Rabu, 20 Mei 2015

Faith

"Beb tunggu dulu, beri aku waktu ngomong" ucap Pasha mengejar Vera
Vera hanya menoleh sejenak lalu melanjutkan langkahnya
"Beb dengerin aku dulu" teriak Pasha keras dan menjadikan mereka berdua pusat perhatian di seluruh gazebo kampus
"Temuin aku nanti jam 3 setelah jam mata kuliah disini. Duluan. Assalamualaikum"
"Walaikumsalam" jawab Pasha pelan

Jam 3......
"Beb" ucap Pasha duduk didepan Vera "janji gak akan buat kamu kecewa lagi" lanjutnya sambil memegang tangannya
"Lepasin!" jawab Vera ketus
"Ayolah beb, maafin ya janji deh. Sweeer"
"Iya"
"Jawabnya gitu doang?"
"Terus aku mau jawab apa? Kamu ngulangin kesalahan yang sama untuk kesekian kalinya, dan aku selalu berceramah di depanmu apa kamu dengarkan? Gak kan? Kamu ulangi aja terus! Kita pacaran sudah 4 tahun lebih, aku mau kamu belajar lebih dewasa lagi"
"Iya beb aku minta maaf, aku janji gak akan ulangi lagi. Gak bakal keluar malem lagi tanpa izin kamu"
"Itu terus yang kamu ucapin disaat kesalahan yang sama, bosen! Nanti juga pasti diulangi lagi. Sekarang sudah terserah kamu, kalau aku capek ngingetin kamu jangan salahkan aku!"
"Iya beb, iya aku minta maaf. Sumpah janji ini yang terakhir gak bakal terulang" ucap Pasha mengenggam erat tangan Vera
"Syukur deh"
"Pulang bareng ya beb, kita musuhan sudah seminggu loh. Aku traktir deh, kamu mau makan kemana?" tanyanya merayu
"terserah kamu"

Mereka berdua pun kembali berdamai setelah satu minggu berdiam-diaman. Ini Vera lakukan karena Pasha secara diam-diam keluar dengan teman-temannya di malam hari. Entah apa yang dilakukan oleh mereka, tapi di hati Vera selalu merasa tak enak jika Pasha bertemu dengan teman-temannya. Memang bukan pertama kali, sudah berkali-kali Vera memergoki Pasha keluar tengah malam dari kabar teman-teman sekelas Pasha di kampusnya.

*****

"Tama!" sapa Vera

Tama adalah sosok laki-laki yang di cintai Vera sejak Sekolah Dasar. Perih hati Vera mendengar beberapa hari lalu Tama mengalami kecelakaan dan harus membuatnya selalu memakai 'gips' pada kakinya. Hubungannya dengan Tama juga tak sedekat dulu ketika SD, iyap sejak mengetahui Vera sudah punya pacar. Apalagi saat di bbm tak pernah dibalas oleh Vera karena takut di marahi Pasha, jauh di lubuk hatinya ia ingin sekali membalasnya. Bertemu dan kuliah satu kampus dengannya sudah membuat dia bahagia.

"Tama!" sapanya cukup keras lagi saat Tama akan menaiki sepeda motornya di parkiran kampus.
Tama hanya tersenyum melihat kearahnya.
Senyumannya itu membuat Vera memberanikan untuk mendekatinya.
"Tama, aku ada salah denganmu?" tanyanya "kenapa kamu mendiamkanku? Kita sudah sekampus 6 semester bareng kan? Kamu berbeda saat kita pertama kali ketemu saat Ospek" oceh Dea
Tama hanya menggeleng tersenyum.
"Aaah Tama ih bisanya cuma senyum doang, ngomong kek" ucapnya manja
"Apa yang ada dihatimu, itu ada dihatiku" sahutnya tersenyum "duluan ya, aku tak ingin ada 'macan' yang nanti tiba-tiba datang. Assalamualaikum" pamitnya
"Walaikumsalam" balasnya dengan senyum paling bahagia

Vera tau ini salah, dia mengerti maksud 'macan' yang dibilang Tama. Memang bukan pertama kali mereka bertemu, sudah berulang kali, baik Vera atau pun Tama yang menghampiri duluan. Tapi sejak semester 2, hubungan mereka agak renggang karena Vera yang berstatus pacar orang. Niat mereka hanya bersilatuhrahmi karena sudah tidak bertemu sekian lama. Tapi disaat mereka bertemu tiba-tiba Pasha datang dan marah-marah, tak sering kali dia hampir memukul Tama. Sifat Pasha yang pemarah sering kali membuat takut semua teman laki-laki Vera yang sedang mengerjakan tugas bersamanya atau hanya sekedar ngobrol.

Vera yang masih ada jadwal mata kuliah, langsung menuju kelas. Dia sangat bahagia cinta pertamanya Tama, mempunyai perasaan yang sama terhadapnya. Walaupun perasaan itu salah. Memang benar kata orang cinta pertama tak akan pernah terlupa.

*****

Sebulan kemudian.....
Seluruh kampus digegerkan dengan kematian seseorang. Seseorang yang punya cukup andil di kampus dan cukup terkenal karena ketua futsal.
11 April 2015

"Innalillahi wa innalillahi rojiun, turut berduka cita atas kematiannya Ananda Muhammad Pratama ketua ukm Futsal mahasiswa Fakultas Ekonomi Syariah pada tanggal 10 April 2015 pukul 23.35 di Rumah Sakit. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Tuhan dan ditempatkan di tempat yang terbaik disisi-Nya. Amin. Marilah kita panjatkan doa kepada Tuhan agar arwah Tama anak didik kita, sahabat kita tenang disisi Tuhan. Berdoa mulai!" ucap Pak Musa sebagai wakil kemahasiswaan "selesai. Terimakasih atas doanya untuk semua dosen, staf dan mahasiswa kampus. Assalamualaikum wr wb"

Perbincangan itu menjadi topik hangat diseluruh isi kampus. Tama yang dikenal orang paling ceria, paling bahagia dan belum sembuh benar dari kecelakaan yang membuat kakinya di 'gips' membuat seluruh mahasiswa ibah terhadapnya. Apalagi dengan usia mudanya dia sudah di panggil oleh yang maha kuasa. Tak halnya di bbm menulis 'RIP Tama' baik teman kuliahnya maupun teman SD nya.

Vera menjadi orang yang benar-benar terpukul. Dia merasakan kesedihan yang amat mendalam, hubungannya sudah mulai membaik dengan Tama tapi "kenapa dipanggil secepat itu?" tanya Vera dalam hati. Dia membaca kembali bbm Tama dengannya. Dia berharap tak akan bertemu Pasha disaat seperti ini, dia takut Pasha salah paham.

"Dennis!" sapa Vera pada teman sekelasnya
"Iya Ver?"
"Kamu anak futsal kan? Kapan ngelayat ke Tama? Aku ikut boleh?"
"Pasha?" tanya lelaki itu pada Vera seakan sudah hafal.
"Diamlah. Biarkan saja. Tama itu temanku SD aku juga ingin kesana, nanti kalau aku izin ke Pasha pasti dia gak bakal ngebolehin"
"Aku gak nanggung ya kalau ada apa-apa"
"Baiklah, terimakasih yah Dennis!" sambil memegang tangan Dennis

Rumah Duka.....
Jenazah Tama sudah dikuburkan tadi pagi pukul 09.00 WIB. Rumahnya penuh dengan mahasiswa kampusnya, sumbangan berbela sungkawa terus berdatangan. Mungkin kedua orang tua Tama lupa wajah Vera, tapi Vera sangat ingat wajah kedua orangtuanya Tama. Dimata Vera, Tama dan keluarganya adalah orang baik. Walau terkadang Tama dulu waktu SD sering menggodanya sampai menangis.

"Meningitis itu bahaya ya?" tanya Dennis pada Vera
"Entah lah. Sepertinya begitu. Pantes ya waktu itu dia update pm di bbm 'cuci darah aja sejuta' ya gak sih? Aku bilang suruh pake bpjs aja, aku gak enak tanya dia sakit apa" jawab Vera
"Oya bener. Aku waktu itu tanya penyakitnya apa? Dia malah bales emoticon senyum aja. Jadi aku sungkan kalau nerusin kepo. Gak enak juga"
"Gak nyangka ya dia pergi secepat itu, padahal kita baru baikan"
"Hah? Baikan?" ucap Dennis sedikit keras
"Duh berisik banget sih"
"Sorry sorry ya ver hehe"
"You know what I mean lah, pasti ada bodyguard yang selalu jagain"
"Oya ya si Pasha. Gila ya itu anak. Kok lo betah sih Ver 4 tahun sama dia"
"Maksud lo?"
"Eh salah ngomong deh. Sorry sekali lagi ya. Maapin gak sengaja"
"Iya iya. Gpp lah, namanya juga cinta. Tapi kayaknya udah mulai luntur juga sih dikit, abis berantem terakhir kemarin"
"Oh yang dia abis party kan?" ucap Dennis keceplosan
"What? Party?" sahut Vera melotot
"Haduh salah ngomong lagi kan" keluh Dennis
"Yasudah lah, santai. Dia janji gak akan ulangi lagi kok. Terserah apa kata dia" jawabnya tenang
"Kamu lebih milih sama Pasha atau sama Tama kalau Tama masih hidup?" goda Dennis
"Pertanyaan macam apa itu. Gak ah gak milih semuanya. Gak mau jawab"

****

Seminggu setelah kematian Tama banyak yang terasa hilang. Lapangan futsal di sore hari, biasanya selalu ada Tama dan teman-temannya bermain sepak bola. Sekarang jadi sepi, Vera hanya mencoba mengingat bagaimana perasaannya saat melihat Tama diam-diam main Futsal. Tanpa sepengetahuan Tama dan Pasha.

"Mbak" sapa seseorang
Dea hanya melengos melihat orang itu.
"Cari siapa mbak?"
"Hm. Gak ada mas. Duluan ya" ucap Vera

*****

"Beb, denger-denger temen SD mu yang sering deketin kamu dulu, udah gak ada umur ya?" tanya Pasha polos seakan Vera tak tau apa-apa
"Iya beb. Kasian ya diusia muda udah meninggal"
"Kasian?" bentaknya cukup keras yang membuat seluruh isi kelas Vera menoleh kearah mereka berdua
"Bisa pelanin gak sih, control dikit kek emosinya, ya kasian lah, dia itu temen aku waktu kecil, orangtuanya dan orangtuaku saling kenal. Aku tau bagaimana perasaan orang tuanya. Kamu gak tau Tama itu kerja sambil kuliah, dia bantu bayarin adiknya sekolah untuk meringankan beban orangtuanya. Dan kamu gak tau bagaimana sakit yang diderita Tama yang ia tahan dan di sembunyikan, hingga kini dia tak ada"
"Kok kamu bela dia sih beb?"
"Apasih yang bela? Kamu ini loh orang udah gak ada aja masih di debatin juga. Aku mau cari angin" pamit Vera keluar kelas membawa seluruh barangnya
"Beb" teriak Pasha

Vera terduduk sendirian di kantin. Tempat dimana dia sering bertemu sembunyi-sembunyi dengan Tama. Dia mengingat bagaimana Tama membuat kelucuan, senyuman manisnya, ketawanya.

"Ngapain disini lu?" tanya Dennis yang tiba-tiba datang
"Kabur dari macan"
"Haha selalu masalah yang sama, gak bosen?"
"Nah lu ngapain gak bosen nanya mulu dari tadi?"
"Ih buseeeet jutek banget"
"Bodooooo!"
"Gw duduk depan lu yak?"
"Jangan, itu bangkunya Tama"
"Ih lu nyeremin banget sih omongannya, jangan ngelantur deh Vera, ini masih siang. Ini bangku umum"
"Tapi kalau di depanku dan aku dibangku ini aku selalu melihat ketawanya Tama"
"Ver?" ucap Dennis sambil memegang kening Vera
"Apaan sih gw kagak kenapa-kenapa kelees. Duduk sini gpp, tadi bercanda doang"
"Gila lu lama-lama kehilangan Tama"
"Kagak lah, ada Pasha masih"
"Uhuk!" ucap Pasha yang tiba-tiba datang
"Sepertinya gw harus pergi, macan lo datang" bisik pelan Dennis sambil pamit
Vera hanya tersenyum geli.
"Syukur deh sadar diri" ucap Pasha
"Balik duluan guys!"
"Yup"
"Beb" ucap Pasha
"Iya?"
"Aku mau minta maaf, aku gak tau sama sekali tentang Tama, aku mau minta maaf ya"
"Sudah dimaafkan daritadi"
"Kamu ngomongin apa sama Dennis?"
"Harus dijawab?"
"Kok masih jutek sih beb jawabnya?"
"Gak kok"
"Ayolah beb"
"Aku tadi bilang ke Dennis, kalau tempat yang kamu duduki itu, tempat biasanya Tama duduk, baik lagi ngobrol sama aku atau sama temen-temennya, kamu lupa biasanya kamu selalu marahin Tama kalau duduk disitu kamu langsung nyeret aku pergi. Kamu lupa?" tanyanya

Kuping Pasha terasa panas meskipun sebenarnya ada rasa takut dihatinya, karena menduduki tempat duduk Tama. Bangkunya bertuliskan "Tama only one", tulisan itu dibuatnya saat pertama ospek duduk di kantin bersama Vera.

"Sebegitu hafal kamu tentangnya? Apa kamu cinta sama dia?" tanya Pasha
"Menurutmu?" tanya Vera balik
"Jadi kamu udah gak sayang sama aku? Kamu lebih memilih orang mati kebanding aku? Sehebat apasih dia?"
"Pelankan suaramu!" bentak Vera "bicaramu tak sopan!"
"Oh jadi bener kalau kamu itu suka sama dia" ucap Pasha sambil berdiri
"Oh ya tuhan inikah pacarku? Sebegitu piciknya pikiran pacarku sendiri?" sahutnya ikut berdiri dan meninggalkan Pasha.

Namun tangan Pasha langsung mencengkram erat tangan Vera.

"Sakit Pasha!" ucapnya sambil berusaha melepaskan cekraman Pasha
"Kamu gak tau rasa sakit dan panasnya hatiku Vera!"
"Itu salah kamu sendiri! Kamu sekarang berubah Pasha, kamu bukan Pasha yang aku kenal dulu 4 tahun yang lalu. Kamu jadi sering kasar ke aku, bentak aku. Dipikir aku gak capek" ucapnya terisak karena kesakitan

Mata Pasha memerah, tangan kanannya mengepal. Inilah ekspresi marah Pasha paling parah.

"Lepaskan aku Pasha, sakit" ucapnya memelas

Akhirnya tangan Vera dilepas sehingga Vera terjatuh dilantai. Hatinya sama panasnya dengan Pasha, dan rasa sakit hatinya lebih sakit, orang yang dia sayangi segitu jahatnya. Kantin yang sepi mahasiswa, peristiwa itu hanya dilihat oleh penjual makanan yang mulai berkemas pulang.

"Kamu JAHAT Pasha! Aku gak nyangka kamu bakal ngelakuin gitu ke aku! Kamu benar berubah! Aku benci kamu Pasha!" ucapnya sambil berusaha berdiri.

Pasha semakin naik darah, ia ingin rasanya menampar Dea karena sudah berani membantahnya. Tapi tangan seseorang menghentikannya.

"Jangan Pasha, hentikan! Tenangkan pikiranmu" ucap seseorang itu
"Gamaliel?" kaget Pasha "tak usah ikut campur urusanku!" berusaha melepaskan tangannya dari Gamaliel
"Lihatlah perempuan itu sudah lemah, dia kekasihmu, dia menangis karenamu" ucapnya tenang
"Diamlah, gak usah banyak bicara! Lepaskan tanganku!"
"Jangan buat hal bodoh Pasha! Aku lepaskan kamu dan pergilah ke masjid, sholatlah, tenangkan pikiranmu dan hatimu"
Pasha berusaha mengatur nafasnya dan menenangkan dirinya.
"Baiklah"
"Aku lepaskan"

Pasha pergi meninggalkan Vera disana dengan Gamaliel, rasanya Vera tak sudi melihat Pasha. Hatinya sungguh sakit atas perlakuan Pasha kepadanya.

"Kamu tak apa?" tanya Gamaliel
Vera hanya menggeleng
"Terimakasih" ucap Vera "duluan" pamitnya
Gamaliel hanya tersenyum mengangguk. Tugasnya selesai.

******

Sebulan kemudian....
From: Pasha at 16.00
To: Vera
Beb sayang aku minta maaf ya atas kejadian sebulan lalu, aku bener-bener minta maaf kalau diluar kontrol, gak bisa nahan emosi. Ntah ini sms keberapa yang tak kamu balas. Aku mau kita balikan kayak dulu seperti dulu, aku gak mau kita pisah:( ayolah beb aku gak bisa hidup tanpa kamu, kamu pacar terbaik yang pernah kutemui. Kamu gak bilang putus ke aku, tapi kamu diemin aku gini ini seakan kita putus. Beb aku mohon aku pengen kita kayak dulu lagi. I miss you so much my Vera:*

From: Vera at 19.15
To: Pasha
Yaudah kita PUTUS Pasha! Carilah perempuan yang bisa lebih sabar dan lebih dari aku. Berjanjilah akan berubah menjadi orang yang lebih baik seperti dulu. Maaf kalau selama 4 tahun ini aku ada salah dengan kamu. Aku kecewa atas perlakuanmu. Tapi aku sudah memaafkanmu sejak lama. Tapi untuk bersama aku tak bisa. Terimakasih:)

From: Pasha at 19.45
To: Dea
Gak bisa Vera, aku gak mau putus dari kamu:( kasih aku satu kesempatan. Akan kurubah semua sikapku. Aku janji! Pliiiis aku mohon.

From: Vera at 22.00
To: Pasha
Sudah terlambat Pasha:) kita berteman seperti dulu ya. Mulai dari nol ya. Pamit mau tidur dulu. Assalamualaikum.

Pasha merasa sangat bersalah terhadap Vera. Inilah yang dia takutkan ketika kehilangan Vera, tak akan ada orang yang akan mengingatkan segala apapun. Menjalani hubungan 4 tahun dengan Vera, membuatnya berat untuk melupakan kenangan bersama Vera yang benar berarti di hidupnya.

****

Semester 7......
Semua sedang sibuk krsan, bayar kuliah, ngurus nilai yang belum selesai.

"Ciyeee udah lewat masa iddah" goda Dennis
"Apaan sih lo Den, rese banget sih!"
"Pajak putus sudah 4 bulan dong Vera"
"Enak aja lu pacaran sama si Erfi gw belum ditraktir sudah mau 8 bulan"
"Wah kan itu udah lama gak ikutan itungan, tapi semenjak lu putus sama Pasha, laki kampus jadi gempar pada deketin lu ya. Apa hebatnya lu sih?"
"Hebatnya gw mau bertahan sama macan dan masih baik sama dia. Dan gw termasuk orang diem dan polos yang gak kebanyakan gaya" ucap Vera
"Haha apaan? Palsu semua itu ucapan lo. Kecuali kalimat yang pertama"
"Udah lah di iyain aja, gw mah gak peduli. Gw mikirnya mau judul apa yang mau gw ajuin buat skripsi"
"Oh iya iya sudah semester 7 hampir lupa gw. Gw mau ngapel pacar gw dulu. Kasian deh jomblo" goda Dennis sambil pamit pergi.

Pertengkarannya dengan Pasha membuat Vera menjadi orang paling murung dan terdiam sedunia. Dia selalu berjalan sendirian. Tak ada teman yang dekat dengannya karena memang dulu dilarang oleh Pasha untuk berteman. Semua teman yang mengobrol dengannya selalu disuruh pergi.
Vera sekarang merasa akibat dari hilangnya Pasha dari kehidupannya. Hatinya merasa lebih tenang, walaupun teman mengobrolnya di kelas hanya Dennis. Dia terduduk di gazebo.

Di Perpustakaan.....
Vera mencari beberapa buku yang akan mendukung judulnya nanti dalam pengambilan skripsi.

"Vera!" sapa seseorang
"Halo Dimas"
"Mau ngajuin judul ya?"
"Iya"
"Kok jawabnya gitu sih?"
"Terus dijawab apa?"
"Sudahlah lupakan. Nanti pulang dianter siapa? Sama aku mau?"
"Naik bis. Liat nanti ya"
"Ditunggu ya"

Entah sudah berapa banyak laki-laki yang mendekati Vera semenjak putus dengan Pasha. Selalu setiap hari ada yang menyapanya dan hanya sekedar menggoda atau ingin mengajak pulang bersama dan keluar bareng.

Tak ada yang istimewa dengan penampilan Vera hanya tubuh tinggi ideal sawo matangnya yang ditutup dengan baju panjang, jilbab ala model hijabers. Tak cantik, wanita biasa dengan kediamannya yang membuat semua lelaki yang ia kenal ingin mendekatinya. Apalagi dengan perilaku yang jutek dan cuek ke semua orang yang mendekatinya, membuat para lelaki itu penasaran.

Dia mulai ingat Tama kembali saat berusaha menemuinya diam-diam. Dia langsung bergegas pergi ke kantin tempat biasanya ia duduk bersama Tama. Membeli minum bersoda seperti biasanya, dan biasanya Tama mengomel menyuruhnya membeli air mineral atau Pasha yang menyuruh beli minum teh.

Dia terduduk seperti biasanya, membayangkan Tama masih duduk didepannya. Namun pertengkaran dengan Pasha ditempat itu, membuatnya sedih. Akhirnya dia pindah ke tempat duduk Tama biasanya duduk, merasakan tempat duduk itu seperti yang dirasakan Tama. Dan sesuatu mengingatkan Vera pada tulisan Tama "Tama only one love Vera"

"Kenapa aku tak memperhatikan ada tulisan love Vera secekil itu? Aku tau mengapa Pasha semarah itu. Tapi itu sudah berlalu. 2 orang yang kucintai itu sudah pergi. Aku harus bangkit lupakan semuanya. Mau pulang aja lah, ke parkiran nemuin Dimas kalau dia gak boong mau anter aku pulang" celotehnya sendiri

Di Parkiran....
Parkiran kampusnya sudah sepi, karena hari sudah mulai sore. Vera berdiri di sekitar parkiran, ingatannya tentang Tama kembali terulang. Dia teringat saat terakhir kali bertemu Tama di parkiran dan itulah akhir obrolan mereka secara nyata dan bertemu langsung.

"Kangen kamu Tama" ucapnya menatap ke satu arah
Vera merasa melihat Tama disana, tersenyum kearahnya. "Ya tuhan" ucapnya dalam hati.
"Jangan ngelamun mbak, nanti kesambet loh" goda bapak tukang parkir
Vera langsung terkaget "eh iya Pak Boy, liat Dimas gak ya?"
"Belum mbak, mungkin masih kuliah"
"Oh yasudah kalau gitu, saya mau cari dia aja" pamit Vera

Vera pergi meninggalkan pak Boy, dia melewati tempat duduk pak Boy. Sebuah tangan menghentikan langkah Vera.

"Tunggu" ucap laki-laki berkuplu itu
Vera masih terheran.
"Jangan goda mas Gamal, beda agama udah" teriak pak Boy
"Siapa sih?" tanya Vera ketus
"Kau tak perlu tau aku, lupakan dia yang menganggu pikiranmu saat ini"
"Maksudmu apa?"
"Ini" ucap Gamal sambil memberikan sebuah kertas.

Dear Vera, kamu apa kabar? Maaf ya mungkin aku kasih surat ini udah gak ada di hadapan kamu lagi, atau mungkin sudah gak ada di dunia ini:) aku cuma mau bilang terima kasih kalau masih mencintaiku sampai sekarang, makasih banget. Aku mohon lupakan aku, belajarlah mencintai orang lain. Dan aku juga mohon maaf tak menyampaikan sakitku seperti apa. Tapi percumalah, aku tak tega menyampaikannya padamu. Aku juga mencintaimu Vera, sampai akhir hayatku:) tolong sampaikan salamku pada Gamal, terimakasih sudah mau bantu ngasih surat ini ke kamu dan sudah mau jaga kamu sampai dirasa Gamal kamu sudah bertemu dengan orang baik. Jika surat ini sudah sampai padamu bilanglah padanya tugasnya sudah selesai untuk menjagamu. -Love Tama-

Vera tak kuat menahan air matanya. Dia terisak sambil meremas kertas itu. Badannya terasa lemas untuk berdiri, dia terjatuh duduk.

"Hei kau tak apa?" tanya Gamal panik
Vera tak membalas ucapan Gamal.
"Terimakasih" ucapnya terisak sambil memberikan kertas itu pada Gamal.

Gamal membaca surat lesuh yang diberikan Vera. Rasa sedih yang dirasakan Vera terasa dihati Gamal.

"Sabar ya, Tama sudah dipanggil sama Tuhan, dia sudah tenang. Jangan tangisi dia lagi, mungkin dia sekarang juga merasa sedih kalau kamu terus menangis seperti ini" ucap Tama
Vera hanya menatap Gamaliel sejenak. Dia menghapus air matanya.
"Berdirilah" ucap Gamal sambil mengulurkan tangannya
Vera menerima uluran tangan Gamaliel.

Tiba-tiba langkah kaki datang menghampiri mereka berdua.

"Ver, ver kamu gak papa? Lu apain dia Mal?" tanya Dimas
"Hus hus, Dimas kita pulang" ucap Vera pelan menenangkan mengajak pergi Dimas
"Mal, kita masih ada urusan ya!" ancam Dimas sambil berjalan
"Dimas, dia gak salah. Dia cuma mau bantuin aku. Tolong masalah ini selesai, jangan buat masalah sama dia"
"Iya. Tapi kamu gpp kan?" tanyanya panik
"Aku gak kenapa-kenapa kok" ucap Vera tersenyum
"Yasudah. Aku anter kamu pulang. Maaf ya tadi telat datangnya. Ada urusan bentar tadi"
"Iya gpp" senyum kembali ada dibibir Vera.

*****

KKN kurang 1 minggu lagi. Jadwal kelompok sudah dibagi. Vera terdaftar di kelompok 17 diantara 15 orang bertempat disuatu desa terpencil di Jember. Hari ini ada jadwal ngumpul dengan seluruh anggota kelompok untuk membahas kegiatan dan perlengkapan yang dibawa selama KKN.

"Dennis! Beruntunglah ada orang yang aku kenal sekelompok" teriak Vera
"Tapi gw mah ogah sebenernya kelompokan sama lu!" goda Dennis
"Jahat banget sih lo! Entar ngumpul pokoknya gw bareng lu!"
"Kok lo maksa sih? Kayak apa aja ntr lu ngikutin gw mulu. Pumpung gw jomblo, jadi gw harap lu nyadar diri gw mau tp tp sama cewek, biar cinlok"
"Putus lo? Situ yang diputusin? Pasti lah haha mana mau mereka sama lo?. Hebatnya apa lo?" lanjut ledek Vera
"Kita liat saja nanti Ver, gw udah nyiapin beberapa cara buat tp tp ke mereka! Asal lo jangan rese aja!"
"Terserah lo! Suka-suka lo dah"

Tepat pukul 14.00 WIB
Semua anggota sudah berkumpul. Vera tak menyangka akan sekelompok dengan Gamaliel. Dia hanya tersenyum kearah Gamaliel.

Acara selesai. Semua pamit pulang. Dan menulis tugas masing-masing.

"Dennis aku nebeng kamu pulang yak" ucap Vera meringis
"Jangan keras-keras, iya gw tebengi lu. Gw udah ngincer 1 orang eh 2 deh si Intan sama Ayu mereka cantik kayaknya, hits banget. Lu ntar pas KKN jangan nempel gw mulu yak, ntar pamor gw turun. Ntar dikira gw pacar lu lagi"
"Lu laki bawel banget sih! Iya gw tau! Gw sadar diri!" ucap Ketus Vera bete

******

KKN Day-1
Sebelumnya diharapkan semua anggota kelompok saling kenal dan bisa bersatu. Tapi apa daya, Vera lah orang paling diam dan jarang berbaur dengan lainnya. Hanya Dennis yang menggoda Vera, yang lainnya seakan cuek "lo cuek gw pun sama" seakan semua berkata begitu. Berhubung Gamaliel adalah ketua kelompok, dia tak bisa diam. "Apa yang sedang dipikirkannya?" tanya Gamaliel dalam hati

Vera satu kamar dengan Intan, Ayu, Gendis, dan Tiara. Teman satu kamarnya pun jarang ngobrol dengannya, hanya bicara seperlunya. Entah apa yang membuat Vera menjadi pendiam semenjak putus dengan Pasha.

Gamaliel menghampiri Vera yang sedang duduk di depan teras merasakan udara sejuk dan masih banyaknya pohon. Headset menempel ditelinganya dibalik kerudungnya.

"Hai" sapa Gamaliel
Sapanya tak digubris oleh Vera
"Oh hai" sapanya lagi cukup keras
Vera terkaget "oh sorry, ada apa? Mau langsung pengenalan masyarakat kah? Atau apa ada yang bisa dibantu?" tanyanya
"Ngak. Boleh bicara sebentar?"
"Silahkan"
Gamaliel duduk di samping Vera yang sedang duduk di kursi panjang.
"Ada sesuatu yang kamu pikirkan?" tanya Gamaliel
Pertanyaan Gamaliel sungguh aneh baginya "hm gak ada. Ada yang salah ya?"
"Oh gpp, cuma bertanya. Kamu terlihat paling diam diantara lainnya. Apa kamu merasa gak nyaman dengan kita?"
"Ngak kok. Tenang aja. Cuma belum terbiasa aja"
"Hah?"
"Yasudah lah, akan kucoba ya. Maaf merepotkanmu"
"Hah?" ucap Gamaliel binggung "ini anak aneh banget" ucapnya dalam hati
"Sorry ya, aku orangnya aneh ya? Aku akan mencoba. Terimakasih ya" ucap Vera sambil pamit kedalam rumah.

****

Day-8
Hari ini ada jadwal mengajar bagi Vera di SDN 1 Jember berpasangan dengan Gamaliel dan Vika mereka bertiga mengajar anak kelas 3SD.
Akhirnya bel pulang berbunyi...

"Terimakasih bantuannya" ucap Gamaliel pada Vika dan Vera
"Yuhuuuu" ucap Vika
Vera hanya membalas tersenyum.
"Aku balik ke penginapan dulu ya, capek. Pusing kepalaku. Murid disini rempooong" ucap Vika
"Sendirian pergi ke penginapan? Gpp kah?" tanya Vera
"Gpp Ver, sorry ya gak bisa bantu. Bener pusing kepalaku" keluh Vika.
"Yasudah. Ati-ati ya Vika" sahut Vera
"Duluan ya guys" pamit Vika
"Halooo bu Vera pak Gamal" ucap semua siswa yang melewati mereka
"Ciyeee bu Vera sama pak Gamal pacaran ya? Kok berduaan sih?" goda salah satu murid.

Mereka berdua langsung terkaget saat merapikan kertas-kertas hasil murid-muridnya. Keduanya hanya membalas tersenyum.

"Ah kalian itu bisa aja" sahut Gamal
"Tapi cocok kok bu pak, kapan nikah? Jangan pacaran terus dosa! Kata pak ustad pacaran itu haram, jadi kalau suka langsung aja nikah" celetuk salah satu muridnya
"Kita sudah nikah kok haha" goda Gamal
Vera langsung melirik kearah Gamaliel sinis.
"Loh iya ta bu pak? Kapan punya anak? Tapi bukannya masih sekolah ya ibu sama bapak?" tanya lagi dengan polos
"Hah?" jawab keduanya kaget.
"Sudah ya. Bu Vera sama Pak Gamal nya capek, kalau mau tau minggu depan kita ketemu lagi, saya kasih eskrim satu-satu buat yang bisa jawab pertanyaan" sahut Vera santai
"Bener bu? Asiiiiiik. Ayo teman-teman pulang. Assalamualaikum"
"Walaikumsalam" jawab Vera tersenyum
"Mengapa kau berkata begitu?" tanya Vera
"Aku hanya bercanda Vera, maaf ya" jawab Gamal
"Sudah selesai. Ayo kita pulang" ajak Vera
Gamal tau Vera pasti sedang marah dengannya. Mereka berdua pulang dengn berboncengan sepeda motor.
"Ver kau marah denganku? Sorry ya" ucap Gamal saat di tengah perjalanan.
"Sudah dimaafkan daritadi"
"Terimakasih"

****

Day-11
Kegiatan demi kegiatan sudah tercapai. Malam ini ada pengajian di balai desa yang diadakan setiap bulan sekali. Tak ada yang mau datang ke pengajian hanya Dennis dan Vera. Dan dilain itu ada beberapa anggota yang non muslim termasuk Gamal.

"Males banget sih anak-anak, masa iya kita bilang semuanya non muslim sih" keluh Dennis
"Yasudah kita ngalah ya" sahut Vera
"Guys, tungguuu" teriak seseorang
"Gamal?" kaget keduanya

Keduanya terkaget melihat Gamal mengenakan 'kopyah' walaupun tak memakai baju muslim 'taqwa' seperti Dennis. Mereka bertiga berjalan menuju balai desa yang cukup dekat dan hanya mengandalkan lampu senter.

"Gamal, kamu dokumentasi aja. Gak usah ikut duduk gpp" ucap vera
"Gpp Ver, nanti aku dokumentasi sambil dengerin aja"
"Yaudah terserah kamu aja" sahut Vera

Pengajian berjalan dengan lancar, benar apa kata Vera, Gamal hanya mendokumentasikan hasilnya, hanya beberapa saat duduk untuk mendengarkan ustad berceramah.

"Terimakasih ya Pak Ustad, Bu Kader sudah mengundang kami ke pengajian bulanan ini" ucap Vera
"Iya mbak sama-sama. Saya yang terimakasih sudah ikut meramaikan pengajian ini"
Ketiganya hanya mengangguk tersenyum.

******

Day-15
Hari ini jadwal mengajar Gamal, Vera dan Vika namun karena tugas Vika sebagai sekretaris membuatnya harus lebih banyak menghadap laptop dan karena besok ada kunjungan dari pembimbing universitas, tugasnya digantikan oleh Dennis.

"Lo utang budi sama gw Vika" goda Dennis
"Iya iya lu minta apa sih?"
"Minta lu jadi pacar gw!" lanjut godanya
"Mending gw gak ngerjain tugas ini, terus berangkat bareng Gamal sama Vera daripada jadi pacar lu!" jawab Vika Sewot
"Sok jual mahal banget sih Vik! Ntar lu suka sama gw tau rasa lo!"
"Bodo amat! Lo niat gak sih bantuin orang? Ikhlas gak sih?"
"Iya iya bawel banget" ucap Dennis manja sambil mencubit pipi Vika

Mereka bertiga pun berangkat, Namun sesuatu yang dirasa Vera terlupa.

"Gamal ada yang ketinggal deh sepertinya"
"Sumpaaah?" ucap Dennis dan Gamal bebarengan sambil menghentikan motornya
"Jangan bercanda deh Ver, jauh sumpah ini sekolahnya dari kontrakan" keluh Dennis yang mengoncengnya
Vera berusaha berpikir.
"Gamal!" ujarnya "astagfirullah kita kan udah janji bawa ice cream"
"Oh my god! Yasudah kalian berdua aja duluan ke sekolahnya, aku mau beli di mini market deket jalan raya" sahut Gamal
"Gak! Aku aja turunin disini, sekolahnya udah keliatan. Kalian berdua aja. Aku bisa jalan kaki" ucap Vera sambil turun dari sepeda motor
"Gak! Kita anterin kamu dulu ke sekolah! Jangan bantah! Bahaya!" ucap Gamal

Dennis hanya menyaksikan kedua orang itu, lalu bertepuk tangan. Entah apa yang dia pikirkan, sehingga membuat keduanya melirik aneh kearahnya.

"Wus santai" ucap Dennis "kalian itu loh aneh, kayak saling khawatir. Uhuk aja lah" godanya
"Apa sih lo!" bantah Vera sambil memukul pelan pundak Dennis
"Tuh kan lu tuh Ver ya sama gw ngomong lu lu gw gw, coba sama Gamal ngomongnya aku kamu, gak fair"
Gamal yang menyaksikan hanya bisa tersenyum.
"Malah menurutku kalian berdua yang bakal jadian, kalian deket banget, hanya Dennis yang bisa mancing kamu ngomong banyak" celetuk Gamal
"What?" ucap keduanya bersamaan
"Mending gw nyebur ke laut daripada harus pacaran sama Vera"
"Gw juga ogah sama lu, mending gw nyusul Tama diatas sana, daripada sama lu!"
"Vera!" bentak keduanya
"Ngomong apa sih Ver? Jangan bercandaan gitu deh. Jangan bawa-bawa Tama" sahut Gamal
"Sorry Mal" ucap Vera menyesal
"Iya. Ayo kamu aku antar ke sekolah dulu. Naiklah. Nanti aku parkir sepeda motor di sekolah" ucap Gamal pada Vera "oya kamu tunggu disini ya Den, ntar aku jalan kesini"
Vera ingin membantah, tapi tangan Dennis menutupi mulutnya.

Akhirnya Vera pun mau. Semua mata muridnya mengarah kepada Gamal dan Vera.

"Ciyeee Pak Gamal dan Bu Vera berduaan mulu, goncengan terus" goda salah satu muridnya
Keduanya hanya membalas tersenyum.
"Gamal jangan jalan kaki deh bahaya, Dennis suruh jemput kesini aja lah"
"Gpp ya Ver, sudah masuklah. Tenanglah. Buat murid-murid lupa akan ice cream yang kita janjikan selama kita berdua ke jalan raya"

Sesuatu menggerakkan baju Vera dari belakang.

"Bu guru gak lupa ice creamnya kan?" tanya seseorang murid laki-laki, Fadli murid istimewa di kelas karena keterbatasan 'sindrom down' yang sejak lahir sudah dideritanya
Vera terkaget, dan terduduk di depannya "bu guru sama pak guru lupa bawa, ini pak guru mau beli, mau janji sesuatu sama bu guru gak?" tanya Vera
Fadli mengangguk.
"Nanti kamu juga pura-pura lupa ya kalau ada ice cream, nanti sama bu guru kamu dapat ice cream sama bulpoin satu punyanya pak guru, bagaimana?"
"Ver?" lirik Gamal
"Janji bu!"
Vera memberikan jari kelingkingnya untuk membuat perjanjian pada Fadli.

"Berdiri. Bersiap. Memberi salam. Assalamualaikum wr wb" ucap semua murid.
"Bu Vera perasaan tadi berangkat sama pak Gamal kok gak masuk kelas"
"Tadi ada yang ketinggalan, mari kita mulai saja pelajarannya bagaimana?"
"Baik bu!" ucap semuanya

Pelajaran pun dimulai.....

"Bu bosen, pak Gamal mana? Mau nyanyi aja sama pak Guru" ucap salah satu murid
1 Desa hanya memunyai satu Sekolah Dasar, alhasil satu kelas di huni lebih dari 30 anak lebih. Dan meyakinkan satu anak kelas 3 SD belum cukup rasanya.
"Yasudah, kalau bosen kita main saja. Yang mau maju ke depan nanti dapet hadiah"
"Saya" "saya" "saya" semua murid mengacungkan tangannya

Tak lama kemudian Dennis dan Gamal datang membawa ice cream. Permainan yang sebelumnya berjalan meriah, mengalihkan pandangan mereka saat Gamal dan Dennis masuk kelas.

"Yeaaaay ice cream" seru semua murid
"Ayo diem dulu semuanya tenang pasti dapet semua kok" ucap Dennis cukup keras
"Ayo baris yang rapi" sahut Gamal

Semua berbaris dengan rapi, walaupun sulit diatur. Tapi akhirnya mereka semua mendapatkan ice cream.

Salah satu murid perempuan menghampiri Gamal.

"Pak, bu Vera kayaknya keringetan capek gitu, ini aku ada tisu" murid perempuan itu memberikan tisu pada Gamal
"Kenapa gak dikasih sendiri sayang?"
"Gak ah, takut ganggu bu Vera"
"Sini" ajak Gamal mengandeng tangan murid itu menghampiri Vera
"Ada apa sayang?" tanya Vera pada murid perempuan itu.
Namun murid itu malah bersembunyi dibalik Gamal.
"Ada apa Mal?"
"Jadi dia mau ngasih tisu ke kamu, tapi takut ganggu kamu"
"Oh enggak dong sayang, sini sini"
Murid perempuan itu menggeleng lalu memberikan tisu pada tangan Gamal lalu pergi.
"Loh?" tanya Vera
"Ini" Gamal memberikan tisu pada Vera

Langsung seketika "ciyeeeee" seluruh isi kelas bersorak.

Semua murid sibuk memakan ice cream dan duduk di bangku masing-masing. Kecuali tiga orang di depan mereka.

"Gila kalian disorakin sekelas, skandal apa yang kalian lakukan?" tanya Dennis
"Loh Pak guru Dennis gak tau? Bu Vera dan Pak Gamal kan udah nikah" sahut salah satu murid yang duduk di depan.
Tertawa Dennis meledak cukup keras.
"Siapa yang bilang?" tanya Dennis
"Pak Gamal"

Dennis hanya tersenyum kearah mereka berdua dan mereka berdua malu harus ada yang tau apalagi Dennis yang mulutnya 'ember', pasti bakal nyebar satu kontrakan.

******

Day-17
Kejadian 2 hari yang lalu cukup menyebar luas, apalagi ketenaran Gamal sebagai anggota ukm basket dan futsal. Dan mantan wakil presiden bem. Tak banyak mahasiswa, apalagi yang perempuan tiba-tiba invite seluruh media sosial Vera hanya untuk stalking.

"Dennis gw benci sama lu!" bentak Vera
"Apasih Ver? Santai kali"
"Lu gak mikir apa yang lu ucapin, lu liat ini bbm gw jadi banyak yg invite, nih nih nih" menunjukkan semua akun sosial medianya seperti path, instagram, facebook, twitter, line.
"Ya sorry kali Ver, gw gak sengaja. Dibawa santai aja lah. Gak usah digubris mereka"
"Ya lu enak tinggal ngomong doang, paling parah si Pasha tiba-tiba telpon dan ngomel-ngomel. Lu tuh punya mulut gak bisa dijaga" omel Vera
"Ver ver udah gpp biarin, udah aku yang selesain aja" ucap Gamal yang tiba-tiba datang
"Iya santai dong Vera kayak Gamal, lu lebay banget sih" celetuk Dennis
"Denniiiiiis!" keluh Vera

Bukan hanya mahasiswa lain, bahkan kelompok mereka sendiri tanya ini-itu pada Vera dan Gamal.

"Kamu bener sama Vera?" tanya Vika
"Kalau iya kenapa? Kalau enggak kenapa?" sahut Gamal seadanya
"Gamal serius! Peri cintaku dong?"
"Hah?"
"Iya itu loh lagunya si Marcell, intinya tentang cinta beda agama"
"Enggak lah"
"Enggak apa he? Ah Gamal jawabnya gantung banget sih"
"Duh kan males ngomong ginian tau gak sih"
"Iya. Iya" keluh Vika

"Veraaaaa" teriak Intan sambil mengetuk pintu
"Iya Tan? Ada apa?"
"Hm. Anu. Kok lo gak cerita sih kalau jadian sama Gamal?" tanya Intan dengan wajah cemberut
"Denger darimana? Gak kok" ucapnya tersenyum "udah ya jangan bahas itu lagi, aku gak ada apa-apa sama dia titik!"

*****

Day-20
Tak terasa kurang sepuluh hari kebersamaan mereka bersama tinggal satu atap, permasalahan tiap hari selalu datang. Mini lokakarya sudah berjalan beberapa hari yang lalu. 2 hari lagi akan diadakan Lokakarya, semua semakin terbengkalai kegiatan yang sudah diatur.

"Guys ngantuk" ucap Tiara
"Iya nih udah ngantuk banget, udah tengah malem juga" sahut Maya
"Yaudah gih tidur aja, yang lainnya juga pada tepar daritadi jam 11" jawab Vika

Tiara dan Maya tertidur bergerumbul dengan lainnya di ruang tamu. Tinggalah Vika, Vera, Gamaliel, Dennis, Novan, Randy dan Mirza. Mereka semua masih terjaga, namun yang menghadap laptop hanya Vika, Vera, Gamaliel, dan Novan. Yang lain sibuk memainkan handpone masing-masing.

"Kalian tidur aja, kita berdua aja yang ngerjain" ucap Novan
"Gak usah deh, gpp kok" sahut Vika

Vera sebenarnya sudah tak tahan untuk menahan kantuknya. Tapi karena Vika perempuan sendiri yang mengerjakan jadi dia merasa tak enak. Vera sudah mulai menyenderkan kepalanya pada tembok. Lalu terpejamlah matanya.

"Eh" suara Vera terbangun saat tak tersadar menyenderkan kepalanya pada pundak Gamal
"Menganggumu ya? Sorry" ucap Gamal
"Gpp kok. Boleh tidur sebentar, 1 atau 2 jam lagi bangunkan aku, mau sholat malam. Nanti setelahnya akan kubantu kalian mengerjakan" pamit Vera lalu menempatkan badannya untuk tidur.
"Silahkan" ucap tenang Gamal "Vika tidurlah, matikanlah laptopmu. Lanjutkan besok lagi"
"Iya deh. Ngantuk. Duluan ya. Kalian semangat ya. Jangan malem-malem tidurnya" pamit Vika yang langsung tidur di belakang Vera

Tinggalah para lelaki yang masih terjaga. Tapi sepertinya yang tertinggal hanya Gamal, Dennis dan Novan.

"Tidurlah kalian, biar aku saja. Besok pagi kalian pasti susah dibangunin" ucap Gamal pada Dennis dan Novan
"Nah lu sendiri?" tanya Novan
"Gpp. Tadi aku kan sudah janji pada Vera bakal bangunin dia 1 atau 2 jam lagi, jadi ya sambil ngerjain"
"Gamaliel?" tanya heran Dennis
"Sudahlah jangan berprasangka buruk, tidurlah, deadline kita tinggal 2 hari. Aku gak mau ada yang sakit ya"
"Baiklah bos! Lu tidur aja gpp kalau emang udah ngantuk. Vera pasti tau kok" ucap Novan
"Selamat menjaga tuan putrinya ya pak bos ketua, jangan diapa-apain loh ya tuan putrinya, nanti kesempatan dalam kesempitan lagi" sahut Dennis
Gamal hanya membalas tersenyum.

Semuanya sudah tertidur, tinggalah Gamal yang masih terjaga hingga jam 2 pagi.

Jam 02.35 wib
"Gamal?" kaget Vera yang terbangun "kamu belum tidur?" tanyanya
"Loh kamu sudah bangun? Padahal aku niat bangunin kamu tidur jam 3"
"Loh? Kamu mau nurutin aja omonganku. Tidurlah. Aku sudah terbangun kok. Nanti aku yang lanjutkan"
"Gak lah, silahkan katanya mau sholat?"
"Iya, ini mau sholat dimana juga binggung, anak-anak tidurnya gak karuan"
"Disitu aja loh, kayaknya space lebih banyak"

Vera menggelar sajadahnya, dan bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu. Dan menyegerakan sholat Tahajud kemudian disambung dengan sholat Subuh.

"Ver? Apakah harus semua umat muslim melaksanakan sholat?"
"Kalau sholat 5 waktu sih wajib, tapi ada beberapa sholat yang sunnah"
"Bedanya?"
"Kalau sholat sunnah itu boleh dikerjakan boleh juga tidak dikerjakan, kalau dikerjakan mendapat pahala kalau gak ya gak dapet apa-apa"
"Kamu gak capek dengan gerakan sholat yang sama dan dilakukan berulang-ulang, aku sering liat temen-temen yang lagi sholat kadang sampe 4x gerakan"
"Gak kok, justru itu sehat banget. Masa kamu gak tau sih? Kamu gak pernah ngaji dulu pas SD? Kamu gak dingajiin sama orang tua kamu?"
"Hahaha" tertawa Gamaliel tak tertahankan "aku bukan muslim Vera, makanya gak tau"
"Loh? Ya pantes sih. Tapi waktu itu aku denger kamu bilang astagfirulloh, alhamdulillah, ya allah. Ya aku kira kamu muslim"
"Emang kamu pernah liat aku sholat sama anak-anak?"
"Iya juga sih. Aku berpikir anak jaman sekarang mana ada yang doyan sholat, mainannya aja ke club"
"Ya gak semua gitu, jangan disamakan"
"Oya aku baru inget waktu itu pak Boy bilang jangan digoda mas Gamal, beda ya gak sih?"
"Nah itu inget"

Adzan subuh berkumandang di seluruh Desa, beberapa orang terbangun dan segera menuju masjid. Vera yang masih mengenakan mukenah, menunggu teman-teman yang lain bangun dan sholat berjamaah diruang tamu.

"Weits Gamal masih terjaga, gak tidur bos?" tanya Randy
"Udahlah dia kan abis nungguin tuan putri bangun" goda Dennis
Gamaliel dan Vera menoleh sinis kearah Dennis.
"Yasudah tidurlah. Terimakasih sudah amanah" ucap Vera
"Pengen liat kamu sholat lagi, eh maaf temen-temen sholat bareng"
Vera hanya tersenyum dan menggeleng.

*****

Day-23
Lokakarya sudah berjalan lancar kemarin, dengan dihadiri beberapa dosen dari universitas dan para pejabat desa dan stafnya. Tak banyak yang membuat mereka jadi sakit, mulai meriang, panas, batuk, flu, masuk angin dsb. karena memang cuaca yang kurang mendukung, kadang panas kadang hujan.

"Seminggu lagi berakhir, yeaaaay kangen kasur rumah" ucap Intan
"Badanku kok gak enak ya" sahut Ayu
"Iya nih sama, gara-gara kita banyak kegiatan ini itu dari pagi sampe malem jadi kayak gini" ucap Gendis
"Dan sepertinya aku mau haid ini, perutku sakit banget" celetuk Tiara
"Tapi pasti bakal rindu kalian guys, kangen rebutan kamar mandi sama kalian, rebutan kaca besar buat dandan, dan segalanya tentang kelompok ini" ucap Vera
"Ah Vera iya banget, maaf ya dulu kita cuekin kamu, abisnya kamu orangnya diem banget, eh pas kenal gila juga sama huhu" ucap Tiara memeluk Vera

Kelima orang itu berpelukan, seakan tak ingin pisah.

"Aku ada kabar nih guys, semalem sih Dennis nembak aku, baik sih orangnya, tapi agak slengekan juga. Agamanya juga baik sama kayak Vera. Menurutmu gimana Vera? Kamu kan deket sih sama Dennis satu kelas lagi dari dulu. Dia udah deketin aku sebelum KKN sih" curhat Intan
"Yah gitu baru cerita, begitukah teman?" goda Ayu
"Oh my god, jangan Intan masa depan suram sama dia" celetuk Gendis
"Haha kalian itu lucu, Dennis orang baik kok ya walaupun agak slengekan sih orangnya, tapi dijamin baik banget. Tapi apa kamu yakin secepat ini? Ya kalau kalian saling mencintai juga gpp terima aja, dia juga bilang kok dari awal sama aku kalau mau gebet kamu. Semua ada ditangan kamu, terserah kamu, kamu yang jalanin" ujar Vera
"Tuh dengerin ustadzah ngomong" goda Tiara
"Yang terbaik menurut kamu ambilah Tan, kita mah bahagia kalau kamu bahagia juga"
"Ver lu kok paling sehat sendiri sih? Kita udah K.O kayak gini. Padahal lu paling banyak kegiatan hihi" celetuk Gendis
"Mungkin sistem imun tubuhku lebih kuat dari kalian, kalian istirahat aja aku mau bantuin temen yang lain, katanya banyak yang sakit juga dikamar sebelah" sahut Vera
"Tapi kamu gpp kan? Agak pucet dikit sih kamu Vera, apa gak istirahat aja?" ucap Intan khawatir
"Iya tidurlah biar aku aja yang bantu, kamu sudah banyak yang bantu" sahut Ayu
"Sudah lah guys tak apa, aku juga gpp. Pergilah tidur. Kita kan hari ini free buat revisian aja" ucap Vera
"Yasudah semangat ya cantikku" ucap Ayu memeluk Vera

Di ruang tamu.....
Disana hanya ada Vera, Kanti, Dennis, Randy dan Mirza. Sedangkan Gamal dan Novan sedang pergi ke rumah Pak Lurah karena mereka berdua adalah ketua dan wakil kelompok.

"Kanti, Vika sakit ya? Kayaknya dia kecapekan gitu"
"Iya, dia udah ngeluh sih dari sebelum lokakarya gak enak badan"
"Maaf ya jadi kamu harus gantiin dia disini"
"ya gpp kali Ver. Kita kan kelompok jadi ya mau bagaimana lagi, temen-temen yang lain juga gak enak badan"
"Iya ya cuacanya juga gak mendukung kadang panas banget, kadang ujan deres sampe rumah kita banjir"
"Perjuangan banget ya haha"
"Dennis, aku tau cerita dari Intan kalau...."

Dennis langsung menutup mulut Vera dengan tangannya.

"Ah astaga apasih Den?" keluh Vera
"Wihiiii kalian ada apaan? Aku bilangin Gamal ya lu Den, nusuk temen dari belakang" sahut Mirza
"Haha apasih Mir? Kamu jangan ikut gilanya Dennis deh" keluh Vera
"Iya lu berisik amat sih Mir, suka-suka dong mau ngapain ini anak, mumpung gak ada bos ketua" ujar Dennis
"Awas ya lu aneh-aneh ngomongnya, gw bocorin ke anak-anak loh ya!" ancam Vera sebel
"Bocorin apa Ver?" sahut Randy
"Kepo aja sih" jawab Dennis menjulurkan lidah kearah Randy

Tiba-tiba Gamaliel dan Novan datang.....

"Sibuk ngomongin apa sih?" tanya Novan
"Ini nih pak bos anak berdua berantem mulu tiap hari" ucap Mirza pada Gamal dengan menunjuk Vera dan Dennis
"Iya pak bos ketua, jodohin aja lah mereka. Si Dennis tuh berkhianat, nusuk dari belakang" sahut Randy
"Tenang tenang pak bos ketua, saya gak akan ambil apa yang sudah punya orang. Saya rela ini anak jelek sama pak bos, gw sih ogah ama ini anak, mantan macan pasti sekarang kayak macan" goda Dennis mencubit pipi Vera gemas lalu pergi kabur
"Denniiiiiiiiis!" teriaknya mengejar Dennis

Kelima orang disana hanya bisa tertawa dan tersenyum melihat tingkah mereka berdua. Gamal senang menyukai orang seperti Vera, walaupun entah rasa itu kapan akan terucap.

Seketika itu Vera langsung terjatuh pingsan setelah berlarian dengan Dennis. Dennis yang berlari terlalu jauh dari tempat Vera jatuh, Gamal dan yang lainnya langsung berlari kearah Vera.

"Vera bangun dong ayo, jangan bercanda" ucap Gamal khawatir dan langsung membotongnya ke kontrakan dan menaruhnya di kursi panjang teras depan.
"Ver bangunlah, common Ver, astaga Vera" ucap Gamal yang tak henti-hentinya menggoyang pelan tubuh Vera agar terbangun.
"Vera maaf ya Ver, bangunlah aku tak tau" ujar Dennis menyesal
"Kau sih Den!" sahut Gamal kesal
"Kok jadi aku sih yang disalahin? Aku kan gak sengaja"
"Sudah, sudah beri ruang untuk bernafas, mintalah minyak kayu putih ke kamar anak perempuan" suruh Novan

Semua anggota kelompok yang sedang beristirahat, jadi keluar dari kamar gara-gara mendengar teriakan Mirza yang menggedor pintu dan meminta kayu putih untuk Vera.
Akhirnya Vera terbangun karena rangsangan aroma minyak kayu putih.

"Alhamdulillah" semuanya berucap
Gamal langsung memeluk Vera "syukurlah"
Vera yang masih setengah sadar, tak bereaksi apapun.
"Uhuk. Ciyeeee" sorak semuanya
Seketika itu Gamal tersadar dan melepaskan pelukannya.
"Ciyeee Gamal khawatir sama Vera, udah jadian aja, tembak aja udaaah" goda Intan
"Bakal ada banyak yang cinlok disini deeeh, kenapa gw punya pacar duluan ya sebelum KKN?" sahut Mirza meringis
"Huuuuuuuuu" sorak mereka pada mirza
"Maaf ya Vera, tadi reflek gak sengaja" ucap Gamal pelan
"Iya gpp"
"Ciyeee ciyeeee ditunggu aja lah kapan tanggal mainnya"

****

Day-25
Malam hari yang cukup dingin, kegiatan desa kali ini adalah menonton film bersama warga dan staf desa. Semua menyambut meriah acara yang diadakan mahasiswa.

"Vera!"
"Iya Den?"
"Aku minta maaf ya atas kejadian kemaren"
"Tak apa. Sudah kulupakan. Hanya aku saja yang kurang menjaga tubuhku dengan baik"
"Makasih ya Ver" ucap Dennis "ada sesuatu yang ingin kubicarakan"
Vera mengangguk.
"Aku pernah diceritain Tama sesuatu"
"Hah?"
"aku juga tau Tama mengirim surat ke kamu melalui Gamal"
Vera mengangguk "lalu?"
"Kamu tau kenapa Gamal yang disuruh untuk itu? Kenapa bukan aku yang teman sekelasmu?"
Vera menggeleng.
"Karena Gamal sering memperhatikanmu dan Pasha, tanpa disadari Gamal, Tama tau itu semua. Gamal bersedia dengan senang hati membantu Tama, kadang dia merasa kasihan kalau kamu lagi berantem dengan Pasha. Serasa Tama sudah menemukan orang yang tepat untuk menjagamu. Mereka berdua memang sahabatan akrab banget, bahkan kamu tau sebenernya Gamal meskipun dia non muslim tapi dia tau tentang agama kita. Bahkan waktu itu pas futsal magrib-magrib di kampus, dia berkumandang adzan dengan hafal dan begitu indahnya, anak futsal lain sampai terheran. Tak halnya juga, mantan-mantannya mayoritas cewek-cewek muslim ada pula yang berjilbab sepertimu. Sampai-sampai kedua orangtuanya marah gara-gara dia selalu membawa perempuan muslim ke rumahnya dan diapun dijodohkan. Kamu pasti tau dijodohkan itu bagaimana reaksinya? Tapi satu hal yang membuat Gamal membantah orang tuanya untuk pertama kali itu apa? Karena kenal kamu! Dan tak mau dijodohkan karena ingin ngejar kamu"
"What? Bercanda ya?"
"Ngak sama sekali Vera, kalau kamu tak percaya tanyakan sendiri pada orangnya. Kamu tau sendiri bagaimana khawatirnya dia saat kamu pingsan. Lihatlah dia sedang memandangi kita berdua sekarang, mungkin dia cemburu, tanyalah"
"Kau gila!" ucap Vera sebel
"Ciye ciye Dimas, Dika, Faris mau dikemanain semua haha"
"Kelaut haha"
"Ciyeee lebih milih Gamal"
"Apasih lo Den!" ucapnya memukul manja pundak Dennis "tapi emang sih dia jadi sering nge line aku sekarang, tapi ya aku anggepnya biasa aja"
"Ya itu lo yang gak PEKA!" ucap Dennis cukup keras lalu kabur

*****

Day-29
Malam terakhir di kontrakan, karena acara besok pagi perpisahan dengan warga desa dan perangkatnya. Dan bus jemputan akan datang di sore hari. Rencana malam ini adalah permainan dengan botol, bagi si pemutar berhak bertanya dan bagi yang kena sumbu putar akhir harus menjawabnya dengan jujur. Semua anggota kelompok sudah bersiap dan jantung mereka berdegup kencang.

Pertanyaan-pertanyaan yang aneh-aneh dan jawaban yang lucu muncul dari mereka. Tak halnya sekarang giliran Gamal yang memutar, dia berharap akan mengenai Vera. Putaran itu pas mengenai Vera, semuanya tersenyum kearah keduanya.

"Vera uhuuuuk" goda Ajeng
"Apasih jeng, biasanya aja kali"
"Silahkan bertanya bos ketua, ini nih yang ditunggu orang banyak" sahut Randy
"Ver, jika ada 2 laki-laki yang tinggal didunia ini antara aku dan Tama kau kan memilih siapa?"
"Wuhuuuuuu" celetuk Dennis
"Gak ada. Lebih baik jadi sahabat kalian berdua dengan baik. Aku tau Tama dan aku tau kamu. Aku tak ingin kedua sahabat bertengkar hanya karena perempuan"
"Jika kami tak saling kenal?"
"Hm. Pilih yang terbaik dari yang terbaik. Terutama seiman" Vera tersenyum meskipun ia tau jawabannya akan membuat sakit hati Gamal.
"Tak apa Ver, mukamu jangan seperti itu. aku hanya bertanya. Aku tak menyesal telah bertanya seperti itu"

Semuanya kemudian hening.....

"Ganti permainan deh, gak seru" ucap Vika
"Sekarang kita nyanyi lagu sayonara sambil mengoper botol ini jika berhenti disalah satu orang dia harus mengungkapkan sesuatu yang memalukan, setuju?" ajak Kanti
Semuanya mengangguk

Botol pertama jatuh pada Dennis.

"Halah apa ini? Aku harus mengungkapkan apa yang memalukan"
"Biasanya kamu juga memalukan" celetuk Intan
"Hal yang memalukan di dunia ini adalah bagaimana seorang gadis cantik luar biasa seperti kamu bisa membalas cintaku dan sekarang menjadi kekasih orang biasa sepertiku"
"Intan? Dennis? Sudah jadiaaaan?" kaget semuanya
"Wuuuuuuuu traktiran ya pas pulang, makan-makan" sorak Mirza

Permainan berlanjut. Botol itu jatuh di Rere, orang yang paling diam, susah berbicara di depan umum dan jarang menonjol diantara teman yang lain.

"Bicaralah Re" ucap Vika
"Ha....lo semua" ucapnya gugup lalu menarik nafas panjang "ungkapan yang memalukan adalah mencintai orang yang tidak mencintai kita, walaupun kita tau orang itu mencintai orang lain yang berbeda agama dengannya dan kita seagama"
"Gamal?" celetuk Vika

Semuanya langsung menoleh kearah Gamal dan Vera.
Rere langsung terduduk dan menundukkan kepalanya karena malu.

Ada rasa tak enak yang hinggap di hati Vera perasaan sungkan dan cemburu. Sebegitukah perasaan Rere terhadap Gamal? Apakah aku jahat terhadapnya? Jikalau Gamal memilih Rere rasanya hati Vera tak rela, tapi kasihan melihat Rere, orang sependiam itu rela berkata jujur.

"Apa kita akhiri permainannya?" tanya Vika
"Lanjutkan" sahut Gamal

Putaran kali jatuh di Gamal kembali. Semuanya tampak ingin mendengarkan apa yang diucapkan.

"Hal yang paling memalukan? Mencintai orang yang dicintai sahabat dan saudara sendiri, mereka berdua pernah ada dihatinya lama banget, maybe sampe sekarang. Agak malu sama diri sendiri kenapa bisa terjadi. Terimakasih"

Semuanya binggung maksud yang disampaikan Gamaliel.

"Jadi lu saudaraan sama macan ups Pasha?" ucap Dennis pelan
"Sumpaaaah?" kaget Randy
Gamaliel mengangguk.
"Perasaan daritadi kamu ngomongin tentang Vera mulu ya" goda Mirza
"Iya nih, tembak aja kali Mal, hari terakhir" sahut Vika
Vera hanya menelan ludah sambil melirik kearah Rere "maafkan aku Re" ucapnya dalam hati
Gamaliel hanya tersenyum "ada waktunya"
"Widiiiiih kuat nih, Vera do you wanna say something?" tanya Kanti
"Aku aja yang jawab. Vera mah apa atuh" goda Ayu
"No coment sis" ucap Vera
"Tuhan memang satu, kita yang tak sama haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi" senandung Intan, Ayu, Tiara, Gendis kompak
"Fals tau gak kalian haha" goda Novan

*****

1 bulan setelah KKN.....

Mereka semua membuat grup di line dan bbm untuk ngeshare foto-foto, info seputar kampus, atau hanya ingin mengenang saat waktu KKN dulu.

#LINEGRUPKKN17
Holaaaa guys:* miss you so much sama kalian:* gak kangen aku kah? Jalan-jalan yuk, lengkap dong 15orang, yang gak ada kendaraan aku tebengin deh kumpul dikampus. Kita kongkow aja bentar lama juga gpp haha ke Cafe yang di Jl. Jawa bagaimana? Bagus loh itu lagi hits banget, harganya mahasiswa kok. Kalau kurang duit sindir dikit orang yang baru jadian cc: Dennis dan Intan. Sabtu ya guys jam 4 sore ya, kalau siang panas nanti item gw wkwk kalau malam jangan nanti waktu kita sedikit, pasti banyak yang ditelpon maknya cc: Vera, Maya, Intan, Ayu, Vika, Rere haha. So please come! I hope so much guys:* -best regard Kanti❤

Semua jawaban mengatakan "oke" "iya" "diusahakan" "insyaallah" "aku nanti nyusul ya ada acara"

*****

Sabtu, at 16.10wib

#LINEGRUPKKN17
"Eh aku sudah ditempat nih, kalian dimana?" - Vika
"Langsung masuk aja Vik, ini aku sama Rere, Maya, Tiara, Ayu, Intan, Dennis" - Kanti
16.15
"Dimana? Sorry baru sampe ngaret dikit ya. Ini aku di parkiran" - Novan
"Masuklah, ini sudah lengkap personilnya tinggal bos ketua sama tuan putrinya" - Dennis
"Boong, si Randy sama Mirza nanti nyusul katanya, masih ada ukm Volly. Si Gamal lagi ada ukm basket juga" - Vika
"Guys aku telat dikit ya, aku nunggu abangku mandi ini" - Vera
"Mau aku jemput?" - Gamal
"Weeee Gamal bukannya dateng malah balesin Vera! Cepeet woy" - Dennis
"Aku berangkat ini sudah di jalan sama abangku" - Vera

Saat di Cafe.....

"Ver!"
"Gamal?" tanyanya
Gamal hanya tersenyum kearah Vera dan abangnya.
"Masuk yuk" ajak Gamal
"Dek, pacarmu ya? Gilaaa tatapannya beda banget ke kamu" bisik abangnya
"Ihs ngawur" jawab Vera pelan sungkan
Akhirnya Vera dan Gamal masuk kedalam Cafe setelah berpamitan dengan abang Vera.
"Wuiiiiih jadi dijemput Gamal Ver?" tanya Tiara menggoda
"No! Ketemu di depan" sanggah Vera
"Iya aja loooh" goda Ayu

Mereka semua pun akhirnya bercanda bersama, membahas kejadian-kejadian lucu selama KKN kembali. Sampai akhirnya Randy dan Mirza datang meramaikan suasana.

"Haaanjiiir bau keringetnya nambah 3 orang" celetuk Vika
Randy, Mirza dan Gamal melirik sinis kearah Vika.
"Maksud lo?" tanya Mirza ketus
"Perasaan gak bau apa-apa deh" sahut Intan polos sambil mengendus
"Sudah si Vika hanya bercanda" ucap Vera mendamaikan
Gamal tersenyum kearah Vera.
"Woooooy Gamal ngapain lu liatin Vera gitu amat?" teriak Dennis
"Ciyeeeeee" ucap semuanya

Acara hari ini pun berakhir, cukup waktu 2 jam untuk temu kangen kelompok KKN. Sebenarnya waktunya kurang untuk 2 jam bersama tapi apa daya banyak yang harus segera pulang karena ada acara di malam hari.

"Ver" sapa Gamal mendekat duduk kearahnya
"Iya?"
Semua temannya hanya tersenyum melihat mereka berdua.
"Kamu ada acara?"
"Apakah aku terlihat seperti dosen pembimbing skripsimu yang selalu jadwalnya padat?" godanya
"Ya gak tau sih. Ada gak?"
"Menurutmu?"
"Gak ada. Yasudah ikut aku ya. Bilang abangmu aku yang nanti anterin kamu pulang"
Jantung Vera rasanya berdegup sangat kencang. Dia hanya mengangguk.
"Ciyeeee akhirnya Gamal berhasil" ucap Mirza
"Yaudah balik dulu guys, mau nonton ini sama tuan putri" pamit Dennis dan pergi bersama Intan.

Semuanya pulang masing-masing, ada yang dijemput pacarnya, supirnya, naik kendaraan sendiri. Yang tersisa hanya beberapa orang Gamal, Novan, Randy, Mirza, Vika, Kanti dan Vera.

"Aku juga mau balik dulu ya" pamit Gamal menarik tangan Vera
"Uhuuuk mau dinner nih yeee" goda Randy
"Gak kok Randy, kita kan udah makan" sahut polos Vera
"Emang lo tau mau diajak kemana sama pak bos ketua?" tanya Vika
"Gak sih hehe"
"Kalian itu kepo deh, mau tau aja urusan orang. Gw mau bawa Vera ke KUA mau apa lo?" godanya
"Weeee Gamal berat omongannya haha" sahut Novan
"Udah ye mau balik duluan, kalian kan jomblo makanya stay disini, nanti gw undang kalau udah sah sama Vera ya"
"Gamaaaaal" teriak manja Vera
"Iya. Iya. Engak bercanda. Yaudah balik dulu guys" ucap Gamal cengigisan

Mereka berduapun keluar dari cafe tersebut. Tangan Gamal masih mengenggam erat tangan Vera sampai menuju sepeda motornya.

"Kita mau kemana?" tanya Vera
"Ada. Kamu naik aja. Tenang. Aman kok"
Vera terdiam sejenak.
"Hei. Kita ke rumahku dulu" godanya
"Ngapain?"
"Udah lah naik aja, kamu tuh tanya terus"
"Yasudah gak ikut"
"Dih ngambek haha, yuk sini cantikku calon istriku" lanjut godanya
"Apasih Mal?" sahutnya manja

Akhirnya Vera menyerah dan mau saja ikut dengan Gamal ke rumahnya. Setelah sampai di rumahnya yang lumayan besar, ada 2 mobil di depan rumahnya. Bentuk rumah jaman-jaman belanda mix rumah khas orang jawa.

Vera terus melamun, melihat satu persatu hiasan di dinding.

"Kamu 5 bersaudara?" tanya Vera
Gamal mengangguk.
"Silahkan duduk sini"
Vera mengangguk.
"Kamu sudah sholat?"
"Belum"
"Sholat aja di kamarku gpp"
"Eh enggak usah gpp"
"Sholat wajib kan?"
"Iya sih. Tapi aku juga gak bawa mukenah"
"Mamaku ada, nanti aku ambilkan" ucapnya tersenyum manis "Maaaaa, dibawah ada temenku, buatin minum ya Ma yang special" teriaknya
"Gak usah Mal, gpp"
"Udah duduk aja, aku tinggal mandi ya"
"Kamu belum mandi?"
"Belum lah. Emang gak bau keringet pas tadi aku gonceng ya? Berarti aku wangi dong? Haha"
"Ih pede. Dikit sih. Yaudah sana pergilah!"
"Dih ngusir, ini rumah siapa coba?"
"Rumah kamu sih hehe maaf ya"
"Ndak usah minta maaf, nanti bakal jadi rumahmu juga kok"
"Ngarep! Hus hus hus"

Gamal pun pergi meninggalkan Vera di ruang tamu untuk segera mandi. Vera binggung apa yang akan ia lakukan. Sampai akhirnya mama Gamal turun dan membuatkannya minuman.

"Malem tante" ucap Vera berdiri kemudian bersalam pada mama Gamal.
"Hadeh jilbaban lagi?" ucap lirih mamanya
"apa tante?"
"Kamu pacarnya Gamal nak?"
"Bukan tante, saya temennya"
"Vera? Iya kan? Kata Gamal kamu pacarnya"
"Ngak kok tante, Gamal ngarang cerita"
"Saya heran sama Gamal, itu anak selalu suka sama anak yang pakai jilbab. Padahal harusnya dia tau batas"
Vera binggung harus menimpali apa.
"Saya juga waktu itu mau jodohkan dia sama anak temen tante, tapi dia nolaknya gak karu-karuan"

Tiba-tiba Gamal datang dengan hanya menggunakan boxer dan kaus kutang serta handuk yang mengalung dilehernya.

"Ngomongin aku ya Ma? Awas ya Ma jangan ngehasut Vera loh ya"
"Apaan sih Mal?" sahut mamanya
Vera hanya tersenyum.
"Ma, pinjem mukenahnya yang gak dipakai dong, Vera mau numpang sholat di kamar"
"Ehm.... Eh ada kamar kosong gak sih Mal? Gak harus aku masuk kamar kamu kan?" ucapnya sungkan
"Ada nak, biar tau rasa si Gamal main seenaknya aja anak orang dimasukin ke kamarnya" celetuk mamanya
"Aaaah mama gak asik ih, lagian aku juga gak bakal ngapain-ngapain"
"Bukan mukhrim Mal, ya kan Ver?" ujar mamanya
"Oh iya tante"

Akhirnya Vera dipinjamkan mukenah milik mama Gamal. Dia pun melaksanakan sholat magrib di kamar tamu. Bukan Gamal namanya kalau tak memperhatikan setiap gerak-gerik Vera. Dia terus melihat Vera yang sedang sholat sampai dzikir.

"Cantik juga ya kalau gak pake jilbab" celetuknya
"Gamal? Keluarlaaaah!" teriaknya langsung menutupi rambutnya dengan mukenah kembali
"Iya. Maaf" ucapnya kemudian pergi

Setelah merapikan mukenahnya dan memakai jilbabnya kembali dia membuka pintu.

"Astagfirulloh. Gamal ih" ucapnya masih sebel
"Maaf ya maaf, udah siap kan? Yuk pergi"
"Kita mau kemana?"
"Ke acara pelepasan lajang abangku yang mau merried"
"Whaaaats? Are you kidding me Gamal?"
"Not Vera. I'm seriously"
"Kamu lihat bajuku, ini baju kayak mau ke indomaret mau kamu ajak ke pesta?"
"Tapi cantik kok, manis. Terlihat sederhana. Aku juga pakai baju gini kok biasa aja. Udah tenang"
Vera hanya menghela nafas dan mengikuti kemauan Gamal.

Keduanya turun bersamaan dan berniat berpamitan dengan mama Gamal.

"Ma pamit keacaranya bang Dion ya"
"Wait, Gamal kamu mau pakai baju kayak gini? Malu-maluin mama aja sih"
"Tuh kan Mal, aku gak ikut aja ya. Anterin aku pulang. Kamu ganti baju aja" bisiknya pelan
"Apasih Ma? Udah bagus ini bajunya ngimbangin Vera udah, Vera kan aku ajaknya dadakan dan dia juga gak tau mau aku ajak ke acaranya bang Dion, jadi ya sudah pakai baju gini aja sama kayak Vera, biar dia gak sendirian pake baju simple" ujarnya
"Ya ampun ngomong kek, tenang Mama ada baju pas buat kamu sama Vera" ujar mamanya kemudian masuk ke kamarnya

Mamanya pun keluar dengan membawa sepasang baju, agak jaman dulu sih modelnya. Tapi masih bagus dan terawat.

"Baju mama papa pas pacaran dulu, paskan buat Vera yang berjilbab"
"Mama yang pinter dan baik hati, dikasih baju couple haha"
"Karena Mama tau mana yang terbaik untuk anak Mama"

Vera rasanya sungkan untuk menolak karena Mama Gamal sudah bersusah payah mengambilnya. Baju dengan fashion jaman dulu, tapi tampaknya beberapa artis luar negeri mulai mengenakan kembali, tak sama memang tapi hampir mirip. Tinggi Vera dan mama Gamal hampir sama.

"Ukuran sepatu Vera berapa?"
"38 tante"
"Pas sekali, sama sepatu tante"
"Jangan deh Ma, sepatu Mama kan modelnya mak-mak banget" celetuk Gamal
"Diliat dulu, nanti baru komentar"
"Yaudah ya Ma, sekalian tuh dandanin yang cantik, gak pakai lama. Terimakasih Mama" godanya sambil memeluk mamanya.
Vera hanya bisa tersenyum

Setelah berdandan, style mamanya Gamal tak buruk, Vera terlihat anggun dan cantik. Walaupun usianya sudah mau menginjak 50 tahun.

"Uh cantik ya ternyata kamu Vera, bentuk muka kamu gampang dihias"
"Hehe iya terimakasih Tante"
"Keluarlah, tunjukkan pada Gamal bahwa mamanya masih berjiwa muda"

Vera menuruti ucapan mama Gamal, dia keluar dan menemui Gamal yang sedang duduk di sofa dan bermain game.

"Gamal" sapanya pelan dan malu
Gamal hanya merespon "hhhhh"
"Gamaaaaal disapa Vera tuh" teriak mamanya cukup keras
"Oh sudah ya? Lama banget sih Ma" ucapnya sambil menoleh kearah belakang dan melihat Vera tersenyum sungkan "Ma, ada bidadari yang turun dari surga ya?" rayu Gamal
"Apa deh Mal, berlebihan kamu ini. Terbukti kan Mama masih berjiwa muda"
"Iya terimakasih ya Mamaku sayang, you're my everything tapi setelah Vera ya haha" godanya memeluk mamanya dan mencium kening mamanya "pamit dulu ya Ma, bye" dia bersaliman dengan mamanya
"Makasih Tante, speechless" dia bersaliman dengan mama Gamal, tapi mama Gamal langsung memeluknya
"Jaga Gamal ya nak, dia sayang banget sama kamu, Tante tau kamu pasti belum sepenuhnya percaya sama dia"

Rasanya hati Vera seperti tersambar petir dan binggung harus merespon apa. Dia hanya membalasnya dengan mengangguk. Vera pun pergi dengan Gamal kearah mobil kecil yang dilihatnya tadi. Sebuah mobil mini cooper siap berangkat mengantarkannya ke acara abangnya Gamal.

Vera agak canggung menaiki mobil dan berdua saja dengannya. Apalagi tampilannya yang seperti ini, dia terus berkaca pada layar hpnya.

"Udah cantik kok sis"
"Tapi gak pede Mal, kayaknya terlalu heboh sih dandannya"
"Kamu belum liat temen-temennya bang Dion baik yang pake jilbab atau gak dandannya bagaimana? Lebih heboh dan menor dari kamu"
"Pantes gak sih? Astaga jadi melting sendiri"
"Sudahlah Vera, nikmatin aja. Baju kita aja udah warnanya sama merah bata. Setidaknya ini baju lebih dari yang kita mau pakai tadi"
"Aneh juga sih, gak pernah ke acara begituan. Emang kalau non muslim harus begitu ya?"
"Gak juga sih, mungkin abangku dan calon istrinya mau perpisahan sama temen-temennya juga kali kan mereka mau pindah ke Batam"
"Ooooohhhh"

Kemudian suasana kembali hening. Tak ada obrolan yang mengiringi perjalanan.

"Uhmm Mal, mau nanya boleh?"
"Silahkan"
"Bagaimana bisa mamamu punya mukenah? Kamu punya saudara muslim? Terus masa iya sih mamamu punya baju kenangan sama papamu yang kayak begini? Panjang tertutup, ya walaupun agak pres body sih"
"Aku sudah tau, pasti kamu akan menanyakan itu secepat mungkin"
Vera mengangguk.
"Mamaku dulu seagama denganmu, bahkan dia anak pondokan. Tapi setelah mengenal papaku entah apa yang mendorongnya untuk mengikuti ajaran papaku. Menurutnya papaku adalah kepala keluarga, yang akan membimbing anaknya nanti, dan menjadi anutan nantinya. Mama tak ingin anaknya terpecah bela beda agama ikut siapa. Apalagi papa yang orangnya baik banget, sabar bahkan hampir gak pernah marah itu yang membuat mama kagum dan mencintainya. Tapi soal baju gak tau sih, mungkin papa yang beliin pas lagi pacaran"
Vera tak berani bertanya lebih lanjut takut menyinggung perasaan Gamal.
"Hmm begitu"
"Iya. Ada lagi?"
"Ngak"
"Sekarang kalau aku yang bertanya padamu boleh?"
"Silahkan"
"Kalau kita berdua jodoh, kamu mau masuk agamaku?"
"Enggak"
"Alasan?"
"Aku punya agama yang aku pegang teguh dari aku didalam kandungan, setiap hari bunda ayahku sholat dan membaca ayat suci al-quran. Bahkan saat lahir di dunia, lantunan kalimat adzan yang berkumandang di telingaku untuk pertama kali oleh ayahku"

Gamal terdiam berpikir, sepertinya ucapan Vera membuatnya harus berpikir panjang kembali.
"Kita sampai di restorannya" ucap Gamal

Mereka berdua keluar dari mobil dan masuk, Vera tau Gamal sekarang sedang berpikir keras atas ucapannya tadi.

"Masuk yuk" ajak Vera sambil mengenggam tangan Gamal, menguatkan hatinya. Senyum tampak dibibir Gamal.

Acaranya pun sepertinya sudah ramai, benar sekali ucapan Gamal, teman-teman abangnya memang berpenampilan mewah dan glamour. Tak juga banyak yang memakai jilbab walaupun bisa dihitung jari.

"Woy Gamal" sapa seorang laki-laki "beda agama lagi? Astaga Mal, kelakuan tetep gak berubah"
"Apasih bang Dion? Berisik sekali. Memalukan"
"Iya iya adikku sayang maaf ya, gak mau peluk abangnya nih?"
"Congrats ya bang" peluknya erat "bakal kangen banget gak sekamar sama kamu lagi"
"Yaudah cepet nyusul dong"
"Kerja dulu kali bang"
"Yaelah tunangan kan bisa nanti kalau udah kerja baru dinikahin"
"Tapi gak yakin bang, dia gak mau masuk agama kita"
"Ya kamu lebih gila lagi kalau nyuruh dia masuk agama kita, jelas dia nolak"
"Tapi mama sama papa aja bisa bang"
"Yang cinta duluan ke dia siapa? Kamu kan? Harusnya kamu mikir. Kalau papa sama mama keduanya saling jatuh cinta saat pandangan pertama"
"Terus aku harus apa bang? Rasanya lemes banget dia gak mau masuk agama kita, dengan dia gak mau masuk agama kita secara halus dia menolakku"
"Aku tau dek, kamu sudah besar. Kamu harus benar-benar berpikir dia pas sama kamu gak? Kalau sudah silahkan berjuang sekuat kamu bisa"
"Thankyou so much bang sarannya" peluk kembali Gamal ke abangnya

Entah percakapan apa yang di katakan Gamal dan abangnya. Dan itu membuat Vera menunggu lama seperti patung. Tak ada satupun orang yang dikenalnya.

"Hello Vera kan? Kenalin aku Frizka, kakaknya Gamal" ucap Frizka sambil menjabat tangan Vera spontan
"Eh.. H... Iya. Salam kenal kak"
"Adikku Gamal masih tetep pada pendiriannya ya, perempuan berjilbab. Well udah pacaran berapa bulan? Dia itu selalu curhat ke kakak-kakaknya ataupun mama soal perempuan yang dia sukai"
Vera hanya tersenyum seadanya.
"Ehh kak, tapi kami belum pacaran" jawabnya sungka
"Belum pacaran tapi pakai baju couple sama dia?"
"Tapi ini baju mamanya kak Frizka, kata Gamal mungkin bajunya jaman dulu waktu pacaran sama papanya kakak" jelasnya
"Syumpaaah? Kenapa mama gak pernah bilang? Bajunya bagus banget. Envy ih mama curang"
"Loh kak? Maaf ya gak ada maksud"
"Iya santai gpp Vera"
"Hei Frizka, bawa Vera kemari" teriak Dion
Mereka mengangguk dan menuju kearah Dion dan Gamal.
"Selamat ya kak Dion atas pernikahannya minggu depan" ucap Vera bersalam dengan Dion
"Terimakasih. Anggap aja pesta sendiri"
Vera hanya mengangguk
"Bang yon, sepertinya kita harus pergi. Kak Marisa mana? Pengantin kok mencar sih haha" ucap Frizka kemudian pergi

Vera dan Gamal duduk di satu meja yang sama. Tak ada obrolan. Sampai ada pelayan yang menanyakan "minum apa?" keduanya hanya menggeleng.

"Kenapa kita diem-dieman gini?" tanya Vera mulai bete
Gamal hanya terdiam.
"Gamaaaaal!" ucapnya kesal
"Vera diamlah, aku lagi berfikir"
"Yasudah aku mau ambil makan" ucapnya berdiri

Gamal membiarkan Vera pergi, hatinya tak karuan. Sampai akhirnya Vera datang membawakan 2 piring kue satu untuknya dan satu untuk Gamal.

"Makanlah" ucap Vera
Gamal hanya mengangguk.
"Gamal bicaralah, apa yang menganggu pikiranmu? Ucapanku tadi?"
"Aku ingin bertanya padamu, apakah kau merasakan perasaan yang sama sepertiku?"
Vera langsung tersedak mendengar itu.
"Jawablah Vera"
Vera mengambil nafas panjang "apakah aku bisa bertahan dengan cinta yang berbeda?"
"Aku yakin kita bisa"
"Apa kamu ingin kita sampai tua bersama selamanya?"
"Mungkin iya"
"Itulah yang tak bisa kita lakukan, kita berbeda keyakinan, tak hanya agamaku yang melarangnya, aku yakin agamamu juga"
"Tapi Vera, mamaku mau ikut agama yang dianut papaku, apakah kamu tak bisa?"
"Itu mamamu. Bukan aku. Kalau kamu ingin bersamaku ikutlah agamaku"
"Kalau itu yang kamu mau, baiklah aku ikut agamamu, menjadi seorang muslim"
"Hah? Agama bukan hanya sekedar ucapan Gamal, keyakinan akan Tuhan yang kau anut harus datang dari hati kamu, aku tak mau kamu menganut hal yang sama sepertiku karena kamu mencintaiku. Aku tak ingin kamu seperti itu"
"Lalu apa? Baik aku akan melamarmu secepat mungkin, menjadi kepala keluarga dari anak-anak kita"
"Kamu harus benar-benar berfikir apa pilihan yang kamu ambil untuk ke depannya, bagaimana reaksi keluargamu dan teman-temanmu?"
"Vera jangan membuatku binggung"
"Jika kamu mencintaiku, kamu harus memepertimbangkan perbedaan kita, jika kamu ingin menjadi suamiku kamu harus menjadi imam yang baik untukku, menjadi anutan yang baik bagi anak-anakku agar menjadi anak soleh dan soleha"

Gamal terdiam kembali.

"Beri aku waktu"
"Pasti. Usia kita masih muda. Ku tunggu kamu sampai benar-benar yang menjadi muslim yang seutuhnya. Aku akan selalu bersabar menunggu kedatanganmu membawa seperangkat alat sholat saat melamarku. Cintai Allah karena kamu yakin akan apa yang diturunkan-Nya dan diajarkan oleh rasul-Nya kepada umatnya. Insyaallah kalau kita berjodoh kita pasti bertemu" ucap Vera tersenyum sambil mengenggam erat tangan Gamal.

Genggaman tangan Vera benar-benar menguatkan hati Gamal, begitu pula Gamal yang tak akan melepaskan genggaman itu. Dia akan memegang teguh apa yang diucapkannya dengan Vera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar