sangat sejuk tapi dingin menembus kulit. 


"Dingin. Seger udaranya" ucap Pelan Sarah.


"Mau jaket?" suara Julian mengagetkan Sarah yang tak menyangka mendengar ucapannya.


"Terimakasih, gak usah" sahutnya.


"Udara malem jahat loh nanti sakit"


"Kan sama aja, nanti kamu yang sakit kalau gak pake jaket"


"Laki kan aku, harus kuat lah. Ngalah sama perempuan” ucapnya sambil tersenyum.


Sarah melihat Eye Smile milik Julian lagi dari spion, itu benar-benar menyejukkan matanya daripada udara yang berhembus menerpa wajahnya “Gak usah Jul, ini aku kan udah pakai baju lengan panjang sama jilbab jadi udah protect kok" ucapnya menenangkan diri.


"Yasudah" jawabnya singkat.


Merekapun mengantri untuk mendapatkan gudeg. Walaupun harus berdiri sekitar 1 jam untuk mendapatkannya. Semuanya menyantap dengan lahap makanan gudeg yang merupakan ciri khas kota jogja.


Setelah menyelesaikan makanannya merekapun kembali ke penginapan dengan jarak tempuh setengah jam. Setelah sampai di penginapan mereka langsung kembali ke kamar masing-masing dan mengucapkan terimakasih kepada Julian karena sudah mengantar mereka bertiga.


*****


Matahari sudah ada diatas awan menyengat, namun tampaknya mereka bertiga belum terbangun. Kemarin adalah hari yang melelahkan bagi mereka. Suara ketukan pintu membangunkan mereka. Sarah berlari kecil menuju pintu dengan mata tertutup dan malas. Dia sudah tau yang datang adalah Julian.


“Ada apa Jul?” Tanya Sarah masih dengan mata terpejam.


"Kalian pasti capek banget ya?" tanya Julian merasa kasian melihat Ria dan Luma masih tertidur di kasur. Sarah hanya mengangguk pelan.


"Kita hari ini kemana?” Tanya Sarah spontan sepertinya dia tak sadar atas perkataannya.


“Kamu pengen aku anterin lagi?” Tanya Julian. Sarah langsung membuka matanya kaget atas pertanyaan Julian. “Kalian abis gini mau kemana?" Tanyanya lagi


"Mau nganterin lagi? Duh baiknya sih kamu. Kalau semua cowok baik seperti kamu pasti banyak cewek yang ngejar" celetuk Ria menghampiri mereka berdua lalu tertawa cekikikan.


"Gak lah. Kasian kalian perempuan. Gak tega biarin kalian luntang-lantung dikota orang" sahut Julian


"Duh bijak banget. Coba aku Sarah yang pasti langsung jatuh cinta deh sama kamu" goda Ria tertawa kecil. Sarah langsung melotot kearah Ria.


Julian hanya membalas tertawa “mau kemana?” Tanyanya lagi.


"Kemana ya? Yang pasti candi borobudur, candi prambanan, keraton jogja, pasar malioboro, benteng vredenburg, pantai parang tritis, dan sebagainya haha" jelas Ria "eh tapi bisa itu sehari?" lanjutnya


"Bisa, asal kalian sekarang berangkatnya. Tapi nanti pulang malem lagi kalo pengen itu semua terpenuhi" jawab Julian


"No problem" sahut Sarah


"Yaudah kalian siap-siap aja. 10 menit lagi aku tunggu di depan rumah budhe. Kita kali ini naik bis. Kalian semua bersiap-siaplah” ucap Julian sambil mengusap lembut kepala Ria dan Sarah. Wajah mereka berdua langsung memerah dan menutup pintu dengan cepat.


"Sumpah manis banget si Julian” ucap Ria tersenyum.


“Kak sumpah ini jantungku berdegup kencang” celetuk Sarah “Gila!!” Teriaknya pelan.


Semuanya pun sudah bersiap-siap tidak lupa memberi sunblock pada wajah dan badan agar tidak belang saat kembali ke surabaya. Mereka bertiga sudah siap untuk menjelajah kota Yogyakarta, ketempat yang Ria inginkan dalam sehari.


Setelah berkeliling di beberapa tempat, ada kekecewaan ketika mereka tak bisa berkunjung ke Candi Borobudur yang sesak oleh wisatawan. Yang harus mereka tunda keesokan harinya.


Penghentian terakhir mereka adalah Pantai Parang Tritis. Menikmati matahari terbenam setengah jam lagi. Mereka berempat berkumpul, berbicara, berlarian dan bermain air seperti anak kecil.


“Terimakasih sudah membantu kami, harusnya kamu liburan tapi kamu malah jadi tour guide kami” ucap Luma sungkan pada Julian.


“Tak apa kak, senang membantu kalian” sahutnya


“Oh ya, berhentilah bersikap manis pada mereka berdua” ucap Luma menunjuk Ria dan Sarah yang sedang bermain pasir. “Apalagi Ria, she had a boyfriend” lanjutnya tegas


“Maaf kak gak ada maksud seperti itu, aku hanya bersikap sewajarnya” jawab Julian merasa tak enak.


“Siapa yang kau sukai? Sarah atau Ria?” Tanya Luma melihat serius kearah Julian.


"Luma” Teriak laki-laki itu memecahkan suasana tegang mereka. Julian langsung menarik nafas lega.


"Novan?" Tanya Luma kaget. Dia langsung menoleh kearah Sarah yang masih sibuk bermain dengan Ria.


"Kau ingat yang aku ucapkan saat kita bertemu kembali?" Tanya Novan. Luma hanya tersenyum seadanya.


“Kak Novan!!” Teriak Ria dan Sarah bersamaan lalu menghampiri ketiga orang tersebut.


“Eh inget gak sih Sar, pas kita makan di pinggir stasiun, kak Novan bilang kalau ketemu kak Luma itu jodoh” ucap Ria terlalu bersemangat tanpa memikirkan perasaan Sarah.


Sarah mendengus kesal, lalu pergi begitu saja. Julian langsung panik melihat kearah mana Sarah pergi.


“Kejar aja Jul” celetuk Luma tersenyum.


Seperti yang diduga Ria, Julian berdiri mengejar Sarah. Mencari keberadaan Sarah yang entah berlari kemana. Sampai akhirnya dia menemukan perempuan yang sedang duduk termenung sendiri di tepi pantai sambil bermain air. Julian kemudian duduk disampingnya tanpa disadari.


"Kamu ngambek?" tanya Julian mencoba tersenyum manis.


"Julian?" tanya Sarah terkaget lalu menggelengkan kepalanya.


"Terus kenapa pergi?"


"Entahlah aku juga binggung"


"Kamu suka sama Novan?" Tanya Julian sambil menelan ludahnya. Pahit. Sarah menggelengkan kepalanya lagi.


"Aku juga gatau aku kenapa dan kenapa aku cemburu pada hubungan kak Luma dan kak Novan. Awalnya aku kira suka kak Novan, namun aku berpikir lagi sepertinya bukan” jelasnya berusaha tersenyum. Pernyataan Sarah barusan membuat hati Julian merasa lega. Dia hanya membalas senyuman.


"Kenapa kamu diam?" tanya Sarah melihat kearah Julian yang hanya diam menatap kelaut.


"Tak apa. Lalu aku harus apa?"


"Iya sih"


"Mau teriak gak? Pumpung disini gak terlalu ramai, buat melepas penat?"


"Gak ah malu tau" jawabnya malu sambil tersenyum. Julian lega melihat senyuman yang begitu tulus, dan tak tau mengapa dia juga ikut tersenyum.


"Gpp" Julian berdiri dan meraih telapak tangan Sarah "kita teriak bareng" lanjutnya, Sarah menurutinya "1 2 3" aba-aba dari Julian


AAAAAARGGGGGHHHHHHHH!!!!!!


Teriakan panjang itu membuat hati keduanya begitu lega dan lepas. Tak ada beban. Sarah merasa nyaman ketika bersama Julian. Julian selalu ingin melindunginya, membuat dia bahagia, kali ini dia membuatnya tersenyum dan hatinya merasa bebas.


"Kenapa kau begitu memperdulikanku?" tanya Sarah dengan polosnya. Julian kaget mendengar ucapan Sarah yang keluar barusan. Dia terdiam dan binggung harus menjawab apa lalu tersenyum dengan eye smile nya itu.


"Kenapa diam?" Tanya Sarah lagi.


“SARAH! JULIAN!!!” Teriak Ria dari kejauhan memecah pembicaraan mereka.


Sepertinya Julian hari ini harus berterimakasih pada Novan dan Ria karena sudah melepaskan dari tekanan batin. Mereka berdua langsung berlari sambil berpegangan tangan dan keduanya tidak menyadarinya.


Sang Matahari mulai turun dengan indahnya. Mereka duduk berdampingan, Novan, Luma, Ria, Sarah dan Julian.


"Indah" ucap dalam hati mereka.


Julian memberanikan diri menggengam telapak tangan Sarah, dan tak ada penolakan “Terimakasih” bisik lembut Julian pada telinga Sarah. Sarah tersenyum kecil dan wajahnya memerah.


Langit sudah mulai gelap, menandakan akan ada pergantian jam malam. Udara yang berhembus mulai terasa dingin. Mereka segera bergegas untuk merapikan diri dan menikmati kuliner malam Yogyakarta.


“Jul kita naik bus lagi?” Tanya Sarah. Julian mengangguk.


“Aku bawa mobil” sahut Novan


"Bukannya kamuorang surabaya juga?” tanya Luma


"Orang surabaya kok, ini mobilnya temenku. Aku sewa"


"Asik gratisan!” Celetuk Ria dan Sarah melakukan High Five.


Akhirnya mereka berlima sampai di alun-alun kota Yogyakarta. Tampak ramai dengan anak muda yang bercanda ria, serta banyaknya komunitas di sepinggir jalanan trotoar. Pedagang kaki lima pun tak kalah berjejer disekitarnya.


"Kita beli wedang ronde yuk, pengen banget" ajak Ria.


"Gak suka ah. Mau cari minuman yang dingin-dingin" sahut Sarah


"Terserah deh, pokoknya harus dapet wedang ronde" jawab Ria ketus


"Kalian ini ya dasar bocah, iya kita ke wedang ronde. Nanti Sarah aku anterin beli minuman dingin" sahut Luma mendamaikan.


Semuanya duduk dipinggir alun-alun jogja sambil menikmati wedang ronde. Tak halnya dengan Sarah yang hanya duduk diam binggung melakukan apa, karena baterai hp nya habis dan powerbank miliknya juga sudah habis.


“Aku mau beli minum nih, kalian titip apa?” Tanya Sarah ketus


“Air mineral” ucap semuanya


“Aku kesana ya, duitnya dong kak Luma” celetuk lucu Sarah seperti anak kecil yang meminta uang kepada mamanya.


“Mau aku temenin gak?” Tanya Julian


“Nope” sahutnya pendek “udah gede juga” lanjutnya. Julian tersenyum dan berdiri dari duduknya langsung menarik tangannya dan berjalan pelan menuju Warung dekat mereka duduk.


"Aku ingin pulang tidur" ajak Sarah setelah menghabiskan minumnya, perasaannya tiba-tiba gak enak.


"Yaudah balik yuk, kalian nginep dimana?" tanya Novan


Akhirnya dengan mobil Novan mereka kembali ke penginapan tepat pukul setengah sebelas malam. Beruntung mereka tak usah susah payah menunggu bus datang di halte.


"Astaga lupa beli dreamcatcher yang gede" ucap Sarah ingin menangis, inilah yang membuat hatinya tak enak daritadi.


Luma langsung memeluk Sarah “besok kita beli kalau sempat ya” ucapnya


"Besok ke malioboro lagi ya kak, pleaseeee" ajaknya seperti anak kecil yang memohon agar dibelikan eskrim


"Dek jangan gila, besok kereta kita berangkat jam 12. Kamu mau ke Malioboro atau Candi Borobudur?"


Dia sedih mendengar ucapan Luma "yaudah kak, ke candi borobudur aja" jawabnya yang langsung melengos pergi kepenginapan.


Julian ingin mengejarnya, tapi tangan Ria menghentikannya "udah biasa kok dia begitu, biarin. Emang sedikit manja. Besok juga balik lagi semangat" jelas Ria


Mereka bertiga pun berpamitan dengan Novan dan mengucapkan terimakasih kepadanya karena telah mengantarkan mereka.


=====


From: Novan

To: Luma

Hai berterimakasilah kepada Allah yang telah mempertemukan kita. Aku yakin kamu orang baik dan dari keluarga baik-baik. Kamu besok udah balik ya? Yaaah masa kita cuma bertemu beberapa jam sih. Aku mau ke penginapanmu besok, aku ingin bertemu kamu lagi. Mengantarkanmu ke Candi Borobudur dan mengantarkanmu ke Stasiun.


=====


From: Luma

To: Novan

Tak usah Van, disini sudah ada Julian. Dia yang biasa mengantar kita. Gak usah merepotkan begitu.


=====


From:Novan

To: Luma

Tak ada kata repot buat mengantarkan calon istri. Aku ikhlas kok. Percayalah memang aku tak bisa pulang besok berbarengan denganmu. Baru lusa aku harus balik ke surabaya karena ada kerjaan disini. Dan saat itu pula aku akan datang ke rumahmu membawa orangtuaku bertemu dengan orangtuamu untuk memintamu menjadi istriku.


=====


From: Luma

To: Novan

Haha secepat itu kah? Gerak cepet ya. Iya terserah kamu:)


=====


From: Novan

To: Luma

Terimakasih. Smile emoticonmu menunjukkan kalau kamu tak menolakku.


****


Keesokkan harinya....


"Kenapa kalian berdua senyum-senyum sendiri?" tanya Ria penasaran "ah aku tau nih, kalian lagi jatuh cinta yah?" lanjutnya "ah gila, bakalan jadi kacang nih aku nanti" gerutunya


"Gak dong sayang" sahut Luma memeluk adik sepupunya yang tak kalah manja dengan Sarah.


"Lah kenapa aku kak? Aku hanya menikmati hari ini dengan senyuman” ucap Sarah tersenyum kembali.


“Jangan bohong ya dek, mata kamu itu gak bisa bohong! Kamu ada perasaan kan sama Julian? Ngaku gak?” Tanya Ria melotot curiga kearah Sarah.


Lalu telepon Luma berdering menandakan Novan sudah ada di depan penginapan mereka. Mereka bertiga langsung bersiap keluar dari kamar dan Sarah menghampiri kamar Julian untuk mengajaknya ke Candi Borobudur


"Jul jul jul kita mau ke Candi Borobudur kan? Jadi kan?" Tanya Sarah sambil mengetuk pintu kamar Julian.


Julian keluar dari kamarnya dengan boxer dan badan telanjang yang hanya ditutupi handuk. Sarah langsung menelan ludahnya, tubuhnya sangat bagus, putih dan bersih batin Sarah.


“Apakah harus ikut juga? Padahal kan sudah ada Novan yang mengantar kalian” sahutnya.


Sarah langsung cemberut “maksudnya?” Tanyanya mengerutkan dahinya.


“Bercanda” ucap Julian kembali dengan Eye Smile nya lalu mengusap lembut kepala Sarah untuk kedua kalinya. Rasanya Sarah ingin mengumpat tapi ia urungkan karena usapan di kepalanya.


"Tunggu sebentar, mau nunggu diluar apa didalam?” Tanya Julian kembali menggoda Sarah.


Sarah langsung membalalakkan mata “I mean lebih aman diluar, cepatlah ganti pakaianmu!” Teriaknya pelan.


Sarah menunggu di ruang tamu penginapan. Sedangkan Luma dan Ria daritadi sudah menunggu di mobil.


"Gila! beda banget" celetuk Sarah yang melihat Julian mengenakan baju kaos putih lengan panjang, celana panjang robek lutut serta topi baseball. Simple dan itu membuatnya terlihat sempurna.


"Apanya yang beda? Tetap gini loh" sahutnya santai.


"Apakah kamu punya keturunan Korea? Jepang? China? Mirip banget sama idol korea ya ampun jantungku” celetuknya tak sadar mengatakan itu.


"Sudah mujinya? Yang penting kamu sempurna dihatiku" sahut Julian. Skakmat. Ucapan Julian barusan benar-benar membuat Sarah terbang melayang sambil senyum-senyum sendiri. “Tuhkan mukanya merah lagi" goda Julian tertawa cekikikan "yaudah yuk, ditungguin kita" lanjutnya kembali memegang tangan Sarah.


Mobil Xenia hitam milik teman Novan pun berangkat menyusuri jalan menuju Candi Borobudur. Mereka semua bersenang-senang disana. Foto-foto ria, bercanda tawa.


"Aku mau nunjukin kamu sesuatu" ajak Julian yang menarik tangan Sarah.


"Mau kemana?"


"Tenang. pasti kamu seneng deh"


Julian mengajak Sarah turun dari Candi Borobudur, dan mengajaknya ke pedangang kaki lima yang tak jauh dari Candi Borobudur.


"Sudah sampai. Silahkan liat ke kanan kamu" ucap Julian tersenyum.


"OMG, dreamcatcher!" Teriak bahagia Sarah langsung menghampiri lapak pedagang itu “tapi kok kecil" ucapnya kecewa "tapi gpp deh yang penting keturutan" lanjutnya berbica sendiri.


"Bu ini berapaan?" tanya Sarah pada penjualnya


"Kalo yang ini 10rb terus yang bagusan dikit ini mbak 15rb, nah kalo yang ini 25rb" jelas penjualnya


"Kalo beli banyak diskon ya bu?”


"Gampang mbak”


"Saya mau ambil yang 10rban 14biji jadi  100rb ya bu? Tapi modelnya kasih yang beda ya motif ya, 5samain, 4samain terus 5samain warnanya gak kembar juga gpp, yang penting sama motif" ucapnya "terus yang 15rban 2 sama 25rb 1 jadi 50 ya buk?" lanjutnya "jadi totalnya 150rb, gimana bu?" tanyanya


"Wah gabisa lah mbak, rugi dong nanti"


"Ayolah bu, beli banyak ini"


"Yaudah yaudah neng dibawa"


"Asiiiiiiik" teriaknya sambil membayar uangnya.


"Kamu beli banyak buat apa?" tanya Julian


"Buat temen SMA, buat temen kuliah, buat kak Luma sama kak Ria sama aku hehe maaf ya kalau udah suka sering kalap" jelasnya meringis. Julian hanya menggeleng. "oya buk gak ada yang besar ya?" Tanya Sarah kembali.


"Lagi kosong mbak, cari di malioboro aja mbak" ucap penjual itu. Tampak wajah kecewa dan cemberut dari wajah Sarah.


"Sudah? Balik yuk. Pasti mereka nyariin kita" ajak Julian merangkul pundak Sarah menenangkan hatinya dan membawanya berjalan mencari para kakak-kakaknya.


"Darimana kalian? Bikin repot aja" gerutu Ria kesal.


"Maaf kak, tadi si Julian ngajak beli ini" dia menunjukkan isi tas kreseknya "tenang aku belikan buat kalian berdua. Nih kalung dreamcatcher" memberikan kepada kedua kakak sepupunya masih dengan wajah sedih.


"Wooooh asik. Udah nemu yang gede belum dek?" tanya Luma. Sarah menggeleng lemas.


"Eh sudah jam setengah 11, kalian harus segera ke stasiun" ajak Novan. Semuanya mengangguk.


Novan pun mengantarkan mereka ke penginapan untuk packing persiapan balik ke surabaya.


"Jul ini uang penginapannya selama 3hari 300rb kan?" tanya Sarah menghampiri kamar Julian yang sedikit terbuka.


Julian menganggukkan kepalanya “Oya aku gak bisa bareng kalian ke stasiun. Aku harus pamit ke budhe dulu" ucapnya. Dia tau pasti Sarah akan kecewa atas ucapannya sangat terlihat sekali dari wajahnya.


Mereka bertiga berpamitan terhadap Julian dan budhenya. Serta mengucapkan terimakasih. Novan pun melajukan mobilnya cukup kencang karena jam menunjukkan pukul 11.10. Novan tak ingin orang yang dicintainya ketinggalan kereta.


*


Sesampainya di stasiun.

Mereka bertiga berpamitan terhadap Novan dan mengucapkan terimakasih kepadanya.


"Hati-hati ya" ucap Novan sambil memegang tangan Luma.


Ketiganya bergegas menuju gerbong kereta yang bertuliskan di tiket. Hp Luma berbunyi.


=====


From: Novan

To: Luma

Hai. Hati-hati ya. Sampai ketemu lusa. Siapkan mental. Dandan yang cantik.


=====


From: Julian

To: Sarah

Hati-hati ya sar. Maaf tak bisa mengantarmu ke stasiun. Jangan lupa tersenyum. See you next time.


=====


"Tuh kan lagi-lagi senyum sendiri-sendiri, pasti dapet sms dari Novan sama Julian. Seneng banget sih" omel Ria melihat dua saudaranya tersenyum sendiri menatap layar handphone "kalian kok dapet cinlok disini semua sih, kok aku ngak sih?" lanjut omelnya


"Woy sadar woy, ada yang lagi nunggu di stasiun. Gak mikir kali ini anak" sahut Sarah


"Ya ampun si Dhira lagi main futsal sama temennya. Aku dilupain huuuh"


"Ya namanya juga laki, gak inget udah berapa 5 tahun pacaran hah?"


"Yaampun iya kali biasa aja. Gausah diomelin gitu ngerendahin banget. Yang tua diomelin anak kecil"


Kak Luma tertawa mendengar perdebatan kedua adik sepupunya itu. Kereta sudah berangkat menuju Surabaya. Mereka sampai di Surabaya sekitar pukul 20.00 WIB dan beruntungnya mereka Dhira pacar Ria bersedia menjemput mereka.


*****


1bulan kemudian......


=====


From: Sarah

To: Luma

Kak maaf ya mungkin agak telat kesananya. Ini ada acara kampus. Selamat ya kak, akhirnya mau tunangan juga sama kak Novan. Congrats!❤️❤️


=====


Acara tunangan Luma terbilang cepat, sebulan setelah Novan meminta Luma dan disetujui oleh orangtuanya. Dan dengan umur mereka yang sudah mulai matang dengan Luma berumur 25 tahun dan Novan berumur 27 tahun. serta pekerjaan mereka yang sudah mulai mapan, kedua orang tua mereka menyegerakan pertunangan itu secepatnya dan tepat enam bulan setelah pertunangan mereka akan melaksanakan pernikahan.


"Maaf kak telat" ucap Sarah pada Ria di ruang rias kak Luma.


Ria mengenakan baju dress putih selutut, dengan rambutnya yang dibiarkan tergerai jatuh dan dandan yang cantik memoleh wajahnya membuat dia semakin lebih cantik. Serta disampingnya Dhira yang mengenakan jas putih dan terlihat lebih dewasa. Mereka memang pasangan yang ideal pacaran sejak SMA sudah 5tahun lebih. Mereka berdua satu universitas, walaupun berbeda jurusan.


Sarah segera berganti pakaian, dia mengenakan  kebaya tutu berwarna peach dengan bawahannya membuka, serta pasmina satin berwarna hitam yang ia kreasikan, dan dengan dandanan seadanya tapi membuatnya merasa nyaman.


Suasana tampak hikmat. Sesi demi sesi acara pun terlaksana. Kedua pasangan itu tampak bahagia sekali. Keduanya terus tersenyum setelah penukaran cincin. Luma memanggil Sarah dan Ria untuk berfoto bersama.


"Selamat ya kak, nanti kita nyusul tahun depan" ucap Dhira sambil tertawa cekikikan.


"Ngawur ih kamu yang, sudah punya gaji berapa mau ngelamar? Kerja dulu yang bener baru nikah" sahut Ria menggoda kekasihnya.


“Sayang kok gitu sih, doain kek. Aku kan juga lagi kerja sambil kuliah ini” sahut Dhira tak terima. Ke empat orang di depannya tertawa.


"Oya Sar, Julian mana?" tanya Luma


"Loh dia diundang kak?” Tanya balik Sarah


Luma menganggukkan kepalanya “aku sih tadi sempet liat dia sebelum acara. Tapi gatau sekarang kemana" lanjutnya.


"Hei ukhti." sapa seorang laki-laki menepuk pundak Sarah, suara itu tak asing di telinganya.


"Julian?" Tanya Sarah kaget, matanya berbinar-binar.


"Kangen sama kamu ya gak ketemu sebulan" celetuk Julian dengan entengnya.


Sarah mematung “Lebay dasar” sahut dia seadanya. Jujur hatinya berdebar.


"Yakin gak kangen juga?" Goda Julian menunjukkan eye smile nya kembali.


Sarah selalu luluh dengan eye smile milik Julian “biasa aja ih" sahut Sarah menjulurkan lidahnya ke Julian. Julian tertawa lalu mengusap lembut kepalanya.


Mereka berenampun foto bersama. Jas yang dikenakan Julian yang berwarna hitam juga tampak serasi dikenakan saat berdampingan dengan Sarah. Serta Luma yang memakai kebaya berwarna abu-abu berkilauan disepanjang podium serta Novan yang memakai jas dan celana berwarna silver. Mereka berenam tampak senada dan menunjukkan pasangan paling bahagia.


"Sar ikut aku" ajak Julian saat Sarah sedang mengobrol dengan Luma dan Ria


"Kemana? Eh eh pelan pelan. Jalannya susah nih” sahut Sarah yang kesusahan jalan karena rok yang dipakainya model sepan. Julian memelankan langkahnya.


Julian membawa Sarah ke parkiran, tepat di depan mobilnya. Dia masuk kedalam mobilnya dan membawa sebuah kotak besar. Julian tak tau bagaimana dengan jantung Sarah yang berdegup kencang.


"Ini untukmu" ucap Julian menyerahkan sebuat kotak berwarna merah.


"Apa ini?" Tanyanya


"Bukalah" jawab Julian dengan eye smile nya.


Sarah membuka kotak berwarna merah itu "dreamcatcher?" Tanyanya kebinggungan “SUMPAAAAH?!?!” Teriaknya girang.


"Iya seperti yang kau inginkan" jawabnya tersenyum.


"Kapan belinya?"


"Pas malem-malem di jogja setelah kau merengek ke kak Luma, aku tak tega melihatmu saat itu. Hatiku sakit melihat wajahmu yang kecewa seperti itu"


"Kenapa sampai segitunya?"


"Karena aku mencintaimu" ucapnya sambil tersenyum dan memegang tangan kedua tangan Sarah


"Aku sudah menyadari kamu menyukaiku dari awal. Sejak bercandaanmu itu. Aku nyaman sama kamu, aku selalu merasa aman saat bersamamu. Tapi ingatkah yang waktu di jogja aku pernah bilang aku minder sama kamu karena wajahmu terlalu cute untuk laki-laki. Aku juga sempat berpikir kamu bukan laki-laki tulen karena penampilanmu itu. Tapi caramu menjagaku dan rela berkorban membuatku lupa akan itu. Dan laki-laki itu ada di depanku sekarang. Yang membuatku jatuh cinta sampai saat ini" jelas Sarah dengan mata berkaca-kaca


"I LOVE YOU SARAH INDRIS LARASATI" Julian langsung memeluk Sarah


"I LOVE YOU TOO JULIAN" sahut Sarah membalas pelukan Julian. Dia berharap Julian adalah laki-laki yang jadi persinggahan terakhirnya.