Senin, 06 April 2015

Malaikat Tanpa Sayap

Seperti dugaan Dea, keluarganya tepat datang menjemputnya jam 7 pagi tepat setelah ia praktik dinas malam di RSUD Dr. Soetomo dengan 2 mobil avansa 1 tepat di depan pintu utama rumah sakit, satunya menunggu diluar gerbang dan segera berangkat ke Pacet. Sebelumnya mamanya sudah menghubungi Dea kalau akan diajak ke pacet untuk berkabung ke rumah saudaranya.

"Kamu duduk dibelakang sama Zatuk dan Amel" suruh Tante Diah, mama dari Zatuk, Mya, dan Amel yang merupakan kakak dari mamanya.
"Wah duduk sama big big haha" godaku
"Kak Dea tuh kurus tinggal tulang sama kentut" ledek balik Amel yang masih kelas 6SD
"Ma dibawain baju gak aku?" tanya Dea
"Oya lupa Dea, yaudah pake seragam aja lah ya"
Dea langsung cemberut.

Sepertinya yang mengantuk bukan hanya Dea yang lainnya sudah tidur pula di dalam mobil.

Seluruh acara pemakaman sudah selesai. Mata Dea sepertinya tak kuat menahan kantuk, dia tertidur disamping Amel di pinggir teras rumah saudaranya.

"Dea!" teriak Mya
Dea terkaget dengan muka kucel baru bangun tidur "apa kak Mya?"
"Ayo selfie yuk" ajaknya
"Kucel kak mukaku" dia merogoh tasnya "bentar kak, sepertinya aku bawa sabun cuci muka, aku mau ke kamar mandi dulu"
"Jangan lama-lama"

Di depan kamar mandi...
Ternyata didalam masih ada orang. Masih dengan setengah sadar dia memejamkan matanya, rasanya tak tidur selama 12jam itu berat untuk matanya.

"Misi mbak" ucap seseorang

Sepertinya ucapannya tak digubris Dea yang duduk tertidur di kursi depan pintu kamar mandi.

"Mbak" "mbak" ucapnya "mbak saya mau lewat" dengan suara cukup keras
Dea terkaget dan terbangun
"Maaf, maaf, maaf" matanya membuka perlahan. Seseorang laki-laki didepannya lebih tinggi dibandingnya, putih, rambut gondrong, dengan kumis tipis "keren ganteng" ucapnya dalam hati. Mata mereka bertemu, Dea jadi malu dan salting, dia langsung berdiri dan nyelonong masuk ke kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi.

"Itu saudara? Kok gak pernah liat? Asli keren banget gayanya" ucapnya pelan di kamar mandi sambil senyum-senyum.

Selesai cuci muka, Dea kembali ke Mya dan berharap bertemu dengan laki-laki itu kembali. Mereka berdua asik berselfie, tak seorang pun yang dikenal oleh Mya, Amel dan Dea. Hanya Zatuk yang bisa bergumbul dengan keluarga laki-laki yang sebaya disana. Tapi tak ditemukan oleh Dea, laki-laki yang ditemuinya tadi.

Setelah sholat ashar dan beberapa acara ngobrol dan berbelasungkawa selesai Dea mengajak pulang cepat karena besok masih harus dinas siang di RS harus mempersiapkan fisik agar tidak terlalu capek.

Mereka berpamitan kepada keluarga jauh, dan Dea masih tak melihat laki-laki itu. "Dia anaknya kali ya kok gak kelihatan sama sekali, apa dia sedih? Aku siap kok menenangkan" ucap Dea dalam hati sambil senyum sendiri.

Keluarga besar Dea sudah mulai memasuki mobil masing-masing.
"Ma, mampir bakso yang langgangan dulu di Pacet itu loh" ucap Mya kepadanya mamanya
"Kamu itu aneh-aneh kasian si Dea tuh"
"Oh kalau makan bakso itu gpp tante, kangen banget gak pernah makan itu udah lama" sahut Dea
"Curang ya kalau makan enak cepet semua" celetuk Zatuk
"Huuuuussssssss!" ucap Dea dan Mya

Akhirnya merekapun pergi ke bakso langganan mereka di Pacet yang tak jauh dari rumah saudaranya itu.

Sesampainya di Bakso langganan mereka ternyata sudah berubah, tempatnya lebih besar dan tempat makannya sudah ada sekat-sekat pemisah. Pegawainya juga semakin banyak. Keluarga mereka mencari tempat duduk lesehan yang cukup untuk 16orang.

***

Free day!
Hari ini Dea dapat hari libur dari RS tempatnya PKL, walaupun cuma sehari sangat berguna sekali untuk malas-malasan dirumah. Karena bosan dengan kegiatan di rumah, dia menghubungi teman-teman kuliahnya yang lagi libur dinas sama dengan halnya.

Speechless!
Temannya si Kasih ternyata mau diajak keluar dan sudah berangkat menuju rumah Dea, padahal Dea belum mandi masih tiduran di kasurnya

15menit berlalu....
Suara motor Kasih sudah didepan rumahnya, Dea segera berlari dengan masih baju seadanya.

"Kasih, kamu gak pake jilbab?" tanya Dea
"Jilbabku abis cin dicuci semua hehe" jawab Kasih dengan polos
"Yaudah ikutan haha" sahut Dea
"Ah elah, ikut sesat juga ternyata haha, yaudah sono gih siap-siap"
"Mau masuk rumah kah?"
"Gak usah deh, cepet kok!"

Dea segera berlari dan berganti baju.
"Kita kemana?" tanya Dea
"Cafe biasa, punya temen pacar" jawab Kasih
"Ya ampun kita kesana udah 2x, gak bosen?"
"Gak tuh, soalnya si Ryan mau nyusul kesana ntar abis pulang kuliah"
"Oh pantes ngajak kesana, jadi kacang untuk ke3x deh" sahut Dea sebel
"Jadi gak nih? Ayo naik. Banyak bicara aku tinggal nih" goda Kasih
"Iya iya jadi"

****

Black In White Cafe
Yap! seperti yang dikatakan Dea bukan pertama kali mereka kesini. Ini adalah ketiga kalinya mereka kesini. Yang pertama dengan Kasih dan Pacarnya. Yang kedua dengan ketiga sahabat mereka dan pacarnya Kasih yang tiba-tiba muncul. Yang ketiga sepertinya terulang kejadian yang pertama.

"Pesen apa De?" tanya Kasih
"Hm french fries, pancake, spageti, milkshake coklat"
"Banyak amat, borong apa laper?"
"Sengaja gak makan siang haha biar habis coy" jawabnya sambil meringis "lu pesen apa?"
"Gw lagi diet, jadi makan yang gak digoreng spageti sama ice green tea ocean"
Jawabnya "jadi pesennya itu ya mas Git" ucap Kasih pada Sigit seseorang yang dikenalnya yang merupakan teman dari pacarnya

Dea bosan menunggu, akhirnya dia mengeluarkan hpnya.
"Wuuiiih iphone baru" teriak Kasih
"Alhamdulillah yes" jawab Dea seadanya
"Sombong banget yes"
"Sudahlah. Selfie aja. Mau gak lo? Sini pindah sini, testi iphone baru pamer ke anak-anak kalau kita keluar haha" ucap Dea tertawa cekikikan

Mereka berdua selfie sebanyak-banyaknya sampai tak tersadar mas Sigit sudah berada di depannya membawa makanan.

"Eh sorry mas" ucap Kasih
"Iya gpp Kas, ini temen baru? Bukan yang kemarin-kemarin?" ucap Sigit
"Masih orang yang sama kok mas, cuma gak pakai jilbab, si Dea" jawab Kasih
"Haha pangling ya mas? Tambah jelek apa tambah cantik?" tanya Dea seenaknya
"Iya beda lihatnya, manis" sahut Sigit tersenyum
"Awas mas naksir haha" celetuk Kasih

Sigit merupakan laki-laki baik walaupun rambutnya gondong, tatoan di tangan, pake tindik ditelinga, tapi pribadi yang ramah dan baik ke pelanggan. Gak hanya Sigit, semua pegawai disini laki-laki dan tampilannya setipe dengan sigit, rambut gondrong, pake tindik ada yang tidak pakai, ada pula yang tato ada yang gak. Dan berpakaian serba hitam, awalnya Dea takut masuk ke Cafe ini tapi Kasih dan Pacarnya meyakinkan Dea kalau tidak berbahaya nongkrong disini, yang berjilbab juga banyak yang datang.

Dea dan Kasih mengobrol kegiatan mereka selama di rumah sakit masing-masing, sambil makan. Menunggu kedatangan si Ryan pacar Kasih.

"Hai beb, hai Dea" teriak Ryan
"Hai" jawab keduanya
"Maaf lama, tadi macet" ucap Ryan yang langsung duduk disamping Kasih
"No problem. S-u-d-a-h b-i-a-s-a" sahut Kasih melanjutkan makannya
"Ngambek?"
"Jutek banget si sayang" goda Ryan
"Mas Git, pesen dong seperti biasa ya" teriak Ryan
Sigit hanya mengangguk sambil mengacungkan jempolnya.

"Ini yan seperti biasa" ucap seseorang, seperti bukan suara Sigit
"Oya thanks ya Kal" ucap Ryan kemudian laki-laki itu meninggalkan meja mereka.
"Kal?" tanya Dea dalam hati dan melihat kearah orang itu. Dia terkaget melihat laki-laki itu, seperti pernah bertemu disuatu tempat.
"Dea ngeliatnya gitu amat, naksir lo?" tanya si Kasih
"Eh aku pernah liat dia deh, tapi lupa dimana cin, bentar aku inget-inget dulu" ucap Dea yang tak memperdulikan ucapan Kasih.

Dea berusaha mengingat siapa laki-laki itu dan bertemu dimana. "Anjir kepo kan gw, ketemu dimana ya sama dia?" tanyanya dalam hati

"Itu Haikal, anak UBAYA, dia juga punya saham di cafe ini sama kayak mas Sigit, dia semester 7, cuma dulu dia rambutnya gak gondrong dan jarang keluar biasanya bagian dapur atau call center dan bagian update-update di social media, sudah inget pernah ketemu dia dimana?" jelas Ryan
"Ngak. Lupa hehe"
"Aku panggilin aja kah? Kamu juga belom kenal dia kan? Yang kamu kenal paling mas Sigit sama mas Rizal"
"sono gih kasian si Dea kepo, kali dia jomblo lumayan buat Dea sama-sama jomblo" celetuk Kasih tertawa kecil
"Gak usah yan!"
"Kal, Haikal" Panggil Ryan

Laki-laki itu mendekat kearah Ryan. Jantung Dea sudah berdegup kencang, matanya dan Haikal bertemu. Bayangan saat di Pacet, di kamar mandi itu muncul dipikirannya.

"Kamu!" ucap keduanya berfikir
"Loh ada apa ini?" tanya Ryan kaget
"Kamu laki-laki yang dikamar mandi itu kan? Masih inget cewek yang pake jilbab seragam perawat?" tanya Dea
"Kamu yang tidur di depan kamar mandi kan? Yang ngalangin jalan orang keluar. Bangun-bangun main nyelonong masuk aja. Aku minta maaf ya udah bangunin kamu sambil teriak sedikit" jawab Haikal
"Oh jadi ini yang kamu ceritain waktu itu" ucap Kasih keceplosan
"Wah cerita apa beb?" tanya Ryan
"Kepo" ucap Kasih
"Haikal" mengulurkan tangannya
"Dea" menjabat tangannya dan melepaskannya "jadi kita saudara?" tanyanya
"Sepertinya begitu, tapi kayaknya jauh sekali saudaranya gak ada hubungan darah soalnya"
"Wah sikat dong Dea" celetuk Kasih
"Apaan lo? Orang kita saudara"
"Sodara J-A-U-H Dea" penekanan kalimat Kasih
"Jadi kalau si Dea makan kesini gratis ya Kal? Kita temennya juga diikutin gratis" goda Ryan
"Haha kalau si Dea yang gratis gpp, kalau lo sama pacar lo bayar tetep" sahutnya
"Duduk duduk sini Kal, sebelahnya Dea" ucap Kasih, Haikal menuruti ucapannya Kasih
Dea hanya melirik sinis kearah Ryan dan Kasih "mereka berdua kompakan banget sumpah" ucapnya dalam hati
"Kok kita gak pernah ketemu ya?" tanya Haikal
"Iya emang, jarang ikut acara keluarga besar, jadi ya gak pernah tau hehe" ucapnya salting
"Ehem ada yang salting uhuk uhuk" goda Kasih

Dea hanya melirik kearah Kasih.

"Uhm kita saudara dari mana ya?" tanya Haikal
"Gak tau, nanti aku tanyain mama deh. Maaf ya sebelumnya yang meninggal kemaren itu om Burhan kan? Itu siapa ya? Ayah atau?" tanyanya lagi
"Itu om aku, tapi udah kayak ayah sendiri soalnya yang ngebela aku pas mau merantau kuliah ke surabaya"
"Oh" jawab Dea singkat
"Ajak main ke rumah dong Dea ehem ehem saudara kan?" goda Kasih
"Haha kalian berdua itu kenapa sih?" tanya Haikal polos
"Gak peka ya beb dia?" ucap Ryan ke Kasih
"Yaudah aku tinggal dulu ya, masih banyak kerjaan" pamit Haikal dengan wajah cool nya
"Ahhhh sumpah kalian berdua gila! Malu-maluin! Apalagi kamu yan, masih 3x ketemu udah bikin gara-gara. Awas ya kalau berantem sama si Kasih minta aku yang damaiin" ucap Dea sebel
"Peace ya dea" sahut Ryan

Setelah beberapa jam ngobrol tak tersadar sudah jam 8malam, daritadi jam 4sore. Hp Dea sepertinya sudah mulai bergetar, nampaknya mamanya sudah mulai mengkhawatirkannya.

"Panggilan alam ya Dea?" tanya Kasih
"Iya yuk pulang" jawabnya
"Kebiasaan banget sih Dea, masih sore ini, udah gede kali kamu. Masih kangen sama Kasih tau, kalau praktek aku dilupakan terus" sahut Ryan
"Bawel banget sih yan. Lebay. Kok ada sih mahluk kayak kamu haha kok bisa si Kasih cinta sama kamu? Cinta buta sepertinya haha" celetuk Dea
"Pulang sendiri aja ya Dea, bawa aja motornya Kasih" ucap Ryan
"Egois banget sih!" ucap bete Dea
"Kita pulang aja ya Dea" sahut Kasih
"Bisa pulang sendiri kali beb dia" celetuk Ryan
"Kasihan tau beb, ini malem. Dia gak biasa pulang sendiri kalau malem keluar-keluar. Kalau gak pulang praktek. Aku anterin dia pulang aja dulu nanti kesini lagi" ucap Kasih tak tega
"Yaudah gpp kali Kasih, aku bisa pulang sendiri kok!" sedikit membentak dengan membawa kunci motor Kasih dan meninggalkan Ryan dan Kasih berjalan menuju parkiran dengan mata berkaca-kaca.

Perdebatan mereka menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung cafe. Seseorang menghampiri Dea.

"Mau aku anterin Dea?" ajak seseorang itu
"Mas sigit?" kagetnya "gak usah mas, bisa pulang sendiri kok" ucapnya tersenyum
"Gpp, aku anterin udah malem loh"
"Jangan mas, cafe nya lagi banyak orang, nanti kalau ada apa-apa gimana? Bisa sendiri kok, udah biasa. Lagian gak enak juga pulang sama laki-laki, nanti dimarahi sama mama dan ayah" jelas Dea
"Yaudah sama aku aja Dea" ucap seseorag
"Haikal?" kagetnya kembali
"Gpp dea, aku yang anterin. Kita saudara kan? Nanti aku yang bilang ke mamamu kalau aku ponakannya om burhan" ucap Haikal
"Gak usah gpp"

Haikal langsung menyaut kunci dari genggaman Dea dan menyalakan motor Kasih.

"Eh" Sigit speechless mendengar kata-kata Haikal
"Ayo naik Dea, udah di telpon kan dari tadi?" ajak Haikal
Dengan ragu Dea menaiki motor berboncengan dengan Haikal.
"Hati-hati ya Dea" ucap Sigit seperti ada rasa hilang dihatinya.

Haikal melajukan motornya cukup kencang 80km/jam. Mereka berdua tetap hening, tak ada kata-kata. Dea masih marah dengan Ryan, dia tak menyangka Ryan setega itu kepadanya. Hpnya berbunyi.

From: Kasih
To: Dea
Maaf ya Dea:(

Reflek Dea memukul bahu Haikal cukup keras.
"Aduh" ucap Haikal
"Maaf maaf ya maaf gak sengaja"
"Kenapa sih kamu? Kasar banget jadi cewek main pukul-pukul aja,
Masih sebel? Mau nangis?"

Tanpa tersadar Dea meneteskan air mata.

"Loh nangis beneran?" tanya polos Haikal "Sudah sudah cup cup cup" ucap Haikal menenangkan Dea "ini rumahmu dimana? Aku lewatin jalan mana aja ini"
"Oh iya gak tau rumahku, ini dimana btw? Kok gak pernah kesini? Coba lewatin arah TP atau Delta"
"Ini orang surabaya gak tau jalan surabaya"
"Emang" ucapnya sambil mengusap air matanya
"Ini nih sudah jalan TP terus lewat mana?"
Lurus aja ngikutin jalan pokoknya terus belok kanan, lurus, terus belok kiri notok belok kanan, eh binggung ya? Nanti aku yang ngasih arahan deh, ini lurus aja dulu ntar ada belokan belok kanan arah bgj"
"Oh dasar"

Sesampainya didaerah rumah....
"Boleh minta tolong?" tanya Dea
"Apa Dea? Rumah kamu ngikutin arah jalan ini kan?"
"Iya. Boleh lepas tindiknya? Biar kamu dibilang orang baik sebelum sampai rumahku? Seperti saat pertama kali kita bertemu, aku tak melihat kamu memakai tindik ditelingamu. Setidaknya tak membuat syok orangtuaku"
"Harus?" ucapnya memberhentikan motornya
"Pliiiiiiiis" Dea memohon

Saat dirumah....
"Assalamualaikum" ucap keduanya
"Walaikumsalam" jawab abang dan mama Dea
"Loh ini bukannya anak Pak Helmi ya?" tanya Mama Dea
"Iya tante" ucap Haikal sambil mencium tangan Mama Dea
"Apa kabar nak? Kuliah di surabaya? Tinggal dimana? Ngekos kah?"
"Iya kos. Di ubaya tante"
"Kok bisa bareng sama Dea? Ketemu dimana? Kalau kamu pengen makan, makan disini aja gpp nak, kalau belum di kirimin uang, tidur sini juga gapapa nanti tidur dikamarnya si Aris"
"Ngapain minta sini ma, orang dia punya cafe sama temen-temennya" sahut Dea
"Ya gpp dong Dea, kali dia bosen sama makanan cafenya biar kesini makan bareng kita" ucap mama Dea
"Hehe iya tante, terimakasih. Pasti kok kesini lagi nanti"
"Oya ma kita saudara dari mana ya?" tanya Dea
"Jadi kakek itu punya kakak, lah kakaknya itu punya anak, tante Wita yang nikah sama om Burhan, nah om Burhan itu punya adek, adeknya yang nikah sama om Helmi, papanya si Haikal. Kalian itu memang gak pernah ketemu, yang sering main itu abangmu sama Haikal, tapi dulu masih kecil banget. Palingan juga lupa" jelas mamanya
"Oh" jawab Dea dan Haikal
"Jadi kalian kok bisa bertemu sampe pulang bareng kalian udah kenal sejak kapan? Bukannya kamu tadi berangkat sama Kasih?" tanya mamanya
"Iya ma, tadi aku ke cafe sama Kasih, terus pacarnya Kasih dateng, terus kangen-kangenan gitu, eh mama telpon mulu terus pacarnya marah padahal baru ketemu, Kasihnya udah diajak pulang, nah untungnya ketemu si Haikal di cafenya saudara sendiri. Kita ketemu pertama di pacet itu loh pas om Burhan meninggal tapi cuma papasan doang, baru kenalan tadi di Cafe" jelas Dea
"Yaudah yang penting kamu pulang, nanti kalau kamu keluar sama Kasih dan dia ngajak pacarnya, kamu gak bolehin mama keluar kalau gak ada temennya, nanti kayak gini lagi"
"Ya jangan dong ma" melas Dea
"Oh ya udah makan Haikal? Ini ada nasi goreng" ajak mamanya
"Gak usah te, terimakasih. Mau balik aja. Om dimana tante? Sekalian mau pamit"
"Om lagi ikut pengajian, belom pulang. Oh yaudah. Ati-ati ya nak. Terimakasih sudah nganterin Dea" ucap mamanya
"Pamit dulu tante, bang, dea, salam buat om" pamit Haikal langsung melajukan sepedanya

****

Praktek Klinik sudah selesai pada puncaknya, 4bulan sibuk dengan praktek rumah sakit, selama 2minggu pindah-pindah tempat praktik. Hari ini hari senin tepat 3hari setelah praktik ada evaluasi praktik klinik di kampus.

"Tuh kan tau gitu berangkatnya ntar-ntar aja, belum sarapan kan gw" keluh Dea memasuki kelas dan segera duduk disamping Kasih
"Lo tuh ye kerjaannya molor mulu, ngentengin mulu" sahut Lisa salah satu sahabatnya yang lain.
"Eh Dea, aku minta maaf masalah Ryan ya, bbm mu balesnya singkat amat, jadi ngerasa bersalah" bisik Kasih pelan
"Iya gpp sayang, tau kok" ucapnya sambil memeluk gemas Kasih
"Eh tapi sebenernya maksud Ryan baik loh, pengen deketin kamu sama Haikal, sebenernya itu pancingan aja supaya Haikal peka" jelasnya.
"Oh jadi gitu si Ryan ya. Awas kalau ketemu lagi. Aku pitak kepalanya"
"Loh loh ada apa ini?" celetuk Linda sahabatnya yang lain
"Kepo!" ucap Dea dan Kasih kompakan
"Jahat banget ih" ucapnya ngambek
"Tapi ya Dea, yang kepancing malah si mas Sigit, ati-ati lo dia ada rasa sama lo, si Ryan juga kaget yang ngehampirin bisa-bisanya mas sigit. Kalau kata Ryan sih diluar skenario ya" ucapnya sambil tertawa cekikikan.
"Haha biarin. Tapi pas Haikal pulang dari nganterin aku, responnya mas Sigit gimana ke Haikal?"
"Di diemin, hayo loh Dea udah buat 2 orang sahabat berantem"
"Oya? Nanti kesana deh mau liat. Sekalian kan makan sama anak-anak"
"Oke siap!"

Black in White Cafe
Mereka berlima celingukan karena belum ada orang sama sekali.

"Kas, ini jam 3 kan? Perasaan dulu kita kesini jam 2an masih ada orang kok ini sepi banget?" tanya Rita
"Meneketehe" jawab Kasih singkat
"Dek!" sapa Rizal dari kejauhan, seperti keluar dari dapur
"Hai mas" ucap semuanya
"Mas ini kok sepi? Ganti jam buka ya?" tanya Kasih
"Kamu gak update sih dek, padahal di instagram sudah dirubah jadi jam 16.00"
"Terus kita nunggu sejam lagi dong?" tanya Dea
"Iya, tapi kalian duduk aja lah seenak kalian. Tapi belum ada yang masakin kalian"
"Yaaaah kita laper banget ini sengaja gak makan dikampus"
"Mau gimana lagi, temen-temen yang masak belum ada yang dateng. Tunggu 30menit lagi"

30menit kemudian.....
Semua orang mulai datang, dari pegawai sampai pengunjung yang mungkin juga tak tahu kalau jadwalnya sudah berubah.

"Kal!" sapa Dea
Haikal hanya tersenyum kecut kearahnya
"Salahku apa?" tanyanya dalam hati

Beberapa menit kemudian....
"Mas Sigit!" sapa Kasih
Lagi-lagi perlakuan sama senyum kecut kearah Dea
"Salahku lagi ini?" bisik Dea ke Kasih
"Kan lu liat sendiri mereka gimana?"
"Sudah bisa pesan sekarang dek" suara Rizal mengagetkan perbincangan Kasih dan Dea
"Hm apa ya? Aku mau nasi goreng special pedes ya mas" ucap Kasih
"Samain deh" jawab semuanya
"Minumnya?" tanya Rizal
"Es teh aja, kalian gimana? Idem?"
Semuanya mengangguk.
"Kok tumben banget mas, layanin pelanggan? Kan situ bos ya?" goda Kasih
"Gak tau ini anak-anak gak ada yang mau ke meja kalian, apalagi si Haikal sama Sigit. Belakangan ini mereka berdua aneh, jadi diem-dieman, gak saling ngobrol, biasanya becanda mulu, denger-denger sih mereka abis ribut. Lah kenapa aku malah curhat tentang aib orang ke kalian ya?" ujarnya
"Hehe gpp mas, sekali-kali" ucap Linda
"Yaudah aku tinggal dulu ya"
Semuanya menjawab dengan anggukan.

Sejam disana sambil mengobrol dan bercanda satu sama lain. Tak terasa. Ketiga sahabat Dea dan Kasih tak tahu tentang permasalahan ini.

"Kas, suruh Ryan kesini dong. Bantu damaiin. Gak enak kan akunya" bisik Dea
"Tanpa disuruh, dia udah kesini"
Tak beberapa menit Ryan datang dengan senyum khasnya malu-maluin.

Adzan magrib tak terasa jika sering berbicara, Rita sudah disuruh pulang daritadi oleh orangtuanya tapi bersikukuh ingin bersama sahabatnya lebih lama lagi. Akhirnya setelah adzan magrib selesai Rita dan Linda berpamitan pulang dahulu.

"Eh aku juga pamit deh" ucap Lisa "kamu mau ikutan gak Dea, tak anterin ke kampus"
"Jangan deh kampus dengan sini jauh, ntar aku pulang sama Kasih kasian kamu ntar bolak-balik. Rumahmu kesini paling 5menit"
"Ih jadi kambing congek dong lo hahaha"
"Gak kok beb, Dea kan sayangku jadi tak akan kulupa"
"Yaudah aku duluan. Yan, titip temen gw Dea awas ya lo bikin nangis lagi!" ancam Lisa "Pamit!"
"Kas, Yan, ada yang mau sholat magrib? Sini ada musholla gak sih?" tanya Dea
"Gak ada kayaknya, panggil aja lah mas Rizal" jawab Ryan "mas mas" lambai tangan Ryan kepada Rizal
"Ada apa yan?" tanya Rizal
"Sini ada musholla mas? Ini si Dea mau sholat"
"Gak ada sih. Tapi ada ruang kosong deket dapur. Biasanya dibuat sholat temen-temen. Bersih kok dijamin. Tapi wudhunya dikamar mandi, di dapur gak ada toilet soalnya"
"Oke mas, makasih" ucap Dea "kalian berdua gak sholat?"
"Sendiri aja Dea" ucap keduanya cengigisan
"Dasar pasangan gila" celetuknya

Dea memasuki Dapur, sambil permisi-permisi ke orang-orang disana. Agak takut juga sih melihat temen-temen Rizal. Ragu dihatinya muncul "apa mungkin mereka sholat? Dan tempat kosong itu jamin bersih?" tanyanya dalam hati.

"Permisi mas, ruangan kosong buat sholat biasanya yang mana ya?" tanya Dea sungkan
"Ini mbak" seorang laki-laki menunjukkan arahnya
"Terimakasih"

Dea memasuki ruangan itu, speechless! Ruang itu bersih, dan tak seperti bayangannya. Untung ada mukenah yang selalu dibawanya kemana-mana. Dea melaksanakan sholat dengan khusyu dilanjutkan dengan doa. Ketika selesai berdoa, ada yang membuka pintu. Dia menoleh.

"Haikal?" kagetnya "syukurlah masih ada yang sholat disini" ucapnya dalam hati "mau sholat?" tanya Dea
Ucapan Dea hanya dibalas dengan anggukan.
-
Dea merasa tak enak, dia menunggu Haikal yang sholat sampai selesai.

"Kal" ucapnya sedikit membentak "aku ada salah?"
Haikal menggeleng.
"Lantas?"
"Pergilah, aku tak ingin ada salah paham" ucapnya datar
"Pergi?"
"Sudahlah aku tak ingin berdebat" ucapnya sambil berjalan keluar
"Kal" Dea meraih tangan Haikal
"Udah Dea! Aku capek harus berantem, aku capek debat, aku capek disalahin" bentaknya cukup keras
Mata Dea mulai berkaca-kaca, baru kali ini dia dibentak oleh laki-laki yang mulai ada rasa dihatinya.
"Dea! Dea! Jangan nangis ya plis!" ucap Haikal mengenggam erat kedua tangan Dea "kita saudara, aku gak mau denger laporan aku bikin nangis kamu dari mama kamu, aku mohon kamu ngerti, sekali ini aja" pinta Haikal
"Aku gak ngerti kal! Aku seperti punya rasa bersalah besar ke kamu" ucapnya terisak
"Dea jangan nangis! Aku gak nyuruh kamu pergi selamanya, aku cuma minta kamu ngerti" ucap Haikal sambil mengusap air matanya "nanti kalau udah selesai, aku kasih tau kamu. Sudah ya?" ucap Haikal menenangkan Dea sambil pergi meninggalkan Dea, rasa di hati Haikal bukan rasa seorang saudara lagi, tapi lebih dari itu, melihat Dea menangis karena dibentaknya membuatnya menjadi orang paling jahat sedunia dan ingin memarahi dirinya sendiri.

*****

Seminggu lagi Dea akan menghadapi PKL atau biasa disebut KKN yang biasanya terjun langsung ke masyarakat.

"Dea, kata mamamu lu kenal Haikal saudara kita yang orang pacet itu punya cafe? Ayo kesana Dea! Biar gaul haha" ajak Zatuk
"Alay. Kapan kesana? Sekarang? Ayuk dah! Tapi bayarin ya" ucap Dea nyengir

Mereka berdua berangkat menuju Cafe Black in White setelah sholat magrib.

"Oh ini cafenya? Lumayan sih buat update di path, terus di jepret-jepret masukin ke blog sama instagram" ucap Zatuk setelah memarkiran motornya
"Tuh kan alay. Malu-maluin"
"Yang penting hits broooo!"

Mereka berdua mencari tempat duduk.

"Tuk ke kamar mandi dulu ya, kalau mau pesen dulun silahkan" ucap Dea
"Yoi"

Dea pergi menuju kamar mandi. Setelah selesai dia keluar dan berpapasan dengan Sigit.

"Eh bang, liat haikal gak? Aku mau..." ucap Dea
"Gak tau" potongnya ketus "di dapur kali" lanjutnya langsung pergi
"Bang aku ada salah sama kamu kah?" ucapnya lirih

Dea segera kembali ke tempat duduknya bersama Zatuk.

"Udah pesen?" tanya Dea
"Belum nunggu lu" jawab Zatuk
"Hm aku pancake sama milkshake oreo aja lah, yaudah kamu panggil mas-masnya" ucap Dea yang langsung sibuk mencari hp dan powerbank miliknya
"Mas pesen nasi goreng pedesnya 1, pancake 1, milkshake oreo 1, sama moccacino 1" ucap Zatuk
"Ada tambahan lain?" tanya mas-mas
"Gak ada mas" sahur Zatuk
Dea seperti pernah mendengar suara itu dan menoleh kearah orang itu.

"Mas Sigit?" kagetnya "ini Zatuk ken..." ucapnya.
"Oh yasudah kalau gak ada pesenan lain saya permisi dulu" pamit Sigit

Sigit merasa hatinya sangat hancur, perasaannya terhadap Dea bukan perasaan biasa lagi. Ada cemburu dihatinya, mendengar ucapan Dea yang datang hanya untuk bertanya tentang Haikal sudah membuatnya marah. Apalagi sekarang melihat Dea datang bersama dengan laki-laki lain membuatnya hancur, kakinya begitu lemas untuk berjalan.

"Dea, lu kok kenal orang sini sih? Sangar gitu orangnya, wah elu diem-diem menghanyutkan. Aku bilangin mamimu loh"
"Shut up your mouth!" ketus Dea
"Haikal mana Dea?"
"Entah lah belum liat" ucap Dea

Beberapa menit kemudian pesanan mereka datang....

"Eh mas rizal jadi sering tukang anter sekarang ya udah gak bos lagi haha" goda Dea
"Iya Dea, mendadak temen-temen gak ada semua, sibuk. Jadi bos turun tangan gitu ceritanya" sahut mas Rizal
"Oya liat Haikal gak mas? Ini Zatuk saudaraku kenalin" ucap Dea sambil mengenalkan Zatuk ke Rizal "bilangin ke Haikal ada Zatuk saudaranya mau ketemu gitu, jangan sok sibuk" Lanjut Dea
"Siap bos!"sahutnya
"Hehe makasih ya mas, maaf merepotkan"

Beberapa menit kemudian....

"Kal lu dicariin sodara lu tuh, namanya Zatuk dia dateng sama Dea temennya pacarnya Ryan itu loh" ucap Rizal yang masuk kedalam ruang meeting atau bascamp
"Oh" jawabnya
"Gitu doang responnya? Gila ya gw capek-capek ngomong, si Dea bilang kalau lu jangan sok sibuk"
"Emang sibuk" jawab Haikal seadanya "ini!" menunjukkan kertas yang berantakan
"Gw curiga lu ada apa-apa sama Dea, apa sejak yang nganterin Dea pulang ya? Lu juga agak jauh gitu sama si Sigit? Lu kres sama dia? Apa gara-gara Dea juga? Wah bahaya nih kalau kalau kalian berdua diem-dieman kek gini. Kalian kan juga bos disini, jangan gitu deh ya kasih contoh yang bener ke anak-anak yang lain. Jangan berantem masalah perempuan deh. Gak laki banget" ucap Rizal yang mengambil kesimpulan sendiri
"Tau darimana mas?" tanya Haikal kaget setidaknya ucapan Rizal ada benarnya
"Temen-temen yang bilang, kalian rebutan nganterin Dea kan?"
"Gak rebutan mas, si Dea kan mau dianterin sama Sigit terus dianya gak mau soalnya kalau pulang dianterin laki-laki dia takut dimarahin, yaudah aku sahut aja kunci di tangannya, aku kan saudaranya Dea jadi it's no problem kan? Eh pas pulang si Sigit diemin aku ya sudah. Aku mau ngajak ngomong dia main nyelonong aja pergi. Yaudah aku diemin aja Sigit sama Dea juga sekalian" jelasnya
"Jadi sepertinya Sigit suka sama Dea? Kamu juga suka sama Dea gak? Bukannya dia saudaramu?"
"Maybe. Dilihat dari cara dia diemin aku mas, aku suka? Sepertinya gak mungkin, dia saudara aku mas" ucapnya ragu
"Terus Dea salah gak di masalah ini? Kenapa kamu diemin?"
"Gak sih"
"Yaudah temuin dia, ada saudara kamu juga toh yang dateng sama dia"

Akhirnya dengan pepatah-pepatah yang diucapkan Rizal, Haikal mau menemui Dea dan Zatuk.

"Hei bro!" ucap Haikal menepuk pundak Zatuk dan duduk disebelahnya
"Oy Kal, gila ini rambut makin gondrong aja, keren ya sekarang jadi anak gaul surabaya" ucap Zatuk
"Yoi. Rugi kuliah surabaya gak tau anak mudanya gimana ya gak?" celetuk Haikal menyenggol sikut Zatuk
"Ya ya ya percaya deh. Si Dea gak lu sapa?"
"Hai Dea" sapanya lalu melengos kearah Zatuk

Dea pun hanya membalas senyuman. Dia merasa menjadi orang tersisih melihat Haikal dan Zatuk mengobrol. Tak ada pertanyaan atau ucapan yang menuju kearahnya seakan mahluk asing.

"Eh mas sigit" celetuk Dea menarik tangannya sehingga Sigit yang sedang berjalan sehingga terduduk disampingnya
Semuanya langsung terdiam menuju kearah Dea
"Apa? Aku banyak kerjaan" ucap Sigit
"Aku mau ngomong, dengerin dulu. Duduk sini dulu" ucap Dea meyakinkan Sigit "kenalin ini Zatuk saudara aku, Zatuk ini mas Sigit temennya Haikal sama mas Rizal yang tadi itu"
Zatuk pun berjabat tangan dengan Sigit saling berkenalan
"Oke. Aku gak mau di diemin kalian berdua. Aku, Zatuk sama Haikal itu saudara paham? Jadi jangan ada kesalah pahaman lagi" zatuk yang tak tau masalah ini hanya diam mendengarkan "kita semua temen, gak ada musuh, kita semua saudara? Right mas Sigit? Haikal?" lanjut Dea
Keduanya pun menganggukan kepalanya.

Dea meraih tangan Haikal dan Sigit untuk saling berjabat tangan. Awalnya mereka berdua enggan berjabat, tapi Dea bersikeras mendamaikan keduanya. Lalu keduanya pun berpelukan sahabat. Senyum indah terpancar dari bibir Dea. "Akhirnya" ucap Dea dalam hati

"Nah gitu dong" ujar Dea "janji gak berantem lagi?" ucapnya sambil memberikan kedua jari kelingkingnya untuk Haikal dan Sigit
"Janji!" Kedua jari kecil kelingking Dea disambut baik oleh Haikal dan Sigit
"Janji bersaing secara sehat" celetuk Sigit
Dea dan Haikal langsung terkaget mendengar itu.
"Janji akan bersaing secara sehat juga!" sahut Haikal tak mau kalah
"Dasar gila" celetuk Dea
"Apa Dea?" tanya keduanya berbarengan
"Gpp. Sudah sana-sana kalian berdua pergi. Masih banyak kerjaan kan kalian. Aku mau dinner sama Zatuk berdua. Ganggu aja kalian. Hus hus hus" goda Dea
"Iye iye" jawab keduanya mereka berduapun beranjak pergi
"Kal gratis yes, sodara bro!" goda Zatuk
"Boleh lah, tapi Dea suruh bayar ya, waktu itu udah gratis soalnya" goda Haikal
"Ih curang. Aku kan saudaramu juga, aku kesini juga diajakin Zatuk jadi dia yang mau bayarin malah aku yang disuruh bayar. Enak aja. Gak mau lah!" keluh Dea
"Iye iye. Gitu aja sewot ih. Dasar perempuan" goda Haikal lalu pergi sambil menjulurkan lidahnya meledek Dea

Sudah 4jam mereka disana, jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Tak terasa memang.

"Kal aku pamit dulu ya, ntar ini anak dicari maknya, repot ntar" ucap Zatuk
"Enak aja lo! Aku kalau sama kamu sampe jam 12 pun gak bakal dicari paling udah ditelpon bolak-balik haha" sahut Dea
"Haha berantem aja sih kalian dasar bocah" ucap Haikal yang lebih tua 2 tahun dari Dea dan Zatuk

******

Praktek Komunitas Dea sudah dimulai 3 hari yang lalu. Beruntungnya dia, kampusnya memilih tempat yang masih daerah surabaya bukan di pedesaan.

From: Dea at 06.00pm
To: Haikal
Haikal, kal, kirimin makanan dong laper banget ini, bawa yang banyak ya, ini anak-anak pada kelaparan gak ada makanan hehe kamu baik kan;;) kita ganti kok pasti, tp diskon ya haha;p nanti kalau deal aku kirim alamat sini ke kamu. Makasih :)

From: Haikal
To: Dea
Iya Dea, gpp kok. Nanti smsin aja alamatnya. 10 menit lagi meluncur masih disiapin.

45menit kemudian....

"Dea pacarmu dateng nih" teriak Nabila, teman satu KKN
"Pacar? Saudara kali. Bentar-bentar" Dea yang di kamar langsung keluar "Hai kal. Makasih ya"
"Iya" ucapnya tersenyum "ini" menunjukkan struk pembelian
"What? 300rb? Bangkrut ini uang saku buat 2minggu" celetuk Dea
"Ngak Dea, bercanda kok. Ambil aja gpp. Free" goda Haikal
"Serius? Alhamdulillah. Hemat kita gini ini. Yang sering dateng kesini ya" celetuk Nabila
"Maunya" ucap Dea malu
"Gpp. Bawa masuk gih sana. Kasian temen-temenmu kelaperan kan?" suruh Haikal
"Muaaaakasih banyak ya kal!" ucap girang Nabila yang langsung nyelonong masuk
"Kamu gak dimarahin mas Rizal atau mas Sigit? Digratisin kayak gitu? Bangkrut loh ntar. Aku bayar separuh nya aja ya" ucap Dea sungkan mengambil uang di dompetnya "ini" menyelipkan uang dikantong jaketnya
"Gak usah Dea, gpp. Ikhlas. Tau beres ajalah" ucapnya mengembalikan uang Dea
"Gausah kal"

Mereka berdua saling memutar uang itu sampai akhirnya terjatuh. Reflek keduanya menunduk dan berbenturan kepala.

"Aduh sorry ya Dea gak sengaja" ucap Haikal sambil mengusap kening Dea
"Gpp kal, dibawa ya uangnya" sahut Dea
Haikal akhirnya menyerah dan menerima uang dari Dea.
"Mau masuk gak kal? Parkirin motor kamu disini. Kasian kamu perjalanan jauh kan?" tanya Dea
"Gak usah deh mau balik dulu" jawab Haikal
"Eh kal, kal, ini udah malem loh minum kopi sini dulu, udah aku bikinin biar gak ngantuk dijalan" ucap Nabila yang tiba-tiba datang "mending kamu disini dulu, ngobrol-ngobrol dulu" lanjutnya

Dea hanya tersenyum kearahnya, dengan terpaksa untuk kedua kalinya dia mau.

"Duduk di teras depan sini aja ya, gak enak sama warga udah malem. Kalian masukin laki-laki ke rumah" pinta Haikal
Dea dan Nabila mengangguk
"Aku tinggal ke dalem dulu ya Dea" pamit Nabila

Keduanya diam tanpa kata binggung apa yang mau dibicarakan. Sampai akhirnya Haikal mengeluarkan hpnya.

"Wuuuu iphone 6, itu asli? Beli berapa?" seru Dea
"Replika ini, gak sampe 2jt" ujarnya merendah
"Boong banget, pinjem dong selfie kal haha" langsung menyaut
"Astaga kasar banget sih jadi perempuan"
"Hehe sorry ya" ucap Dea meringis "kok di password sih kal? Hayoloh ada apaan? Haha" goda Dea
"Gak ada apa-apa" ucap Haikal tenang sambil menekan password
"1610? Ih kok sama sih?" tanya Dea kaget "nih" menunjukkan password hpnya
"Kamu yang tiru-tiru ih"
"Ih gak ya ini password dari jaman SMA dulu, kembaran sama mantan gebetan"
"Ihs. Itu loh tanggal lahirku tanggal 16 bulan oktober"
"Itu tanggal 16 juga tanggal lahirku, yang 10 nya tanggal lahirnya gebetanku"
"Sudah lah lupakan" ucap Haikal malas berdebat
Dea tak merespon hanya melengos tersenyum kearah Haikal. Dia terus menelusuri setiap aplikasi di hp Haikal, tak susah baginya, karena merk hp mereka berdua sama, hanya berbeda tipe. Setelah bosan tak ada apapun yang bisa dikulik, tujuan pertamanya pinjam hp Haikal hanya untuk berfoto-foto.
"Kal selfie lah yuk, bosen banget sendirian. Biar ada kenang-kenangan gitu kamu dateng kesini hehe" ajak Dea
"Gak ah. Malu sama temen-temenmu"
"Gak ada yang liat. Mereka cuek kali. Ayolaaaah" paksa Dea sambil mengerlingkan mata
Haikal hanya balas mengangguk.

"Senyum kali bisa kal" ujar Dea "aku daritadi udah ekspresi macem-macem kamu masih biasa aja wajahnya, flat, innocent" lanjutnya

Dea langsung teringat ketika membuka hp Nabila, dia melihat fotonya dengan pacarnya, Nabila mencubit pipi pacarnya agar terlihat senyum. Ide langsung masuk ke otak Dea.

"Kal, kamu yang pegang hpnya ya" ujar Dea langsung mempraktekkan idenya itu, yang sama halnya dengan Nabila
"Apaan sih Dea?" tolak Haikal risih
"Huuuuuush diem deh, biar lucu tau gayanya"

Akhirnya Haikal menyerah dan menuruti keinginan Dea dengan pasrah.

"Yaudah Dea, aku pulang dulu sudah jam 8 lebih ini" pamit Haikal
"Kopinya di habisin dulu, aku minta fotonya dulu kirim-kirim lewat line. Sekalian minta semua akun sosial media kamu. Bangkrut kalau telepon kamu terus"
"Silahkan. Invite-invite sendiri, nanti kamu yang accept sendiri. Aku jarang main sosmed, kecuali kalau line ada yang mau order atau booking tempat"
"Siap bos!"

*****

Hari terakhir KKN. Cukup lega sih karena bisa pulang ke rumah, tapi rindu sangat ke teman-teman seperjuangan sepanjang KKN.

#LINE
Zatuk, aku jemput ya. Ngajak siapa kek terserah. Abangku gak bisa jemput.

Wani piro?

Haha iya gampang abis aku selesai dari kampus jam 3an ya.

Gila. Sore banget. Yasudah lah tak apa. No problem.

Mobilmu ya?

Iyuuup. Aku udah bilang mamaku kalau kamu yang jemput. Thanks bos

Jam 15.00
#LINE
Tuk dimana? Lama binggo. Ini sudah banyak yang pulang loh.

Sabar. Otw.

Jam 15.30
Tuk lamanyaaaaa. Ini cuma tinggal aku sama Nabila. Jangan buat aku pulang terakhir. Ini si Nabila lagi nunggu taksi.

Bawel banget sih. Sabar kali. Masih dijalan. Mau nyampe.

Hihi maapin ya Zatuk haha. Santai bos.

Akhirnya Zatuk sampai dengan mobilnya dan keluar dari mobil.

"Loh kamu gak nyetir tuk?" tanya Dea
"Ada pak sopir" sahut Zatuk "hai bee" sapa Zatuk ke Nabila, mereka berdua sudah saling kenal lewat path.
"Siapa?" tanyanya lagi mendekat kearah mobilnya "Haikal?" kagetnya
"Hai Dea" sapa Haikal tersenyum
"Asik. Ayo tuk, kal bantuin bawa barang-barangnya"

Tiiiiiiinnnnnn
Suara taksi dibelakang mobil, sepertinya itu pesenan taksi Nabila. Akhirnya Zatuk membantu membawa barang-barang Nabila, dan barang-barang Dea dibantu oleh Haikal. Setelah selesai berkemas dan mengunci pintu rumah dan gerbang. Dea dan Nabila mengembalikan kuncinya ke pemilik kontrakan. Mereka pun berpamitan satu sama lain.

"Nanti kita lewat tol kan?" tanya Dea
"Hmmm" jawabnya keduanya mendengung
"Tuk pinjem hp" ucap Dea
"Males. Lagi main COC"
"Kal, pinjem hp dong"
"Nanti ya Dea lagi nyetir"
"Pueeeeliiiiit ih semua" dumelnya yang duduk jok tengah mobil
"Yaudah ini nih ambil aja disaku kanan"
"Biarin aja kali Kal, kayak apa aja. Jangan dimanjain ini anak" sahut Zatuk
"Ih kok elu yang sewot sih" sahut Dea

Zatuk hanya merespon senyum sinis.
Dea mengambil hp Haikal dari saku bajunya.

"Wuuuuuuus iphone 6 bos?" tanya Zatuk
"Iyoi. Replika bos" sahut Haikal merendah
"Iya lah iphone 6 asli. Daripada kamu iphone 5 aja sombong" sahut Dea
"Daripada kamu iphone 4 malah. Apaan? Tipe jaman kapan tuh" sahut Zatuk
"Sudah-sudah kalian berdua itu berantem terus" sahut Haikal

Akhirnya Zatuk dan Dea terdiam. Haikal yang memiliki umur lebih tua 2 tahun dari mereka cukup bisa memahami. Apalagi mereka yang saling berdekatan rumah, sekolah sering bareng, cukup bisa memaklumi mereka berdua.

Saat macet....
"Kal selfie yuk, macet kan hehe"

Haikal binggung mau merespon apa antara mau, malu dan sungkan terhadap Zatuk.

"Jangan mau Kal, ngapain foto sama ini menuh-menuhin memori" sahut Zatuk
"So what? Emang km yang diajak gapernah mau".
"Emanglah. Gak sudi"
"Tuhkan kalian mulai lagi deh berantemnya" ucap Haikal

Akhirnya mereka berduapun terdiam.

"Kal kan masih macet selfie ya, nanti aku upload di instagram di jemput orang ganteng gitu haha" rayu Dea
Haikal hanya mengangguk.

Dea masih tetap paling ekspresif, Haikal masih tetap gaya innocentnya. Akhirya tangan kanannya memeluk pundaknya dari belakang jok depan tempat duduk Haikal. Dia hanya sedikit kaget dengan tingkah Dea, harusnya dia sudah hafal bagaimana tingkah Dea dan keanehnya.

"Heeeeem" ucap Zatuk
"Apa lo?" sahut Dea sewot
"Kalian kayak pacaran ya, daritadi selfie berdua mulu"

Keduanya salting, ucapan Zatuk membuat pipi mereka merah.

"Gila kalian langsung salting, gak nyangka haha"
"Oh enggak bos, biasa aja. Ada-ada aja sih" sangkal Haikal
"Inget kata mamanya ini anak tadi gak? Kalau kalian mau dijodohin? Emang dikira aku gak tau kalau kalian pernah boncengan bareng, terus kapan hari kamu Kal, ngapelin Dea ke kontrakan kan?" jelas Zatuk
"Ngomong apa sih Tuk? Jangan ngaco deh" sangkal Dea
"Yasudah kalau gak percaya tanya si Haikal tuh, mama lu sendiri yang ngomong"
Haikal langsung melihat Dea dari spion tengah, Dea pun sama.

Saat perjalanan keduanya terdiam. Dea segera mengirim semua foto dari hp Haikal.

"Makasih Kal, kamu hapus aja fotonya yang gak ada kamu" ujar Dea
"Iya hapus aja Kal, biasanya kalau dia foto dihpku langsung aku hapus haha" sahut Zatuk
"Gpp Dea, nanti aja" sahut Haikal

Di Rumah Dea.....

"Assalamualaikum" ucap ketiganya
"Walaikumsalam" sahut mama Dea
Ketiganya pun bersaliman dengan mama Dea.
"Tante jadi gak perjodohan Haikal sama Dea?" goda Zatuk
Dea dan Haikal langsung tercengang.
"Jadi jadi aja. Kalau mereka mau"
"Apasih ma? Udah jaman modern kali ma"
"Malah enak tau kalau masih ada kerabat itu, jadi gak usah terlalu kenal dalam" jelas mamanya
"Mama iiiiiih" teriaknya manja
"Haikal mau gak?" tanya mamanya
"Ha? Ha? I....ya tante. Eh ini ngomong apaan ya tante?" jawab Haikal salting
"Tuhkan Haikal aja iya"
"Terserah dah. Mau tiduran di kamar aja capek"
"Yaudah tante pamit ya saya" pamit Haikal
"Saya juga tante" pamit Zatuk
"Kamu ini Tuk, rumah didepan aja pake pamit. Loh Haikal gak mau makan dulu?"
"Gak usah tante. Ini mau langsung ke cafe kasian temen-temen"
"Oh yasudah terimakasih ya Haikal, Zatuk"

****

1minggu kemudian....

#telepon
 "Kaaaaal, bantuin aku bikin bab 1, masa iya udah revisi 3x sih, kamu kan sudah sidang proposal sih"
"Nanti ya Dea, ini aku mau revisi skripsiku juga, nanti aku telpon lagi. Assalamualaikum"
13.45 WIB

 #telepon
"Dea dimana? Masih di kampus kah? Aku kesana"
"Iya. Ditunggu. Aaaah makasih Haikal"
"Yasudah. Assalamualaikum"
"Walaikumsalam"

14..10
#LINE
Dea dimana? Aku sudah di depan kampusmu.

Oke. Bentar ya. Lagi makan. Mau aku beliin minum?

Oke. Gak usah gpp. Agak cepet ya. Soalnya ntar sore kan harus ke cafe. 5menit yang lalu

Iya. Wait. Ini mau kesana.

Dea pun berpamitan ke teman-temannya. Dia izin pulang duluan. Dan dia pun sempat dikecengi oleh teman-temannya karena pulang dijemput laki-laki, walaupun sudah ia jelaskan yang menjeputnya adalah Haikal yang pernah teman-temannya temui. Dengan terpaksa harus menitipkan motornya ke kos salah satu temannya.

"Hai kal" sapanya dari belakang
Haikal yang semula membelakanginya dan sedang mendengarkan musik jadi terkaget.
"Hai Dea"
"Ke perpusda ya kal? Sambil nyari buku sekalian, sama pembimbingku disuruh ngerjain sampe bab 4 langsung"
"Iya"
"Nanti mampir heerlijck library ya? Plis plis"
"Dea! Mau selesai gak? Jangan seneng-seneng mulu dong diotaknya, orang barusan udah makan. Hemat dong Dea! Pengeluaran kamu waktu semester akhir itu banyak, kasian mamamu" bentaknya pelan
Dea terkaget atas ucapan Haikal, belum pernah sama sekali ada yang membuat terdiam seperti patung. Entah kenapa hatinya terasa sakit, sampai dia menundukkan kepalanya menahan agar air matanya tak jatuh. Harusnya dia sudah terbiasa karena sudah pernah dibentak haikal.
"De, maaf ya aku gak ada maksud buat bentak kamu" ucap Haikal tersadar "De jangan nangis ya, aku minta maaf banget" lanjutnya setelah melihat Dea terisak "De, De, plis dong ayo banyak orang disini ntar aku dikira ngapain kamu, De aku mohon yaudah ayo heerlijck abis kamu ngerjain proposalmu" rayu Haikal
"Gak usah Kal, udah gak nangis kok, cuma kaget aja tadi kamu bentak, kita berangkat keburu tutup" ujar Dea tenang
Haikal hanya membalas tersenyum sungkan.

Di Perpustakaan Daerah....
Haikal membantu membenarkan bab1 punya Dea, Dea yang dari tadi sibuk mencari buku tentang proposalnya sengaja ia lakukan karena takut dimarahi oleh Haikal lagi. Sampai akhirnya dia menyerah dan duduk disebelah Haikal, dia melihat Haikal yang penuh dengan teliti menjelaskan kesalahan penulisan bab1. Walaupun sebenarnya Haikal tak cukup mengerti tentang judul yang dibuat Dea.
Setelah selesai mengerjakan dan membenarkan akhirnya selesai tinggal konsul lagi ke pembimbing. Mereka berdua pun pulang, Haikal mengantar Dea pulang ke rumahnya.

"Thanks Kal" ujarnya singkat lalu berjalan menuju rumahnya
"De" ucap haikal sambil memegang tangannya "aku minta maaf ya kalau ada salah sama kamu, maaf tadi beneran gak sengaja, maaf ya Dea maaf banget" lanjut Haikal
"Iya gpp, harusnya aku yang minta maaf ke kamu. Harusnya aku gak seegois dan kekanakan disaat seperti ini" ucap Dea tersenyum
"Jujur aku kehilangan Dea yang kukenal dulu, Dea yang dengan manja minta ini itu dan tadi terdiam membuatku takut"
Dea hanya tersenyum "yaudah kamu pulangnya hati-hati ya kal, makasih sudah mau bantu"
"Iyah terimakasih kembali. Assalamualaikum"
"Walaikumsalam"

*****

Seminggu kemudian....
Tampaknya tak susah bagi Dea untuk kembali akrab dengan Haikal. Keesokan setelah kejadian Dea dibentak Haikal membuat Dea tersadar, ucapan Haikal ada benarnya. Dan sifat Dea yang masih sama, setiap apapun yang berurusan dengan kampusnya selalu ia ceritakan kepada Haikal, jadi tak bisa selamanya Haikal didiamkan olehnya. Hanya Haikal yang setia mendengarkan curhatannya.

Hari ini Dea ingin mengerjakan lanjutan revisi dan harus mampir ke perpustakaan kampus untuk melihat contoh yang benar. Namun tak disangka ketika sorenya pengumuman beredar dari teman-teman. Jadwal sidang proposal sudah ada.

DEK!!!!
Nama Dea tak tercantum dijadwal sidang, hatinya sungguh hancur. Namun dia tetap tenang dan berusaha tersenyum. Teman-temannya terus meyakinkan bahwa Dea pasti bisa, Dea bisa mengatasi ini semua. Dia terus berusaha menahan air matanya, tapi semangat dari teman-temannya membuat dia mengurungkan niat untuk menangis.

"Ayo ke CITO jalan-jalan pliiiiiis" ajak Dea

Mungkin semua teman Dea tau perasaan yang ia rasakan. Semua temannya mau mengikuti keinginannya. Dia begitu tegar dihadapan teman-temannya.

"Guys mau ke toilet dulu, ada yang mau barengin?" ajak Dea
"Sama aku aja Dea, tapi aku tunggu luar ya" ucap Kasih
Saat di Toilet CITO....

#Telepon
Assalamualaikum Haikal? Lagi sibuk gak? Nanti aku dijemput kamu ya?
Iya walaikum salam. Loh ada apa Dea?
Nanti aku cerita ke kamu gak sekarang.
Kamu nangis Dea?
Gak, aku abis gini balik ke kampus. Kamu mau kan?
Iya ini mau ke kampusmu kok.

Tampaknya Dea tak bisa menahan air matanya. Dia segera mencuci wajahnya dengan air agar tak terlihat habis menangis. Dia keluar dan menemui Kasih dan segera duduk di tempat teman-temannya duduk bercanda ria.

"Guys pulang yuk, udah jam 4 lebih. Aku mau keluar sama Haikal soalnya" pinta Dea
"Haikal lagi? Gilaa sodara macam apa kalian tiap hari telponan dan sering banget kayaknya antar jemput kamu kuliah" goda Kasih
"Apasih Kas? Biasa aja kali. Dia kan kayak abang kedua buatku"
"Kalau abang sih ya panggilnya bang Haikal kayak manggil abangmu bang Aris" ujar Lisa
"Setauku ya pengalaman pribadi, abangku aja aku suruh jemput aku ke kampus aja, susahnya minta ampun. Tapi ya kalau jemput pacarnya kuliah, semangatnya minta ampun" sahut Linda
"Nah kan berarti Haikal ada hati sama kamu" potong Rita
"Kalian itu ngomong apa sih? Yang penting-penting dong" ujar Dea bete
"Haha sudah lah si Dea jangan di bully mulu kan kasian, Dea gak ada apa-apa kan ya sama abang Haikal hihi" goda Kasih "yoi gak guys? Yuk pulang yuk, kasian ada yang ditungguin di kampus" lanjutnya menggoda Dea

Jujur Dea terkaget mendengar setiap ucapan teman-temannya itu. Dia baru sadar, dan dia juga merasakan sesuatu hal yang berbeda saat bersama Haikal.

Akhirnya merekapun sampai di Kampus, teman-temannya berpamitan kepada Dea untuk pulang duluan. Seperti biasa ketika Dea pulang dengan Haikal, dia selalu menitipkan motornya ke Linda, karena dia satu-satunya yang ngekos diantara teman-temannya.

10menit kemudian....

"Udah nunggu lama kah?" tanya Haikal yang baru datang
"Gak, yuk" ucap Dea langsung menaiki motor Haikal
"Mau kemana?"
"Kemana aja, ke malang juga gpp"
"Gak ah jauh, kamu minta kemana? Kan kamu yang ngajak"
"Ke TP. Nonton Cinderella"
"Tumben mau ke TP pake seragam? Proposal apa kabar?"
"Terpaksa. Gak usah ngomong proposal"
"Loh?"
"Ayolah Kal, berangkat" rengek Dea

Haikal masih terheran dengan sikap Dea yang berubah tiba-tiba. Ini nih yang ditakutkan Haikal ketika seorang Dea yang biasanya cerewet jadi pendiam.

Tunjungan XXI......

"Aku yang bayar nontonnya" ucap Dea langsung antri
Haikal hanya mengangguk tersenyum.
"Mainnya 30menit lagi, kita ke foodcourt dulu beli minum" ajak Dea
Lagi-lagi Haikal mengiyakan ucapan Dea.
"Kamu duduk aja, aku yang beli minum" ucap Haikal
Dea mengangguk.

Haikal membelikan minum untuk Dea, seperti biasa minuman yang selalu dibeli Dea, AMK Tea Cream Oreo. Sudah sangat hafal bagi Haikal yang tiba-tiba diajak Dea ngemall hanya jalan-jalan dan beli minuman yang sama.

Haikal duduk disamping Dea "nih" memberikan minumnya
"Terimakasih"
"Samasama. Kamu kenapa Dea? Ada yang mau diceritakan? Sepertinya pas tadi telpon kayak nangis?"
Dea terdiam hanya melirik kearah Haikal.
"Dea?" tanya Haikal kembali
Dea langsung memeluk tangan Haikal dan menutupi wajahnya.
"De, malu ah. Kamu kenapa sih? Kamu pake baju gitu aja jadi pusat perhatian, apalagi kayak gini" protes Haikal

Akhirnya Dea angkat bicara. Dia menceritakan dari A-Z. Tapi dia berusaha tegar tak menangis di depan Haikal. Dia terus mengoceh dan mengomel sendiri. Amarah dan kekecewaannya ia tumpaskan ke Haikal. Haikal hanya memandangi wajah lucu Dea saat berbicara.

"Nyebelin kan Kal? Yang salah siapa coba? Yang kena imbasnya siapa? Sumpah ya sistem kampus itu nyebelin!" oceh Dea
"Kapan mau diurusin? Daripada kamu ngomel mulu" ucap tenang Haikal
"Tadi aku mau ngurus pas sebelum ke CITO tapi dosennya rapat sampai sore. Yasudah besok aja"
"Yasudah. Yang tenang. Sudah sholat? Minta kedamaian hati sama Allah"
"Lagi gak bisa sholat, kamu sudah?"
"Sudah tadi sebelum ke kampusmu, ayo filmnya main 15menit lagi, enak dateng lebih awal daripada telat"
Dea mengangguk.

Studio 2 Tunjungan XXI

"Asik masih sepi haha" ucap Dea sambil mencari tempat duduk sesuai tiket yang ia pegang
"Kamu cari tempat pojok amat" ujar Haikal setelah menemui tempat duduknya
"Iya biar romantis haha, kali aja ada cowok cakep disebelah ntar, atau ada pasangan muda-mudi, kita liatin aja ngapain mereka hihi" sahut Dea tertawa cekikikan
"Ciyeeee Dea kembali seperti semula. Dea yang dengan ide gilanya. Jangan kayak tadi ya De, diem banget kamu. Serem ih"
"Iya iya. Kal, selfie yuk. Pake hpmu pastinya. Tapi plis kali ini lebih ekspresif masih sepi orang kan" rayu Dea
Haikal hanya mengangguk-angguk.

Mereka berdua pun berfoto-foto. Lebih tepatnya masih tetap Dea yang paling ekspresif. Dea binggung harus gaya apa lagi yang bisa menarik Haikal untuk senyum atau apapun yang bisa membuat wajahnya berubah.

"Ah Haikal, gayanya gitu terus. Sudah 5 foto lebih loh" protes manja Dea
Haikal binggung juga harus melakukan apa, gaya apa yang bisa membuat Dea senang.
"Kal, sekali. Terakhir. Ini fotonya 4x jadi digerakin ya mukanya"
Haikal mengangguk.

Haikal pun mau mengerakkan matanya dan bibirnya mengikuti gaya Dea. Sepertinya virus selfie Dea sudah mulai menular di Haikal. Namun saat jepretan terakhir suatu yang diluar dugaan Dea, Haikal mencium pipi Dea.

Jantung Dea berdetak cepat. Dia tak berani merespon ataupun ingin memarahi Haikal. Dia binggung dengan perasaanya sendiri. Begitu juga Haikal yang tak menyangka akan melakukan hal seperti itu kepada Dea. Mereka berdua salah tingkah dan berdiam sambil melihat layar bioskop.

"Kak popcorn nya kak, 15rb aja kak dapet minum juga" ucap penjual popcorn XXI
"Boleh mas, beli 2 ya" ucap Dea
"Ini uangnya" sahut Haikal
Dea terkaget dan hanya menerima pop corn dan minumannya, dan segera memberikan Haikal.
"Terimakasih" ucap Haikal tenang

Film pun berputar, ya walaupun Haikal tak menikmati filmnya sama sekali. Dia hanya terduduk, mainan COC, sesekali tidur. Dengan Dea yang selalu fokus terhadap filmnya, menyaksikan setiap putaran film dengan kekaguman efek yang diberikan film itu.

"Gilaa itu sepatu kaca bagus banget" kagum Dea
"Ya nanti dibelikan" ucap Haikal setengah mengantuk
"Haha kamu ngelindur? Nyebelin banget sih" protes Dea pelan
"Gak asik De filmnya bikin ngantuk, aslinya tadi liat insurgent aja"
"Yang bayar siapa?"
"Kamu"
"Yasudah. Diem ah. Males ngomong sama kamu" ucap Dea bete

Film pun selesai, orang-orang berbondong keluar dari gedung bioskop. Haikal yang mengantuk malas untuk keluar berdesak-desakan dia tertidur di pundak Dea.

"Kal bangun ih, udah selesai filmnya" ucap Dea sambil mengoyangkan pundaknya
"Hah? Hah?" ucapnya sedikit membuka matanya
"ayo pulang"
"Iya iya"

Merekapun keluar dari gedung bioskop. Dea yang masih ngambek dengan Haikal hanya bisa mengomel.

"Bawel kamu De" ucap Haikal
"Haikaaaaaaal!" teriak pelan Dea
"Kamu abis nangis ya? Tuh kan film apa sih itu malah bikin kamu tambah sedih"
"Kaaaaal!"
"Apasih say?" goda Haikal
"Ih apaan manggil gitu ih" sahut Dea salting
"Ih geer. Aku manggil kamu sayur kok"
"Iya deh yank"
"Ih alay banget manggil gituan"
"Pala lu peyank" balas goda Dea
"Halah kamu sayang aja kan sama aku?" goda Haikal
"Dasar gila, ngomong ngelantur mulu. Udah ah males ngomong sama kamu" bantah Dea "palingan kamu yang sayang sama aku kan?"
"Emang iya, kamu aja gak peka"
"Gila ya anak ini!"
"Apasih De, aku itu sayang banget sama kamu melebihi adikku sendiri" ucap Haikal
Dea langsung menutup mulutnya "jangan ngomong keras-keras ih, malu tau kalau orang denger. Kamu itu kayaknya masih terbawa mimpi kamu pas tadi tidur deh, mendingan kamu ke toilet cuci muka, segerin otak kamu, sebelum kita ke parkiran"
"Serius De aku itu Sa....!" ucapnya keras
Lagi-lagi Dea menutup mulut Haikal "suara kamu itu bisa dipelanin gak?" protes Dea "aku pulang nih naik bis, lagi gak mau bercanda nih kal, serius! lagi banyak pikiran, jangan bikin badmood"
Haikal mengangguk tersenyum.
"Oke kita pulang, aku antar kamu pulang say" godanya lagi
"Kaaaaal" teriak manja Dea

Saat diperjalanan pulang.....

"Kal aku izin peluk kamu ya" ucap Dea pelan
Haikal hanya mengangguk, hatinya sangat senang, ini pertama kali Dea memeluknya saat naik motor dengannya.
"De, kok punggungku basah ya?" tanya Haikal saat merasa ada yang basah di belakang punggungnya "kamu nangis De?" tanya Haikal lagi.
Tangisan Dea semakin menjadi-jadi.
"De, nangis ajalah sesukamu gpp, puasin. Kalau itu bikin kamu lega" ucap Haikal sambil tangan kirinya mengelus lembut tangan Dea yang melingkar di pinggangnya.
"Kenapa aku sial banget sih Kal? Kenapa namaku gak ada di jadwal sidang proposal? Kenapa nilaiku dipermasalahkan lagi? Padahal kan udah aku urus dari awal semester 5 kemarin. Aku bukan anak pemalas yang jarang datang kuliah. Bahkan aku bukan tergolong anak yang bermasalah di kampus. Gak adiiiiiil!" protesnya sambil menangis
"De, gak ada yang gak adil. Itu sudah jalan yang dikasih sama Allah. Itu cobaan buat kamu supaya lebih tegar. Mungkin Allah rindu kamu, Allah ingin kamu berserah diri kepadaNya"
"Tapi aku gak bisa sholat Kal" ucapnya makin terisak
"sudah terlanjur kan? Kamu yang tegar, kamu harus sabar, kamu bisa kok menghadapi ini semua. Plis jangan nangis! Aku pasti akan selalu ada buat kamu, akan bantu kamu terus. Kita harus bisa berjuang sampai puncak bareng. Kita wisuda bareng, kamu dateng ke wisudaku, aku dateng ke wisudamu. Pasti! Malem loh ini jangan nangis ya serem iiiiiih" ucap Haikal

Akhirnya Dea berhenti menangis dan mengusap air matanya.

"Janji ya Kal?" tanya Dea
"JANJI!" ucap mantap Haikal sambil meraih tangan Dea yang menyatukan tangan mereka.
Dea tak menolak sama sekali, dia nyaman berada di dekat Haikal.
"Makasih ya Kal" ucapnya sambil memeluk kembali Haikal

Genggaman mereka makin kuat, mereka tak menyadari apa yang mereka lakukan. Perasaan mereka sudah jauh dari perasaan saudara biasa. Haikal sudah merasakan perasaan yang tak biasa sejak menjemput pulang Dea saat KKN. Apalagi Dea yang sudah mulai menyukai Haikal sejak pertama kali bertemu.

Mereka berdua hanya bisa saling mengisi. Haikal sebagai pihak laki-laki jarang mengeluh kepada Dea jarang sekali baginya bercerita tentang kesehariannya, tak halnya dengan Dea yang selalu bercerita tentang apapun, Haikal lah orang pertama yang ia ceritakan segalanya secara lengkap.

Semenjak kejadian Di TP, mereka berdua semakin tambah dekat. Ya untuk saat ini mereka hanya bisa mengucapkan "Nyaman aja sama kamu" itu yang selalu keluar dari mulut mereka.

"Aku ada lagu buat kamu" ucap Dea
"Apa?"

Dea menyalakan lagu The Overtunes - Jatuh Dari Surga dari Hpnya, sambil memegang kedua tangan Haikal.

"Kau jatuh dari surga, kau jatuh dari surga, kau malaikat yang tak bersayap" sepotong lirik yang dinyanyikan Dea untuk Haikal
"Terimakasih" ucap Haikal tersenyum memegang erat tangan Dea dan tak akan pernah dilepasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar