Senin, 04 Agustus 2014

Jogja in Love

Stasiun Gubeng tampak ramai dengan kerumunan orang dengan beberapa tujuan kota. Kali ini Sarah perempuan yang sedang kuliah jurusan kebidanan ini ingin melakukan kepergian ke Jogja. Kota yang selalu ingin dia datangi dari jaman Sekolah Dasar dulu. Kali ini dia tak berpergian sendiri, dia pergi dengan kakak sepupunya Luma yang sudah bekerja sebagai perawat dan kak Ria yang kuliah jurusan akutansi.


Liburan kali ini, memang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Apalagi dengan jadwal kak Luma yang sangat padat sebagai seorang perawat di Rumah Sakit. Bisa dilihat banyak sekolompok orang dari anak kecil hingga orang tua. Semua sibuk memadati stasiun, di karenakan liburan anak sekolah dan mahasiswa bersamaan.


"Ah laaaamaaaaa" keluh Sarah yang sedang duduk di kursi tunggu di dalam stasiun.


"Iya nih kak Lum, tau gitu berangkatnya entar-entar aja" sahut Ria ikutan mengeluh.


"Dasar anak kecil ya, kereta itu gak bisa nunggu kita. Jadi prepare dikit lah" jawab kak Luma


Mereka berdua terdiam mendengar perkataan Luma. Sampai akhirnya panggilan untuk penumpang kereta tujuan Yogyakarta bergema agar seluruh penumpang segera masuk ke dalam gerbong.


Kereta berangkat pukul 15.00 WIB. Perjalanan selama kurang lebih 5 jam akan sampai di Jogja sekitar pukul 20.00 WIB. Mereka duduk berdampingan di kursi 3 bangku. Mereka segera memejamkan matanya karena terasa mengantuk setelah sibuk beraktifitas paginya dengan tugas kuliah dan laporan kerja.


"Hei hei bangun" Ria mencoba membangunkan Luma dan Sarah, karena melihat matahari terbenam dengan indah.


“Sumpah bagus banget” celetuk spontan Sarah dengan mata berbinar-binar. Dia langsung meraih handphone nya untuk mengabadikan gambar dan memposting di sosial media miliknya.


“Kok kamu alay ya dek? Perasaan biasa aja deh” sahut Luma.


Karena melihat dari jendela tak cukup, Sarah berniat ingin melihat dari pintu gerbong yang mungkin dilarang keras untuk dibuka. Akhirnya dengan rayuan mautnya dia berhasil mengajak Luma untuk menemaninya.


"Kak ayo. Nanti ketahuan petugasnya. Pumpung gak ada yang liat" ajak Sarah sambil menarik tangan Luma.


Luma pun mengikutinya dari belakang. Dia membuka gerbang pintu gerbong. Dia terkaget saat ada seorang laki-laki yang sedang berdiri didepan pintu gerbong.


“Apakah dia petugas kereta api?” Batin Sarah “kalau aku tak bisa melihatnya bagaimana?” Tanyanya terus dalam hati.


Tiba-tiba lelaki itu tersadar akan kehadiran Luma dan Sarah yang berdiri di belakangnya. Laki-laki itu melihat ke wajah Sarah yang menunduk dan kesal.


"Kamu juga ingin melihat Matahari Terbenam?" tanya Laki-laki itu.


Mereka berdua terkaget. Suaranya begitu tenang dan halus. Dan wajahnya sangat tampan tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Mereka sampai kehilangan kata-katanya.


"Noh rah, ditanya" ujar Luma membangunkan lamunan adik sepupunya itu. Dia tau Sarah kalau sudah melihat laki-laki tampan.


Sarah meringis, mukanya merah padam, jantungnya berdetak sangat cepat “iya, bisa gantian gak?" jawab Sarah malu-malu.


"Boleh. Silahkan. Udaranya sejuk loh lumayan" jawabnya dengan senyum indah dan menenangkan hati.


"Ah thanks” ucapnya singkat kehilangan kata-katanya.


Sarah memejamkan matanya untuk menikmati udara sejuk yang berhembus menerpa wajahnya. Sampai dia tidak menyadari bahwa kakak sepupunya sedang berbicara dengan lelaki yang membuat jantungnya berdebar itu.


"Sar udah liatnya?" tanya Luma yang sudah mulai bosan menunggu.


"Ayo kak udah gelap juga" jawab Sarah melihat kearah laki-laki itu.


"balik duluan ya" pamitnya Luma pada lelaki itu. Lalu berjalan kembali ke tempat duduknya.


"Kak, mas tadi ganteng ya? Kenalin dong kak” ucap Sarah sambil nyengir kuda.


“Kenal juga tadi dek, tadi pas disana kenapa gak kenalan sendiri?” Tanya balik Luma.


“Malu kak, sumpah aku kehabisan kata-kata. Wajah tampannya bikin aku susah buat ngomong” jawabnya sambil membayangkan kejadian tadi. “Namanya siapa kak?” Tanyanya lagi.


“Novan” sahut pendek Luma. Sarah hanya mengangguk-anggukan kepala.


Pukul 20.30 WIB tibalah kereta mereka di Yogyakarta. Mereka bertiga berjalan mencari tempat duduk sekalian menyempatkan makan malam terlebih dahulu. Karena cacing di perut juga butuh asupan makanan.


"Makan sini ajah" tunjuk Ria di warung Soto dekat stasiun. Sarah dan Luma sepakat untuk makan disana dan masuk ke warungnya.


Mereka memesan makanan dan segera memakannya karena hari sudah malam. Tampak musik tradisional musisi jalanan bergema mengiringi mereka makan malam.


“Luma! Sarah!” Sapa seseorang laki-laki.


Semuanya menoleh kearah suara itu. Sarah hampir menyemburkan makanannya melihat Novan memanggil namanya dan menyapanya.


“Bagaimana dia tau namaku?” Tanya dalam hati, wajahnya kembali memerah. “Ah tadi kak Luma memanggilku, bukan?” Jawabnya sendiri dalam hati.


"Hai. Makan juga disini?" tanya Novan lalu duduk disamping Luma. Sarah mengangguk dengan semangat.


"Oya Lum, udah tau mau kemana?" tanya Novan tersenyum manis kearah Luma.


"Gatau sih, tapi nanti mungkin mau ketemuan sama temen Ria atau Sarah yang disini" sahut Luma sambil melihat wajah Sarah yang nampak kesal terhadapnya.


"Kenapa kita gak bareng aja? Aku udah sering kesini nanti aku ajak muter-muter" ucapnya menawarkan diri.


"Oh gausah terimakasih, ngerepotin aja" sahut Luma sungkan, karena masih baru bertemu sudah merepotkan orang lain.


"Oh ngak kok, malah dengan senang hati" ucap Novan dengan tertawa cengigisan.


"Yaudah sih gausah dipaksa kali kalo gamau" jawab Sarah ketus. Luma hanya tersenyum sungkan.


Mereka berempat mulai menghabiskan makanannya tanpa percakapan. Sarah masih kesal terhadap Novan dan Luma. Ia memilih bungkam tak berbicara sambil melirik sinis kearah dua orang itu.


"Yaudah balik dulu ya" ucap Novan berpamitan, lalu pergi berjalan keluar dari warung. Semuanya hanya tersenyum memgangguk kecuali Sarah.


"Oya lupa. Senang kenal kamu Lum, kalau kita bertemu kembali, berarti kita berjodoh" bisiknya pada telinga Luma.


Terlihat garis senyum manis pada bibir Luma saat Novan mengatakan itu. Sarah sudah melirik sinis Luma “I hate this" teriak Sarah kesal dalam hatinya. Lalu novan pergi dengan menaiki taksi yang tadi sudah dia pesan.


"Ayo cari penginapan pumpung belum gelap" ajak Ria berdiri dari tempat duduknya.


Sepanjang perjalanan mereka berjalan dengan keheningan tak seperti biasanya. Sarah akan mengomel dan terus berbicara sampai Luma capek meladeninya. Mereka berhenti di sebuah halte dan duduk menunggu bis datang.


"Dek kamu marah ya sm kak Luma?" Tanya Ria pelan mendekat duduk kearah Sarah.


"Nope" jawab Sarah ketus.


"Ciyeeee cemburu" teriak Ria cukup keras.


"Apaan sih?" jawabnya ketus lagi


"Udah dong dek, kakak minta maaf ya. Lagian kakak gak ada hubungan apa-apa juga sama Novan” ucap Luma akhirnya angkat bicara, sebenernya dia tau kalau adeknya yang satu ini menyukai Novan. Dengan wajah yang memelas.


"Dih kak mukanya jangan gitu dong, gak tega liatnya. Lagian gak salah juga" sahut Sarah sambil tersenyum.


"Oya kalian bawa air softlens gak? Aku lupa bawa" tanya Luma mulai melihat matanya yang memerah.


Sarah dan Ria merogoh tas mereka mencari air softlens milik mereka. “KAK! AKU LUPA BAWA” Teriak mereka berdua bersamaan.


Semua tampak kebinggungan. Tak ada toko optik didekat sini. Mata Luma mulai memerah dan mengeluarkan air mata.


"Ini mbak" suara laki-laki itu berada di belakang Sarah, sambil memberikan botol air softlens.


"Eh” ucap Sarah kaget melihat laki-lali dibelakangnya tiba-tiba menyodorkan botol air softlens “Terimakasih" sahutnya langsung mengambil dan memberikannya kepada Luma.


Setelah meneteskan ke matanya, akhirnya Luma melepas softlens yang menempel di matanya. 


"Terimakasih banyak ya mas" ucap Luma memberikan air botol softlens itu. Laki-laki itu menganggukan kepalanya dan tersenyum sangat manis.


Semua tak menyangka laki-laki yang memberikan itu tampan, wajahnya khas sekali seperti artis-artis korea. Kenapa mereka selalu bertemu wajah-wajah tampan di Yogyakarta.


“mau tujuan kemana?" tanya Laki-laki itu.


"Entahlah" sahut Ria pasrah.


"Mungkin cari penginapan. Kamu tau penginapan yang sekiranya murah tapi fasilitasnya bagus?" ucap Sarah sambil tersenyum.


"Ada. Deket rumah budheku. Tapi itu punya budheku juga sih. Deket kok. Jalan kaki juga sampai" jawab laki-laki itu tersenyum.


"Boleh tuh" Sahut sarah tersenyum. "Sarah" dia memberanikan diri mengulurkan tangannya terlebih dahulu.


"Julian" laki-laki itu membalas jabatan tangan Sarah dan bersalaman juga dengan Luma dan Ria.


“Tempatnya dimana?” Tanya Luma.


“Dekat sini, jalan kaki juga bisa kok sekitar 1 km” sahutnya tersenyum manis.


“Are you sure jalan kaki?” Tanya Sarah kembali seperti biasanya, tukang ngeluh.


Mereka berempat menyusuri trotoar di jogja. Sesekali Sarah berusaha 'SKSD' kepada julian.


"Oya kamu kok bisa bawa air soflens sih?" Tanya Sarah yang berjalan disampingnya.


"Iya kemarin di Surabaya aku ikut event Costplay, tau sendiri animenya matanya aneh-aneh jadi udah persiapan sih" jelas Julian tersenyum lagi. Omg Eye Smile.


"Oh pantes" sahut Sarah "kamu asli orang sini?" Tanyanya lagi.


"Bukan. Asli surabaya kok. Disini juga lagi liburan. Nanti kalau kalian mau jalan-jalan bisa aku anterin” ucap Julian menawarkan diri.


"Wah boleh tuh" sahut Ria memegang pundak Sarah dari belakang.


"Oh gak usah. Terimakasih. Ngerepotin banget" ucap Sarah sungkan tersenyum sungkan.


"Oh gpp ikhlas. Tenang aja gratis" sahut Julian melakukan Eye Smile kembali. Jantung Sarah kembali berdetak cepat.


"Tau ini Sarah daritadi nolak mulu ajakan orang buat dianterin jalan-jalan" ucap Ria mulai kesal.


"Sudah sampai" ucap Julian memberhentikan langkahnya di depan sebuah Rumah khas Jawa yang cukup besar. Mereka memasuki ruang resepsionis.


Julian berjalan menghampiri mereka setelah berbincang dengan resepsionis yang merupakan budhe nya sendiri. “Jadi berapa sehari?" tanya Sarah.


"Gratis" jawab Julian tertawa melihat wajah mereka yang sedang khawatir.


"Serius? Jangan bercanda deh" tanya Ria memastikan.


"Haha iya sorry, bercanda lagi. Kalian sehari 100 perkepala" jawab Julian sambil tertawa cengigisan.


"Gila mahal amat, kita cari yang murah aja deh gak sanggup segitu" ucap Luma kesal.


"Haha bercanda kok kalian bertiga sehari cuma 100. Tenang disini kamarnya bagus ada kamar mandi dalam. Kenapa wajah kalian gelisah gitu sih?” Tanya Julian masih tertawa cekikikan.


"Tumben murah? Setauku biasanya 50rb perkepala. Apakah tak apa semurah itu?” Tanya Ria yang sedang binggung sendiri.


"Ya aku bilang aja ke budheku, kalian itu temenku ya dimurahin deh" jawab Julian dengan santainya.


"Oya? Terimakasih. Maaf ya merepotkan banget" ucap Sarah melompat kegirangan saking bahagianya.


"Kamu lucu" ucap Juliah kembali melakukan eye smile. Seketika itu Sarah langsung terdiam. Mukanya memerah dan menundukkan kepalanya.


"Ciyeeee" goda Luma tertawa cekikikan bersama Ria dan Julian.


"Yaudah aku anterin kalian ke penginapan. Nanti kalo ada apa-apa kalian bisa hubungi aku aja" ucap Julian berjalan menunjukkan kamar yang akan mereka tinggali.


"Ini penginapan kita? Yakin cuma 100rb buat bertiga?" Tanya Ria yang terkaget melihat itu kamar luas dan bagus.


"Iya silahkan masuk, di dalem juga banyak wisatawan juga mulai lokal sampai luar negeri" jelas Julian.


"Bagus nih bagus banget" ucap Sarah.


"Ini kamar kalian nomer 8, dan kalau kalian butuh bantuan aku ada dikamar 9" jelasnya lagi.


"Loh kok kamu nginep disini juga?" Tanya Sarah Polos.


"Supaya deket sama kamu" goda Julian tertawa cekikikan kembali.


"Ciyeeee Sarah" goda kedua kakak sepupunya


"Gak lah, bercanda. Dalem rumahnya budhe katanya udah penuh disewain juga" jelasnya.


"Tapi awas loh kebanyakan bercanda bisa cinta beneran" goda Sarah


"Amin. Semoga beneran" jawab Julian tersenyum


Sarah tertawa cukup keras "udah ah becanda mulu. Masuk duluan ya. Bye" pamit Sarah tersenyum.


Mereka semua merapikan tas dan koper yang mereka bawa. Kamar yang cukup besar dengan king bed setidaknya muat untuk tidur bertiga walaupun bed langsung menempel dilantai. Terdapat lemari kecil dan satu tempat colokan yang mungkin bisa buat berebut mengisi baterai hp.


Semua mulai tiduran diatas kasur. Sambil melihat langit-langit kamar. Hati mereka sungguh lega 

"akhirnya sampai jogja juga" semuanya berkata dalam hati.


Tiba-tiba pintu diketuk oleh seseorang dari luar. Semuanya kaget dan berdiri bersamaan.


"Siapa?" Teriak Luma dari dalam kamar.


"Julian" sahutnya dari luar.


"Sebentar. Aku bukakan pintu" ucap Luma berjalan membukakan pintu “Ada apa kesini?” Tanyanya.


"Oya lupa kasih tau, salah satu dari kalian harus ngasih ktp buat jaminan ke recepcionist" ucap Julian.


"Oh aku aja deh. Bentar" sahut Sarah sambil mengambil dompetnya.


Julian dan Sarah pun berjalan menuju ruang depan, ada laki-laki muda dengan rambut gondrong sedang duduk memainkan hpnya.


“Nih, katanya harus pake KTP” ucap Julian ketus memberikan KTP milik Sarah


“Gitulah, meski mereka temen lu juga harus pakai KTP” jawabnya sambil mengambil KTPnya. “Pelajar, Mahasiswa atau udah kerja?” Tanyanya sambil mengisi biodata penginap.


“Sejak kapan ada pertanyaan seperti itu? Ini sudah larut malam biarkan mereka beristirahat” teriak pelan Julian.


“Kuliah” ucap Sarah pendek.


Laki-laki itu langsung melihat kearah Sarah, lalu tersenyum gak jelas dan melihat kearah Julian. “Oh I See” sahutnya “temennya Julian apa? Kuliah juga? Liat KTM nya dong?” Tanya nya lagi.


Sarah mengeluarkan Kartu Tanda Mahasiswa lalu memberikan kepada laki-laki itu. Namun Julian merebutnya sebelum sampai ketangan laki-laki itu.


“Berhenti main-main, aku laporkan ibumu, Sam” ucap Julian malas.


“Sorry. Bercanda kali cari hiburan” sahut Samuel meringis “maaf ya mbak, saya bercanda” lanjutnya menatap sungkan Sarah.


Julian langsung menarik pergelangan tangan Sarah dan mengajaknya pergi dari saudaranya yang memang sering menggoda pengunjung yang datang.


"Oya kamu tau atm BCA deket sini gak? Aku barusan di sms kak Luma suruh ambil uang sekalian” ucap Sarah memberhentikan langkahnya.


"Kayaknya sih ada diseberang jalan” tunjuk Julian di sebuah minimarket.


"Oh yang diseberang jalan itu kan?" Tanya Sarah kembali memastikan lalu melangkah keluar rumah penginapan di ikuti oleh Julian di belakangnya.


"Iyap. Mau aku anter?" Tanya Julian.


"Gausah. Deket kok tinggal nyebrang aja"


"Yakin? Bisa nyebrang emang?" Tanyanya lagi menggoda Sarah.


"Ah merendahkan nih orang. Bisa kali. Jalan surabaya yang ramai aja sering" jawab Sarah kesal "yaudah duluan" pamit Sarah meninggalkan Julian dipinggir trotoar.


Tiiiiiiiin


Suara mobil itu terdengar jelas di telinga Sarah. Dia reflek memejamkan matanya. Kemudian sebuah tangan yang lembut memegang pergelangan tangannya. Menuntunnya sampai ke tempat tujuan. Sarah membuka matanya perlahan.


"Julian?" Tanyanya kebinggungan. Julian hanya tersenyum kemudian tertawa melihat ekspresi Sarah.


"Hei wajahmu keliatan lucu seperti itu" ucap Julian lalu melanjutkan tertawanya. Sarah kesal terhadap Julian, kemudian melepaskan tangannya dari Julian kasar.


"Kamu marah? Maaf ya Sar, bercanda" ucap Julian menyesal.


Sarah tak mempedulikan ucapan Julian. Kemudian dia pergi masuk ke minimarket untuk mengambil uang. Setelah selesai dia membawa tentengan kresek yg berisi beberapa makanan dan minuman.


Julian sedang duduk-duduk di depan minimarket dengan wajah yang sangat merasa bersalah dan menyesal. Sontak membuat Sarah tertawa sambil duduk menghampirinya.


"Kamu udah gak marah?" Tanya Julian lega. Sarah hanya menggeleng sambil tersenyum.


Kemudian mereka berdua kembali ke penginapan dan masuk ke kamar masing-masing.


Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB.

Tiba mereka bertiga terasa lapar dan ingin berjalan-jalan mengelilingi suasana malam Yogyakarta.


Luma menyuruh Sarah agar mengajak Julian untuk menemani menemani mereka berkeliling. Namun Sarah tak mau karena itu merepotkan orang lain. Setelah dirayu dan dibujuk akhirnya Sarah mau dan mengetuk pintu Julian.


"Siapa? Ada apa?” Tanya Julian membukakan pintu mengenakan celana boxer dan kaos putih tidak berlengan dengan mata yang tertutup.


"Kamu tidur ya? Maaf aku menganggumu. Silahkan tidur kembali” ucap Sarah tak enak hati menganggu orang yang sedang istirahat.


Suara itu sangat familiar ditelinga Julian. Dia membuka matanya dan terkaget melihat Sarah berada di depannya lalu menutup badannya dengan pintu.


“Ada apa Sar? Mau keluarkah? Kalian pasti laper ya? Kalian belum makan kan?” Tanya Julian sambil mengucek matanya. Sarah menganggukkan kepalanya. “5 menit” ucapnya lalu menutup pintu. Sarah hanya mematung di depan kamar Julian lalu kembali masuk ke kamarnya.


Julian kemudian berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka dan bersikat gigi. Baju polos putih tidak berlengan tadi langsung ia tutupi dengan jaket. Dan menggunakan celana jeans panjang dengan lutut sobek-sobek sudah melekat di tubuhnya. Julian mengetuk pintu kamar Sarah dan saudaranya. Tak ada jawaban. Kemudian suara langkah kaki terdengar.


"Ada apa Jul? Bukannya kamu tidur kata Sarah?" Tanya Luma


"Yaudah kalian mau minta anterin kemana? Kita bisa jalan kaki atau naik sepeda motor" jawab Julian bersemangat. Rasa kantuknya tiba-tiba hilang.


"Sar, Ria ada Julian disini katanya mau anterin kita. Kita mau kemana?" Teriak Luma


"Terserah kak, kemana aja" teriak Ria


"Sepertinya ada motor dibawah, aku tanyakan dulu ya jadi kita bisa naik motor biar gak capek juga jalan kaki” ucap Julian.


Julian pun pergi meninggalkan kamar mereka menuju ke ruang tengah tempat Samuel duduk menjaga penginapan. Setelah berbicara dengan  akhirnya dia diperbolehkan tapi membawa sepeda motor milik Samuel dan sepeda motor tua milik pak dhe nya.


From : 081xxxxx

To : Sarah

Sar, kalian bertiga aku tunggu di depan penginapan. Julian.


"Wah asyik naik sepeda malem-malem" teriak Ria kegirangan.


"Jadi cuma 2 sepedanya?" Tanya Sarah


"Iya. Gak ada lagi" jawab Julian


"Yaudah sih. Kamu sama Julian ya Sar, nanti aku sama Ria" bisik Luma kepada Sarah.


"Kaaak gamau. Malu kak" teriaknya pelan


"Kamu kan yang paling deket sih, kalo kita kenalnya cuma sekilas doang" ucap pelan Luma.


"Iya deh iya" jawabnya terpaksa


Akhirnya dengan terpaksa dan sedikit malu Sarah berboncengan dengan Julian. Luma dan Ria hanya tertawa melihat ekspresinya. Mereka berempat menyusuri jalan jogja yang dingin. Udara dimalam hari sangat bebas polusi hanya sedikit kendaraan bermotor yang lewat.


"Kita sampai berapa menit lagi?" Tanya Luma


"5 menit lagi" jawab Julian


"Daritadi 5 menit mulu" celetuk Sarah


"Sudah sampai" jawab Julian


Disana terlihat banyak sekali orang berjualan, pedagang kaki lima berhimpitan.


"Mau makan apa?" Tanya Julian


"Gudeg" celetuk Ria


"Gak suka ah. Nasi kek. Laper belum makan tau dari siang" sahut Sarah


"Yaudah kita cari nasi dulu. Tau tempatnya Jul?" tanya Luma


"Kesana aja" menunjuk sebuah tempat makan bertuliskan bebek goreng dan ayam goreng


Mereka semua tampak makan dengan lahap. Dan dengan wajah Julian yang lumayan tampan atau mungkin terlalu cute untuk laki-laki mengalihkan penglihatan Sarah "dih asli cute banget ini anak, laki tulen gak ya?" tanyanya dalam hati sambil tertawa kecil.


"Hayoloh lagi ngelamunin apa?" Tanya Ria mengagetkan lamunan Sarah. Dia hanya menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan makan.


"Sudah makan kan? Ayuk cari gudeg" ajak Ria antusias.


“Kalian tau gak sih Gudeg itu makanan seperti apa?” Tanya Julian. Ketinganya menggelengkan kepalanya. “Sudah kuduga, padahal gudeg juga ada nasi nya loh” lanjutnya tersenyum.


“Sumpah?” Teriak ketiganya. Julian mengangguk sambil tertawa


“Kenapa kita bodoh banget ya kak?” Celetuk Sarah.


“Yaudah gak papa sih, ada Gudeg Pawon daerah alun-alun utara, kalo naik sepeda lumayan lah. Tapi gak kerasa kalau kita liat pemandangan jogja dimalam hari. Tapi antri loh, warungnya baru buka jam 12” sahut Julian


"Gilaaa ada warung buka jam segitu?" keluh Sarah


"Ada, tapi gpp kan? Sekalian itu nanti kalian antri juga laper lagi pasti” sahut Julian.


Mereka bersepeda dengan santai menelurusi indahnya kota Yogyakarta di malam hari. Udaranya sangat sejuk tapi dingin menembus kulit. 


"Dingin. Seger udaranya" ucap Pelan Sarah.


"Mau jaket?" suara Julian mengagetkan Sarah yang tak menyangka mendengar ucapannya.


"Terimakasih, gak usah" sahutnya.


"Udara malem jahat loh nanti sakit"


"Kan sama aja, nanti kamu yang sakit kalau gak pake jaket"


"Laki kan aku, harus kuat lah. Ngalah sama perempuan” ucapnya sambil tersenyum.


Sarah melihat Eye Smile milik Julian lagi dari spion, itu benar-benar menyejukkan matanya daripada udara yang berhembus menerpa wajahnya “Gak usah Jul, ini aku kan udah pakai baju lengan panjang sama jilbab jadi udah protect kok" ucapnya menenangkan diri.


"Yasudah" jawabnya singkat.


Merekapun mengantri untuk mendapatkan gudeg. Walaupun harus berdiri sekitar 1 jam untuk mendapatkannya. Semuanya menyantap dengan lahap makanan gudeg yang merupakan ciri khas kota jogja.


Setelah menyelesaikan makanannya merekapun kembali ke penginapan dengan jarak tempuh setengah jam. Setelah sampai di penginapan mereka langsung kembali ke kamar masing-masing dan mengucapkan terimakasih kepada Julian karena sudah mengantar mereka bertiga.


*****


Matahari sudah ada diatas awan menyengat, namun tampaknya mereka bertiga belum terbangun. Kemarin adalah hari yang melelahkan bagi mereka. Suara ketukan pintu membangunkan mereka. Sarah berlari kecil menuju pintu dengan mata tertutup dan malas. Dia sudah tau yang datang adalah Julian.


“Ada apa Jul?” Tanya Sarah masih dengan mata terpejam.


"Kalian pasti capek banget ya?" tanya Julian merasa kasian melihat Ria dan Luma masih tertidur di kasur. Sarah hanya mengangguk pelan.


"Kita hari ini kemana?” Tanya Sarah spontan sepertinya dia tak sadar atas perkataannya.


“Kamu pengen aku anterin lagi?” Tanya Julian. Sarah langsung membuka matanya kaget atas pertanyaan Julian. “Kalian abis gini mau kemana?" Tanyanya lagi


"Mau nganterin lagi? Duh baiknya sih kamu. Kalau semua cowok baik seperti kamu pasti banyak cewek yang ngejar" celetuk Ria menghampiri mereka berdua lalu tertawa cekikikan.


"Gak lah. Kasian kalian perempuan. Gak tega biarin kalian luntang-lantung dikota orang" sahut Julian


"Duh bijak banget. Coba aku Sarah yang pasti langsung jatuh cinta deh sama kamu" goda Ria tertawa kecil. Sarah langsung melotot kearah Ria.


Julian hanya membalas tertawa “mau kemana?” Tanyanya lagi.


"Kemana ya? Yang pasti candi borobudur, candi prambanan, keraton jogja, pasar malioboro, benteng vredenburg, pantai parang tritis, dan sebagainya haha" jelas Ria "eh tapi bisa itu sehari?" lanjutnya


"Bisa, asal kalian sekarang berangkatnya. Tapi nanti pulang malem lagi kalo pengen itu semua terpenuhi" jawab Julian


"No problem" sahut Sarah


"Yaudah kalian siap-siap aja. 10 menit lagi aku tunggu di depan rumah budhe. Kita kali ini naik bis. Kalian semua bersiap-siaplah” ucap Julian sambil mengusap lembut kepala Ria dan Sarah. Wajah mereka berdua langsung memerah dan menutup pintu dengan cepat.


"Sumpah manis banget si Julian” ucap Ria tersenyum.


“Kak sumpah ini jantungku berdegup kencang” celetuk Sarah “Gila!!” Teriaknya pelan.


Semuanya pun sudah bersiap-siap tidak lupa memberi sunblock pada wajah dan badan agar tidak belang saat kembali ke surabaya. Mereka bertiga sudah siap untuk menjelajah kota Yogyakarta, ketempat yang Ria inginkan dalam sehari.


Setelah berkeliling di beberapa tempat, ada kekecewaan ketika mereka tak bisa berkunjung ke Candi Borobudur yang sesak oleh wisatawan. Yang harus mereka tunda keesokan harinya.


Penghentian terakhir mereka adalah Pantai Parang Tritis. Menikmati matahari terbenam setengah jam lagi. Mereka berempat berkumpul, berbicara, berlarian dan bermain air seperti anak kecil.


“Terimakasih sudah membantu kami, harusnya kamu liburan tapi kamu malah jadi tour guide kami” ucap Luma sungkan pada Julian.


“Tak apa kak, senang membantu kalian” sahutnya


“Oh ya, berhentilah bersikap manis pada mereka berdua” ucap Luma menunjuk Ria dan Sarah yang sedang bermain pasir. “Apalagi Ria, she had a boyfriend” lanjutnya tegas


“Maaf kak gak ada maksud seperti itu, aku hanya bersikap sewajarnya” jawab Julian merasa tak enak.


“Siapa yang kau sukai? Sarah atau Ria?” Tanya Luma melihat serius kearah Julian.


"Luma” Teriak laki-laki itu memecahkan suasana tegang mereka. Julian langsung menarik nafas lega.


"Novan?" Tanya Luma kaget. Dia langsung menoleh kearah Sarah yang masih sibuk bermain dengan Ria.


"Kau ingat yang aku ucapkan saat kita bertemu kembali?" Tanya Novan. Luma hanya tersenyum seadanya.


“Kak Novan!!” Teriak Ria dan Sarah bersamaan lalu menghampiri ketiga orang tersebut.


“Eh inget gak sih Sar, pas kita makan di pinggir stasiun, kak Novan bilang kalau ketemu kak Luma itu jodoh” ucap Ria terlalu bersemangat tanpa memikirkan perasaan Sarah.


Sarah mendengus kesal, lalu pergi begitu saja. Julian langsung panik melihat kearah mana Sarah pergi.


“Kejar aja Jul” celetuk Luma tersenyum.


Seperti yang diduga Ria, Julian berdiri mengejar Sarah. Mencari keberadaan Sarah yang entah berlari kemana. Sampai akhirnya dia menemukan perempuan yang sedang duduk termenung sendiri di tepi pantai sambil bermain air. Julian kemudian duduk disampingnya tanpa disadari.


"Kamu ngambek?" tanya Julian mencoba tersenyum manis.


"Julian?" tanya Sarah terkaget lalu menggelengkan kepalanya.


"Terus kenapa pergi?"


"Entahlah aku juga binggung"


"Kamu suka sama Novan?" Tanya Julian sambil menelan ludahnya. Pahit. Sarah menggelengkan kepalanya lagi.


"Aku juga gatau aku kenapa dan kenapa aku cemburu pada hubungan kak Luma dan kak Novan. Awalnya aku kira suka kak Novan, namun aku berpikir lagi sepertinya bukan” jelasnya berusaha tersenyum. Pernyataan Sarah barusan membuat hati Julian merasa lega. Dia hanya membalas senyuman.


"Kenapa kamu diam?" tanya Sarah melihat kearah Julian yang hanya diam menatap kelaut.


"Tak apa. Lalu aku harus apa?"


"Iya sih"


"Mau teriak gak? Pumpung disini gak terlalu ramai, buat melepas penat?"


"Gak ah malu tau" jawabnya malu sambil tersenyum. Julian lega melihat senyuman yang begitu tulus, dan tak tau mengapa dia juga ikut tersenyum.


"Gpp" Julian berdiri dan meraih telapak tangan Sarah "kita teriak bareng" lanjutnya, Sarah menurutinya "1 2 3" aba-aba dari Julian


AAAAAARGGGGGHHHHHHHH!!!!!!


Teriakan panjang itu membuat hati keduanya begitu lega dan lepas. Tak ada beban. Sarah merasa nyaman ketika bersama Julian. Julian selalu ingin melindunginya, membuat dia bahagia, kali ini dia membuatnya tersenyum dan hatinya merasa bebas.


"Kenapa kau begitu memperdulikanku?" tanya Sarah dengan polosnya. Julian kaget mendengar ucapan Sarah yang keluar barusan. Dia terdiam dan binggung harus menjawab apa lalu tersenyum dengan eye smile nya itu.


"Kenapa diam?" Tanya Sarah lagi.


“SARAH! JULIAN!!!” Teriak Ria dari kejauhan memecah pembicaraan mereka.


Sepertinya Julian hari ini harus berterimakasih pada Novan dan Ria karena sudah melepaskan dari tekanan batin. Mereka berdua langsung berlari sambil berpegangan tangan dan keduanya tidak menyadarinya.


Sang Matahari mulai turun dengan indahnya. Mereka duduk berdampingan, Novan, Luma, Ria, Sarah dan Julian.


"Indah" ucap dalam hati mereka.


Julian memberanikan diri menggengam telapak tangan Sarah, dan tak ada penolakan “Terimakasih” bisik lembut Julian pada telinga Sarah. Sarah tersenyum kecil dan wajahnya memerah.


Langit sudah mulai gelap, menandakan akan ada pergantian jam malam. Udara yang berhembus mulai terasa dingin. Mereka segera bergegas untuk merapikan diri dan menikmati kuliner malam Yogyakarta.


“Jul kita naik bus lagi?” Tanya Sarah. Julian mengangguk.


“Aku bawa mobil” sahut Novan


"Bukannya kamuorang surabaya juga?” tanya Luma


"Orang surabaya kok, ini mobilnya temenku. Aku sewa"


"Asik gratisan!” Celetuk Ria dan Sarah melakukan High Five.


Akhirnya mereka berlima sampai di alun-alun kota Yogyakarta. Tampak ramai dengan anak muda yang bercanda ria, serta banyaknya komunitas di sepinggir jalanan trotoar. Pedagang kaki lima pun tak kalah berjejer disekitarnya.


"Kita beli wedang ronde yuk, pengen banget" ajak Ria.


"Gak suka ah. Mau cari minuman yang dingin-dingin" sahut Sarah


"Terserah deh, pokoknya harus dapet wedang ronde" jawab Ria ketus


"Kalian ini ya dasar bocah, iya kita ke wedang ronde. Nanti Sarah aku anterin beli minuman dingin" sahut Luma mendamaikan.


Semuanya duduk dipinggir alun-alun jogja sambil menikmati wedang ronde. Tak halnya dengan Sarah yang hanya duduk diam binggung melakukan apa, karena baterai hp nya habis dan powerbank miliknya juga sudah habis.


“Aku mau beli minum nih, kalian titip apa?” Tanya Sarah ketus


“Air mineral” ucap semuanya


“Aku kesana ya, duitnya dong kak Luma” celetuk lucu Sarah seperti anak kecil yang meminta uang kepada mamanya.


“Mau aku temenin gak?” Tanya Julian


“Nope” sahutnya pendek “udah gede juga” lanjutnya. Julian tersenyum dan berdiri dari duduknya langsung menarik tangannya dan berjalan pelan menuju Warung dekat mereka duduk.


"Aku ingin pulang tidur" ajak Sarah setelah menghabiskan minumnya, perasaannya tiba-tiba gak enak.


"Yaudah balik yuk, kalian nginep dimana?" tanya Novan


Akhirnya dengan mobil Novan mereka kembali ke penginapan tepat pukul setengah sebelas malam. Beruntung mereka tak usah susah payah menunggu bus datang di halte.


"Astaga lupa beli dreamcatcher yang gede" ucap Sarah ingin menangis, inilah yang membuat hatinya tak enak daritadi.


Luma langsung memeluk Sarah “besok kita beli kalau sempat ya” ucapnya


"Besok ke malioboro lagi ya kak, pleaseeee" ajaknya seperti anak kecil yang memohon agar dibelikan eskrim


"Dek jangan gila, besok kereta kita berangkat jam 12. Kamu mau ke Malioboro atau Candi Borobudur?"


Dia sedih mendengar ucapan Luma "yaudah kak, ke candi borobudur aja" jawabnya yang langsung melengos pergi kepenginapan.


Julian ingin mengejarnya, tapi tangan Ria menghentikannya "udah biasa kok dia begitu, biarin. Emang sedikit manja. Besok juga balik lagi semangat" jelas Ria


Mereka bertiga pun berpamitan dengan Novan dan mengucapkan terimakasih kepadanya karena telah mengantarkan mereka.


=====


From: Novan

To: Luma

Hai berterimakasilah kepada Allah yang telah mempertemukan kita. Aku yakin kamu orang baik dan dari keluarga baik-baik. Kamu besok udah balik ya? Yaaah masa kita cuma bertemu beberapa jam sih. Aku mau ke penginapanmu besok, aku ingin bertemu kamu lagi. Mengantarkanmu ke Candi Borobudur dan mengantarkanmu ke Stasiun.


=====


From: Luma

To: Novan

Tak usah Van, disini sudah ada Julian. Dia yang biasa mengantar kita. Gak usah merepotkan begitu.


=====


From:Novan

To: Luma

Tak ada kata repot buat mengantarkan calon istri. Aku ikhlas kok. Percayalah memang aku tak bisa pulang besok berbarengan denganmu. Baru lusa aku harus balik ke surabaya karena ada kerjaan disini. Dan saat itu pula aku akan datang ke rumahmu membawa orangtuaku bertemu dengan orangtuamu untuk memintamu menjadi istriku.


=====


From: Luma

To: Novan

Haha secepat itu kah? Gerak cepet ya. Iya terserah kamu:)


=====


From: Novan

To: Luma

Terimakasih. Smile emoticonmu menunjukkan kalau kamu tak menolakku.


****


Keesokkan harinya....


"Kenapa kalian berdua senyum-senyum sendiri?" tanya Ria penasaran "ah aku tau nih, kalian lagi jatuh cinta yah?" lanjutnya "ah gila, bakalan jadi kacang nih aku nanti" gerutunya


"Gak dong sayang" sahut Luma memeluk adik sepupunya yang tak kalah manja dengan Sarah.


"Lah kenapa aku kak? Aku hanya menikmati hari ini dengan senyuman” ucap Sarah tersenyum kembali.


“Jangan bohong ya dek, mata kamu itu gak bisa bohong! Kamu ada perasaan kan sama Julian? Ngaku gak?” Tanya Ria melotot curiga kearah Sarah.


Lalu telepon Luma berdering menandakan Novan sudah ada di depan penginapan mereka. Mereka bertiga langsung bersiap keluar dari kamar dan Sarah menghampiri kamar Julian untuk mengajaknya ke Candi Borobudur


"Jul jul jul kita mau ke Candi Borobudur kan? Jadi kan?" Tanya Sarah sambil mengetuk pintu kamar Julian.


Julian keluar dari kamarnya dengan boxer dan badan telanjang yang hanya ditutupi handuk. Sarah langsung menelan ludahnya, tubuhnya sangat bagus, putih dan bersih batin Sarah.


“Apakah harus ikut juga? Padahal kan sudah ada Novan yang mengantar kalian” sahutnya.


Sarah langsung cemberut “maksudnya?” Tanyanya mengerutkan dahinya.


“Bercanda” ucap Julian kembali dengan Eye Smile nya lalu mengusap lembut kepala Sarah untuk kedua kalinya. Rasanya Sarah ingin mengumpat tapi ia urungkan karena usapan di kepalanya.


"Tunggu sebentar, mau nunggu diluar apa didalam?” Tanya Julian kembali menggoda Sarah.


Sarah langsung membalalakkan mata “I mean lebih aman diluar, cepatlah ganti pakaianmu!” Teriaknya pelan.


Sarah menunggu di ruang tamu penginapan. Sedangkan Luma dan Ria daritadi sudah menunggu di mobil.


"Gila! beda banget" celetuk Sarah yang melihat Julian mengenakan baju kaos putih lengan panjang, celana panjang robek lutut serta topi baseball. Simple dan itu membuatnya terlihat sempurna.


"Apanya yang beda? Tetap gini loh" sahutnya santai.


"Apakah kamu punya keturunan Korea? Jepang? China? Mirip banget sama idol korea ya ampun jantungku” celetuknya tak sadar mengatakan itu.


"Sudah mujinya? Yang penting kamu sempurna dihatiku" sahut Julian. Skakmat. Ucapan Julian barusan benar-benar membuat Sarah terbang melayang sambil senyum-senyum sendiri. “Tuhkan mukanya merah lagi" goda Julian tertawa cekikikan "yaudah yuk, ditungguin kita" lanjutnya kembali memegang tangan Sarah.


Mobil Xenia hitam milik teman Novan pun berangkat menyusuri jalan menuju Candi Borobudur. Mereka semua bersenang-senang disana. Foto-foto ria, bercanda tawa.


"Aku mau nunjukin kamu sesuatu" ajak Julian yang menarik tangan Sarah.


"Mau kemana?"


"Tenang. pasti kamu seneng deh"


Julian mengajak Sarah turun dari Candi Borobudur, dan mengajaknya ke pedangang kaki lima yang tak jauh dari Candi Borobudur.


"Sudah sampai. Silahkan liat ke kanan kamu" ucap Julian tersenyum.


"OMG, dreamcatcher!" Teriak bahagia Sarah langsung menghampiri lapak pedagang itu “tapi kok kecil" ucapnya kecewa "tapi gpp deh yang penting keturutan" lanjutnya berbica sendiri.


"Bu ini berapaan?" tanya Sarah pada penjualnya


"Kalo yang ini 10rb terus yang bagusan dikit ini mbak 15rb, nah kalo yang ini 25rb" jelas penjualnya


"Kalo beli banyak diskon ya bu?”


"Gampang mbak”


"Saya mau ambil yang 10rban 14biji jadi  100rb ya bu? Tapi modelnya kasih yang beda ya motif ya, 5samain, 4samain terus 5samain warnanya gak kembar juga gpp, yang penting sama motif" ucapnya "terus yang 15rban 2 sama 25rb 1 jadi 50 ya buk?" lanjutnya "jadi totalnya 150rb, gimana bu?" tanyanya


"Wah gabisa lah mbak, rugi dong nanti"


"Ayolah bu, beli banyak ini"


"Yaudah yaudah neng dibawa"


"Asiiiiiiik" teriaknya sambil membayar uangnya.


"Kamu beli banyak buat apa?" tanya Julian


"Buat temen SMA, buat temen kuliah, buat kak Luma sama kak Ria sama aku hehe maaf ya kalau udah suka sering kalap" jelasnya meringis. Julian hanya menggeleng. "oya buk gak ada yang besar ya?" Tanya Sarah kembali.


"Lagi kosong mbak, cari di malioboro aja mbak" ucap penjual itu. Tampak wajah kecewa dan cemberut dari wajah Sarah.


"Sudah? Balik yuk. Pasti mereka nyariin kita" ajak Julian merangkul pundak Sarah menenangkan hatinya dan membawanya berjalan mencari para kakak-kakaknya.


"Darimana kalian? Bikin repot aja" gerutu Ria kesal.


"Maaf kak, tadi si Julian ngajak beli ini" dia menunjukkan isi tas kreseknya "tenang aku belikan buat kalian berdua. Nih kalung dreamcatcher" memberikan kepada kedua kakak sepupunya masih dengan wajah sedih.


"Wooooh asik. Udah nemu yang gede belum dek?" tanya Luma. Sarah menggeleng lemas.


"Eh sudah jam setengah 11, kalian harus segera ke stasiun" ajak Novan. Semuanya mengangguk.


Novan pun mengantarkan mereka ke penginapan untuk packing persiapan balik ke surabaya.


"Jul ini uang penginapannya selama 3hari 300rb kan?" tanya Sarah menghampiri kamar Julian yang sedikit terbuka.


Julian menganggukkan kepalanya “Oya aku gak bisa bareng kalian ke stasiun. Aku harus pamit ke budhe dulu" ucapnya. Dia tau pasti Sarah akan kecewa atas ucapannya sangat terlihat sekali dari wajahnya.


Mereka bertiga berpamitan terhadap Julian dan budhenya. Serta mengucapkan terimakasih. Novan pun melajukan mobilnya cukup kencang karena jam menunjukkan pukul 11.10. Novan tak ingin orang yang dicintainya ketinggalan kereta.


*


Sesampainya di stasiun.

Mereka bertiga berpamitan terhadap Novan dan mengucapkan terimakasih kepadanya.


"Hati-hati ya" ucap Novan sambil memegang tangan Luma.


Ketiganya bergegas menuju gerbong kereta yang bertuliskan di tiket. Hp Luma berbunyi.


=====


From: Novan

To: Luma

Hai. Hati-hati ya. Sampai ketemu lusa. Siapkan mental. Dandan yang cantik.


=====


From: Julian

To: Sarah

Hati-hati ya sar. Maaf tak bisa mengantarmu ke stasiun. Jangan lupa tersenyum. See you next time.


=====


"Tuh kan lagi-lagi senyum sendiri-sendiri, pasti dapet sms dari Novan sama Julian. Seneng banget sih" omel Ria melihat dua saudaranya tersenyum sendiri menatap layar handphone "kalian kok dapet cinlok disini semua sih, kok aku ngak sih?" lanjut omelnya


"Woy sadar woy, ada yang lagi nunggu di stasiun. Gak mikir kali ini anak" sahut Sarah


"Ya ampun si Dhira lagi main futsal sama temennya. Aku dilupain huuuh"


"Ya namanya juga laki, gak inget udah berapa 5 tahun pacaran hah?"


"Yaampun iya kali biasa aja. Gausah diomelin gitu ngerendahin banget. Yang tua diomelin anak kecil"


Kak Luma tertawa mendengar perdebatan kedua adik sepupunya itu. Kereta sudah berangkat menuju Surabaya. Mereka sampai di Surabaya sekitar pukul 20.00 WIB dan beruntungnya mereka Dhira pacar Ria bersedia menjemput mereka.


*****


1bulan kemudian......


=====


From: Sarah

To: Luma

Kak maaf ya mungkin agak telat kesananya. Ini ada acara kampus. Selamat ya kak, akhirnya mau tunangan juga sama kak Novan. Congrats!❤️❤️


=====


Acara tunangan Luma terbilang cepat, sebulan setelah Novan meminta Luma dan disetujui oleh orangtuanya. Dan dengan umur mereka yang sudah mulai matang dengan Luma berumur 25 tahun dan Novan berumur 27 tahun. serta pekerjaan mereka yang sudah mulai mapan, kedua orang tua mereka menyegerakan pertunangan itu secepatnya dan tepat enam bulan setelah pertunangan mereka akan melaksanakan pernikahan.


"Maaf kak telat" ucap Sarah pada Ria di ruang rias kak Luma.


Ria mengenakan baju dress putih selutut, dengan rambutnya yang dibiarkan tergerai jatuh dan dandan yang cantik memoleh wajahnya membuat dia semakin lebih cantik. Serta disampingnya Dhira yang mengenakan jas putih dan terlihat lebih dewasa. Mereka memang pasangan yang ideal pacaran sejak SMA sudah 5tahun lebih. Mereka berdua satu universitas, walaupun berbeda jurusan.


Sarah segera berganti pakaian, dia mengenakan  kebaya tutu berwarna peach dengan bawahannya membuka, serta pasmina satin berwarna hitam yang ia kreasikan, dan dengan dandanan seadanya tapi membuatnya merasa nyaman.


Suasana tampak hikmat. Sesi demi sesi acara pun terlaksana. Kedua pasangan itu tampak bahagia sekali. Keduanya terus tersenyum setelah penukaran cincin. Luma memanggil Sarah dan Ria untuk berfoto bersama.


"Selamat ya kak, nanti kita nyusul tahun depan" ucap Dhira sambil tertawa cekikikan.


"Ngawur ih kamu yang, sudah punya gaji berapa mau ngelamar? Kerja dulu yang bener baru nikah" sahut Ria menggoda kekasihnya.


“Sayang kok gitu sih, doain kek. Aku kan juga lagi kerja sambil kuliah ini” sahut Dhira tak terima. Ke empat orang di depannya tertawa.


"Oya Sar, Julian mana?" tanya Luma


"Loh dia diundang kak?” Tanya balik Sarah


Luma menganggukkan kepalanya “aku sih tadi sempet liat dia sebelum acara. Tapi gatau sekarang kemana" lanjutnya.


"Hei ukhti." sapa seorang laki-laki menepuk pundak Sarah, suara itu tak asing di telinganya.


"Julian?" Tanya Sarah kaget, matanya berbinar-binar.


"Kangen sama kamu ya gak ketemu sebulan" celetuk Julian dengan entengnya.


Sarah mematung “Lebay dasar” sahut dia seadanya. Jujur hatinya berdebar.


"Yakin gak kangen juga?" Goda Julian menunjukkan eye smile nya kembali.


Sarah selalu luluh dengan eye smile milik Julian “biasa aja ih" sahut Sarah menjulurkan lidahnya ke Julian. Julian tertawa lalu mengusap lembut kepalanya.


Mereka berenampun foto bersama. Jas yang dikenakan Julian yang berwarna hitam juga tampak serasi dikenakan saat berdampingan dengan Sarah. Serta Luma yang memakai kebaya berwarna abu-abu berkilauan disepanjang podium serta Novan yang memakai jas dan celana berwarna silver. Mereka berenam tampak senada dan menunjukkan pasangan paling bahagia.


"Sar ikut aku" ajak Julian saat Sarah sedang mengobrol dengan Luma dan Ria


"Kemana? Eh eh pelan pelan. Jalannya susah nih” sahut Sarah yang kesusahan jalan karena rok yang dipakainya model sepan. Julian memelankan langkahnya.


Julian membawa Sarah ke parkiran, tepat di depan mobilnya. Dia masuk kedalam mobilnya dan membawa sebuah kotak besar. Julian tak tau bagaimana dengan jantung Sarah yang berdegup kencang.


"Ini untukmu" ucap Julian menyerahkan sebuat kotak berwarna merah.


"Apa ini?" Tanyanya


"Bukalah" jawab Julian dengan eye smile nya.


Sarah membuka kotak berwarna merah itu "dreamcatcher?" Tanyanya kebinggungan “SUMPAAAAH?!?!” Teriaknya girang.


"Iya seperti yang kau inginkan" jawabnya tersenyum.


"Kapan belinya?"


"Pas malem-malem di jogja setelah kau merengek ke kak Luma, aku tak tega melihatmu saat itu. Hatiku sakit melihat wajahmu yang kecewa seperti itu"


"Kenapa sampai segitunya?"


"Karena aku mencintaimu" ucapnya sambil tersenyum dan memegang tangan kedua tangan Sarah


"Aku sudah menyadari kamu menyukaiku dari awal. Sejak bercandaanmu itu. Aku nyaman sama kamu, aku selalu merasa aman saat bersamamu. Tapi ingatkah yang waktu di jogja aku pernah bilang aku minder sama kamu karena wajahmu terlalu cute untuk laki-laki. Aku juga sempat berpikir kamu bukan laki-laki tulen karena penampilanmu itu. Tapi caramu menjagaku dan rela berkorban membuatku lupa akan itu. Dan laki-laki itu ada di depanku sekarang. Yang membuatku jatuh cinta sampai saat ini" jelas Sarah dengan mata berkaca-kaca


"I LOVE YOU SARAH INDRIS LARASATI" Julian langsung memeluk Sarah


"I LOVE YOU TOO JULIAN" sahut Sarah membalas pelukan Julian. Dia berharap Julian adalah laki-laki yang jadi persinggahan terakhirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar