Sabtu, 30 Agustus 2014

Pernikahan Dini

"Shenna kita nanti makan malam buat ngerayain kelulusan SMA kamu" ujar Papa Shenna.
"Iya pa" jawab Shenna kegirangan.

Malamnya keluarga Shenna mengunjungi sebuah Restoran yang terbilang cukup mewah dan terkenal. Formasi lengkap, Papa, Mama, Shenna dan kakaknya-Daffa. Semuanya pun bercanda satu sama lain, memberi hadiah kepada Shenna atas kelulusannya. Yap! Sebuah tas merek terkenal diberikan oleh papanya, mamanya memberi hadiah sepatu converse warna navy kesukaannya dan kakaknya memberinya sebuah ipod versi kelima.

"Aww thankyou semuanya, gak nyangka bakal dikado sebagus ini" ucap Shenna dengan mata berkaca-kaca. Semuanya membalas dengan senyum.

Sampai akhirnya ada sepasang parubaya dan seorang lelaki muda menghampiri mereka. Berjalan mendekat kearah meja mereka berempat.

"Eh sorry jeng telat, maklum anak saya gak mau diajak" ujar wanita parubaya tadi sambil cipaka cipiki ke mama Shenna.
"Iya jeng gpp, sini duduk" ucap mama Shenna.
"Mau pesen apa pak Gunawan bu Gunawan? Silahkan pesan" sahut papa Shenna.

Keluarga Gunawan akhirnya duduk, Pak Gunawan dan istrinya duduk disamping papa dan mama Shenna, sedangkan anaknya duduk disamping Daffa.

"Selamat makan" ucap Bu Gunawan saat makanan pesanan keluarga Gunawan datanya. Semuanya membalas dengan senyuman.

Shenna masih binggung kenapa harus mengundang orang asing diacara pentingnya ini dan tak berbicara dulu kepadanya kalau harus mengundang kolega papanya. Dia sangat kesal terhadap orang tuanya dan kehilangan nafsu makannya, lalu beralih ke kotak ipod yang diberi kakaknya dan langsung melakukan unboxing sekaligus mengotak-atiknya.

"Dek jangan mainan ipod mulu, makan dulu dihabisin. Gak sopan kan" bisik Daffa pelan. Shenna sedang tidak dalam mood baik jadi dia mengabaikan ucapan kakaknya dan sibuk dengan yang ada ditangannya.

"Shenna!" Bentak pelan dari Papa Shenna yang mengagetkannya.
"Iya pa, maaf" ucapnya lalu menaruh kembali ipodnya kedalam tas yang dibawahnya tadi.

"Oke Pak Gunawan ini kenalkan anak saya Daffa lulusan S2 di singapore, sekarang kerja di perusahaan di Batam. Terus ini Shenna anak gadis saya yang baru lulus SMA" jelas papanya
"Hai Daf, hai Shenna" sapa Pak Gunawan. Mereka berdua mengangguk lalu bergantian saliman ke Pak Gunawan dan istrinya.

"Oya ini anak om namanya Farrel. Ayo rel jabat tangan mereka" Ucap Pak Gunawan.

"Farrel"
"Daffa"
"Shenna"

Farrel memang tampan, wajahnya bisa membuat seribu wanita bakal bertekuk lutut kepadanya. Kharisma yang ia miliki sungguh luar biasa. Tak halnya bagi Shenna yang hampir terhipnotis. Tipe lelaki idamannya berada pada Farrel, tapi semua ia tepis karena dia mencintai lelaki di sekolahnya, Willy.

"Oke langsung ke topik aja ya? Udah kenalan kan?" Tanya mama Shenna yang sedikit ragu.
"Shenna, Farrel!" Seru Bu Gunawan.

"Iya?" jawab keduanya berbarengan. Sama halnya dengan mama Shenna tampak diraut muka mamanya Farrel gelisah.

"Jadi pumpung kalian sudah lulus SMA, kalian mau kita jodohin" ucap bu Gunawan memandang 2 remaja di depannya.

"Dan kalian akan tunangan 2bulan lagi" sambung mama Shenna.

"Ma!" bentak Shenna "Aku masih muda Ma, aku ingin kuliah, masa depanku masih panjang, kenapa tak membicarakannya saat aku sudah wisuda kuliah saja?" Tanyanya dengan suara yang semakin melemah.

"Tenang Nak, kamu masih bisa kuliah dan seneng-seneng. Nanti kalian akan kuliah di universitas yang sama, kalau perlu jurusan yang sama, nanti Papa yang akan atur" ucap Papa Shenna.

"Aku mohon Ma" sahut Shenna memelas.
"Ini gak bisa ma, pa!" Seru Farrel yang mulai protes "aku gak siap buat nikah, dan aku juga pengen kuliah, seneng-seneng. Mau aku kasih makan apa keluargaku nanti" lanjutnya.

"Kalian berdua ini kompak banget, tenanglah kalian berdua itu masih bisa seneng-seneng dan kuliah kan sudah di bilang tadi" sahut Bu Gunawan.
"Nanti setelah pertunangan, sebulannya lagi kalian harus menikah" lanjut Pak Gunawan.

"Ini gila pa! Aku gak mau! Berhenti bicara omong kosong ini!" seru Farrel menahan emosinya.

"Kalian harus mau. Nanti Papa akan belikan kalian rumah lengkap sama pembantunya" ujar Pak Gunawan bersuara lebih pelan dari anaknya.

Shenna sudah kehilangan kata-katanya, dia sudah binggung akan membela dirinya seperti apalagi. Dia tau orangtuanya jika mengatakan harus A, dan tak akan pernah berubah menjadi B. Air mata yang ia tahan daritadi mulai keluar dan langsung menundukkan kepalanya.

"Kita masih muda, apa kalian pernah berfikir kebahagiaan kami? Apa kalian hanya berfikir tentang diri kalian sendiri?" Tanya Farrel dengan nada sarkatis.

Daffa merangkul bahu Shenna menenangkannya "Berhenti menangis ya? Kalau kakak tau ada acara seperti ini pasti gak akan biarin mama sama papa adain makan malam seperti ini" ujar pelan Daffa tak tega melihat adiknya menangis. "Kita pulang" ajaknya berdiri lalu diikuti Shenna.

"Kalian mau kemana?" tanya Papanya
"Mau pulang Pa, kasihan Shenna dia capek" sahut Daffa dengan tenang, melangkah pergi menjauh kearah pintu keluar restoran dan mencari taksi untuk pulang.

****

Sudah sebulan ini Shenna menjadi orang yang pendiam, jarang keluar kamarnya. Dia hanya keluar kamar untuk mengambil makan dan minum. Kegiatannya hanya termurung, menangis, dan berusaha untuk bahagia dengan melihat TV, Film atau menyetel lagu sekeras mungkin.

Hari ini adalah hari yang paling ingin ia hindari untuk bertemu teman-temannya. Wisuda akan dilaksanakan hari ini. Dia sama sekali tak berselera mengikutinya, tapi kakaknya selalu bilang 'buat apa sih dipikirin? Kamu harus nunjukin kalau seorang Shenna lagi gak ada masalah. Dan mungkin kali ini bisa jadi hari terakhir kamu sama temen-temenmu'. Shenna selalu mencerna kata-kata kakaknya, ada benarnya mungkin ini akan jadi pertemuan terakhir dengan teman-temannya.

"Kak, janji ya jangan tinggalin Shenna, Shenna takut kalau harus melawan mama sama papa" ucap Shenna memelas saat masuk ke dalam gedung tempat wisuda SMA-nya. Daffa tersenyum menganggukkan kepalanya melihat adiknya yang begitu merasa tertekan.

Suasana tampak hikmat dan berjalan lancar. Shenna terduduk disamping sahabat-sahabatnya, Olivia, Luna, Sahila. Acara wisuda pun sudah selesai.

"Guys, berjanjilah akan jadi sahabatku yang paling setia" ucap Shenna sambil memegang ketiga tangan sahabatnya.

"Pastilah Shen! Kita semua tak akan terpisahkan!" Sahut Olivia tersenyum.
"Aku sayang kalian semua" ujar Luna. Keempatnya lalu berpelukan erat sangat erat.

Shenna tak bisa menahan tangisannya, dia tak mungkin menceritakan masalahnya kepada teman-temannya. Itu aib menurutnya menikah di usia muda.

"Jangan nangis dong Shen, kayak kita gak akan pernah ketemu lagi" ucap Sahila memeluk Shenna menenangkannya.

"Aku takut gak bisa ketemu kalian lagi" ucap Shenna semakin terisak dalam pelukan Sahila.

"Uh Shenna cup cup cup" ucap ketiga sahabatnya lalu memeluk Shenna.

"Hai" suara laki-laki mendekati mereka.
"Willy?" Tanya Shenna terkaget langsung menghapus air matanya.

"Tuh pangerannya dateng" goda Olivia
"Ciye ciyeeeee" sahut Sahila dan Luna

"Boleh pinjem Shenna nya bentar?" Tanya Willy meminta izin kepada teman-teman Shenna. Ketiganya mengangguk dengan senyum smirknya menggoda Shenna.

Perasaan Shenna semakin tak karuan meninggalkan sahabat-sahabatnya sudah menyakiti hatinya, apalagi orang yang tepat didepannya adalah orang yang dicintainya. "Ya tuhan kuatkan aku" seru Shenna dalam hati

"Hai Shen apa kabar?" tanya Willy yang membawanya ke taman dekat gedung
"Baik, kamu?" Sahut Shenna pendek
"Baik juga. Kenapa kamu berubah? Kenapa kamu mengabaikanku Shen? Apa aku ada salah sama kamu?" Tanya Willy.
"Ngak kok, ngak berubah. Masih tetap seperti dulu" jawab Nessa sudah tak bisa berbicara lagi. "Apapun yang terjadi kepadaku Willy, aku tetap mencintaimu!" tegasnya sambil menangis.

"Shenna aku minta maaf, aku sama sekali gak ingin membuatmu menangis" Ucap Willy mengusap air matanya "Kamu mau jadi pacarku?" Lanjutnya menyatakan cinta kepada Shenna. Shenna masih dilema akan menjawab apa, dia mendiamkan Willy.

"Dek ayo pulang sudah ditunggu sama Mama dan Papa di mobil" seru Daffa sambil menarik tangan Shenna.

"Iya sebentar kak" sahut Shenna "maaf ya" lanjutnya kemudian pergi meninggalkan Willy tanpa jawaban yang jelas.

Merekapun pergi menuju parkiran dan segera masuk mobil. Sampai akhirnya mereka sampai di Restoran Primarasa untuk makan siang. Tampaknya Shenna sudah menduga rencana yang akan terjadi, dia melihat Farrel dan kedua orangtuanya. Dan benar sekali keluarganya duduk didepan mereka. Sepertinya Farrel juga telah melaksanakan acara wisuda. Seperti sebelumnya Shenna selalu kagum terhadap Farrel, tak sengaja mata mereka berpandangan cukup lama, kemudian Shenna tersadar dan mengalihkan pandangannya.

Mereka semua makan tak ada obrolan, hanya suara piring, sendok dan garpu yang bersentuhan. Suara meja sebelah yang makan sambil mengobrol, suara langkah sepatu pelayan yang membawa makan ke meja satu dan lainnya. Suara Handphone Farrel, Shenna dan Daffa yang terus berbunyi.

"Baiklah kita bahas pertunangan kalian bulan depan" ucap Bu Gunawan memulai pembicaraan.
"Harus disini ya, Ma?" Protes Farrel melirik malas kearah mamanya.

"Terus mau dimana, hm? Kamu bisa gak sih nurut aja?" Tanya Bu Gunawan yang sibuk membuka majalah weeding. "Kalian mau konsep pernikahan apa? Bajunya?" Lanjutnya bertanya dengan girang sendiri.

"Terserah" ucap Shenna pasrah
"Oh bagus kalau jawabnya gitu Shen" sahut Mama Shenna yang daritadi khawatir jadi ikut bahagia sama halnya dengan Bu Gunawan.

Shenna menatap kearah Daffa, kakaknya hanya tersenyum kepadanya seperti tau ia sedang ingin mengadu kepadanya. 'Ah benarkah aku sudah pasrah setelah renunganku? Hanya kak Daffa yang benar-benar mengerti perasaanku' ucapnya dalam hati. Dia memegang erat tangan kakaknya itu. Usianya dengan kakaknya memang terpaut 8tahun tapi mereka saling menyanyangi.

***

Hari pertunangan. Semua keluarga besar Farrel dan Shenna berkumpul menyaksikan acara sakral mereka. "Ya tuhan kuatkan aku sekali lagi" ucap Shenna dalam hati. Dia melihat kearah Farrel yang sepertinya sudah bisa menerima keadaan ini, tak seperti dirinya.

Pertukaran cincin pun terjadi, semuanya bertepuk tangan tertawa bergembira. Mereka tak melihat begitu rapuhnya hati kedua orang itu. Farrel dan Shenna menjawab senyum seadanya ketika ada tersenyum kearah mereka.

Akhirnya acarapun selesai. Shenna langsung naik ke kamarnya kemudian mengunci pintunya dan merenung kembali.

***

Shenna sangat senang sekali ketika acara pernikahannya di tunda karena Pak Gunawan, Papa Farrel harus berangkat keluar negeri untuk bisnis selama satu bulan lebih. Hatinya terasa lega, setidaknya dia masih bisa menikmati masa kuliah selama 1 bulan dengan keadaan belum menikah.

Hari ini tepat sekali berbarengan dengan kegiatan Pra Ospek masuk Universitas. Shenna dan Farrel memilih Universitas yang tidak dijadikan teman-teman SMA-nya dulu untuk kuliah. Keduanya satu Universitas, tapi berbeda jurusan.

"Shenna" teriak seorang perempuan berlari kearahnya.

"Sial!" Umpatnya dalam hati "kenapa ada yang kenal sama aku sih?" Tanyanya pelan dan membalikkan badannya. Dilihatnya seorang perempuan yang tampak asing dimatanya.

"Shenna kan? Masih ingat aku?" Tanyanya perempuan itu.

Shenna melihat sejenak penampilan perempuan itu dari atas sampai bawah "Sheryl kan?" Tanyanya. Sheryl menganggukkan kepalanya "Ah sumpah, kangen banget sama kamu, tega banget dulu ninggalin aku, terus lanjutin SMA ke Jakarta" seru Shenna memeluk erat sahabatnya waktu sekolah menengah pertama.

"Alhamdulillah ternyata lo masih inget gue. Apa kabar lo? Kanget banget gue sama lo! Nyari kontak lo susah amat dah" ucap Sheryl berbicara khas orang jakarta.

"Gaya banget sih ngomongnya lo gue lo gue, surabaya ini mbaknya bukan jakarta" celetuk Shenna lalu terkekeh "Dalam keadaan baik banget, aku juga cari kontak kamu juga susah, anak SMP gak ada yang tau masa" jelasnya.

Mereka berduapun mengobrol bersama, membahas diri masing-masing. Sampai akhirnya suara ketua panitia ospek menghentikan mereka berbicara agar segera ke lapangan.

"Untuk semua mahasiswa baru untuk kelompok bisa dilihat dipapan pengumuman dan segera berkumpul di kelompok masing-masing. Nanti ada penanggung jawab kelompok yang memegang nomer kelompok" ucap salah satu panitia menggunakan toak.

Ratusan mahasiswa berbondong-bondong kearah 4 papan pengumuman yang berisi nama kelompok. Adapula yang masih duduk-duduk menunggu hingga mulai sepi baru maju, seperti Sheryl dan Shenna.

"Lo masih sama, Shen! Lo besties gue banget lah" ucap Sheryl lalu melakukan high five dengan Shenna.

"Iyalah males banget, desek-desekkan gitu" sahut Shenna kemudian terkekeh.

Acara Pra Ospek yang berlangsung 8 jam, akhirnya selesai juga. Walaupun Shenna dan Sheryl beda kelompok tapi setidaknya mereka bisa berdekatan karena satu jurusan Teknik Lingkungan. Keduanya menyempatkan makan bersama di mall dekat kampus mereka lalu pulang ke rumah masing-masing untuk persiapan ospek besok, dengan tugas yang diluar nalar alias gak jelas. Ya itulah ospek.

****

Ospek sudah berjalan selama 3 hari, hari ini hari keempat yang merupakan akhir dari masa orientasi masuk perguruan tinggi. Beberapa panitia sudah mengumumkan akan ada pameran di lapangan dari beberapa UKM yang ada di Universitas.

"Ikut apa kamu Sher?" Tanya Shenna celingukan, dia sendiri juga tak tau akan ikut apa.

"Entahlah. Males gue" sahutnya yang sibuk menyeruput minuman kaleng yang dibelinya di kantin tadi.

"Hey kalian berdua!" bentak salah satu panitia laki-laki dari belakang Shenna dan Sheryl.

"Iya mas?" Sahut keduanya bersamaan.

"Mas, mas, panggil kak disini! Kenapa kalian gak muter-muter liat ukm?" Tanyanya dengan nada yang cukup keras.

"Ya gpp sih, lagi gak pengen ikutan. Ada masalah?" sahut Sheryl seenaknya lalu menyeruput kembali minumannya.

"Sheeeryyyl" bisik pelan Shenna mengingatkan.

"Ah sayang ya kalian terlalu cantik buat dihukum" ucap laki-laki itu "hmm hukuman apa ya buat kalian enaknya? Kayaknya berjemur ditiang bendera seru nih" lanjutnya tersenyum smirk melihat Sheryl dan Shenna.

"Ih songong ya ini panitia, emang situ siapa main nyuruh-nyuruh aja? Caper ya sama maba?" Tanya balik Sheryl dengan nada ketus dan berdiri dihadapan laki-laki itu seakan ingin menantangnya.

"Wohooooo cantik-cantik berani juga ya kamu" ujarnya sambil memegang dagu Sheryl. Sheryl reflek dan melawan dengan gerakan karatenya.

"Yatuhan. Sheryl kamu cari masalah, kita jadi pusat perhatian tau gak sih" ucap Shenna yang mulai was-was.

Beberapa anggota panitia membotong laki-laki itu yang kesakitan. Sheryl yakin yang dilakukannya itu hanya gerakan karate biasa tak akan menyakiti lawannya, palingan laki-laki itu hanya alibi sehingga dia akan mendapat hukuman karena melawan panitia.

"Eh kalian berdua!" Teriak ketua panitia yang super duper tampan, Edgar. "Kalian berdua sudah membuat kesalahan karena memukul panitia Ospek" lanjutnya

"Maaf ya Kak Edgar, saya sebenarnya gak ingin buat masalah sama itu anak, tapi karena dia sudah gak sopan sama saya, saya terpaksa melakukannya. Dan menurut saya gerakan karate saya tidak berlebihan, mungkin dia aja yang berlebihan" jelas Sheryl membela dirinya sendiri.

Edgar yang mendengar itu lalu tersenyum smirk "Ck, berani ya ini perempuan. Inget ya kamu masih mahasiswa baru! Disini kita itu melatih kalian" ucapnya "Oke kamu lari muter 3x lapangan" lanjutnya menunjuk Sheryl "dan kamu! Berdiri ditengah lapangan sampai teman kamu selesai!" Serunya.

"Duh mati kan Sher!" gerutu Shenna.

"Maaf, teman saya gak salah, biar saya aja yang dapet hukuman" ujar Sheryl
"Yatuhan ini anak" ucap Shenna dalam hati "gak kak, saya salah juga kok. Saya siap menerima hukuman" lanjutnya.

"Shenna" bentak Sheryl
"Gpp Sher, kasian kamu dihukum sendirian" sahut Shenna tersenyum kearah Sheryl. Edgar pun pergi meninggalkan mereka berdua.

Matahari sudah mulai condong ke barat, keduanya berlari pelan sambil bercanda satu sama lain. Menjadi tontonan orang banyak? Jelas, tapi tak hanya mereka berdua yang berlari adapula yang berjalan jongkok, push up. Pembully-an saat Ospek memang benar-benar ada.

"Gila ya, udah dihukum jadi pusat perhatian sekampus. Haanjir" desah Shenna yang mulai ngos-ngosan.

Sheryl terkekeh mendengar nafas Shenna yang mulai berat "Jarang olahraga sih lo, ngos-ngosan gitu" ucapnya "Semangat satu putaran lagi" lanjutnya kemudian berlari kembali.

Setelah menyelesaikan putaran terakhir, mereka mencari Edgar untuk melapor kalau sudah selesai melakukan hukuman. Edgar juga meminta maaf atas perilaku tidak sopan anggotanya. Shenna dan Sheryl langsung terpikat oleh pesona Edgar. Keduanya saling pandang senyum kemudian terkekeh meninggalkan Edgar yang sedang berbicara dengan anggota lain dan mencari gazebo untuk berteduh.

"Gilaaa panas banget, gerah banget" gerutu Shenna sambil mengoyangkan telapak tangannya agar mendapat angin dari getakan tangannya.

"Ya ampun Shen, masih segini aja udah lemes" ucap Sheryl yang mengusap keringatnya sendiri. Nafasnya masih normal, dia sudah terbiasa berlari bahkan 10x memutari lapangan pernah ia lakukan.

"Haus banget sumpah" ucap Shenna menengadahkan kepalanya dan memejamkan matanya. Capek.

"Nih!" Ucap seseorang menyodorkan air mineral kepada keduanya. Shenna mendengar suara yang tak asing baginya lalu membuka matanya dan melihat sosok itu. Farrel!

"Ambil kali, tadi aku lihat kalian berdua dihukum, jadi sekalian aku belikan tadi di kantin" ucap Farrel. Shenna dan Sheryl mengambil minuman dingin yang ada ditangannya.

"Thanks" sahut Shenna malu.
"Eh siapa tuh? Ganteng bener. Pacar lo ya?" Tanya Sheryl menggoda.

"Saudara" jawab Farrel dan Shenna kompak. Sheryl hanya tersenyum melihat keduanya.

"E....mmm iya dia ini saudara tapi saudara jauh, jadi agak canggung maklum gak pernah ketemu 6 tahun" jawab Shenna mengelak, dia tak ingin ada yang tau hubungannya dengan Farrel. Farrel juga tersenyum seperti meyakinkan Sheryl supaya percaya akan ucapan Shenna.

"Nanti ada yang mau aku omongin sama kamu Shen" ucap Farrel "ketemu disini ya abis ospek" lanjutnya.
"Oke" sahut Shenna pendek. Dia menjadi salah tingkah sendiri, baru pertama kali mereka mengobrol seperti ini.

Setelah selesai melaksanakan kegiatan penutupan Ospek, sesuai dengan janji tadi Shenna dan Farrel akan bertemu di Gazebo.

"Kamu pulang naik apa?" Tanya Farrel
"Dijemput abangku kalau gak biasanya papa yang jemput" sahut Shenna.

"Oke nanti naik mobilku aja, telpon orangtuamu aja dulu, nanti khawatir. Bilang kalau kamu ada perlu sama temenmu"
"Tapi kayaknya gak boleh deh keluar sama temen, masih belum pada kenal soalnya"
"Yaudah bilang keluar sama aku, pasti dibolehin"
"Ah seneng banget mereka pasti, kita akur" celetuk Shenna. Farrel langsung tertawa mendengar ucapan Shenna.

Setelah menelpon dan mendapat izin dari orang tua Shenna. Keduanya berjalan menuju gedung sebelah, Farrel bersusah payah mencari parkiran mobil karena mahasiswa baru tak diperbolehkan membawa kendaraan pribadi. Farrel melajukan mobilnya menuju ke Roftbar Cafe.

"Shen, kenapa tiba-tiba kamu pasrah kita dijodohin?" Tanya Farrel dengan wajah yang berubah dari sebelumnya, terlihat sangat menyedihkan.

"Apa kita bisa menolak mereka?" Tanya balik Shenna kesal.

"Jujur. Aku kaget kamu mengiyakan apa yang mereka inginkan" sahut Farrel sambil memijat keningnya, frustasi.

"Aku justru yang kaget pas kamu di pertunangan kita, seperti tak ada beban" sahut balik Shenna.

"Ya masa aku harus nangis Shen? Kan gak mungkin juga? Aku seneng aja melihat seluruh keluargaku datang, itu yang membuatku lebih kuat" jelas Farrel. Shenna hanya terkekeh sekaligus kagum padanya.

"Oya terus kamu mau ngomong apa?" Tanya Shenna.

"Gini, kita bilang aja pernikahan kita private party jadi hanya orang tertentu yang boleh dateng, kalau ada temen orang tua kita dan anaknya itu temen kita jangan diundang, bagaimana?" Tanya Farrel dengan ide yang ia pikirkan selama sebulanan ini.

"Boleh tuh. Kita cari tempat yang jauh ajah sekalian. Biar pada gak bisa dateng yang dateng biar keluarga besar aja" sahut Shenna menyetujui ide Farrel.

"Setuju! Tapi dimana?" Tanya Farrel.

"BALI!" jawab keduanya bersamaan lalu saling tersenyum.

"Eh tapi kayaknya kemewahan deh disana, pasti dikiranya kita udah ikhlas dan udah terima kenyataan" ujar Shenna
"Iya ya. Tapi gpp lah"
"Oke setuju!" 
"Kita kalau ditanya orang hubungan kita apa, kamu jawab ajah seperti yang kamu bilang ke temenmu tadi"
"Baiklah. Kamu juga ya. Oke deal?"
"Deal!" merekapun berjabat tangan.

*****

Sehari setelah penutupan ospek akan diadakan malam Pentas Seni di Universitas menyambut mahasiswa baru. Akan ada artis ibu kota, ada pula artis lokal dan beberapa sumbangan dari mahasiswa baru maupun panitia ospek.

Drrrrrt.
Handphone Farrel bergetar.

From: Shenna
Gawat! aku gak dibolehin ke acara pentas seni kampus kalau gak sama kamu.

To: Shenna
Iya aku juga. Katanya mereka harus liat aku jemput kamu dulu dirumahmu baru boleh ke kampus. Yaudah aku jemput kamu ya. Sepertinya mama dan papaku akan mengikuti dari belakang.

Farrel merasa benar-benar dipermainkan orangtuanya, ia ingin sekali mengakhiri permainan ini. Namun dia tak ingin menyakiti hati kedua orangtuanya. Dia berjalan menuju motor Ninja hitam 250tag nya. Mamanya sudah berdiri dibelakangnya siap dengan supir yang akan mengantarnya membuntuti Farrel.

Shenna menghampiri Farrel yang sedang menunggu didepan rumahnya dan sempat melihat kearah belakang tak jauh mobil yaris hitam berada dibelakangnya, pasti Mamanya. Farrel sengaja membawa motor supaya bisa melaju lebih cepat agar tak diikuti oleh mamanya lagi.

Sesampainya dikampus...
Mereka memisahkan diri, Farrel kembali ke teman-temannya. Dan Shenna mencari keberadaan Sheryl. Acara pun sudah dimulai dengan penampilan beberapa kelompok mulai menyanyi, stand up comedy sampai menari.

"Shen, itu Farrel? Gila ganteng amat yak? Makin kena cahaya panggung makin ganteng tuh" celetuk Sheryl melihat Farrel menjadi pengisi acara memegang gitar bersama teman-temannya.

Shenna masih terpukau melihat Farrel "iya Sher" jawabnya innocent "gila itu calon suamiku. Astaga ganteng banget" teriaknya dalam hati.

"Selamat malam semua" seru Farrel diatas panggung "ini lagu buat kalian semua" dia mengerlingkan mata kepada Shenna.

"Eh eh itu buat lo? Gila saudara macam apaan kalian?" tanya Sheryl menggodanya. Shenna hanya tersenyum malu.

Farrel dan teman-temannya memainkan lagu John Legend 'All Of Me' secara akustik dengan gitar. Suara dia dan teman-temannya memang merdu, bagai harmonisasi yang indah.

"Shen, aku ke kamar mandi dulu ya, kebelet" ucap Sheryl dengan wajah yang begitu lucu menahan buang air kecil.

"Cepet ya. Gila masa iya aku sendirian disini" seru Shenna yang melihat Sheryl berlari menjauh.

Shenna sangat bahagia karena dia bisa memandangi bebas Farrel tanpa ada yang tau kalau dia sedang memandangi laki-laki tampan dengan suara merdunya. Bahkan kalau dibilang ia jatuh cinta, siapa yang tak akan jatuh cinta pada Farrel jika seperti saat ini. Sampai dia tak tersadar ada laki-laki yang sedang duduk disampingnya.

"Hai dek" sapa laki-laki itu membuyarkan lamunan Shenna.

Shenna terkaget melihat sosok itu adalah sosok yang membuat dia dan Sheryl dihukum keliling lapangan, masih ada amarah yang tersimpan dihatinya.

"Hai hai" sapanya lagi
"Iya? Ada apa ya?" Tanya Shenna tak peduli dan kembali memandang Farrel yang di panggung.

"Aku minta maaf ya udah buat kalian dihukum, aku Dika" ucapnya sambil menyodorkan tangannya.
"Ya. sudah di maafkan" sahut Shenna menerima jabatan tangannya.
"Temenmu mana? Aku juga minta maaf ya sama dia. Gak enak" ujar Dika terlihat tulus.
"Nanti disampein" sahut Shenna cuek.

"Nama kamu siapa?"
"Harus?"
"Ya kalo boleh sih"
"Shenna"
"Nama temenmu?"
"Sheryl"

"Boleh minta nomer kalian gak?" Tanya Dika memberanikan dirinya ingin mengenal perempuan yang telah membuatnya dihukum.

Shenna tercengang mendengar itu "Dih modus ya kak? Pantes sih nyari gara-gara buat ngecengin maba" celetuk Shenna melirik sinis kearah Dika.

Dika membelalakan matanya mendengar ucapan Shenna. Dika tampan, style nya anak muda jaman sekarang "kamu kok mikir gitu sih dek?" tanyanya sedikit membentak.

"Kebetulan aja. Tapi kok dari ekspresi kakak seperti membenarkan apa yang saya ucapkan ya?" Ketus Shenna malas memandang kearah Dika dan bangkit dari tempat duduknya ingin menjauh dari Dika.

"Mau kemana?" Tanya Dika sambil mengcengkram erat tangan Shenna.
"Woy lepasin gak!" teriak pelan Shenna.
"Kasih dulu nomer kalian, baru aku lepasin" ucap Dika tersenyum smirk.

"Kurang ajar nih anak, gak sopan banget! Pantes si Sheryl ngehajar kamu waktu itu" ucap Shenna membalas senyum smirk Dika.

"Ya ya sebenernya gak seberapa sakit dipukul sama temenmu cuma alesan aja biar kalian dihukum" sahutnya lalu tertawa, gengamannya semakin erat mencengkram pergelangan tangan Shenna.

"Ah otak lo gesrek ya? Banyak orang woy! Lepasin gak!" Bentak Shenna berusaha melepaskan tangannya.

"Hei bro lepasin bisa kali" suara laki-laki itu menghampiri Shenna dan Dika, suara yang sangat mereka kenali.

"Wooooh Farrel, teman lama" ucap Dika seperti ada dendam diantara mereka. Mereka satu SMA, keduanya sama-sama mantan ketua osis dan pernah berebut menjadi ketua Ekskul Paskibraka.

"Lepasin tangannya gak!" Ancam Farrel dengan wajah yang malas berantam dengan Dika.

"Kalau gak mau?" Tanya Dika seakan menantang Farrel.

"Lagi males berantem, jangan cari gara-gara mentang-mentang situ panitia ospek ya" bentak Farrel cukup keras sambil berusaha melepaskan tangannya Shenna dari Dika.

"Oh sok pahlawan. Oke aku lepasin" Sahut Dika langsung melepas genggaman tangannya, dan Shenna langsung bersembunyi dibalik punggung Farrel "siapa lo sih dia?" Lanjutnya bertanya.

"Pacarku dan calon tunanganku, kenapa?"  Ucap Farrel tersenyum smirk.

"Oh jadi cewek cantik ini pacar kamu, ya ya untuk kali ini ngalah lagi sama lo! Tapi gue masih bisa gebet temennya" sahut Dika lalu pergi meninggalkan keduanya. Farrel tak merespon ucapan Dika, dia sudah malas berhubungan dengannya.

Shenna kemudian langsung terduduk lega dan masih terlihat syok atas perlakuan kasar Dika. Dia memegang tangannya yang kemerahan karena dicengkram terlalu kuat oleh Dika.

"Sialan banget tau gak sih itu orang!" Umpat Shenna melihat tangannya yang memar dan nyeri.

Farrel tersenyum "Tangan kamu gpp kan?" Tanya Farrel khawatir sambil memegang tangan Shenna "sakit ya?" Tanyanya kembali.

"Dikit sih" sahut Shenna menyengir.

"Whooooa ada apaan nih kok pegangan tangan? Romantis banget kalian. Gak percaya kalau kalian saudara" seru Sheryl yang tiba-tiba datang dan duduk didepan mereka berdua.

"Ini nih liat tanganku. Akibat fans terlalu fanatik" ucap Shenna menunjukkan tangannya pada Sheryl.

"Siapa yang ngelakuin ini sama lo? Kurang ajar banget!" Sahut Sheryl.
"Itu loh yang kemaren kamu hajar" celetuk Farrel.

"Dia lagi? Sekarang dia dimana? Sini gue hajar lagi tuh anak. Emosi banget liat songongnya itu anak" ucap Sheryl kemudian berdiri dari tempat duduknya.

"Ets, kemana Sher?" Tanya Shenna menarik tangan Sheryl "santai ya santai, jangan cari masalah. Udah gpp kok" lanjutnya tersenyum kepada Sheryl.

"Maaf ya gara-gara gue tinggal, manusia sialan itu bikin gara-gara sama lo!" Umpat Sheryl.

"Udah gak papa kok, untung tadi ada Farrel yang dateng" ucap Shenna tersenyum.

"Saudara hebat kamu rel, salut!" Ujar Sheryl menepuk pundak Farrel. Keduanya hanya menelan ludah dan tersenyum palsu kearah Sheryl.

-

Drrrrrrt.
Handphone Shenna berbunyi saat dia baru selesai mencuci mukanya, persiapan untuk tidurnya setelah pulang dari acara penutupan ospek.

From: kak Daffa
Halo adekku cantik, lagi apa? Baru pulang dianterin Farrel ya? Sudah ikhlas nih ceritanya? Semangat ya sayang, maaf ya kakak gak bisa tepati janji selalu ada buat kamu. Ini kakak sudah 2minggu di Batam gak sempet bales email atau social media yang lain. Katanya pernikahanmu diundur ya bulan november? Syukur deh, biar kamu siap-siap. Good night my beautiful sister:*

To: kak Daffa
Haha tau darimana kak? Pasti mama yang ngomong ya? Kita satu universitas kak, pasti mereka yang udah ngerencanain ini semua. Dan baru ketemu dia lagi itu kemarin kak setelah pertunangan. Ternyata dia orangnya baik kak, tadi dia ngebelain aku dari cowok gak jelas yang suka caper sama maba:( good night too My Beautiful Bro:3:*:p

From: kak Daffa
Ciyeeee. Yaudah ndang tidur gih. Selamat mimpiin dia ya haha

Setelah membalas sms kakaknya dia langsung tertidur dalam senyum yang lebih ikhlas dibanding beberapa hari sebelumnya.

*****

Sudah dua bulan berlalu, Shenna dan Farrel jarang sekali bertemu, hanya bertemu ketika mengobrol tentang urusan pernikahan atau sesekali bertemu saat kuliah dan saling menyapa beberapa menit. Pernikahan mereka jatuh pada tanggal 11 November tinggal menghitung hari lagi. Semua rencana dari gaun pengantin dsb sudah dirancang oleh kedua orangtua mereka, mereka menyetujui apa saja yang diucapkan oleh kedua orangtuanya. Seperti yang mereka inginkan, pernikahan mereka bertempat di Bali dengan tema Private Party.

"Kita harus cari rumah yang jauh dari peradaban manusia, jangan deket kampus ataupun jangan deket rumah orangtua kita berdua" ucap Farrel kepada Shenna saat keduanya duduk berdua di taman Universitas yang sepi.

"Sempet terpikir gitu sih. Tapi meskipun begitu mereka pasti akan berkunjung ke rumah kita" sahut Shenna menghela nafas panjang.

Farrel berfikir panjang "Hm, bagaimana kalau kita bilang mau hidup mandiri?" Tanyanya. Shenna menganggukkan kepalanya semangat.

***

Ubud, Bali
11 November jam 10.00 WIB
"Saya nikahkan kamu Muhammad Farrel Wijaya bin Gunawan Wijaya dengan anak saya Shenna Clarissa Bramantyo binti Muhammad Bramantyo dengan seperangkat alat sholat dan perhiasan 11,1gr dibayar tunai" suara papa Shenna terdengar sangat sakral.

"Silahkan nak Farrel" ucap penghulu

"Bismillahirrohmanirrohim. Dengan ini saya terima nikahnya Shenna Clarissa Bramantyo binti Muhammad Bramantyo dengan seperangkat alat sholat dan perhiasan 11,1gr dibayar tunai" ucap Farrel perlahan.

"Sah?" Tanya Penghulu.

"SAAAAAHHHHH!" Sahut semua tamu.

Farrel meminta izin dengan matanya ingin mencium kening Shenna, terlihat Shenna menganggukkan kepalanya. Dia mencium kening Shenna dengan lembut dan hangat. Shenna merasa ciumannya terasa tulus, dia juga mencium telapak tangan Farrel. Keduanya dihinggapi perasaan aneh yang mereka sendiri gak tau apa artinya.

Suasana memang tak seramai resepsi pada umumnya. Acara resepsi pernikahan bagi pasangan pengantin yang menginginkan pernikahan sungguh sakral, tapi bagi Shenna dan Farrel ingin keadaan ini segera selesai. Mereka capek ketika ditanya ini-itu dan harus tersenyum palsu ke semua orang yang mengucapkan selamat.

***

31 Desember, 21.00 WIB.

Semenjak pernikahan mereka 1 bulan yang lalu, keduanya hanya saling bersapa seadanya. Jadwal kuliah yang padat dan jarang bertemu di jam yang sama saat berangkat ataupun pulang kuliah. Farrel lebih menutupi dirinya, setelah pulang kuliah dia langsung istirahat ke rumah, ya rumah Farrel dan Shenna yang tidur terpisah kamar. Lain lagi dengan Shenna yang semenjak bertemu Sheryl lebih sering menghabiskan waktunya senang-senang dengan Sheryl.

Hari ini hari ulang tahun keduanya, namun mereka tetap acuh. Lagipula mereka tak ada dirumah mereka dulu, tak akan ada kado special yang diberikan orang tua atau dari orang-orang terdekat. Hanya beberapa sahabat mereka yang mengucapkan via social media.

Shenna sangat sedih untuk pertama kali dalam hidupnya dia akan merayakan ulang tahunnya sendiri. Dia duduk di meja makan dekat dapur, menatap kue tart yang ia beli tadi dengan Sheryl saat pulang mampir ke Dapur Coklat. 

"Kamu ulang tahun hari ini?" Tanya Farrel tiba-tiba datang membangunkan lamunan Shenna. Shenna terkaget melihat Farrel sudah duduk tepat dihadapannya.

"Besok" jawabnya lemas.

"Kamu tau kita di jodohin kenapa?" Tanya Farrel menatap iba kearah Shenna. Dia merasakan hal yang sama dengan Shenna. Dia juga merasa sedih tapi ia berusaha menutupinya.

"Ngak tuh males tanya. Kenapa?" Tanya balik Shenna menatap malas kearah Farrel. Bukan malas melihat Farrel, tapi dia malas karena hari ulang tahunnya akan menyedihkan seperti ini.

"Papa kita berdua itu temenan SD, terus mamaku sama papamu dulu itu pernah pacaran pas SMP. Nah pas gak sengaja mama kita berdua bertemu di Rumah Sakit. Disitulah mama kita berjuang untuk melahirkan kita berdua. Sayang mamaku tak dapat bersalin normal dia memilih sesar jadi aku lahir tepat jam 1pagi, dan setelah itu mamamu masih bersikukuh ingin bersalin normal akhirnya kamu lahir pas saat adzan subuh. Pada saat dipindah ke kamar inap, disitulah papa kita berdua ketemu dan mengobrol. Di tempat sanalah kita juga dijodohin" jelas Farrel

"Ck, bahkan kita belum umur 1 hari aja sudah dijodohin" sahut Shenna terkekeh.

"Kita juga pernah ketemu di rumahmu pas kecil dulu umur 3tahun, mungkin kamu sudah lupa dan akupun juga lupa, sama sekali tak ingat. Kita bermain rumah-rumahan aku jadi suami kamu jadi istrinya. Dan disitulah juga orangtua kita semakin yakin mau ngejodohin" jelas Farrel kembali.

"Aku lupa. Emang kita pernah begitu ya?" Tanya balik Shenna lalu terkekeh. Farrel pun juga ikut tertawa melihat ekspresi Shenna yang tak percaya, hal sepele seperti itu bisa terjadi sekarang.

Dor Dor Dor🎉
Suara kembang api pergantian tahun mulai meramaikan langit-langit dan suara terompet yang ditiup saling sahut menyahut.

"Kita ulang tahun bareng kan? Yaudah kita rayain bareng aja" ucap Shenna sambil tersenyum. Mereka berdua memejamkan matanya, dan memanjatkan doa.

"Sudah make a wishnya?" tanya Farrel tersenyum.
"Sudah, kita tiup bareng-bareng ya" jawab Shenna. Keduanya pun meniup lilin bersama-sama.

"Happy birthday ya Shen" ucap Farrel reflek memeluk Shenna.

Shenna terkaget akan reaksi Farrel yang memeluknya "Hm, Rel?" Tanya Shenna. Farrel langsung melepaskan pelukannya dan meringis kearah Shenna. "Happy birthday juga ya Rel!" Seru Shenna menutupi rasa gugupnya setelah dipeluk Farrel.

Mereka berdua bercanda untuk pertama kalinya di rumah itu setelah pernikahan. Setidaknya mereka masih bisa bahagia disaat hari kelahiran keduanya, dan tak merasa sendirian.

***

3bulan kemudian...
Drama dan drama terus terjadi, setiap kali teman Farrel atau teman Shenna yang datang untuk berkunjung atau mengerjakan tugas kelompok di rumah mereka dan salah satu dari mereka tiba-tiba ada yang datang selalu bersembunyi atau terpaksa bersapa dengan teman-temannya.

"Oya kenalin, ini saudaraku. Papanya lagi luar negeri setahun. Jadi dia nginep disini" ucapan yang selalu mereka katakan pada teman-temannya.

Farrel melirik jamnya, sudah pukul sepuluh malam tapi Shenna belum juga pulang. Ada rasa khawatir di dalam hatinya, karena Shenna masih berstatus sebagai istrinya. 

Suara pintu depan terbuka, Farrel mencoba menguping dari kamarnya. Terdengar percakapan dari Shenna yang meminta dibuatkan susu putih kepada bi Sumi, pembantu mereka.

Tok tok tok.
Suara pintu kamar Farrel diketuk dari luar.

"Siapa?" Tanya Farrel dari kamar.
"Shenna rel" jawabnya dengan nada suara yang berbeda.

Farrel langsung membuka pintu kamarnya dan tercengang melihat Shenna yang seperti orang mabuk? Dia merasa Shenna tadi baik-baik saja saat mengobrol dengan bi Sumi meminta minuman. Shenna berjalan lemah, dan menjatuhkan tubuhnya kearah Farrel.

"Kamu mabuk Shen?" Tanya Farrel dengan sigap menopang tubuh Shenna seperti berpelukan "tapi kau sama sekali tak berbau alkohol" lanjutnya mengendus didaerah wajah Shenna.

Farrel binggung harus melakukan apa, dia menggendong Shenna ala bride dan dibaringkan dikasurnya. Membenarkan posisi tidurnya, melepas sepatunya dan menutupi tubuhnya dengan selimut miliknya.

"Yaudah Shen, kamu tidur disini aku tidur di sofa aja ya" ucap Farrel kemudian pergi. Namun tangan Shenna memberhentikan langkahnya dan membuat badannya menjatuhi badan Shenna, dia langsung buru-buru berdiri dan berjalan menuju pintu.

Farrel merasa nafasnya terengah-engah saat berjalan, sedikit lagi sudah mencapai pintu. Sebuah tangan meraih pergelangan tangannya, Shenna berhasil membuatnya berbalik badan dan bibir mereka saling bertemu. Blush. Farrel yang masih fokus langsung mendorong Shenna kasar.

"Shenna aku minta maaf" Ucap Farrel "Kamu kenapa? Apa yang kamu lakukan? Lebih baik kamu tidur" lanjutnya lalu menggendong Shenna lagi kearah kasurnya.

Farrel melihat sebuah air keluar dari mata Shenna "aku menginginkanmu" ucapnya lirih. Farrel menelan ludahnya tak percaya akan ucapan Shenna. Dia kembali membenarkan tidur Shenna dan meraih air minum yang ada di meja sebelah kasurnya karena merasa gugup.

Farrel merasa kepalanya pusing, dia memandangi tubuh Shenna yang tak tertutupi selimut karena diacak-acak oleh Shenna sendiri. Farrel menelan ludahnya, nafsunya tiba-tiba bangkit melihat tubuh Shenna yang hanya menggunakan dress selutut berwarna peach. Manis sekali.

Farrel mencium kening Shenna lembut dan membuatnya terbangun membuka matanya. Dia tepat berada diatas Shenna, Shenna tersenyum kearahnya dan meraih pipinya mendekatkan wajah mereka. Bibir mereka kembali bertemu, hangat. Shenna menjadi dominan, dia yang memulai terlebih dahulu dan melumat habis bibir Farrel. Farrel juga tak mau kalah dengan Shenna yang bermain dengan bibirnya, tangannya sudah bergeriliya ditubuh Shenna.

Tanpa mereka sadar malam ini adalah malam penyatuan mereka.

*****

Adzan subuh berkumandang cukup keras, sehingga membangunkan Farrel dari tidurnya. Dia merasa berat di lengan tangannya, saat membuka mata dia melihat Shenna yang sedang tidur. Cantik sekali batinnya. 

"Tunggu" ucapnya lalu melihat detail tubuh Shenna yang tak tertutup kain sehelai benang pun, sama hal dengannya yang tak tertutup sama sekali "Ya Tuhan, apa yang aku lakukan?" Teriaknya histeris lalu dengan memakai semua pakaian dalam dan bajunya yang tadi ia kenakan.

"kalau dia hamil bagaimana? Tambah runyam ini ceritanya?" Gerutu Farrel berjalan mondar-mandir "aku kan sudah berjanji tak akan menyentuhnya sedikitpun" lanjutnya.

Dengan rasa bersalah dan ketakutan, akhirnya dia berinisiatif memakaikan baju Shenna kembali dan memindahkan ke kamarnya. Supaya ketika Shenna bangun anggap tak pernah terjadi apa-apa.

Jam 07.00
Shenna dan Farrel bersamaan keluar dari kamar masing-masing. Kamar mereka berdua berdampingan.

"Pagi Rel" sapa Shenna. Farrel tersenyum seadanya, dia merasa sangat bersalah karena telah merusak harga diri Shenna.

"Badanku kok pegel semua ya rasanya?" Tanya Shenna langsung kearah dapur dan mengambil botol minuman didalam kulkas.

Farrel terdiam binggung menjawab apa "hm, kamu lupa tadi malam pulang jam 10?" Tanyanya balik seakan tak pernah terjadi apa-apa.

"Oya kenapa aku gak ingat apa-apa ya?" Tanya Shenna lagi masih sibuk dengan botol minumannya.

"Gak tau deh. Yaudah pergi mandi gih! Keramas juga sekalian biar seger, kali aja badannya nanti enakan" ucap Farrel memberikan saran kepada Shenna seakan benar-benar harus mensucikan diri setelah berbuat itu. Shenna mengangguk-anggukan kepalanya.

Farrel masuk kedalam kamarnya kembali, disusul dengan Shenna. Keduanya sibuk di kamar masing-masing setelah membersihkan diri.

"Hari ini kuliah jam berapa?" Teriak Farrel dari ruang tamu. Rumah mereka memang tak cukup besar, layaknya apartement yang hanya ada 2 kamar, 1 dapur, 1 gudang yang disulap jadi tempat tidur bi Sumi. 

"Jam 9" sahut Shenna dari dalam kamar.

"Bareng aja gimana? Aku ada kuliah jam 10" Teriak Farrel kembali dan sibuk memakai sepatu vans hitamnya.

"Enggak deh, nanti kalau kita ketahuan berangkat bareng gimana? Nanti banyak yang mikir aneh-aneh lagi" sahut Shenna keluar dari kamar dan duduk bersebelahan dengan Farrel memasang sepatu converse navy-nya.

"Justru yang aneh kita serumah, tapi gak pernah berangkat bareng kan? Dikira kita saudara yang gak akrab lagi" ucap Farrel dengan setengah hati mengatakan 'saudara'. Bahkan yang tadi malam mereka lakukan adalah hubungan suami-istri selayaknya.

Shenna langsung tertawa "Benar juga ya, udah 2 semester ini kita gak pernah berangkat bareng" ucapnya kembali tertawa "Saik banget lah, badan sakit semua, tumpangan gratis" lanjutnya kemudian berdiri. Farrel hanya tersenyum.

*****

Sebulan lagi akan diadakan UAS tepatnya awal bulan juni, Shenna dan Farrel sudah mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing. Dan untuk ketemu dirumah pun jarang, kecuali saat malam hari. Sekedar bercanda, nonton TV atau berkutat dengan laptop masing-masing di Ruang Tamu atau di kamar masing-masing.

Tok tok tok

Suara pintu rumah mereka terketuk, Shenna dan Farrel yang sedang sibuk dengan laptop masing-masing di Ruang Tamu terkaget. 'Ada yang datang malam-malam begini?' Batin keduanya. Farrel berdiri dan membukakan pintu.

"Maaf cari siapa ya?" Tanya Farrel melihat sosok laki-laki dihadapannya.
"Ini rumah Shenna kan mas?" Tanya seorang laki-laki itu. 
"Iya betul. Ada keperluan apa ya?" Tanya balik Farrel mengangkat alisnya bagaimana bisa mengenal Shenna, dia tak pernah melihatnya sama sekali.

"Saya teman SMA nya Willy, boleh dipanggilkan orangnya?" Ucap Willy dengan sopan.

"Sebentar. Shen ada yang nyariin kamu nih. Namanya Willy" teriak Farrel. Shenna mendengar nama itu langsung terperanjak dan lari menuju pintu. Tampak diwajahnya terlihat sangat bahagia dan gelisah.

Shenna menatap Willy tak percaya, dia berubah sangat drastis, rambutnya jauh lebih berantakan dari sebelumnya, tubuhnya juga kurus. Willy langsung memegang kedua tangan Shenna dan menatapnya penuh harap. Farrel yang melihat itu merasa ada yang salah dengan hatinya, dia tak ikhlas istrinya diperlakukan seperti itu oleh laki-laki lain.

Shenna langsung melepas genggaman tangan Willy saat melihat ekspresi wajah Farrel yang tak enak.

"Boleh ngomong sesuatu? Berdua?" Tanya Willy. Ucapan Willy tersebut membuat Farrel sadar, saatnya untuk pergi.

"Penampilanmu berubah ya wil?" Tanya Shenna melihat Willy yang dulunya super perfect tapi sekarang sudah tak tau seperti apa.

"Gara-gara mikirin kamu Shen" celetuk Willy lalu tersenyum.

Shennan langsung membelalakan matanya "Aku?" Tanyanya.

"Kamu ingat belum menjawab perasaanku dan main tinggal aku gitu aja, sakit Shen. Aku hampir stres cuma mikirin kamu. Aku kabur dari rumah setelah tau alamat kamu dari Olivia" jelas Willy dengan mata berkaca-kaca. Shenna tau ini seperti apa yang dibicarakan kakaknya dulu. Dia tersenyum mendengar itu, tau bagaimana rasanya.

"Lalu kenapa kamu meninggalkanku begitu saja?" Tanya Willy kembali.
"Maaf aku tak bisa cerita" ucap Shenna berusaha menutupi rahasianya.

"Boleh aku menumpang dirumahmu sementara waktu sampai aku menemukan pekerjaan?" Tanya Willy meminta izin.
"Boleh" jawab Shenna dengan senang hati, cinta pertamanya saat SMA berada dalam satu rumah dengannya.

****

Ujian Akhir Semester sudah berakhir beberapa hari yang lalu. Tinggal menunggu hasil dan remidian jika nilainya belum sesuai target.

"Eh itu pacar kamu kemana?" Tanya Farrel saat keduanya makan siang di meja makan.

"Pacar apaan? Bukan lagi. Dia itu gebetan aku dulu waktu SMA" jawab Shenna malu-malu.

"Ah mukamu merah gitu. Masih cinta ya?" Tanya Farrel menggoda Shenna. Shenna mengulum senyumnya dan menggeleng "Jangan bohong. Cara natap kamu ke dia itu beda" lanjutnya terus menggoda Shenna meskipun hatinya tersakiti.

"Kamu kok kepo sih rel? Cemburu ya ciyeee. Inget ya kita nikah bohongan, jangan sampai ada main perasaan" goda balik Shenna lalu terkekeh.

"Wooooaa apaan. Mengada-ada nih anak. Ingetlah tinggal sebulan lagi kita selesai" berat bagi Farrel mengucapkan kata terakhir itu, setelah apa yang mereka lakukan 3bulan yang lalu.

Huuuueeek
Shenna merasakan perutnya yang tak enak, dia langsung pergi ke kamar mandi.

"Kenapa Shen?" Tanya Farrel ketakutan, inilah yang ditakutkan olehnya "gpp kan?" Tanyanya dari luar kamar mandi.

"Gatau nih, mungkin kecapekan semalem abis keluar sama Willy" sahut Shenna dari dalam dan membuka pintu.

Farrel membantu mendudukkan Shenna di kursi ruang tamu "masuk angin kali kamu" ucapnya. "Mau aku belikan obat?" Tanyanya sedikit khawatir. Shenna menganggukkan kepalanya.

*****

Shenna merasa tubuhnya masih sama dengan sebulan yang lalu, selalu merasa lemas, rasa mual-muntahnya di pagi hari masih ada, padahal nafsu makannya bertambah. Teman-temannya sering mengejeknya 'pipi lo chuby banget sih, kayakk babi' celetuk teman-temannya saat di kampus.

Karena merasa ada yang aneh pada tubuhnya, dia pergi ke dokter untuk memeriksakan keadaannya.

"Selamat mbak, dari hasil pemeriksaan urine anda dinyatakan hamil. Tes anda posirif dan usia kehamilan anda 10 minggu" ucap dr. Susiana tersenyum ramah.

Shenna merasa lemas mendengar ucapan dr. Susiana, pikiran berkecamuk jadi satu. Antara bahagia atau sedih, mempertahankan atau menggugurkannya. Pernikahan bohongan ini seakan menjadi pernikahan sungguhan. Dia terus bertanya pada dirinya 'Apa Farrel yang melakukannya? Tapi kapan?' Tanyanya terus dalam hati.

dr. Susiana yang melihat ekspresi kaget Shenna bisa mengerti "Tidak apa-apa mbak, maklum masih muda agak kaget saat tahu hamil, bulan depan kontrol sama suami mbak, nanti saya kasih tau jadi suami siaga ya" jelasnya tersenyum. Shenna membalas senyuman itu lemah lalu keluar dari ruangan dr. Susiana.

-

Sesampainya di rumah...

"Darimana Shen?" Tanya Farrel gelisah.
"Dari dokter" sahut Shenna lemas.

"Bagaiamana? Kamu sakit apa?" Tanya lagi Farrel yang merasa Shenna sedang sakit. Shenna terdiam masih asik dengan lamunannya. "Shenna?" Tanyanya lagi.

Shenna langsung tersentak "Maaf Rel, lagi banyak pikiran. Kata dokter cuma kecapekan biasa dan sering keluar malem katanya. Virus yang masuk lebih kuat dari siatem imun" ucapnya menutupi kalau dia sedang hamil.

"Syukurlah kamu gpp" ucap Farrel sambil tersenyum dan mengusap lembut rambut Shenna.

"Boleh tanya sesuatu rel?" Tanya Shenna menatap lemah kearah Farrel.
"Apa?" Sahut Farrel tenang. Shenna menarik nafas dan menggelengkan kepalanya. Lalu berjalan menuju kamarnya.

"Yaudah ke kamar dulu ya" pamit Shenna. Farrel hanya membalas senyum dan anggukan.

*****

Libur semester untuk 2,5 bulan sudah dapat terasa. Farrel lebih sering dirumah semenjak Shenna sakit. Walaupun Shenna menyuruhnya untuk keluar dari rumah jika ada janji dengan temannya.

Lain dengan Willy yang memang pekerja keras, dia dari pagi sudah bekerja di perusahaan kecil hanya dengan ijazah SMA. Dia memutus kuliah hanya untuk mencari keberadaan Shenna. Hari liburnya adalah hari minggu, biasanya dibuat untuk pulang ke rumahnya. Dia sendiri saat di rumah Shenna tidur di sofa atau kalau Farrel lagi baik hati tidur dikamarnya.

Shenna menjadi kebih pendiam dan sering melamun, pikirannya kacau mengetahui kehamilannya. Perutnya memang tak menunjukkan perubahan secara signifikan karena diimbangi dengan berat badannya yang juga naik. Dia terduduk melamun di teras depan rumahnya.

"Shen berangkat dulu ya" pamit Willy. Shenna berdiri dan merapikan baju dan dasi Willy. "Duh calon istri yang baik, inget ya sebulan lagi aku akan melamar kamu seperti yang aku bilang ke kamu waktu itu" lanjut Willy tersenyum.

Shenna hanya tersenyum seadanya, hatinya binggung harus membalas apa. Willy pun pergi dengan sepeda motornya.

"Shen, aku digituin juga dong kayak Willy sekali-kali" goda Farrel mengagetkan lamunan Shenna.

"Apasih Rel? Kamu itu pake baju apa? Mau digituin juga?" Tanya Shenna dengan malu-malu.

"Yah padahal aku juga mau pergi loh" sahut Farrel mengerucutkan bibirnya.

"Yaudah sana pergi-pergi hus hus" usir Shenna mengoyangkan tangannya seperti mengusir kucing.

"Jahat amat neng, sama calon suaminya aja gitu. Masa sama aku yang suami sahnya meskipun bohongan kayak gini" celetuk Farrel menahan tawanya dengan pernyataan awkaward ini,

"Iya Farrel" ucap Pasrah Shenna sambil membenarkan jaket dan menepuk-nepuk wajah Farrel.

Farrel tertawa saat Shenna menepuk pipinya "Dont touch my face! Dilarang tepuk-tepuk wajah saya" seru Farrel masih tertawa.
"Maaf reflek" sahut Shenna tertawa kecil.

"Akhirnya ketawa juga. Aku perhatiin akhir-akhir ini kamu banyak ngelamun. Ada sesuatu yang mau diceritakan?" Tanya Farrel penasaran sambil memegang pundak Shenna.

Shenna langsung menelan ludah "Enggak Rel, cuma binggung aja si Willy mau ngelamar aku, tapi kita dalam posisi masih menikah dan untuk ceraipun gatau masalahnya apa" ucapnya menatap lemah Farrel.

Farrel tersenyum kearah Shenna "Yaudah jangan dipikirin, nanti kita cari solusinya bareng-bareng. Aku buru-buru nih" ujarnya.

"Iya" singkat Shenna tersenyum. Kali ini senyumnya lebih ikhlas daripada sebelumnya, hatinya terasa lega setelah berbicara sedikit dengan Farrel.

"Bye Shen" pamit Farrel sambil mengusap lembut rambut Shenna dan mencium kening Shenna untuk kedua kalinya. Lalu dia lari menuju mobilnya.

"Rel? Nakal yaa!" Teriak Shenna "main cium-cium aja" serunya lagi tak bisa menahan senyumnya, pipinya merona merah.

"Ciye senyum-senyum sendiri, mukanya merah tuh, seneng ya dapet ciuman dari aku" teriak Farrel dari dalam mobilnya tersenyum melihat tingkah Shenna.

Shenna menutupi wajahnya "Pergi sana!" Teriaknya lalu masuk ke dalam rumah.

*****

Besok adalah hari terpenting dalam hidup Shenna dan Willy, Willy akan melamarnya. Suasana hatinya sedang tak menentu, apalagi ada janin yang dikandungnya. Dia binggung harus berbuat apa. Willy sudah tak dirumahnya sejak tiga hari yang lalu, dia kembali kerumahnya untuk mengajak kedua orangtuanya melamar. Dia takut menyakiti Farrel, walaupun Farrel terlihat biasa saja tapi di tau Farrel tak senang dengan kedatangan Willy dirumah mereka dan Shenna juga tak akan memisahkan ayah dan anaknya begitu saja. Shenna berpikir keras sampai membuatnya setres yang seharusnya tak boleh ibu hamil lakukan.

Farrel melihat Shenna yang sedang melamun di Taman belakang rumahnya dan terlihat sedih dari matanya beberapa hari ini. Bahkan bulan dan bintang tau Shenna sedang memikirkan banyak hal yang tidak diketahui olehnya. 

"Mikirin apa Shen? Besok hari bahagia kamu kan? Kok sedih?" Tanya Farrel menghampiri Shenna dan duduk diatas rumput disampingnya.

Shenna menatap lemah Farrel "Entahlah binggung aja. Kita masih status menikah. Tapi aku mau dilamar orang. Aneh gak sih?" Tanyanya dengan nada bersalah.

Farrel tersenyum dan merangkul bahu Shenna "Yaudah sih gpp, jangan dipikirin. Besok setelah pertunangan kalian. Kita pasti akan cerai setelah pertunangan kalian" ucapnya dengan nada bergetar. Sungguh hatinya tak ikhlas melepas Shenna.

"Husss omongannya. Gak segampang itu" celetuk Shenna lalu tanpa sadar dia tertidur di paha Farrel mencari kenyamanan dan memejamkan matanya. Farrel tersenyum melihat tingkah Shenna dan mengusap lembut rambut Shenna.

Keduanya hening sama-sama memejamkan matanya, sibuk dengan pikiran masing-masing. Angin yang berhembus dan suara jangkrik di malam hari seperti tahu hati kedua orang ini sedang menangis.

"Boleh aku minta satu permintaan terakhir?" Tanya Farrel. Shenna membuka matanya dan melihat Farrel menatapnya tulus. Dia menganggukkan kepalanya.

"Mau dansa? Kita nikah gak dansa kan? Aku mohon untuk pertama dan terakhir kalinya" ucap Farrel memelas sambil memegang tangan Shenna.

"Yuk" ucap Shenna tersenyum, setidaknya ini yang bisa ia lakukan terakhir untuk Farrel. "Tapi aku gak bisa dansa" lanjutnya meringis.

Farrel tersenyum "aku juga gak bisa, nikmati aja lagunya" ucapnya.

Farrel mengeluarkan hp dan headsetnya, lalu memasangkan satu headset untuk telinganya, satu lagi untuk Shenna. Alunan musik instrumental terdengar di telinga mereka. Tangan Farrel melingkar ke pinggang Shenna dan tak ada penolakan. Shenna pun membalas perlakuan yang sama, tangannya melingkar ke pinggang Farrel juga. Jarak mereka sangat dekat, mata mereka saling bertemu untuk pertama kalinya dalam jarak yang dekat. Mereka memulai dansa dengan langit yang gelap diterangi sinar bulan dan bintang, membuat suasana semakin indah dan romantis.

"Ternyata kita gak jelek-jelek amat kok rel dansanya" ucap Shenna tersenyum. Farrel membalas senyumannya.

Dengan alunan yang begitu indah, Shenna semakin menikmati kenyamanan yang ia rasakan hampir setahun ini bersama Farrel. Kepala Shenna dan Farrel bersentuhan, tatapan mereka semakin dekat. Farrel mencium kening Shenna untuk ketiga kalinya, cukup lama dan hangat rasanya pada kening Shenna. Lagu instrumental nan romantis tersebut membuat Farrel tak bisa menahan ingin memiliki Shenna seutuhnya, dia kemudian menciumi mata, hidung, pipi, dan berakhir pada kecupan indah pada bibir Shenna.

De javu. Shenna merasa pernah merasakan kejadian seperti ini. Tangannya pindah kearah leher Farrel mendorongnya supaya memperdalam ciuman mereka. Farrel juga melakukan hal yang sama, tanggannya memegang leher Shenna memperdalam ciumannya dan membuat tubuh Shenna mendekat ketubuhhnya.

Farrel tersenyum disela-sela ciumannya. Mereka merasa bahagia bisa mengungkapkan perasaan mereka seperti ini. Shenna meneteskan air matanya dan membuat Farrel terkaget, memberhentikan ciuman mereka.

"Kamu kenapa?" Tanya Farrel khawatir melihat Shenna mengeluarkan air mata. Shenna menggelengkan kepalanya. Farrel memeluk Shenna erat dan menenangkannya.

"Aku binggung Rel" ucap Shenna terisak dalam pelukan Farrel "Aku ingin kita tetap seperti ini, meskipun tau pernikahan ini bohong tapi aku gak mau berpisah sama kamu" ucapnya semakin terisak.

"Tidak papa-papa. Pilihlah mana yang terbaik buat kamu" ucap Farrel menahan air matanya "Aku tau Shenna gadis yang pintar, dia pasti tau bagaimana mengatasi masalah ini" lanjutnya mengusap lembut rambut Shenna.

Mereka berdua terus berdansa dan saling memeluk, lagu instrumental itu terus beralun. Sampai mereka lupa bahwa jam sudah menunjukkan tengah malam.

*****

Keesokkan harinya...
Willy dan keluarganya datang ke rumah Shenna, tak hanya itu sahabat-sahabatnya pun ikut datang. Shenna merasakan kesedihan yang tak bisa ia sampaikan ke siapapun. Hatinya terasa sakit saat dihias di meja rias, lebih sakit dari yang ia rasakan saat hari pertunangannya dengan Farrel. Dia bisa tersenyum saat mengingat kejadian semalam bersama Farrel.

"Are you okay Shen?" Tanya Farrel masuk kedalam kamar Shenna. Shenna mengedikkan bahunya dan berusaha tersenyum melihat Farrel. "No problem Shen. Is gonna be alright okay?" Lanjutnya bertanya kembali menyakinkan kegundahan Shenna.

Jujur Shenna akan lebih tenang jika ada Farrel yang ada terus disampingnya.

Shenna pun keluar, semua pasang mata melihatnya. Acarapun dimulai satu persatu. Dan acara yang ditunggu pemasangan cincin. Bayangan Farrel datang dihadapan Shenna saat memasang cincin pada saat itu, keduanya melihatkan senyum palsu mereka kepada semua yang hadir. Shenna memasang cincin kepada jari manis Willy. Matanya sudah melihat kemana-mana berharap Farrel tak melihatnya. Sungguh hatinya terasa hancur atas kejadian ini. Willy memegang tangan Shenna dan berniat memasangkan cincin kepada jarinya.

"Stop" ucap Shenna melemah menjauhkan tangannya.
"Ada apa Shen?" Tanya Willy terkaget akan sikap Shenna.

Shenna kembali terisak "Maaf Willy, maaf aku gak bisa meneruskan ini. Aku minta maaf" ucapnya lalu pergi meninggalkan rumahnya dan keluar dari rumahnya berlari mencari Farrel. Mata Shenna berhenti saat melihat Farrel terduduk di depan pintu dan langsung memeluknya.

"Ada apa Shen?" tanya Farrel terkaget dan berdiri sambil menopang tubuh Shenna. Shenna semakin menangis terseduh-seduh.

Shenna menggeleng dalam pelukan Farrel "aku gak bisa Rel, aku gak bisa" ucapnya. Farrel hanya tersenyum dan memeluknya erat sangat erat.

"Shenna!" teriak Willy "apa-apaan ini?" Tanya Willy melihat Shenna memeluk Farrel.

"Maafkan aku Willy, aku tak bisa melanjutkan pertunangan ini" sahut Shenna.

"Kenapa Shen? Kenapa?" Tanya Willy berteriak dengan nada sarkatis.

"Karena ini" ucap Shenna meraih tangan Farrel yang terdapat cincin pernikahannya "dan kamu bisa lihat ini" lanjutnya lalu memasang cincin yang selama ini ia simpan "ini cincin pernikahanku dengan Farrel" serunya menunjukkan cincin di jari mereka kepada semua orang.

"Hah?" Seru semua tamu bersamaan yang melihat kejadian ini.

"Aku sudah menikah dengannya sejak november lalu karena dijodohkan. Awalnya kami berdua tak mau dan mengatur siasat nikah bohongan selama setahun. Tapi maaf cintaku ke kamu sudah mulai luntur semenjak aku hidup bersama Farrel" jelas Shenna.

"Jadi kamu berbohong kalau dia saudaramu?" Tanya Willy dengan nada tinggi.

Shenna menganggukkan kepalanya "Maafkan aku Willy, maaf harus merusak acara hari ini. Tapi aku gak bisa menyakitinya" ucap Shenna merasa bersalah pada Willy.

Willy mendekat kearah Shenna "Shenna aku tak suka dipermainkan seperti ini, pasti kamu bercanda kan? Kita lanjutkan pertunangan kita" ucapnya meraih tangan Shenna dengan kasar.

"Lepaskan Willy! Aku sedang hamil tiga bulan" teriak Shenna. Setidaknya itu cara supaya Willy tak memaksanya untuk melanjutkan acara ini.

Willy merasa tubuhnya lemas, dia perlahan melepas genggaman tangan Shenna. Hatinya hancur ketika mengetahui fakta gadis yang dicintainya, yang membuatnya frustasi seperti orang gila telah menjadi milik orang lain dan sedang mengandung benih anak mereka.

Shenna langsung berjalan menuju Farrel, dan memegang tangannya. Farrel dengan lembut mengusap air mata Shenna, dia tak tega melihat Shenna menangis. Lalu Farrel membawa Shenna masuk ke dalam rumah. Dan membawanya menuju ke kamar Shenna. 

Suara kegaduhan terdengar dari luar, bahkan sahabat-sahabat Shenna dari SMA tak berani masuk. Bi Sumi, pembantu mereka mengusir semua tamu agar segera pergi.

"Kenapa mereka bodoh sekali? Mana ada pertunangan tanpa mendapat izin orang tua si perempuan?" Ucap ketus bi Sumi.

Tok. Tok. Tok.
Suara pintu kamar Shenna diketuk oleh bi Sumi.

"Tamunya sudah pulang semua Non, Den" seru bi Sumi dari luar.
"Iya bi" jawab Farrel membukakan pintu.

"Non Shenna beneran hamil?" Tanya bi Sumi.
"Iya bi, sudah tiga bulan. Makanya tubuhku agak melar" sahut Shenna tersenyum mengelus perutnya.

Farrel menelan ludahnya "Jadi tadi bukan bercanda?" Tanyanya. Shenna menggelengkan kepalanya tersenyum.

"Alhamdulillah ya non" sahut bi Sumi tersenyum ikut bahagia.

"Oya Rel, Kapan kita melakukannya? Apa yang pas aku tanya kenapa badanku nyilu itu semua kah?" Tanya Shenna penasaran. Farrel hanya terdiam, rahasia yang dia simpan rapat-rapat akhirnya terkuak.

"Kenapa diam Rel? Aku tak akan memarahimu. Yang kamu bilang aku pulang jam 10malam itu kah?" Tanya Shenna kembali.

"Maaf sebelumnya Non, untuk pulang jam 10 itu benar Den Farrel tidak berbohong, tapi untuk yang melakukan hubungan suami istri itu sudah bibi dan keluarga kalian yang mengatur. Ingat saat saya kasih Non susu hangat? Itu sudah saya campur dengan obat perangsang. Nah disitulah Non seperti orang mabuk, jadi saya bawa Non ke kamar Den Farrel, yang ngetuk pintu saya" jelas Bi Sumi sambil menyengir.

"Nah apakah bi Sumi juga melakukan itu kepada saya? Karena saya juga tak ingat sama sekali apa yang saya lakukakan tiba-tiba bangun dan melihat kami berdua telanjang?" Tanya Farrel.

Bi Sumi menganggukkan kepalanya "Maafkan saya. Saya hanya disuruh. Semua skenario sudah diatur oleh keluarga kalian. Karena yang merasakan efek Non Shenna duluan, jadi si Non lebih agresif dan pemulai duluan, karena orangtua kalian tau kalian berdua berniat nikah bohongan, pasti Den Farrel gak akan menyentuh Non Shenna, inget air putih yang dimeja itu juga sudah saya campurkan obat perangsang, jadi ketika Den gugup pasti akan meminum air itu. Jadi rencana keluarga kalian berhasil" jelasnya lagi.

"Tapi kenapa kita berdua tak ingat apa-apa bi?" tanya Shenna.

"Itu efeknya bertahan cuma 4jam dan selama itu kalian pasti sudah menggila, entah apa yang kalian lakukan" sahut bi Sumi terkekeh "jadi tugas saya sudah selesai, saya mau pamit dulu mau beres-beres rumah" pamitnya kemudian keluar dari kamar Shenna.

"Tapi kenapa aku bisa dikamarku, padahal kita berbuatnya di kamar kamu?" tanya Shenna.

Farrel meringis menggaruk belakang lehernya "Itu karena aku panik, dan aku sudah berjanji tak akan menyentuhmu jadi kupakaikan bajumu kembali. Maaf ya aku tak berterus terang, aku takut kamu marah" ucapnya memegang tangan Shenna.

"Iyah gpp Rel, sudah terlanjur. Disini diperutku ada buah kita yang akan tumbuh. Kita harus berjanji akan merawatnya dengan baik sampai tumbuh dewasa" sahut Shenna tersenyum langsung memeluk Farrel.

Farrel tersenyum dan mengusap lembut kepala Shenna "Iya Shenna sayang, mau berjanji akan mencintaiku?" Tanyanya. Shenna menganggukkan kepalanya dan memeluk Farrel sangat erat.

"Semoga kita jadi keluarga Sakinah, Mawadah, Warrahmah" ucap Farrel kemudian mencium kening Shenna lalu menuju perut Shenna yang berisi buah cintanya.

"Amin. Nanti aku mau cuti kuliah, mau ngurus baby" celetuk Shenna membayangkan bagaimana bahagiannya.

"Iya mama Shenna, terserah mama aja. I love you mama Shenna" ucap Farrel tersenyum kepada Shenna.

"I love you too Papa Farrel" sahut Shenna lalu mengecup singkat bibir Farrel.

Farrel tersenyum "ah kamu selalu jadi dominan ya? Selalu kamu yang menggodaku lebih dulu" ucap Farrel terkekeh.

Shenna membulatkan matanya tak percaya dengan ucapan Farrel "Dan kamu! Curang! Sekarang telanjanglah! Kamu sudah melihat tubuhku dalam keadaan sadar, sedangkan aku lupa!" Ucapnya mengancam.

Farrel terkekeh "Jangan ya sayang, kalau aku telanjang, terus gak kuat liat muka kamu yang memerah, nanti aku nafsu bisa kuserang kamu. Tapi aku gak mau menyakiti kamu sama anak kita" ucap Farrel tersenyum.

Shenna merasa melting mendengar ucapan Farrel. Dia tersenyum dan langsung memeluk Farrel menyembunyikan pipinya yang memanas dan merah. Dan tak ada lagi pernikahan bohongan, pernikahan ini sudah sah sejak awal. Bahwa kenyamanan yang membawa mereka bisa menyatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar