Senin, 16 November 2015

See You, Davina

30 Desember 2015
Keluarga Davina sudah bersiap-siap untuk pergi ke Bali setelah berunding satu bulan yang lalu. Sebenarnya Papa mereka tak ingin ke Bali karena sudah bosan, banyak rekan kerjanya di Bali.

Karena sudah ada jembatan penghubung Jawa-Bali jadi papanya ingin naik mobil pribadi dengan menyewa sopir. Yap! Ertiga milik Papanya siap berangkat untuk sejam ke depan Surabaya-Bali jam 9 pagi.

Jam 21.00 sampailah mereka di Bali dan langsung memesan Hotel untuk satu keluarga. Hotel milik teman Mama mereka, beruntunglah mereka jadi tak harus menguras kantong lebih untuk biaya hotel yang mahal di Bali.

Mereka berlima berserta sopir mereka ditempatkan dalam satu kamar. Sopir tidur di sofa sedangkan sisanya masuk di kamar besar.

"Pak Imam ini selimut buat bapak, maaf ya Pak harus tidur diluar" ucap Dias kakaknya
"Iya gpp mas, terimakasih"

*****

Keesokan harinya...

"Bella, Dias, Davina bangun" teriak mamanya
"Nanti Ma" sahut Dias terpejam lagi
Bella dan Davina mulai membuka matanya perlahan.
"Gak bangun, tinggal!" Ucap mamanya lagi
ketiganya langsung terperanjak bangun.

Setelah bersiap-siap dan sarapan di restaurant hotel, mereka pun berangkat berkeliling Bali yang cukup macet, karena nanti malam akan ada perayaan di beberapa tempat di Bali.

"Tanah Lot ya Ma!" Teriak Bella adiknya yang kelas 6SD
"Pasar Sukowati Ma!" Sahut Davina
"Joger lah Ma, katrok banget sih Pasar Sukowati" celetuk Dias
"Kalian bawel banget ya" ucap Mamanya

"Halo Mr. Smith" ucap papa mereka lewat telpon "saya lagi di Bali, where are you now?" "Ya, di Bali juga saya sama sekeluarga" "oh nanti malam tahun baru ada bakar-bakar di Villa Mr. Smith?" "Okay, nanti saya dan keluarga kesana. Salam buat your family. Bye"

"Pa Mr. Smith yang bule itu kan ya?" Tanya Dias
Davina dan Bella hanya benggong binggung dengan siapa yang diomongkan.
"Davina kamu lupa? Dulu anaknya Mr. Smith kan pacarmu waktu kecil" celetuk Dias tertawa
"Whats? Apasih kak? Aku gak inget apa-apa" ucapnya kembali mengingat
"Davina lupa si Dane anaknya Mr. Smith sama Tante Marcelina itu loh, dulu kalian berdua waktu kecil sering main bareng"
"Gak inget Pa" ucap polos Davina

Davina binggung dengan ucapan kakaknya, "Dane? Siapa? Aku tak ingat dia sama sekali" ucapnya bertanya-tanya dalam hati.

Setelah puas berbelanja di Pasar Sukowati dan Joger dan hari sudah tampak sore. Tak enak rasanya kalau tak menyaksikan sunset di Pantai Kuta. Mereka pun segera menuju ke Pantai Kuta yang mulai padat merayap orang.

Pantai Kuta.....

"Ayo main air kaaaak" tarik Bella ke kakak-kakaknya
"Santai-santai dek, ganti baju dulu, biar asik" ucap Davina

Davina mengganti bajunya dengan baju model crop top tak berlengan warna hitam dan celana jeans pendek. Serta mengoleskan handbody walaupun hari sudah tampak sore.

"Dek pake baju apaan sih, kayak mau tidur" goda Dias
"Apa sih kak, santai kali, ini baju kan lagi hits banget"
"Ini apaan juga si Bella ikut-ikutan kamu. Haduuuuh"
"Disuruh kak Davina, kaaaak"
Davina hanya nyengir.
"Bali ini kak, wajar" sahut Davina
"Terserah kalian deh, aku pergi dulu mau cari bule cantik atau warga lokal dah gpp. Ati-ati" pamit Dias lalu pergi meninggalkan kedua adiknya
"Davina, Bella, Hati-hati jangan terlalu nengah ya" teriak mamanya
"Siap mam" sahut keduanya

Ya Kute selalu menjadi tempat yang ramai dikunjungi, Bali memang terkenal untuk dijadikan tempat berlibur baik bagi warga lokal maupun Manca negara. Apalagi bertepatan dengan tahun baru, dan tau sendiri ramainya bagaimana. Untuk sekarang mungkin belum seberapa ramai, mungkin nanti malam, dan keluarganya akan pergi ke rumah Mr. Smith.

Langit sudah berwarna oranye, semua orang sudah mulai menepi yang sedang berenang dan mulai melihati Sunset dengan pasangan dan teman masing-masing. Hanya Davina yang duduk sendiri melihat Bella yang sedang main air dengan Dias.

"Hai" sapa seseorang
Davina menengadahkan kepalanya, dia melihat seorang bule laki-laki mungkin seusia atau lebih tua darinya.
"Yes mister?" Tanya Davina
"Boleh duduk disini?" Tanyanya dengan logat kebuleannya
Davina mengangguk dan mengalihkan pandangan ke Bella dan Dias lagi.
Bule itu memandang Davina dari atas sampai bawah.

"You look sexy girl" ucapnya
"Whats?" Kaget Davina yang mulai bergeser sedikit
"Sorry, maaf tak berbicara sopan terhadapmu" ucapnya menyatukan tangannya
Davina hanya mengangguk kembali.

"Oy Davina" teriak Dias "siapa tuh Bule?" Tanyanya
Davina hanya mengangkat bahunya.

Dias dan Bella langsung mendekat kearah mereka berdua. Sesampainya Dias melihat laki-laki itu tajam, serasa pernah bertemu.

"Dane, Right?" Tanya Dias
"Yes" ucap Dane tersenyum
"Apa kabar bro?" Tanya Dias sambil bersalaman dan berpelukan ala laki-laki.
"Whats? Dane?" Ucapnya lirih
"Wah ingatanmu parah Vina, Dane pacarmu masa kecil kau tak ingat sama sekali?" Goda kakaknya
Davina hanya menggeleng dan mendekat kearah Bella.
"Halo girls, what your name?" Ucap Dane memberikan tangannya pada Bella
"Bella Mister" ucapnya gugup

Davina memutar otaknya kembali, siapa Dane? Kenapa kakaknya selalu bilang dia pacarnya waktu kecil? Sedekat apa mereka dulu? Ah payah otak Davina tak menangkap apapun ingatannya dengan Dane.

"Dane" ucapnya mengulurkan tangan pada Davina
"Davina" sahutnya nyengir
"Ciyeee cinta lama bersemi kembali" goda Dias
"Whats?" Tanya Dane
"Oh sorry, kamu gak tau artinya ya Dan? Jelasin tuh Vin, aku sama Bella mau ketemu papa mama sama Mr. Smith, Papamu ikut kan?"
Dane menganggukan kepalanya.
"Oke bye, selamat bersenang-senang Dane dan Davina" pamit Dias menarik tangan Bella

Keduanya hanya mematung melihat kepergian Dias. Dan keduanya duduk kembali bersamaan saling berbalas senyum.

"I miss you so much" ucap Dane
"Whats?" Kaget Davina kembali
"Kamu benar-benar melupakanku? Kamu tak ingat masa kecil kita?"
Davi menggelengkan kepalanya "Sorry"
"Nothings" ucap Dane tersenyum "nanti acara tahun baru dirumah, aku akan menunjukkanmu sesuatu"

Davina bertanya-tanya kembali dan memberikan senyuman kebinggungannya.

"Berapa umurmu?" Tanya Davina
"23 tahun, seusia Dias. Dan kamu 20 tahun kan?"
Davina menganggukan kepalanya
"Ehm. Kenapa bahasa indonesiamu lancar sekali?" Tanya Davina
"Ya karena belajar, supaya tak kebinggungan seperti dulu saat berbicara denganmu" ucapnya tertawa kecil
Davina ikut tertawa bersamanya.
"Sekarang kuliah dimana?"
"University in LA"
"Keren" celetuknya "Magister?"
"Ya, kamu sendiri?"
"Baru semester 7"
"Okay good luck!"
"Thanks"

Keduanya kini terdiam sambil melihat matahari terbenam secara perlahan dan merasakan angin yang berhembus.

"Kita ke rumahku sekarang, matahari nya udah gak ada gelap juga disini, habis ini malam perayaan tahun baru, dan gak baik juga kamu pakai baju seperti ini, pasti banyak laki-laki yang memandangmu."
"Ya, terimakasih"
"Kita jalan kaki, rumahku dekat dari sini, kamu pake jaketku untuk menutupi tubuhmu" ucap Dane memeberikan sweater panjangnya
"Terimakasih"
Dane hanya menganggukan kepalanya.

Mereka berdua menyusuri jalan di sekitar Kuta, siapa sih yang tak memandang aneh jika ada laki-laki bule tampan putih dan gagah seperti dia jalan berdua dengan perempuan manis indonesia dengan kuliat sawo matang khas indonesia. Tak hanya orang indonesia yang melihatnya aneh, orang sebangsa Dane pun sama.

Sesampainya di Rumah Mr. Smith
Davina tampak ngos-ngosan, bukan kebiasaan orang indonesia untuk melakukan jalan kaki menuju kemana pun, tak halnya Dane hanya senyum melihat Davina yang mengeluh sepanjang perjalanan tak ada wajah capek sama sekali.

"Ini rumahmu? Gila jauh banget" keluh Davina saat di depan rumah Dane
"Masuk" ucapnya membuka pintu gerbang yang tingginya mungkin 3m berwarna hitam
"Aku ingat rumah ini" celetuk Davina
Senyum mengambang di bibir Dane.
"Kita langsung ke Taman belakang. Banyak rekan-rekan Papa yang diundang untuk BBQ disini"
Davina hanya menganggukkan kepalanya.

Suasana tampak sudah ramai, keduanya ikut bergabung bersama orang-orang yang tak dikenal Davina. Terlihat Dane bergabung dengan Bule yang sebaya dengannya baik laki-laki dan perempuan. Perempuan-perempuan itu tampak ganjen dengan Dane, cipika-cipiki dsb.

"Davina" sapa Dane
"Ya?"

Dane langsung menarik tangan Davina mengarah ke teman-temannya itu.

"Guys, she is Davina"
"Davina? Your first love?" Ucap temannya
Davina langsung menoleh kearah Dane, dan Dane hanya tersenyum.

Mereka semua tampak tertawa dengan bahasa inggris, dan hanya sedikit yang Davina tau artinya. Intinya sama dengan orang indonesia "cieee begitulah". Davina mulai risih dengan keadaan ini.

"Boleh aku pergi Dan?" Tanyanya berbisik

Dane langsung mengerti ucapan teman-temannya membuat Davina tidak nyaman.

"Aku pergi dulu" pamit Dane
"Mau ke kamarmu kan? Cepat sekali Dan" goda teman-temannya
"Oh my gosh! Dane will naked with her hahahha" celetuk lainnya
"Excusme" pamit Davina
"Oh man! Sam! Shut up your mouth!" Ucap Dane marah lalu mengejar Davina

"Hei sorry" ucap Dane menghampiri Davina di dalam ruang tamunya
Davina masih terdiam.
"Davina, common please, i'm so sorry"
"Ya" ucapnya ketus
"I will remembered tentang kita dulu" ucapnya kembali menarik tangan Davina
"Kemana?"
"My room"
"Wait" ucapnya memberhentikan langkahnya "kamu tak akan berbuat yang seperti diucapkan temanmu?" Tanyanya
Dane menggelengkan kepalanya "Tidak. Percayalah"

Keduanya kembali berjalan menyusuri tangga, dengan kamar Dane dilantai 2. Sepertinya Davina mulai ingat kejadian mirip seperti ini, ingatannya kembali berputar saat waktu kecil bersama Dane. Saat usianya 5 tahun dan Dane 8 tahun. Bagaimana bisa dia melupakan Dane yang dulu ia tangisi saat akan balik ke surabaya.

"Aku ingat kamarmu, pintu ini. Kita dulu sering main bersama. Kita jadi putri dan pangeran, jadi mama dan papa dan....." Ucap Davina
"Dan kita melakukan sesuatu yang tak seharusnya kita lakukan kan?" Potongnya
Davina mengangguk malu.
"Sudahlah lupakan, aku merasa kita hanya tak tau apa-apa dulu, gara-gara liat film dewasa milik kakakku kan? Dan kita dengan bodohnya mempraktikannya hahahha"
Davina hanya tertawa sambil malu-malu.
"Lagian aku juga gak masukin ituku ke punyamu juga kan"
Davina mulai mengingat, sepertinya 'iya' dia menganggukkan kepalanya.

"Masuklah" ucap Dane membukakan pintu
"Kamarmu bagus, seperti film-film barat. Lampu tumblr, poster-poster aktor dan penyanyi. Mirip banget"
"Thankyou, and this picture, ingat?" Tarik Dane menuju foto-foto mereka waktu kecil "ini juga ada, dan aku tak mungkin pasang" ucapnya membuka kotak kecil dan disana ada foto keduanya telanjang dan mereka berciuman.

"Foto apa ini? Buang-buang!" Ucap Davina geli
"The first love and the first kiss, sweet❤️" kata-kata yang tertera pada foto itu "ini caption apaan sih, boleh aku buang? Sumpah ini memalukan!" Ucap Davina sebal
"No! Kalau tau seperti ini aku tak akan menunjukkannya padamu, makanya aku tidak pasang foto ini"

Kini keduanya memanas dan saling terdiam. Sampai akhirnya...

"Hei sorry" ucap Dane mengalah memegang pundak Davina
Davina tau salah antara mereka berdua dulu, harusnya dia tak marah seperti ini.
"Iya gpp"
"Thankyou" ucap Dane memeluk Davina
Davina langsung terhentak "Dane?" Tanyanya kebinggungan
"Maaf" ucapnya meringis "I miss you so much Davina" ucapnya tulus

Davina justru binggung, harus merespon apa, baginya Dane adalah cinta monyet masa lalunya. Akhirnya dia hanya merespon dengan senyuman.

"Ayo kita keluar" ucap Dane menarik tangan Davina

Tahun Baru tampak ramai memang, berada di kumpulan orang blasteran indonesia dan barat. Ya di Bali memang banyak Bule yang jatuh cinta dengan wanita indonesia dan menikah kemudian melahirkan anak-anak yang mukanya 100% mirip orang luar.

Semuanya tampak menikmati makanan dan minuman. Serta pesta kembang api yang bertaburan di langit Bali.

"Happy New Yeaaaars" teriak semuanya bersulang

"Kenapa tak minum Vin?" Tanya Dane mendekat
"Aku gak minum alkohol"
"Oh kita ke temen-temenku ya, mereka mau minta maaf terhadapmu"
Davina hanya mengangguk dan menurutinya.

Teman-teman Dane pun meminta maaf dengan bahasa inggris campur bahasa indonesia. Akhirnya mereka jadi saling kenal satu sama lain. Adat orang barat tetaplah sama, saat mengadakan pesta selalu ada minuman beralkohol. Kadang mereka mulai tak terkontrol saat mulai mabuk.

"Davina" ucap Sam memegang dagu Davina
"Ih" seru Davina lirih
Semuanya tertawa melihat itu termasuk Dane.
"Sombong sekali sih perempuan indinesia ini" ucapnya lagi "kamu itu cantik, manis, sexy, warna kulitmu bagus sekali" ucapnya lagi
Kuping Dane langsung memanas melihat Sam memulai lagi menggoda Davina.

"Sam!" Bentak Dane
"Slow boy!" Ucapnya

Davina mulai menghindar dan bersembunyi dibalik punggung Dane.

"Tenang-tenang" ucap temannya menengahi

Dane semakin tak terkontrol, dia meminum lebih banyak alkohol. Teman-temannya masih tak berubah, bahkan setelah minta maaf dengan Davina.

"Dane, are you drunk?" Tanya Justin
"Dane, kamu mabuk?" Tanya Davina sebal
"Dane biasanya mabuk kalau gak lagi frustasi, dia bisa mengontrol dirinya kalau lagi pesta sama kita sampai gak mabuk" jawab Justin
Dane tak merespon matanya terpejam.
"Lebih baik kamu bawa dia ke kamarnya" ucap Marcelo
Davina mengangkat tubuh Dane yang cukup berat dan lebih tinggi darinya.

Saat di kamar Dane, Davina menidurkan Dane di kasurnya dan memberinya air mineral. Membuka sepatunya dan menyelimuti badannya. Davina merasa badannya pegal membotong Dane dan berniat pergi meninggalkan Dane dikamarnya.

"Jangan pergi Davina" ucap Dane menarik tangannya lalu tertidur kembali dan melepaskan tangannya

Davina merasa kasian dan memilih menemaninya di kamarnya. Dia tertidur di sofa samping kanan kasur yang berjarak 3m. Matanya mulai terpejam tak biasa baginya tidur lebih dari jam 12 malam.

*****

Keesokkan harinya...
Davina terbangun melihat Dane sedang terduduk disampingnya. Sofanya memang cukup besar untuk 2 badan kurus seperti Davina dan Dane.

"Dane" sapanya membangunkan Dane
Dane tak merespon mungkin dia kecapekan. Davina berusaha berdiri, lalu dengan sigap Dane memeluk pundak Davina.

"Hei Dane, masih mabuk kah?" Teriaknya
"Tidak, aku hanya ingin dekat denganmu" ucapnya dengan mata terpejam
"Dane lepasin!" Ucapnya berontak "kamu sejak kapan disini?"
"Gak mau" ucapnya semakin memeluk erat Davina "sejak mungkin jam 4-5an"
"Kamu gak ngapa-ngapain aku kan?" Tanya Davina mulai ketus
"Ya ngapa-ngapain kamu lah, seperti kita  dulu" goda Dane yang masih memeluk Davina mesra
"Daneeee!" Teriaknya
"Bercanda" ucapnya tertawa terbahak-bahak
"Nyebelin!" Teriak manja Davina
"Aku semakin rindu masa kecil kita" ucapnya tersenyum
"Kamu mandi gih sana, gosok gigi, mulutmu bau alkohol tau gak sih" ucap Davina
"Mandi bareng yuk Vin" tariknya
"Gilaaaa hahaha"
"Kita dulu waktu kecil perasaan sering mandi bareng, sekarang kok gak boleh sih?" Goda Dane
"Gila gila pergi sana! Ndang mandi gih! Aku mau cari keluargaku dulu" usir Davina
"Siap sis" ucap Dane lalu mengecup bibir Davina
"Daneeeee" teriak manja Davina tersenyum malu-malu.

****

Hari keempat di Bali, Dane dan Davina kembali seperti dulu. Mungkin budaya Barat masih melekat di Dane, ya tau lah disana kehidupannya sangat bebas beda dengan indonesia.

"Eh kamu tau pantai yang ada ayunan itu dimana?" Tanya Davina yang sedang terduduk berjemur di pinggiran kolam renang vila Dane
"Gili Trawangan Lombok. Hotel Ombak Sunset, kenapa?" Jawab Dane
"Banyak temenku yang kesana, kesana yuk, pernah kesana?"
"Pernah. Mau? Ayo honeymoon kesana" godanya
"Gila, ya sama keluarga lah. Nanti kalau berdua sama kamu doang, adanya perawanku hilang hahaha"
Dane tertawa terbahak-bahak begitupula dengan Davina.
"Sudah berapa perempuan yang kamu tiduri Dan?" Tanya Davina telisik
Dane terdiam mendengar pertanyaan Davina.
"Not Only One" ucapnya tenang
"Masa sih Dane? Bule kayak kamu? Di indonesia gak paling, diluar negeri?"
Dane menggelengkan kepalanya "kenapa kamu bertanya seperti itu?"
"Ya karena disana dunianya bebas, mereka bisa berciuman ataupun tidur dengan siapapun dan dimanapun walaupun hanya berkenalan satu malam"
"Tidak semua seperti itu, Davina. Mungkin kalau ciuman masih pernah, tapi kalau tidur aku tak akan melakukan itu pada pacarku"
Davina hanya mengangguk-angguk.
"Do you have boyfriend?"
"No, i'm single. You?"
"Same"
"Tos dulu dong, sesama jomblo" ucap Davina memberikan tangannya "oke sekarang kita bilang ke mama papa kita mau ke lombok gimana?"
Dane menganggukan kepalanya.

*****

Gili Trawangan Lombok, Hotel Ombak Sunset.

"Mommy, Daddy, kita pesan 3 kamar boleh?" Tanya Dane
"Buat apa Dane?" Tanya Tante Marcelina
"The first room for mommy and daddy, second room for Davina family's and last rom for me and Davina, bagaimana?"
"Whats?" Ucap Davina dan Dias
"Are you crazy Dan" ucap Davina
"No Davina! I'm seriously. Connected Room bagaimana?"
"Terserah kamu Dane" ucap Mamanya
"Tante?" Tanya Davina kaget
"Come on Dara" ajak Dane "Aku tidak akan mengapa-apakan kamu"
"Ini 3 room, ketiganya conected room" ucap Mr. Smith

Davina mendengus kesal "yaudah tidur sono sama bang Dias. Bye!" Ucapnya meninggalkan Dane dan pergi menyusul keluarganya dan orang tua Dane

"Udah Bro, jangan samakan dunia barat dengan Indonesia, gak semua perempuan mau tidur bareng, dan aku juga gak akan mau adikku tidur denganmu" jelas Dias memeluk Dane
"But, i'm not Dias" belanya
"Iya sudah tau, intinya tetap berbeda Dane, kita punya adat dan budaya sebelum menikah tak akan tidur bersama"
"Sorry Dias"
"No problem"

Sudah jam 3 sore mereka sudah bersiap-siap menuju pantai. Pakai sunblock di wajah dan badan. Dias dan Dane sudah di pantai dari tadi, kedua orang tua Dane dan Dias bertemu di depan pintu. Ya Mr. Smith memakai celana kain sedengkul dan baju motif pantai khas bangetlah di bali, Tante Marcelina memakai jumpsuit mini bunga-bunga tidak berlengan. Papa Dias hanya memakai baju putih polos dan celana kain warna hitam, serta mamanya menggunakan dress panjang motif macan tidak berlengan.

"Davina, Adek, cepeeet sudah ditunggu Mr. Smith sama Tante Marcelina" teriak mamanya dari luar pintu

Bella dan Davina keluar, keduanya pakai bikini. Mata mama mereka langsung membelalak.

"Davina! Bella!" Bentak mamanya
"Lombok ini Ma" ucap Davina meringis
Mr. Smith dan Tante Marcelina hanya tersenyum.
"Bella, ganti baju yuk, masih kecil jangan pakai baju gini" ucap Tante Marcelina "bawa baju model kayak tante gini gak?"
"Ada Tante" ucapnya
"Bajunya diganti yang model gini aja ya" ucap Tante Marcelina membawa masuk Bella
"Davina, ganti bajunya! Malu-maluin mama tau gak sih! Badannya jangan ditunjukkin ke orang-orang ih"
"Duh mama bawel deh" ucap Davina kesal

Tante Marcelina keluar dengan Bella rasanya bajunya sekarang lebih tepat dibanding dengan yang tadi.

"Davina bawa celana hotpants model hiwaist?" Tanya Tante Marcelina
"Bawa Tants, motif leopard. Pakai itu?" Tanyanya
Tante Marcelina mengangguk

Davina pun masuk ke kamarnya mengganti celananya, begitupun dengan Tante Marcelina masuk ke kamarnya. Karena kamar mereka connected room, Tante Marcelina membawa singlet crop model fringe bahan rajut warna putih.

"Gilaaaa! Bagus banget Tante! Tumblr banget lah" ucap Davina berbinar-binar
"Nanti kamu ganti bra warna putih biar ndak ngecap" sahut Tante Marcelina, Davina mengangguk "Yaudah Tante tinggal dulu ya, nanti kamu nyusul langsung aja ke Pantai" pamitnya "buat Dane kagum liat kamu" bisik Tante Marcelina
"Tanteeee apaaan sih?" Teriaknya manja

Setelah selesai, berganti baju Davina pergi ke Pantai. Ya memang jadi tontonan banyak orang, terutama laki-laki baik yang lokal maupun bule. Dane mendekat kearahnya.

"You look Great Davina! Sexy" godanya
"This style recomend from your Mommy, bener gak sih bahasa inggrisku? Haha"
"Bahasa indo aja, bagus lah. Mama memang gak pernah salah masalah style" ucapnya tersenyum "yuk" ucapnya memegang tangan Davina

Kedua orang tua mereka hanya berjemur di pinggir pantai. Sedangkan anak-anaknya berlari kejar-kejaran. Tujuan Davina kesini untuk berfoto di Ayunan pinggir pantai.

"Kak foto disana yuk" ajak Bella
"Nunggu sunset ya dek"

"Udah sunset Vin" tarik Dane menuju ayunan itu
"Eh" kaget Davina
"Come On Dias, nanti antri yang foto" ucap Dane

Dias sudah bersiap dengan SLR nya, benar sekali yang berfoto disana harus antri dulu. Mungkin mereka antrian ke tujuh atau delapan.

"So bored! Apa nanti saja pas malam? Lebih romantis pas ada bulan"
"Terserah kamu, pokoknya aku mau nunggu" jawab Davina
"Oke nanti malam kamu harus mau foto bersamaku disini"
"Iya iya"

Setelah berpuas foto di Ayunan itu, ketiganya menghampiri Dane dan keluarganya.

"Sudah puas?" Tanya Dane
"Banget, sampai capek kehabisan gaya diomelin sama bule gila itu lagi haha" ucap Davina
"Tapi kamu nanti malam sudah janji akan foto bersamaku"
"Lagi? Capek Daaaaan" ucapnya mengeluh

Karena matahari sudah tenggelam di barat, banyak orang yang sudah mulai kembali ke kamarnya masing-masing.

"Bikin video yuk Bang" ajak Davina
Dias hanya mengeryitkan dahi

Dane, Dias, Davina dan Bella sudah siap daritadi. Dane membawa speaker dari kamarnya lagu OMI - Cheerleader bergumam dipantai. Keempat orang itu berdansa seakan tak malu dilihat orang banyak.

"Sudah ah capek Kak" ucap Bella "mau tidur ajalah, mau mandi, capek"
"Abang juga capek dek, kalian berdua aja lah lanjutin. Aku mau tiduran di kamar, si Maria pasti ngomel-ngomel gak dikasih kabar" ucap Dias berpamitan pergi bersama Bella

Dane dan Davina juga kecapekan keduanya akhirnya berbaring di sofa panjang dekat pinggiran pantai.

"Kamu masih punya utang aku foto di ayunan itu Vin" ucap Dane
"Oh my God! Dane aku capeeek banget"
"Janji adalah hutang"
"Ya ya ya sebentar masih ada yang foto preweed kan disana"
Dane menganggukkan kepalanya

Setelah pasangan calon pengantin selesai berbenah dan fotografernya mulai bicara "terakhir ya" Dane langsung menarik tangan Davina. Dia mengikuti saja apa yang diinginkan Dane.

"Rio!" Sapa Dane
"Hi Dane, apa kabar?" Ucap fotografer itu
"I'm fine, sekarang jadi fotografer terkenal ya"
"Ya lumayan sih, lagi banyak job preweed. Who this girl? Your girlfriend? Orang indo?"
"Ya. My first love"
"Gak kok Kak, bohong banget. Kita gak pacaran. Oya Davina" ucapnya mengulurkan tangan
"Rio" sahutnya menjabat tangan Davina
"Saya follow instagramnya kakak loh, fotonya bagus-bagus. Konsepnya pastel-pastel saya suka"
"Terimakasih"
"Rio, mau foto kita berdua sebentar disini gak? Kita gak bawa SLR, kalau kamera hp gak bagus"
"Loh? Bukannya kalian gak pacaran?"
"Udah jangan dengerin ini perempuan, masalah uang nanti tulisin no.rek kamu saja, nanti saya transfer"
"Dane?" Tanya Davina menyipit
"Gak usah lah bro, foto kalian doang mah gratis aja, tapi ntar kalau kalian preweed bayar ya haha" godanya
"Very easy Rio. Coming soon. Clientmu sudah kan?"
Rio menganggukkan kepalanya

Rio mengarahkan gaya mereka berdua dan dengan terpaksa Davina menurutinya begitu saja. Sampai pose Rio menyuruh keduanya berciuman.

"Vin, biar fotonya punya cerita aku mohon lebih ikhlas"
Davina hanya mengangguk, keduanya saling mengecup bibir.
"Kurang bagus, kayak gak ada feeling kalian tau gak sih!" Omel Rio
"Maaf" ucap Davina

Davina binggung, harusnya gak usah pakai feeling pun rasanya sudah bagus. Dia menarik nafas panjang, menenangkan dirinya sendiri. Sampai akhirnya senyuman Dane yang tampan itu membuatnya yakin seakan semuanya mudah dan menenangkannya. Dia memejamkan matanya dan mencium Dane duluan. Romantis.

"Oke bagus!" Ucap Rio "gini dong pake feeling"
"Gila deg-deg an banget" celetuk Davina
Kedua orang itu langsung tersenyum menggoda kearah Davina
"Whats wrong?"
"Gpp Davina, terimakasih sudah mau bekerja sama. Besok pagi aku kirimkan ke emailmu Dane, tenang sudah diedit" ucap Rio tersenyum berpamitan
"Thankyou Rio!"

******

Hari ini adalah hari terakhir keluarga Davina di Lombok. Mereka akan kembali ke Surabaya. Tak ada tangisan seperti dulu saat Davina dan Dane berpisah. Dane memeluk erat Davina seakan tak ingin berpisah dengannya. Davina pun sama merasakan sedikit takut kehilangan saat tak ada lagi orang yang akan memperhatikan hal kecil darinya seperti Dane.

"Bye Mr. Smith, Tante Marcelina, Dane" pamit keluarga Davina

Davina merasa ada yang aneh dengan dirinya, dia berlari dan memeluk Dane, Dane membalas pelukan itu, akhirnya dia bisa meluluhkan hati Davina.

"I'll be back Davina, just for you!" Bisiknya tenang
Davina mengangguk dan melepaskan pelukannya dan kembali masuk ke mobilnya.

****

Seminggu kemudian...
Hubungan Dane dan Davina semakin membaik, Dane adalah laki-laki yang baik bagi Davina. Tante Marcelina pernah bercerita kepadanya, Dane adalah laki-laki yang jujur dan berbakti kepada orang tua. Untuk urusan pacaran dia selalu bercerita, bahkan dia tak pernah tidur dengan perempuan manapun.

Perkuliahan Davina disemester akhir ini berat sekali. Persiapan KKN, judul skripsi, praktikum dsb. Rasanya ingin segera wisuda. Mata kuliah akhir ini membuatnya benar-benar bosan.

"Guys cabut yuk" ajak Dista, sahabatnya
"Yuk" sahut Davina

Keduanya pun izin keluar dengan alasan ke kamar mandi. Kelasnya yang berada di lantai 3 membuat keduanya malas untuk berjalan terlalu cepat. Pada saat di lantai 2 Keduanya melihat kedua pasang mata yang menatap mereka tajam. Laki-laki itu berjalan menuju keduanya.

"Stop!" Ucapnya menghalangi langkah Davina dan Dista dengan tangannya
Keduanya masih tak merespon.
"Davina kenapa kamu tak bilang tahun baru ke Bali?" Tanya laki-laki itu
"Kamu siapa akau Fan?" Tanya balik Davina
"Aku pacar kamu jan Vin? Aku pernah nembak kamu dan kamu diam aja, berarti iya kan?" Ucap Irfan, orang yang mencintai Davina sejak ospek
"Jangan ngarang deh, orang aku gak nerima kamu"
"Siapa laki-laki ini?" Tanyanya menunjukkan akun instagram milik Dias ada foto Dias, Dane dan Davina
"Bukan urusanmu!"
"Kok kamu gitu sih Vin? Kamu berubah deh semenjak dari Bali"
"Gak ada yang berubah! Biarkan aku pergi"
Akhirnya Irfan membiarkan Davina dan Dista pergi.
"Aku akan cari tau siapa dia Vina!" Teriaknya
"Dasar gila" serunya pelan

Telepon Davina berbunyi saat di kantin Kampus. Itu telepon dari Dane

"Ya Dan?"
"Kamu lagi ada kuliah?"
"Ada, tapi ini lagi cabut. Ada apa?"
"Aku lagi ada di surabaya, besok apa nanti malem kita bisa bertemu?"
"Ya, boleh. Kamu tinggal dimana? Kedua orang tuamu ikut? Kamu ngapain ke surabaya?"
"Ini di hotel Majapahit, bagus ya ternyata. Di surabaya panas sekali dan Macet. No Daddy and Mommy sudah di LA, mau pamitan sama kamu beberapa hari lagi mau ke LA"
"Yaaah bentar doang dong disini?"
"Are you miss me Davina? Oh my god!"
"Haduh sepertinya aku salah ngomong"
"Nanti malem bagaimana? Apa kamu mau main ke hotelku? Bagus loh hotelnya"
"Gak usah ketemu aja ya nanti malem"
"Oke aku jemput ke rumahmu"
"Siap. Bye"
"Bye. See you tonights Davina"

"Bule gantengmu ya Vin?" Tanya Dista
Davina hanya mengangguk
"Kenalin sama temennya kali satu"
"Jangan temen-temennya gak baik, tapi nanti aku tanya Dane dulu, ada Justin satu baik banget dia satu-satunya temen Dane yang gak goda aku pas di Bali"
"Mukanya ganteng mana sama Justin Bieber?"
"Woy, ngarep lo ketinggian. Standartnya orang bule lah, putih, rambut pirang, sekilas mirip Nial Horan 11-15 lah"
"Jauh amat bu haha tapi gpp kenalin kek"
"Gampang deh. Lo udah pinter bahasa inggris belum? Bahasa indo temen-temennya Dane aneh"
"Gampang lah, demi Justin kwnya Nial Horan bisa bisa"

Malamnya.....
Davina dan Dane keluar menuju ke sebuah restoran cukup elit. Ya seperti biasa, di Bali mereka saja dipandang aneh. Apalagi di surabaya yang bulenya gak ada sama sekali.

Keduanya dinner romantis, semua dipersiapkan oleh Dane sematang mungkin. Keduanya mengobrol satu sama lain.

"Kau bohong padaku Dane"
"Ada apa Vin?"
"Ini kan restoran hotel Majapahit, sama aja kayak main ke hotelmu"
"Aku udah bayar mahal loh buat mempersiapkan ini" 

Mulut Davina terasa tak enak ada yang menganjal saat makan cheese cake. Diraihnya benda itu dari mulutnya.

"What this?" Tanya Davina hera
"Ring"
"Ya, for what?"
"Will you marry me?" Ucapnya sambil memberikan sebuket bungan mawar merah dan berlutut didepannya
"Ya tuhan, ini berlebihan Dane, malu banget disini"
Dane hanya tersenyum
"Ya ya duduklah" ucapnya mengambil bunga dari tangan Dane
"Jadi kamu mau menikah denganku? Yeay!" Ucapnya girang
"Ya nanti kalau kamu udah sukses kerja, aku udah bisa cari uang sendiri, bagaimana?"
"Lama dong?"
"Tapi kita masih bisa traveling keliling indonesia kan? Atau mungkin keluar negeri, ajakin aku kerumahmu yang di LA itu. Nikmatin masa muda"
"But..."
"Apa? Kamu ingin segera tidur denganku? Dane, hidup di dunia ini bisa kok tanpa harus melakukan sex. Katanya kamu tak akan merusak pacarmu"
"Jadi kita pacaran?"
"Pacaran itu istilah buat orang yang main-main, jalanin aja dulu mengalir apa adanya. Mana bisa sih kamu tahan LDR?"
"Akan kulakukan apapun yang terbaik buat kamu" ucapnya tersenyum dan mengenggam erat tangan Davina

****

"Vin!" Teriak Dista
"Ada apa?"
"Gawat, mending kamu ikut aku" ucap Dista menarik tangan Davina

Keduanya berlari di taman kampus, dan disana banyak orang yang berkumpul. Betapa hati Davina tak teriris yang bertengkar adalah Dane dan Irfan.

"Stop!" Teriak Davina, keduanya pun menghentikan perkelahian itu "punya otak gak sih? Ini tempat belajar, bukan ring tinju! Mending bubar-bubar bukannya malah ngedamaiin malah ngeliatin doang" omelnya
Dane dan Irfan mukanya sudah tak karuan biru dan keluar darah sana sini.
"Ehm Vin... Vin" ucap Irfan
"Apa? Pasti kamu kan yang cari gara-gara? Maumu apa sih Fan?"
"Aku maunya kamu jadi milik aku seutuhnya Vin!" Ucapnya mendekat kearah Vina "kamu pikir aku gak tau kamu tadi malem keluar sama dia di restaurant hotel Majapahit kan?"
"Irfan sudah berapa kali aku bilang? Aku gak pernah suka sama kamu, jadi tolong jangan menyakiti siapapun!" Ucapnya memelas
"Kamu diapain aja sama di Bali? Atau di hotel Majapahit? Kamu tidur dengan dia? Kalau kamu gak perawan gpp kok Vin, aku terima kamu apa adanya!"
"Hey shut up your mouth! Aku tak akan melakukan itu pada Davina!" Ucap Dane mendorong tubuh Irfan

Keduanya mulai tersulut kembali, mulai dorong-dorongan. Vina sudah malas untuk bersabar.

"Stop!" Bentaknya "kalian kekanak-kanakkan!" Ucapnya "dan untuk kamu Irfan ya aku memang pernah tidur dengan Dane, lalu kenapa? Dia mau tanggung jawab kok" lanjutnya "ini" dia menunjukkan cincin pemberian Dane tadi malam.
"Oh kapan kamu ngelakuinnya? Pas di Bali? Atau pas tadi malem di Hotel?"
"Aku perlu jawab pertanyaanmu? Seharusnya kamu tau jawabannya dimana!" Ucap Davina "kita pergi Dan, jangan urus orang ini!" Davina menarik tangan Dane dan membawanya pulang ke rumahnya

*****

Hari ke-3 Dane di Surabaya...
Ya, kejadian kemarin membuat wajah Dane membiru di bagian kelopak mata kanan. Davina terus mengomel sepanjang waktu saat mengobati luka Dane di rumahnya. Dane hanya tersenyum dan tertawa kecil mendengarkan ucapan Davina yang kadang tak di mengerti olehnya.

"Dan, apa kamu yakin ke LA secepat ini?" Tanya Davina dengan mata berkaca-kaca
"Jangan menangis ya, kita masih bisa video call, email, chatting" ucapnya memeluk dan mengusap lembut rambut Davina

Dane hari ini akan pergi ke Los Angles untuk meneruskan kuliah S2 nya. Davina dan Dias mengantarnya hingga ke Bandara Juanda.

"Bye Davina, Bye Dias" ucap Dane pergi berpamitan
"Good Bye Dan!" Ucap Dias melambaikan tangan ke Dane

Davina tak bisa melepaskan Dane pergi, hatinya terasa berat meninggalkan orang itu. Air matanya sudah menang mendahului keguguhan agar tak menangis.

"Dane!" Teriak Davina sambil berlari, Dane langsung menoleh ke belakang melihati Davina berlari kearahnya dia menghentikan langkahnya. Kedua mata mereka bertemu, Davina berjinjit dan mencium bibir Dane begitu hangat. Semua orang yang lewat memandangi mereka, romantis seperti di film-film.

"Terimakasih Davina" ucap Dane "ini kado perpisahan terindah darimu, aku akan kembali kesini untuk kamu, PASTI!" Ucapnya memeluk erat kekasihnya itu
"I Love you Dane!"
"I Love you too Davina" ucapnya melepaskan pelukannya "See you" ucap Dane mengecup kening Davina dan pergi menuju tempat penyerahan tiket.

Davina tersenyum melihat kepergian Dane, hatinya mulai ikhlas menyaksikan kepergiannya. Dia terus berdoa agar Dane selamat sampai tujuan dan cinta mereka tak akan pernah terpisahkan.

Minggu, 25 Oktober 2015

Cinta Tanpa Pandang Status

Raisa cukup berbangga pagi ini dia diajak oleh kakak sepupunya, Rima untuk mengikuti wawancara pekerjaan di tempat kerjanya. Ya Raisa dan Rima satu profesi, mereka sama-sama petugas kesehatan, Raisa lulusan bidan yang baru lulus tahun ini sedangkan Rima sudah 8 tahun di dunia perawat.

Rumah Sakit berbasis angkatan tempat Rima kerja atau berbasis militer. Raisa senang diajak ikut kerja kakaknya, namun yang paling ia benci adalah bertemu orang-orang Angkatan ini. Dari dia masuk kuliah, pacar teman-temannya kebanyakan TNI, polisi, atau pelayaran, sangat sedikit yang berprofesi biasa.

"Kak, aku ngundurin diri aja ya" ucap Raisa
"Sa!" Bentak kakaknya yang membuat Rima marah

Bukan sekali dua kali Raisa minta mengundurkan diri disini, namun Rima bersikukuh ingin memasukkan adiknya yang satu ini. Selain Rima yang bekerja disini, suami Rima pun merupakan Anggota Militer yang punya andil di Rumah Sakit ini. Harusnya Raisa berbangga tak perlu susah payah mencari kerja seperti teman-teman lainnya.

Raisa dan Rima memasuki ruangan, mungkin seperti HRD atau sebagainya. Jantung Raisa berdegup cepat, dia dipertemukan dengan Pak Safiudin untuk melakukan wawancara. 

Wawancara selesai!

Walaupun tak ada niat masuk disini, namun entah mengapa jawaban yang keluar dari mulut Raisa seakan benar saja dan meyakinkan Pak Safiudin. Senyum tergambar dari bibir beliau, lalu menjabat tangan Tasya. 

"Selamat kamu boleh magang disini, kalau kerja kamu baik selama 3 bulan kamu saya angkat jadi pegawai, jadi kamu minta dibagian mana?" Ujar Pak Safiudin
Raisa langsung bersemangat "Terimakasih!" Ucapnya menjabat tangan Pak Safiudin "VK Bersalin atau Nifas saja pak, tapi kalau gak bisa saya ikut Bapak aja gpp" lanjutnya
"Oke Nifas!" Sahutnya lantang "nanti saya akan panggilkan orang untuk mengantarkanmu"
"Baik pak, terimakasih sekali lagi" ucap Raisa dengan senyum yang mengambang

Dia berpamitan kepada Pak Safiudin lalu keluar dari pintu itu, dan dilihatnya Rima dan Suaminya, Mamed. Keduanya berharap hasilnya baik, namun Raisa berakting kecewa.

"Dek, gimana hasilnya?" Tanya Mamed khawatir
"Iya dek, gimana? Aku rela tuker dines pagi demi kamu"
Raisa memeluk kedua orang itu "maaf ya kak" lalu terdiam "Aku diterima kaaaak" serunya lompat-lompat
"Syukurlah, mengagetkan saja" ucap Mamed
"Makasih ya kakak-kakakku sayang" ucapnya memeluk kembali 2 orang itu "baik-baik banget sih, silahkan bertugas kembali, nanti akan ada orang kesini yang mau nganter aku kata Pak Safiudin"

"Rima!" Seru seseorang
"Mbak Diana? Dari ruang nifas kan?" Ucap Rima
"Iya, udah lama banget ya kita gak ketemu"
"Iyalah mbak, kan mbak sibuk banget kayak artis" godanya
"Oya aku ke ruang Pak Safiudin dulu"
"Ngapain?"
"Ngapelin dia hahaha ya gak lah mau ketemu anak magang"
"Anak magang?" Tanya Rima "Dek, kamu di taruh Ruang Nifas kah?" Tanya pelan
Raisa mengangguk pasrah, melihat wajah Diana yang sedikit jutek tapi terlihat baik.
"Lah ini adekku yang magang di ruanganmu" ucap Rima menyenggol Raisa
"Halo mbak Diana" ucap Raisa gugup berusaha tersenyum
"Loh adekmu?"
"Adek sepupu lebih tepatnya"
"Diana" ucapnya mengulurkan tangannya
"Raisa mbak" menjabat tangannya dengan bergetar
"Kok tremor sih dek? Haha santai gak gigit kok dia paling nyakar hahaha" goda Rima
"Tenang aja dek, ayo kita ke ruangan. Kamu pernah praktek disini?"
"Iya mbak, tapi di Poli KB"

*****

2 bulan kemudian.....

Bukan Raisa namanya kalau selalu membenci orang Angkatan, yah You Know lah! Ruang Nifas adalah tempat untuk ibu yang setelah melahirkan untuk berinap beberapa hari. Dan yang melahirkan disini mayoritas istri anggota atau anggota itu sendiri. Dan setiap tempat inap pasti ada orang yang menjenguk, yang menjenguknya pun orang anggota kebanyakan.

"Sudah dek, yang ikhlas dong. Namanya juga rumah sakitnya Angkatan" ucap Mbak Tutik, seniornya yang sudah 5 tahun bekerja disini.
"Iya mbak, sudah 2 bulan masih gak bisa aja ya mbak, masih gak suka" sahutnya
"Makanya dicoba punya pacar Angkatan dek, biar suka hahaha" godanya
"Ogah!" Sahutnya pergi melengos ke ruang tiap ruang

Yaaa hari ini hari cukup melelahkan bagi Raisa, poli Hamil buka selalu ada saja yang gawat dan melahirkan tiba-tiba dan segera pindah ke ruang nifas. Seluruh kamar dari kelas 1 sampai 3 sudah hampir penuh. Dan mirisnya lagi yang jaga hanya Mbak Tutik, Mbak Diana dan Raisa kemudian 1 Mahasiswa praktik, Kepala ruang Nifas bu Susiana sedang ada rapat dari pagi dan tak kembali-kembali.

Akhirnya dinas pun selesai, Raisa selalu pulang bersama dengan mahasiswa, menurutnya mereka berdua masih sama-sama belajar di Ruang Nifas. Makanya tak halnya banyak mahasiswa yang mendekatinya hanya untuk sekedar mengobrol atau bertukar pin bb dibandingkan dengan mbak-mbak yang lain.

"Mbak duluan ya" pamit Dewi
Raisa mengangguk.

Seperti biasa Dinas Raisa selalu disamakan dengan Shift nya Rima atau Mamed, biar hemat bensin katanya. Dan itu disetujui oleh mbak-mbak diruangannya.

"Halo dek" ucap Raisa pada seorang anak kecil yang kebinggungan mencari-cari.
Anak itu tak merespon.
"Sayang cari apa? Mau kemana? Mau kakak anterin?"
"Beli esklim" sahutnya
"Oh kamu cari es krim, mama sama papanya mana?"
Anak itu tak merespon kembali.
Lalu anak itu menarik tangan Raisa "sana!" Menunjuk mini market rumah sakit

Raisa membelikan ice cream untuk anak kecil itu, lalu mereka berbincang banyak hal. Sambil duduk di depan mini market agar ada seseorang yang melihat dan mengenal anak kecil itu.

"Eziiiii, kakek cari kemana-mana gak ketemu" ucap laki-laki parubaya
Ezi hanya nyengir sambil belepotan es krim dibibirnya.
"Terimakasih ya mbak, sudah jaga cucu saya"
"Oh eh Terimakasih kembali" sahut Raisa binggung
"Ini uang buat beli es krimnya"
"Oh gak usah pak, saya ikhlas. Saya permisi dulu mau pulang" ucap Raisa berpamitan "Bye, Ezi" sambil mencubit pipinya gemes.
Ezi tersenyum kearah Raisa sambil melambai "da da da" ucapnya

****

3 bulan sudah Raisa bekerja disini, dari awal Raisa ingin dijadikan pegawai karena sudah giat bekerja, seluruh pegawai di ruang nifas bahkan mahasiswa senang bersamanya. 

Pengumuman tentang tenaga kesehatan training untuk dijadikan tenaga kesehatan di militer tersiar luas di kawasan rumah sakit, termasuk di telinga Raisa. Semua pegawai tau Raisa tak suka dengan orang Angkatan, namun karena beberapa pegawai sudah pernah menjadi tenaga kesehatan training, akhirnya mereka sepakat memilih Raisa pegawai magang yang akan diangkat menjadi pegawai dan Mbak Wiwin yang sudah bekerja selama 2 tahun.

Raisa menolak abis-abisan dan berusaha menjadi yang terburuk. Dia mengeluh pada mbak-mbak seniornya. Namun karena sudah kesepakatan bersama akhirnya Kepala Ruangan yang mendengar Raisa tak mau ikut, turun dan angkat bicara untuk meyakinkan Raisa ikut.

"Bukan untuk bertemu Angkatan-angkatan itu, tapi pengalaman non" ucap Bu Susi
"Ngeh bu, tapi saya kan baru bu, masih ada mbak-mbak yang lain"
"Sudah kesepakatan Raisa, saya suka kinerja kamu, teman-teman yang lain juga suka dengan kamu non"
Raisa terdiam dan berpikir panjang "baik bu, saya mau"

****

Hari demi hari training melayani Angkatan baik yang perempuan atau pun laki-laki. Tak halnya banyak yang menggoda di Angkatan laki-lakinya namun Raisa tak mengubris walaupun terkadang banyak yang frontal.

Istirahat!!!!

Hari ini adalah hari keluarga banyak diantara anggota yang mengajak keluarganya dan pacarnya maybe. Ya Raisa hanya ditemani kak Mamed kakak iparnya yang setia dan kak Rima yang tak bisa hadir karena ada urusan.

"Sa, aku tinggal dulu ya. Ati-ati kamu digoda lagi hahaha" goda Mamed
"Apasih kak, justru keberadaan kakak disampingku memancing mereka datang tau gak sih" ucapnya sebal
"Haha mereka kan capernya gak ke aku doang dek, sama kamu juga. Makanya buka hati" ucapnya
"Tau ah gelap! Katanya mau pergi?" Sahut ketus Raisa
"Dih ngusir, yaudah selamat bersenang-senang, semoga ada anggota yang jomblo terus mendekat ke kamu haha"

Raisa masih tak enak melihat pakaian doreng-doreng hijau tua sebanyak ini. Banyak beberapa anggota Angkatan yang perempuan mengajaknya masuk dan ikut mengobrol dengannya dan keluarganya. Namun Raisa merasa tak enak, lebih baik dia mencari keberadaan partner nya, mbak Wiwin.

"Ah sial! Aku lupa pacarnya mbak Wiwin kan anggota juga" ucapnya ketus

Dia berjalan mengelilingi seperti orang bodoh tak tau arah, namun matanya menuju ke satu arah, anak kecil yang sedang marah-marah dengan Tablet atau smartphone besar. Dia mendekat kearahnya yang sedang terduduk sendirian tanpa orang dewasa disampingnya.

"Eziiiii!" Teriak Raisa sambil memeluknya
"Halo kakak baik" ucap Ezi, bocah 4 tahun itu
"Kamu kenapa? Kok marah-marah?"
"Ini nih gak bisa" serunya menangis
"Loh kakak kan gak tau Zi, mainnya gimana"

"Gini mbak caranya bikin anak kecil diem" sahut seorang Angkatan laki-laki membenarkan Tablet yang dipegang Ezi.

Raisa melihat laki-laki itu tinggi, manis, berotot dan anehnya kulitnya masih bersih gak item dekil dari kebanyakan orang disini. Raisa tertegun melihat Ezi bisa diam saat laki-laki itu membenarkan tabletnya. Senyum terpancar dari laki-laki itu.

*****

"Sa! Kita terpilih untuk masuk di kapal!" Seru Wiwin saat mereka kembali ke ruangan mereka
"Hussss udah tau, jangan ramai-ramai" ucap Raisa
"Kenapa sih?"
"Males kalau mereka tau! Nanti heboh deh tanya ini itu kenapa kita bisa masuk mbak"

"Ciyeeee masuk tenaga kesehatan di kapal, gaji lebih gede dari kita disini tuh dek" sahut Mbak Diana saat pergantian shift
"Selamat ya non" ucap Bu Susiana
"Terimakasih" ucap Raisa dan Wiwin

*****

Sebulan di kapal tanpa orang yang dikenal sama sekali itu bikin repot. Petugas kesehatan disini hanya 8 orang 3 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Dan yang lainnya adalah anggota TNI AL. Berlayar mengarungi laut jawa untuk 3 bulan yang kadang tak ada sinyal.

Semua berjalan seperti sebaiknya, Raisa adalah satu-satunya orang yang sering ngedumel karena godaan atau bercandaan para Angkatan itu.

"Ganjen banget sih! Gak mikir istri atau pacarnya disana" gerutu Raisa
"Sabar dong non" sahut Dokter Krisna
Raisa menarik nafas panjang saat mulai emosi.

*****

"Weee 2 minggu lagi balik surabaya" teriak seorang Angkatan laki-laki
"Kita party!!!" Sahut yang lainnya

Yaap suara musik berdentum sana-sini, kadang musik dangdut kadang pula musik DJ. Raisa hanya melihat dari atas, sedangkan teman-teman sejawat lainnya ikut bercampur baur dengan para Angkatan.

"Ya tuhan, segeralah pulang! Ini kali ya yang membuat nama mereka jelek saat berlayar!" Gerutu Raisa melihat kearah bawah tempat pesta itu
"Jelek apa sus?" Tanya seseorang mendekat kearahnya
"Oh gpp" sahut Raisa tersentak saat melihat laki-laki itu, laki-laki tampan yang ditemuinya saat bersama Ezi.
"Kenapa gak turun ke bawah?" Tanyanya lagi
"Malas" sahutnya ketus
"Itu teman-temanmu pada seneng-seneng"
"Ya memang. Tapi saya gak suka kegaduhan"
"Disini dingin loh kalau malam, gak mau masuk aja?"
Raisa hanya melirik laki-laki itu.
"Kenapa diem? Ada yang salah dari ucapan saya?"
"Oh enggak kok" sahut Raisa seadanya
"Romy" ucap laki-laki itu memberikan tangannya

Raisa enggan berkenalan dengan mereka sebenarnya, tapi karena Romy tampan, tak apalah.

"Raisa" menjabat tangan Romy
"Kamu anak baru ya?"
Raisa hanya mengangguk.

"Kapten Romy!" Sapa seseorang
"Iya ada apa?" Sahutnya
Raisa terkaget "Whats? Kapten? Semuda ini?" Serunya dalam hati
"Ada hadiah dari anak-anak Kap, di kamar anda" sahutnya menyeringai
Romy langsung membelalakan mata, memberi sinyal "sudah berapa kali saya bilang, saya tak ingin hal seperti itu" bentaknya
"Oh baik Kap, saya pikir anda ingin senang-senang"
"Sudah pergi sana!" Ucap ketus Romy
"Baik Kap, yang lagi kecantol sama suster Raisa nih yeee, suster Raisa galak Kap, digodain sok jual mahal" ucap laki-laki itu
"Maksud anda apa?" Tanya Raisa sebal mendekat kearah anak buah Romy
"Sudah, sudah kamu pergi sana! Bikin mood jelek aja" ujar Romy mengusir rekannya itu

"Maafkan teman saya" ucap Romy menyesal karena temannya tak sopan
"Ya" sahutnya pendek
"Kenapa sih kamu jutek banget?"
"Gpp"
"Oh common Sa, misterius banget sih nih perempuan"
"Saya boleh pamit?" Tanya Raisa
Romy langsung menarik tangan Raisa.
"Hei. Kenapa sih kamu sok jual mahal banget?"
"Lepaskan tangan saya" berontak Raisa
"Baik, tapi jawab dulu pertanyaan saya"
"Baiklah, satu saya gak suka Angkatan seperti anda dan orang-orang disini, kedua pacar teman-teman kuliah saya banyak yang Angkatan, polisi dan pelayaran jadi saya bosan kalau harus stag yang sama" ucapnya sambil menarik nafas panjang.
"Terakhir, kenapa kalian suka menggoda atau bersenang-senang dengan perempuan lain? Padahal kalian punya istri dan pacar yang menunggu kalian" lanjutnya
"Gak semua, Angkatan seperti itu" bentak pelan Romy
"And well, kalau boleh saya tau hadiah dari rekan Kapten itu pasti perempuan-perempuan kan yang ada di kamar?" Celetuk Raisa spontan
Romy membelalakan mata kembali, bagaiaman Raisa bisa tahu.
"Ya dari raut Kapten bisa terlihat kok. Saya boleh pamit? Dan lepaskan tangan saya" berontaknya kembali
Romy melepaskan tangan itu.
"Tapi saya gak seperti yang kamu katakan, jangan samakan saya dengan yang lainnya" teriak Romy saat Raisa mulai pergi menjauh
Raisa yang berjalan hanya senyum-senyum sendiri.

Saat di kamar....
Kejadian Raisa dengan Kapten Romy langsung menyebar luas. Raisa langsung menutup kupingnya saat teman-teman sekamarnya mulai bertanya-tanya tentang kejadian tadi dan apa yang dilakukan mereka berdua.

"Sa! Kamu harus cerita!" Paksa mbak Wiwin

Yaaa semalaman Raisa tak bisa tidur karena harus menjawab dan menghindar dari pertanyaan-pertanyaan aneh dari teman sekamarnya itu.

****

Ya hari demi hari dilalui Raisa, dia menjadi buah bibir di satu kapal. 

"Ciye suster Raisa sama Kapten"
"Sus, diapain aja sama Kapten?"
"Suster Raisa, gak diapa-apain kan sama Kapten?"
"Suster, Kapten setia loh"

Ucapan itu keluar dari mulut para Angkatan saat ingin periksa di Klinik Kapal. Tujuan mereka hanya menggoda Raisa saat beberapa hari yang lalu.

"Aaaaah Dokter aku capek! Kenapa yang digoda aku terus? Kan yang lain banyak" keluh Raisa pada Dokter Krisna
"Sabar non, jadi orang famous dalam semalam dan di kapal itu susah"
"Tapi kalau saya terus capek dok" ucapnya
"Kamu itu harusnya beruntung, Kapten Romy mau mendekat ke kamu, dari dulu dia itu gak pernah namanya main perempuan"
"Dokter gak usah bela dia deh" ucapnya sebal

Pintu Klinik tiba-tiba terbuka, seseorang masuk, Ya! Itu orang yang diomongkan Raisa dan Dokter Krisna.

"Eh panjang umur Kap, kita barusan ngomongin situ loh" celetuk Dokter Krisna
Raisa langsung menyikut lengan Dokter Krisna.
"Saya boleh bicara sebentar dengan suster Raisa, Dok?" Tanya Romy
"Oh silahkan, yang lama juga gpp Kap" ucap Dokter Krisna nyengir

Romy langsung menarik tangan Raisa. Raisa jadi marah akibat perlakuan kasar Romy untuk kedua kalinya. Memang semenjak kejadian malam itu Raisa jadi menghindar, kalau gak ada perlu lain langsung ke kamar. Sehingga tak ada mulut-mulut ember yang akan dia dengarkan atau bahkan ketemu Kapten Romy.

"Lepasin saya Kap!" Bentak Raisa
Romy langsung melepas tangan Raisa.
"Saya minta maaf sudah tidak sopan dengan kamu" ucap Romy mengulurkan tangannya

Raisa melihat tangan itu, menjabat tangan itu untuk kedua kalinya dan diselimuti dengan perasaan marah, membuatnya enggan untuk bersalaman.

"Sudah dimaafkan!" Ucap ketus Raisa menyilangkan tangannya
"Ikhlas gak? Kalau ikhlas diterima dong jabatan tangannya"
Raisa langsung menjabat tangan itu cepat.
"Oke sudah selesai kan? Saya boleh pamit?"
"Kita mengobrol sebentar disana, sambil menghirup udara segar"
"Saya punya banyak kerjaan, apa Kapten gak ada kerjaan lain?"
"Kan tadi saya sudah izin sama Dokter Krisna, dibolehin tuh. Dan saya kan asisten Kapten, bukan Kapten yang sebenarnya, saya tadi sudah izin ke Kapten dan disilahkan juga"
Raisa hanya mengeryitkan dahi.
"Ayolah, jangan sok jual mahal gitu. Saya ingin kita mengenal lebih dekat"
"What? Saya yang gak ingin Kap!" Ucapnya lalu pergi
"Aku suka kamu Raisa! Dari pertama kita bertemu!" Teriaknya
Raisa langsung menghentikan langkahnya
"Percayalah Raisa! Aku bukan orang yang seperti kamu bayangkan!" Teriaknya lagi

Raisa lalu melanjutkan langkahnya kembali. Romy tampak menyesal telah membuat Raisa kecewa dari awal. Dia jatuh cinta pada Raisa sejak pertama melihatnya bersama Ezi.

*****

Di telinga Raisa selalu berdenging "aku suka kamu Raisa" ucapan dari Kapten Romy beberapa hari yang lalu. Dan itu membuatnya hampir tak bisa tidur semalaman.

"Oh Raisa! Sadarlah! Itu hanyalah bualan laki-laki" ucap Raisa memarahi diri sendiri

Karena bosan dia harus di kamar terus akibat hari ini libur tidak ke klinik, akhirnya dia keluar di sore hari untuk melihat sunset. Dia berdiri diujung kapal bagian atas melihat laut untuk terakhir kalinya mungkin, karena 3 hari lagi sudah balik ke rutinitas rumah sakit.

Wajah Romy tiba-tiba tersekelibat dipikirannya untuk beberapa saat.

"Halo suster Raisa" sapa seorang Angkatan laki-laki
Raisa hanya diam tak mengubris
"Idih sok jual mahal banget sih Sus!"

Raisa menahan dirinya agar tak marah.
Laki-laki itu mendekat kearah Raisa, dan memeluk bahu Raisa begitu saja. Raisa langsung naik darah akibat perlakuan tidak sopannya itu.

"Maaf perlakuan anda tidak sopan! Saya bisa laporkan anda ke....."
"Ke siapa? Kapten Romy pacar suster?" Ucapnya terus menggoda

Raisa benar-benar rasanya ingin mencakar laki-laki itu. Tiba-tiba laki-laki itu memeluk Raisa.

"Oy lepasin!" Teriak Raisa yang berontak berusaha melepas, dia merasa ketakutan "ya tuhan adakah orang yang akan menolongku disini?" Ucapnya dalam hati

"IMAN!" Bentak seseorang
"Kapten?" Kagetnya langsung melepas pelukannya.
Raisa langsung bersembunyi dibelakang Romy.
"Maaf Kap, saya gak ada maksud" ucapnya merasa bersalah dan ketakutan
"Nanti saya laporkan anda ke Kapten Bimo atas perlakuan yang tidak enak terhadap Suster Raisa"
"Saya mohon jangan Kapten" melasnya terduduk "Suster Raisa saya mohon maafkan perlakuan saya, saya janji tidak akan seperti itu lagi, saya mohon jangan laporkan ke Kapten Bimo" ujarnya memegang tangan Raisa dan Romy
Raisa merasa kasihan dan menganggukkan kepalanya pelan.
"Raisa?" Tanya Romy kaget "dia sudah berbuat hal buruk terhadapmu"
"Terimakasih Suster, saya pamit dulu Sus, Kapten Romy"
Raisa hanya tersenyum melihat wajah amarah Romy.

"Kenapa kamu memaafkan dia begitu saja?" Tanya Romy marah, cemburu, tak terima dengan perlakuan rekannya.
"Allah saja Maha memaafkan, masa kita enggak?" Ucap Raisa tersenyum sambil merasakan angin yang berhembus di waktu senja

Romy hanya tersenyum, sekarang dia mengerti betapa sosok yang baik perempuan yang membuatnya jatuh cinta ini. Matahari mulai menghilang tertutup bulan.

"Sudah malam Kap, saya pamit dulu" ucap Raisa
"Tunggu" memegang tangan Raisa
"Ada apa?" Tanyanya
Romy tersenyum, kali ini Raisa tak berontak ketika dipegang tangannya.
"Gpp, terimakasih sudah tak marah saat aku memegang tanganmu" ucap Romy dengan senyum mengambang
Raisa hanya tersenyum malu-malu.
"Terimakasih sudah melindungiku" ucapnya memeluk Romy cepat lalu pergi sambil senyum-senyum sendiri

Romy yang masih terkaget akan pelukan Raisa rasanya masih terasa hangat, sayang dia tak sempat membalas pelukannya. 

"I Love you Sa!" Teriak Romy

******

Beberapa jam lagi sampai di surabaya. Semua sudah bersiap dengan barang bawaannya masing-masing. Semua orang hampir keluar dari kamarnya masing-masing.

Surabaya....

Semuanya turun dengan wajah yang sumringah, disambut oleh orang-orang yang mereka sayangi. Termasuk Raisa dia disambut oleh kak Mamed dan kak Rima.

"I miss you much kak" ucap Raisa memeluk kedua orang itu
"Hm dek, denger-denger ada yang deket sama Angkatan nih" goda Mamed
"Denger berita darimana kak?" Tanya Raisa
"Ada lah"
"Ciyeee kecantol juga sama Angkatan, uhuk uhuk" goda Rima
"Apasih kak, enggak kok bertemen aja" ucapnya malu-malu
"Dek, sepertinya ada yang mau kesini" ucap Mamed
"Hai Bang Mamed" sapa seseorang yang tak asing di telinga Raisa
"Halo Kapten muda!" Sahut Mamed
"Romy?" "Raisa?" Kaget keduanya
"Oh jadi ini toh yang gosipnya melebar luas, cakep dek" ucap Rima menyikut Raisa
"Loh kamu kenal sama Raisa?" Tanya Mamed
"Iya bang Med, gak kenal lagi udah jatuh cinta" celetuknya
"Whats?" Kaget Rima dan Mamed, Raisa hanya menunduk malu
"Minta nomermu boleh, Sa?" Tanya Romy
"Buat?"
"Buat ngelamar kamu lah" godanya
"Gila. Gak mau!"
"Becanda. Can i contact your phone number?"
Raisa mengangguk sambil tersenyum.

Sepanjang perjalanan, Raisa jadi bahan bercandaan oleh Rima dan Mamed. Yah you know lah Raisa yang dulu 'anti' dengan orang-orang seperti Mamed, malah disukai oleh Angkatan. Yap! Karma sepertinya yang sedang dialami Raisa.

*****

Beberapa minggu sudah Raisa berhubungan lewat sms, telpon dan social media yang lain. Raisa seperti terbang melayang saat ada yang berhubungan dengan Romy, mereka berdua tak jarang bertemu disela-sela kesibukan.

"Sa, merried yuk" ucap Romy laki-laki yang beda umur 6 tahun dengannya di telpon
"Whats? Gila deh mulai"
"Serius"
"Aku yang gak siap, nikah itu sekali seumur hidup"
"Iya aku tau, tapi aku yakin kamu yang terbaik"
"Gak secepat ini, bisa gak sih omongan kita keluar dari ini?"
"Iyasudah, aku minta maaf"

Keduanya terus mengobrol satu sama lain lewat telpon. Memang Romy sering mengajak Raisa untuk menikah, tapi selalu mendapat penolakan oleh Raisa. Tapi Romy tak akan menyerah begitu saja.

*****

"Sa, aku pengen ajak kamu ke rumah"
"Ngapain?"
"Mau kenalin kamu sama keluargaku"
"Terus?" Tanyanya mulai was-was
"Ya biar tau, kalau kamu calonku nanti"
"Belum siap kan aku bilang"
"Harus siap ya Sa, aku gak pengen nunda lagi. Aku ingin miliki kamu seutuhnya"

Mereka terus berdebat di kantin Rumah Sakit. Pada sampai akhirnya Romy berhasil meyakinkan Raisa untuk ikut ke rumahnya.

Saat di Rumah Romy.....

"Assalamualaikum" ucap keduanya
"Walaikumsalam" ucap seorang bapak-bapak parubaya
"Loh bapak?" "Loh mbak?" Kaget keduanya bersamaan
"Loh papa sudah kenal Raisa?"
"Papa?" Seru pelan Raisa
"Dia yang waktu itu sama Ezi di mini market rumah sakit, beliin es krim 3 cup"
"Oya?" Ucap Romy
"Iya, jadi Ezi adik kamu?" Tanya Raisa polos
"Kok adik? Dia itu anaknya Romy" ucap Papa Romy
Raisa terdiam mematung, hatinya terasa hancur mendengar itu.

"Raisa mau minum apa?" Tanya Papa Romy
"Seadanya om" berusaha untuk tersenyum ikhlas
"Baiklah, Ezi pasti seneng kalau liat kamu ada disini"
"Oya? Emang Ezi kemana?"
"Ezi masih sekolah PAUD, mungkin abis gini pulang" ucap Pak Sahid, Papa Romi kemudian memanggil Asisten Rumah Tangganya.

Romy merasa tak enak pada Raisa karena tak memberitahunya dari awal. Raisa menoleh tak enak kearahnya. Romy mengenggam tangan Raisa, namun Raisa menolaknya.

"Assalamualaikum Opa!" Ucap Ezi bersaliman dengan Pak Sahid
"Eh kakak baik hati" ucap Ezi saat melihat Raisa "halo kak" lanjutnya bersaliman dengan Raisa
Ezi langsung duduk disamping Pak Sahid.
"Loh ke papa gak salim nak? Ayo jadi anak yang baik harus berbakti kepada orang tua. Gak mau jadi malin kundang kan?" Jelas Pak Sahid
"Iya, halo Pa" sahut Ezi malas
Keadaan seperti ini yang mengherankan bagi Raisa, Ezi dan Romy adalah Anak dan Papa, tapi Ezi seakan tak menyukai Romy.

"Kakak baik hati ini, namanya kak Raisa" jelas Pak Sahid
"Halo kak Raisa" sapanya tersenyum ikhlas "Kak, aku mau bawa kakak ke dapur deh, disana ada esklim setempat gitu, kita bisa makan bareng" ajak Ezi menarik tangan Raisa

Sekarang Raisa tau, anak sama Papanya sama aja, paling suka menarik tangannya dengan kasar dan terburu-buru.

Keduanya makan di dapur, Raisa sambil melepas sepatu dan kaus kaki Ezi. Romy melihat itu sambil tersenyum, kedekatannya dengan anaknya sendiri tak sampai seperti itu. Namun anaknya lebih senang dekat dengan Raisa orang yang baru ditemuinya 2x.

"Sayang, kenapa sih sama Papa?" Tanya Raisa
"Hm kak Raisa kok bisa kesini sama Papa?" Tanyanya balik
"Loh kok balik nanya? Ya papa sama kak Raisa temenan"
"Oh gitu" ucapnya sambil memakan eskrim "Ezi gak suka sama papa, papa gak sayang sama Ezi, masa iya pergi terus gak pulang-pulang, kalau biasanya Papanya temen-temen sekolah kan nganter sama di depan kelas. Lah papa gak pernah sama sekali, palingan Opa kalau gak gitu Pak Rohim supirnya Opa" ujar Ezi polos
"Oh gitu" ucap Raisa mengangguk-anggukan kepalanya "terus mama Ezi kemana?"
Ezi langsung terdiam "kata Opa, mama pergi ke Surga saat melahirkan Ezi"
Raisa langsung tersentak mendengar ucapan Ezi barusan.
"Papa sama kak Raisa pacaran?" Tanyanya polos
Raisa terdiam mematung, binggung harus menjawab apa. Raisa hanya tersenyum kelu sambil berusaha menata hatinya.

"Papa boleh gabung nak?" Tanya Romy yang tiba-tiba datang
Ezi tak menyaut hanya mengangguk dan melanjutkan makan eskrim nya.

Ketiga dibaluti dengan keadaan hening entah harus berbuat apa, dan mulai dari mana. Sampai akhirnya Pak Sahid datang membawakan minuman untuk Raisa.

"Raisa kerja di Rumah Sakit ya?" Tanya Pak Sahid
"Iya om"
"Raisa sudah kenal lama sama Romy?"
Raisa menelan ludahnya berkali-kali.
"Iya Pa, pas saat di kapal sih. Waktu itu juga pernah sekali pas gathering keluarga, dia deketin Ezi" sahut Romy membantu Raisa
Raisa hanya nyengir seakan setuju dengan ucapan Romy

"Papa sama kak Raisa pacaran? Tadi aku tanya kak Raisa diem aja" Tanya Ezi tiba-tiba
"Kalau Ezi setuju, boleh?"
Ezi menganggukan kepalanya. Senyum terpancar dari bibir Romy dan Papanya.

Hati Raisa kini binggung harus berbuat apa, dia sama sekali tak siap menerima ini. Dia kenal Ezi, bahkan kadang Ezi adalah anak kecil yang wajahnya selalu terbayang, dan Romy laki-laki yang akhir-akhir ini membuatnya nyaman hingga terbang melayang ke angkasa.

Mereka berempat kemudian mengobrol tentang keseharian Ezi selama di sekolah. Ya walaupun saat Romy, papanya sendiri bertanya tidak dijawab olehnya. Sampai akhirnya, Raisa ingin sekali pulang, dia masih tak sanggup menerima kenyataan ini.

Sepanjang perjalanan Romy dan Raisa dalam keadaan diam. Lebih tepatnya Raisa yang super bawel dapat duduk tenang tanpa suara. Romy menyadari ini namun ia memilih bungkam untuk membuat Raisa tenang.

"Terimakasih" ucap Raisa saat sampai di rumahnya
"Maaf" sahut Romy menyesal
Raisa hanya mengangguk.

Raisa berjalan menyusuri rumahnya, syukurlah tak ada orang dirumahnya yang akan menanyainya aneh-aneh dengan raut wajah seperti itu. Dia langsung berlari kearah depan rumahnya, YAP! Itu rumah Rima dan Mamed.

"Assalamualaikum" ucapnya
"Walaikumsalam ka Sa!" Ucap kedua ponakannya, Riska dan Ega
"Papa sama mama ada?"
"Papa ada kak, di depan tv, mama masih kerja kak"

Raisa langsung berlari kearah ruang TV, Mamed terkaget dengan raut wajah 'semrawut' nya.

"Loh kamu kenapa dek?" Tanya Mamed kebinggungan.
"Kaaaaaak" ucap terisak memeluk Mamed
"Kamu kenapa nangis dek?" Tanyanya melepaskan pelukan Raisa
Raisa masih sibuk dengan tangisannya yang ia pendam dari tadi.
"Kamu kenapa toh dek?" Tanya Mamed lebih sabar lagi
"Hm Anu Kak, si Romy ternyata udah punya anak" ucapnya sambil terisak
"Loh kan emang iya dek, aku kira kamu sudah tau. Jadi kakak diem aja" ucapnya 
"Loh kakak sudah tau? Kenapa gak bilang sih kak, Romy gak bilang apa-apa kak, dan kakak tau, anaknya itu pernah aku temenin pas dia kebinggungan mau beli es krim dan anaknya sebut aku 'kakak baik hati' aku binggung kak, perasaanku campur aduk" ucapnya terus terisak
"Kamu kenal Ezi?"
Raisa mengangguk
"Sayang sama Romy?"
Raisa menganggukkan kepalanya
"Sama Ezi?"
Raisa menganggukkan kepalanya lagi
"Jadi? Ada yang salah?"
Raisa terdiam.

Setidaknya bercerita dengan Mamed dapat menentramkan hatinya. Rima yang datang dari dinas juga sama kagetnya melihat Raisa menangis di depan Mamed. Dia hanya bisa memeluk sabar adiknya sepupunya itu.

*****

Beberapa hari kemudian...
Romy selalu menghubungi Raisa namun tak ada respon, bahkan saat Romy menghampirinya di ruangan Rumah Sakit Raisa malah bersembunyi dan tak mau menemuinya.

Romy pun menghubungi Raisa via telpon Line dan tak sengaja diangkat Rima saat pulang shift bersama.

"Kak kok diangkat sih?" Tanya Raisa sebal
"Diselesaikan baik-baik. Sudah seminggu lebih loh kalian berantem"
Raisa mengangguk pasrah

"Halo"
"Alhamdulillah. Akhirnya kamu mau angkat juga"
"Ada apa?"
"Gpp, kangen suaramu aja"
Raisa tak membalas
"Boleh bicara sebentar, video call ya"
"Ya"
Raisa menghadapkan hpnya didepan wajahnya.
"Halo kakak baik hati" - sapa Ezi disamping Romy
"Ezi?"
"Kakak marah sama papa ya? Maafin papa ya kak, gak ngomong jujur sama kakak"
Air mata Raisa rasanya ingin keluar tapi ditahannya. Akhirnya dia menggeleng.
"Ezi pasti seneng kalau punya mama yang baik hati kayak kakak, nanti Ezi bisa pamer ke temen-temen kalau Ezi punya mama yang cantik dan baik hati"
Raisa hanya tersenyum
"Sa, maafin aku ya. Aku minta maaf selama ini gak jujur sama kamu. Aku tau kamu orang baik, aku tau kamu sayang Ezi, tolong maafin aku"
"Iya kak, maafin papa ya kak"
"Iya Sa, aku minta maaf ya. Ezi seharian ngomel ke aku, karena gak bilang dari awal"
Raisa mengangguk dengan mata berkaca-kaca
"Terimakasih" seru keduanya
"Oya aku dan Ezi berdamai loh demi kamu, Ezi mau ngomong duluan ke aku cuma gara-gara kamu ngambek sama aku"
"Alhamdulillah kalau gitu"
"Jadi kakak mau jadi mama baru buat Ezi?"
"Do you wanna be my wife?"
Raisa mengangguk sambil berlinang air mata.
"Yeaaaaaay!!!" Seru keduanya bertepuk tangan

Sampai akhirnya Ezi tiba-tiba muncul dihadapan Raisa membawa sebuket bunga mawar merah.

"Do you wanna be my new mama?" Tanya Ezi tersenyum memberikan bunga
Raisa mengangguk

Romy tiba-tiba datang membawa sebuah kotak kecil dan membukanya, itu sebuah cincin emas putih.

"Will you marry me? Do you wanna be my wife and wanna be new Ezi mama?" Ucapnya

Raisa sudah tak bisa berkata apapun dia hanya mengangguk-anggukan kepalanya sambil menangis bahagia. Ezi memeluk raisa sangat erat, begitu pula dengan Romy yang tak mau kalah memeluk Raisa. Mereka bertiga merasa mempunyai keluarga baru dan bahagia.

Senin, 19 Oktober 2015

Happiness

"Kak!!! Oh my god!" Teriak Tasya
"Apa Sya?"
"You know kak, laki-laki yang aku tangisin dulu jaman SMA dia mau case xiaomy nya, dia minta warna biru sama item, ada kan? Ada kan? Jangan sampai abis kak" rengeknya "i miss him so much more more more!"
"Lebay lu" toyor Luna "tenang stok aman! COD apa kirim-kirim?"
"Ya jelas COD lah" ucap Tasya berbinar-binar
"Kapan? Jam berapa?"
"Katanya sih nanti jam 5, semoga jadi" ucapnya berdoa
"Amin" mengiyakan ucapan adiknya satu ini yang sedang jatuh cinta

Di kamar Luna
"Kak acc! Jam 5 nanti ya, aku mau dandan cantik dulu" ucap Tasya lalu pergi
Luna hanya menjawab dengan senyuman

Circle Key....

"Halo" sapa kak Luna
"Oh hay mbak, hay dek" sahut Laki-laki
Keduanya hanya tersenyum
"Luna" ucapnya sambil memberikan tangannya
"Haski"
"Okay, total 60rb ya" ucap Luna
"Ini mbak" sahut Haski memberikan uang 100rb
"Uang pas gak ada?"
"Gak ada mbak, bawanya ini aja sama 50an"
"Haduh aku juga gak bawa duit kecil" ucap Luna "Sya, kamu bawa gak?"
"Hah? Gak ada lah, orang tadi situ ngobrak-ngobrak suruh cepetan, mana bawa duit"
"Hm ada atm? Didalem ada atm tuh, via rekening aja"
"Oke rekeningnya berapa?"

Haski pun masuk ke dalam Atm, namun dari raut wajahnya tak begitu menyakinkan.

"Mbak. Sorry, saldo tinggal 90rb. Gak mungkin bisa transfer"
"Terus gimana ya? Apa besok aja? Kirim-kirim?"
"Jangan mbak, satunya punya temen soalnya"
"Hm gimana kalau Tasya ikut saya ke rumah saya? Nanti saya bawa ini barangnya, kurangannya saya kasih Tasya? Bagaimana? Nanti saya antarkan dia pulang"
"What?" Kaget Tasya dan Luna berbarengan
"Kenapa kaget? Gak diapa-apain kok Tasya nya"
"Bang, kamu sehat?" Tanya Tasya
"masih, gpp kan mbak?" Tanya Haski pada Luna izin
"Aku sih gak bisa ngapa-ngapain, tergantung nih anak mau apa gak?"
"Sya?" Tanya Haski

Hati Tasya berdegup sangat kencang, dia tak menyangka orang yang membuatnya menangis, pergi mengajak ke rumahnya. Tasya pun mengangguk pelan.

"Yaudah, aku izinkan apa kamu Sya?" Tanya Luna
"Hm. Bilang aja keluar sama temen SMA nya" sahut Haski
Tasya hanya mengangguk.

Luna pun berpamitan kepada Haski dan Tasya. Keduanya kini di suasana hening, tak ada yang memulai pembicaraan.

"Yuk, Dek!" Ajak Haski menarik lengan Tasya

Sesampainya di Rumah Haski, rumahnya tampak sepi dan ini rumah barunya. Yang Tasya tau rumahnya yang sebelumnya ada di perkampungan dan yang sekarang di perumahan cukup elit di daerah ujung surabaya.

"Kamu tunggu sini dek, aku mau tuker di indomaret depan, gak ada uang kecil"
"Kenapa gak di ck aja tadi bang, jadi kan aku gak perlu kesini"
"Gak kepikiran dek"
"Hm bilang aja kan mau kangen sama aku haha" goda Tasya
"Ih pede banget haha" sahut Haski "udah ya mau ke indomaret dulu, mau titip sesuatu?"
"Minuman dingin deh apa aja"

Haski keluar dari rumahnya dan bergegas ke indomaret. Tasya berjalan mengelilingi rumahnya yang baru, rasanya rumah ini terlalu besar untuk dihuni 3 orang, mamanya Haski, Haski dan adiknya Rizal.

Dia terduduk di kursi, tepat di depan TV. Dia menyalakan TV namun tak ada acara bagus sama sekali, matanya tertuju pada dvd, sepertinya dia ingin menonton sesuatu.

"Ini film apaan sih? Kok gambarnya telanjang semua?" Serunya sendiri "dasar laki, yang diliat gituan mulu" lanjutnya ngomel

"Dek!" Sapa Haski
"Eh sorry bang" kagetnya tak sengaja membuang dvd yang dipegangnya "film mu gak ada yang lebih bermutu lagi?"
"Haha kayak gak pernah liat ginian aja" godanya
Tasya hanya nyengir.
"Kamu mau nonton film? Ke bioskop ta? Yuk yuk" ajaknya
"Enggak ah, males. Gak ada yang bagus"
"Dari dulu gak berubah, sotoy!" Ucapnya mengusap lembut kepala Tasya
"Ih lepasin kek!" Teriaknya manja
"Yaudah di kamar ada film bagus, romantis Fifty Shade Of Grey"
"Kayaknya pernah denger, itu yang sountrack nya love me like you do kan?"
Haski hanya mengangguk.
"Enggak ah, di video klip aja udah gitu apalagi liat full" ucap Tasya
"Gak full dikeliatin semua dek, itu semi, dijamin romantis"
"Tapi kata temen-temen banyak adegan esex-esexnya"
"Bohong tuh dek, dikit kok paling 5 menit doang"
"Serius?"
"Iya, ayo ke kamarku, kita liat disana biar romantis" rayu Haski
"Kok di kamar sih? Gak di apa-apain kan aku?"
"Apakah aku sejahat itu dek sama kamu"
"Yaudah minumku mana?"

Haski memberikan minuman UC100 rasa lemon untuk Tasya. Dia menarik tangan Tasya dan membawa ke kamarnya. Tasya kagum dengan Haski, kamarnya begitu rapi dan bersih. TV Plasma 42inch, home teater dan DVD akan melengkapi nonton film kali ini.

Haski mulai menyetel filmnya, film berjalan sejauh ini cukup baik, hati Tasya mulai was-was takut Haski akan macam-macam dengannya. Entah ini settingan atau bagaimana Haski membeli banyak makanan ringan. Dan satu pandangan Tasya tak lepas dari itu, minuman yang di tau Tasya temennya pernah minum itu ada alkoholnya dan rokok disebelahnya. Untunglah rokok tak disentuhnya, bisa mati sesak nafas dia jika Haski merokok.

"Bang, kok minum itu sih? Ntar mabuk gimana? Filmnya ngawur ini bang, kamu gak berusaha untuk macam-macam kan?"
"Ngak dek, percaya deh"

Adegan romantis di ranjang mulai beraksi, film ini terlalu egois untuk ditonton, apalagi yang pemeran laki-lakinya. Haski mulai mendekat duduk kearah Tasya. Tasya hanya menoleh sejenak, hatinya tak karuan.

Semakin lama adegannya semakin panas, Haski mulai memegang tangan Tasya. Tasya belum merespon negatif, dia berusaha berpikir positif.

"Yang jadi Grey egois ya, dia gak bisa ngerasain perasaan perempuannya, kayaknya hampir mirip sama aku ke kamu dulu" ucap Haski pelan
Tasya menoleh binggung dan hanya mengangguk.

"Sya" sapanya lagi dan bibir mereka bertemu

Tasya hampir terlena dengan kecupan itu dan melepaskan diri dengan cepat. Dia menjauhi Haski dan melepaskan genggamannya.

"Maaf dek, gak sengaja"
Tasya hanya mengangguk.

Di otak Tasya kini hanya ada pikiran yang jelek, positif thinking yang ia tanamkan dari tadi diotaknya perlahan pudar. Hatinya was-was pasti akan terjadi sesuatu lagi dengannya nanti, kalau tidak menjaga jarak dengan Haski.

"Sya? Kamu marah? Aku minta maaf ya Sya?" Ucap tulus Haski
"Iya gpp kok" sahutnya tersenyum dan berusaha ikhlas

Haski mulai memegang erat tangan Tasya kembali, dia mencium tangan Tasya. Tasya hanya merespon seadanya, mungkin Haski terbawa perasaan menonton filmnya. Kemudian tangannya mulai memeluk pinggang Tasya.

"Are you okay bang?" Tanya Tasya heran
"Aku kangen megang tangan kamu Sya, ya mungkin dulu gak se frontal ini sih"
"Bukannya perempuanmu banyak bang?"
"Gak lah dek, kalau aku setia ya sama satu orang"
"Berpikirlah positif bang, berhenti minum. Kadang pikiranmu diluar kendalimu"
Haski hanya mengangguk.
"Aku sayang banget sama kamu dek"
"What? Itu keluar dari mulut kamu? Kita udah lama banget gak ketemu, dan kamu bilang gitu? Kebanyakan minum kali bang" ucapnya dan menjauh
"Kalau kamu tak percaya yasudah, bukannya orang mabuk selalu bicara jujur ya?"
"Boleh aku pulang sekarang?" Tanyanya semakin ketus
"Loh dek, kamu gak nyaman sama ucapanku, baiklah aku berhenti minum. Film selesai aku anterin kamu pulang"
Tasya hanya mengangguk

Adegan ranjang season 2 di mulai, Haski semakin memegang erat tangan Tasya. Tasya yang gugup mengalihkan pandangan ke makanan ringan disebelahnya.

Diam-diam Haski menoleh kearah Tasya, jauh lebih dalam. Tasya menyadari kalau sedang di perhatikan oleh Haski, dia semakin gugup dan meraih makanan dengan cepat, Haski tersenyum melihat tingkahnya yang lucu.

"Kalau makan yang bener" ucap Haski membersihkan sisa makanan di bawah bibir Tasya

Tasya langsung mematung, tubuhnya mendapat sengatan listrik ketika Haski menyentuh bibirnya, mata mereka bertemu, perasaan yang tak karuan hinggap diantara keduanya. Haski mendekatkan wajahnya ke wajah Tasya, Tasya terlena dan memejamkan matanya.

Haski langsung mengecup bibir manis Tasya, sangat lembut. Keduanya seperti orang di mabuk cinta, bibir mereka saling melumat satu sama lain. Ini pertama kali Tasya berciuman, lumayan juga menurutnya setelah melihat beberapa adegan kissing dibanyak film. Dan sepertinya Haski sudah paling jago, ntah sudah berapa bibir perempuan yang ia lumat.

Tangan Haski mulai bergeriliya ke tubuh Tasya, cumbuan nya turun kearah leher Tasya, keduanya seakan lupa akan perbuatan yang mereka lakukan itu tak baik. Haski membuka bajunya.

"Mau ngapain bang?" Tanya Tasya

Haski tak menjawab dan langsung melumat bibir Tasya. Ini pertama kali Tasya melakukan seperti ini, dia dulu pernah berkhayal jika dia ingin berciuman, Haski lah orang yang melakukan itu padanya.

Haski membawa tubuh Tasya kearah tempat tidurnya, mereka melanjutkan cumbuan mereka diatas kasur.

"Capek ah bang" keluh Tasya melepaskan pelukan Haski

Namun Haski masih berusaha untuk mencumbu Tasya, tapi Tasya menolaknya dan tertidur di tempat tidurnya sambil menarik selimut dan menutupi dirinya. Nafsu Haski sudah di ubun-ubun, dia sudah tak tahan. Namun melihat Tasya yang enggan berciuman lagi dengannya membuatnya dia ikut tertidur disamping Tasya, memeluknya dari belakang.

Namanya juga laki, mana ada yang bisa menahan nafsunya. Mr. P nya sudah berdiri, Tasya kaget setengah mati ada yang mengusik di belakangnya. Tasya membalikkan badannya, dan dengan secepat itu Haski langsung menaiki tubuhnya.

Tasya menangis karena Haski akan berbuat sesuatu yang buruk terhadapnya. Celana model karet milik Tasya dengan gampang Haski tarik, rupanya hati Haski tak tertutup sepenuhnya, dia melihat Tasya yang menangis ingin segera menenangkannya.

"Sya, aku tau ini salah. Apapun yang terjadi nanti aku akan tanggung jawab. Kita sudah terlanjur kan?" Ucapnya mengelus lembut rambut Tasya "kita lakukan perlahan, seperti di film tadi" lanjutnya
Tasya berfikir sesuatu, dia dilema.
"Dont you know? You're the special one for me"
"Tapi bukan perek yang bisa kamu ajak tidur atau sex bang!"
"Aku gak bilang kamu perek Sya!" Bentaknya "aku cuma ingin miliki kamu seutuhnya"
"Kalau aku hamil?"
"Aku tanggung jawab" ucapan itu begitu tulus
Akhirnya Tasya mengangguk

"Aku cinta banget sama kamu Sya" ucap Haski melumat bibir Tasya kembali

Permainan pun dimulai, lampu kamar mereka ia matikan, keduanya sama-sama pemula dalam hal ini, tapi insting laki-laki dengan menonton sejuta film berbau sex lebih tau cara bagaimana bisa membuat pasangannya merasa bahagia saat bercinta dengannya.

*****

Seminggu kemudian....
Kejadian seminggu yang lalu tak pernah dibahas lagi oleh Tasya dan Haski. Keduanya kini semakin dekat, meskipun tanpa hubungan status 'kekasih', keduanya saling panggil 'sayang' di telpon, sms, atau social media yang lain. Tak halnya saat mereka selesai melakukan hubungan terlarang itu, mereka merapikan diri dan berfoto berdua. Semua profile picture di social media mereka foto itu, bahkan menjadi heboh di kalangan teman sma mereka.

"Sya? Kamu dirumah?" Tanya Haski lewat telpon
"Iya, ada apa?"
"Nonton yuk"
"Nonton apa?"
"Terserah, aku abis gini ke rumahmu ya"
"Tapi aku lagi gak ada duit"
"Aku yang bayar, kan aku yang ngajak"
"Oke. Terserah. Nanti kamu yang izin ke mama ya?"
"Siap! Makasih sayaaaang muwaaaah"
"Muwaaaah juga hihi"

Sesampainya dirumah Tasya, Haski bersaliman dengan mamanya, dan berpamitan ingin mengajak keluar. Keduanya pun pergi menuju Studio XXI. Haski yang memesan tiket dan filmnya.

Sepertinya Haski sengaja memilih film yang sepi peminatnya, apalagi yang datang kesini semua pasangan muda-mudi. Ah sekali lagi Tasya berfikir jelek Haski akan melakukan sesuatu. Kursi pojok sendiri jauh dari kerumunan orang.

Film pun dimulai.....

"Hitman? Film apaan sih? Perasaan ini keluar bulan lalu kan?"
"Iya, gak tau pokoknya pengen nonton"
"Emangnya bagus filmnya? Pemainnya ganteng gak? Ini tentang spy-spy gitu apa gimana?" Tanya Tasya cerewet
Haski tak membalas ucapan Tasya, dia hanya tersenyum.
"Kok diem sih yang? Ditanya malah diem aja! Tau gitu tadi liat magic hour aja romantis bagus" ucapnya terus mengomel
Haski langsung mengecup bibir Tasya "ini baru romantis, diem kan kamu sekarang yang"
Tasya hanya tersipu malu dan melihat kearah layar memaku.

"Yang, dingin" keluh Tasya manja
"Mau diangetin ta yang?" Godanya
"Yeeee maunya, peka kek itu jaketnya kasih ke aku"
Haski memberikan jaketnya dan memeluk pundak Tasya.

Tasya tertidur karena tak mengerti film yang di tontonnya. Haski melihat kearah wajah Tasya yang polos, perempuan yang ia renggut segalanya. Dia ingin merasakan sekali lagi bibir indahnya itu, dia benar-benar kecanduan. Bukan hal pertama Haski mencium bibir perempuan, Tasya adalah perempuan keempat dalam hidupnya yang dicium dan orang pertama yang ditidurinya.

Tasya merasakan nafasnya berat hingga terbangun dan melihat Haski sedang mencumbu bibirnya. Tasya melepaskan diri, Haski sampai terkaget dan merasa kecewa. Dia melihat kearah Haski dan memegang tangannya.

"Biar aku yang mulai" ucap Tasya tersenyum.
Haski nyengir dan tersenyum kearah Tasya.

Haski dan Tasya mendekatkan wajah mereka. Mereka berciuman saling melumat bibir dan lidah satu sama lain. Mereka tak memikirkan apa yang orang liat, intinya disini gelap dan pasangan yang lain pasti melakukan ini juga.

Setelah film selesai, keduanya pergi untuk makan. Keduanya merasakan pasangan yang paling bahagia saat itu. Saling suap-suapan.

Hueeeek!!!

"Yang, kenapa?" Tanya Haski
"Gak tau dari pagi, perutku mual-mual"
"Kamu gak hamil kan?" Tanya pelan Haski yang panik
"Aku gak tau, belum aku cek" bisiknya
"Aku belum siap jadi ayah"
"Tapi kamu kan janji mau tanggung jawab"
"Nanti kita beli testpack"
Tasya hanya mengangguk, dia jadi takut. Sama halnya dengan Haski.

******

Keesokan harinya setelah bangun tidur, langsung pergi ke kamar mandi untuk mengecek dengan testpack. Tasya semalaman tak tidur, Haski pun sama keduanya binggung dan saling menenangkan satu sama lain.

Tubuh Tasya lemas melihat 2 stripe di hasil testpack. Dia mengirimkan foto itu pada Haski. Tasya menangis menyesali yang terjadi, Haski kaget bukan main, seharusnya mereka berdua berfikir akibat yang dilakukan mereka seminggu yang lalu akan terjadi apa.

To: Sayang Haski
Bang, aku hamil. Nikahin aku bang:( secepat mungkin ya bang:( ini aib bang, bukan hanya untukku, tapi buat kamu dan keluarga kita:( 

To: Sayang Tasya
Sayang, aku belum siap jadi ayah:( kerjaanku aja masih belum tetep, kita makan apa nanti, biaya punya anak banyak yang:(

To: Sayang Haski
Terus kamu mau aku gugurin kandunganku yang?:( kamu gak sayang sama yang anak kita:( berjuang bareng yang:( aku kan juga kerja, aku mohon yang lamar aku secepatnya dan nikahin aku secepatnya

Keduanya saling debat lewat sms. Sampai akhirnya Haski akan bicara ke mamanya untuk melamar Tasya.

"Maaa" ucap Haski gugup
"Apa ki?"
"Mama pernah aku kenalkan sama Tasya kan?"
"Iya, kenapa?"
"Aku mau ngelamar dia ma" rasanya lidahnya kelu mengucapkan itu
"Kamu udah punya uang berapa Ki, mau ngelamar anak orang? Kamu kerja aja belum becus"
"Tapi Ma, aku cinta sama dia"
"Cinta gak cukup Ki untuk sebuah pernikahan"

Haski terdiam dengan segala ucapan yang mamanya omongkan, mamanya terus marah-marah.

"Aku ngehamilin dia, Ma!" Ucapnya memotong pembicaraan
Mamanya langsung terdiam dan lemas.
"Maafin aku Ma, aku gak sengaja, aku yang paksa dia untuk mau melakukan itu minggu lalu disini" ucapnya Terisak
"Kiiiiii, kamu bodoh sekali kik! Anak orang kamu hamilin! Keluarga Tasya tau anaknya hamil?"
Haski menggeleng
"Lama-lama bisa gila Mama ini" 
"Makanya mama dateng ke rumah Tasya, sebelum keluarganya tau Ma, aku mohon Ma, kasihan dia"
"Gak tau ah Ki, pusing!"
"Ma, sumpah demi apapun, segera lamar Tasya buat aku Ma, gak usah resepsi, yang penting sah KUA"
"Iya! Besok"
Haski langsung bersujud memeluk kaki dan memeluk tubuh mamanya.

*****

Keesokan harinya.....
Mama Haski, Tante Rita datang ke rumah Tasya berniat untuk melamar Tasya sesuai dengan keinginan Haski. Tante Rita akan meminta Tasya seminggu lagi lamaran langsung akad nikah. Justru itu yang membuat keluarga Tasya binggung karena secepat ini, yang orang tua Tasya tau, Haski anak yang baik.

"Iya pak, soalnya ini neneknya Haski gak mau cucunya pacaran terus jadi minta segera dinikahkan" ucap Tante Rita
"Saya tau, tapi kan gak secepat itu. Saya belum menyiapkan apa-apa" sahut papa Tasya, Pak Gunawan
"Tenang pak, saya sudah mempersiapkan semuanya, tapi saya mohon maaf untuk resepsinya diadakan setahun lagi, karena papanya diluar negeri, dan gak mungkin pulang. Jadi hanya akad nikah di KUA"
"Ma, Pa" sahut Tasya yang tiba-tiba datang "Tasya gpp kok Ma, gak usah meriah, kan kasian juga neneknya bang Haski udah minta gitu. Aku juga udah bosen pacaran" lanjutnya terduduk disamping mamanya
Tante Rita tersenyum sungkan kearah Tasya.
"Iyasudah, terserah" ucap Papa Tasya sedikit ketus
"Pa, yang ikhlas. Nanti papa yang nikahkan Tasya dengan Haski loh" ucap Mama Tasya
"Paaaa" ucap Tasya duduk diantara kedua orangtuanya "Mohon restunya ya Pa, ikhlasin Tasya buat Haski ya? Aku tau kok, Papa sayang banget sama Tasya, tapi Tasya juga ingin bahagia sama orang Tasya cintai Pa" ucap melas Tasya
"Iya Papa nikahkan kalian berdua, papa ikut bahagia kalau Tasya bahagia"

*****

Seminggu kemudian....

"Saya nikahkan kamu Haski Setya Adiputra bin Muhammad Adiputra dengan Anastasya Putri Gunawan binti Gunawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar satu juta enam ratus sepuluh ribu rupiah, Tunai!" Ucap Pak Gunawan
"Bismillah" ucap Haski menarik nafas panjang "saya terima nikahnya Anastasya Putri Gunawan binti Gunawan dengan mas kawin tersebut, TUNAI!!"
"Alhamdulillah" ucap semua keluarga kecil mereka

*****

Sebulan kemudian....
Beberapa hari setelah akad nikah Tasya mulai akting mual didepan orang tuanya. Betapa bahagia orangtuanya anak kesayangan mereka segera mendapatkan momongan. Namun kali ini, pada hari ini hari terakhir Tasya dirumahnya, karena besok dia akan pindah ke rumah Haski.

*****

4 bulan kehamilan...

"Yang, hari sabtu kan ini? Bisa anter gak? Libur kan kerjanya?" Tanya Tasya sambil mencuci piring
"Anter kemana yang?" Sahut Haski yang sedang menonton TV
"Ke dokter yang, mau USG" ucapnya
"Iya sayang, jam berapa?"
"Jam 5 aja"
"Siap bu bos" ucapnya menghampiri Tasya dan memeluknya dari belakang
"Eh yang tadi malem dia nendang gitu, banyak banget, sampe kebangun"
"Kamu kok gak bangunin aku? Kan aku mau liat jagoanku"
"Jagoan?" Sahut Tasya melotot "aku mau punya anak cewek, no Cowok!" Tegas Tasya
"Cowok dong yang" sahut Haski "nak, kamu cowok kan?" Lanjutnya berlutut berbicara dengan perut Tasya yang mulai membesar 

Perdebatan seperti ini yang selalu ada di setiap hari mereka. Tak penting memang, tapi kadang saling ngambek satu sama lain. Tapi akan baik-baik dengan sendirinya.

Praktik Dr. Spesialis Kandungan....

"Ini buk, pak, anak ibu, sudah tumbuh dengan baik, dengarkan denyut jantungnya ini" ucap dokter itu
Senyum mengembang di bibir keduanya.
"Baik kita lihat, letak ari-ari nya" ucap dokter itu lalu diam "apakah salah satu dari keluarga bapak atau ibu ada keturunan kembar?" Tanya dokter itu
"Saya ada dok" ucap Haski
"Selamat pak, istri anda mengandung bayi kembar" ucap Dokter sambil tersenyum lalu menjabat tangan Haski
"Yang jagoan kita 2 yang!" Ucap girang Haski
"Enak aja, emang dokter udah ngomong jenis kelaminnya laki-laki atau perempuan, ya kan dok?" Sahut Tasya tak terima
"Untuk saat ini belum bisa dilihat, mungkin nanti bisa jelas kalau diusia kehamilan 7-8 bulan"
"Tapi apa belum bisa dilihat dok?" Ucap Haski bersemangat
"Kalau menurut saya, perempuan semua pak, tapi saya belum tau pasti. Nanti saat usia 7-8 bulan bisa dateng ke rumah sakit saya praktik, ada USG 3D nanti bisa terlihat jelas semuanya"
"Yaaaaa" ucap Haski kecewa
"Silahkan turun bu, kita bicara sebentar" ucap Dokter
"Ada apa dok?" Tanya Tasya
"Begini bu, pak, untuk kehamilan kembar ini saya sarankan untuk benar-benar menjaga kehamilan, karena sedikit saja bu Tasya setres dapat mengakibatkan kontraksi dan terjadi persalinan prematur atau kurang bulan. Kehamilan kembar juga dapat memicu terjadi pre-eklampsi atau kejang saat persalinan. Dan untuk sekarang tolong dipersiapkan biaya untuk jaga-jaga jika diperlukan biaya untuk operasi sesar"

Dokterpun menjelaskan banyak hal tentang kehamilan kembar. Raut kedua pasutri muda ini antara bahagia dan down. Tapi Dokter Farida tau pasutri muda ini butuh motivasi.

"Saya bangga sama kalian berdua, karena banyak pasutri yang datang ke saya menginginkan kehamilan kembar, kalian masih muda tapi bisa langsung berhasil di kehamilan pertama" ucap Dokter Farida memberikan support ke mereka

Setidaknya mereka kembali tenang, senyum dibibir mereka terlihat lebih ikhlas dari sebelumnya.

"Terimakasih Dokter Farida" ucap Haski dan Tasya menjabat tangan dokter itu

******

30 minggu kehamilan.....
Mereka berdua masih berdebat tentang jenis kelamin anaknya, Haski masih kekeh minta anak yang dikandung Tasya laki-laki. 

"Yang, anak kita laki-laki dong sayang pliiiis" ucap Haski memelas
"Dokter kan sudah bilang yang, kalau anak kita perempuan semua"
"Tapi dokter kan bukan Tuhan yang, bisa saja meleset"
"3 hari lagi jumat kan yang, nanti bisa dilihat lagi jelasnya, aku masih berharap anak kita perempuan, biar aku belikan baju, sepatu, bando yang lucu-lucu"

Sore Hari.....

"Yang pinjem hp ya" ucap Tasya saat Haski sedang mandi
Haski tak menyaut, langsung ia ambil Hp milik Haski.

Tasya memang jarang mengecek Hp Haski, mungkin terakhir saat mereka dari bioskop sebelum menikah. Bagi keduanya hp adalah privasi mereka, tapi kali ini hati Tasya berkata ada yang aneh beberapa hari ini dengan Haski. Dia membuka semua smsnya, tak ada yang ganjal. Social medianya mulai dibuka, namun di password.

"Ah sial!" Gerutu Tasya "tanggal lahir" dia mengetik '0410' "YESSS!!!"

Bbm dia segera buka, chat dari teman-temannya yang tak penting, dari perempuan-perempuan yang ia dekati.

"Ganjen banget sih! Udah tau punya istri mau punya anak pula masih digoda aja" ucapnya sebal

Haski keluar dari kamar mandi dan terkaget melihat Tasya sedang memegang hpnya.

"Siapa perempuan 2 ini yang? Pacar kamu? Kalian masih pacaran? Bukannya DP kamu pas kita akad ya? Dia masih deketin kamu? Gak tau malu! Dasar ganjen! Kamu juga ngapain ini 2 perempuan kamu ladenin?"
Haski terdiam "yang, liat deh aku bales bbmnya mereka gak? Aku read aja enggak. Positif thinking dong. Kamu lagi hamil, jangan marah-marah dong" jelasnya mendekat
"Ya mana aku tau kamu bales apa enggak, aku gak peduli, ngapain gak kamu delcon aja ini 2 perempuan kalau emang gak ada urusan sama mereka lagi" 
Haski terdiam binggung harus menjawab apa terhadap Tasya
"Kenapa diem? Kamu masih sayang? Gak bisa jawab kan kamu! Brengsek tau gak sih kamu Ki!"
"Tasya! Kamu lagi hamil anak kita! Omongan kamu dijaga, dia bisa denger apa yang kita omongin! Kendalikan diri kamu! Jangan berantem karena hal sepele!" Bentak Haski

Tasya langsung terhenyak karena dibentak Haski. Ini pertama kali Haski membentaknya dalam sepanjang pernikahan mereka. Tasya langsung menangis.

"Yang, aku minta maaf ya udah bentak kamu" ucap Haski berlutut didepan Tasya
Tasya memalingkan mukanya
"Yang, percaya dong sama aku, aku gak pernah bohong sama kamu, aku nikahin kamu udah komitmen yang"
Tasya mengangguk, Haski langsung memeluk tubuh Tasya, seketika itu anak mereka saling menendang.
"Nendang ya yang, Ayah kan gak jahat ke Bunda nak, Bunda salah paham sama Ayah nak" ucap Haski
"Sayang, maafin Ayah ya? Bunda salah paham sama Ayah" ucap Tasya mengusap perutnya "tenang ya nak" lanjutnya
Haski langsung mencium perut Tasya lalu ke keningnya

****

Jumat pukul 09.00

To: Sayang Hubby Haski:*
Yang, jadi kesini kan? Aku sudah di rumah sakit, ini lagi antri.

To: Bunda Tasyađź’•
Iya sayang, sebentar ya izin dulu sama kantor. Nanti aku kesana 10 menit lagi.

Tampaknya 10 menit yang Haski janjikan tak kunjung datang, sampai akhirnya dia dipanggil untuk masuk dan diperiksa. Ini pertama kali Tasya periksa tanpa Haski bertemu dengan Dokter Farida atau Bidan dekat rumah.

"Pagi dok"
"Pagi bu Tasya, pak Haski mana? Tumben?" Goda Dokter Farida yang sangat hafal setiap kali usg selalu berantem tentang jenis kelamin anak mereka, ini ketiga kalinya mereka bertemu
"Iya dok, dalam perjalanan kan masih jam kerja" ucap kelu Tasya badmood
"Tenang dong bu, gak biasa tanpa pak Haski ya?"
Tasya hanya nyengir

"Wah kejutan! Usia kehamilan ibu ternyata 32minggu, jaga baik-baik ya bu, jarang ada ibu hamil kembar bertahan sampai usia sekarang. Dan satu lagi, harusnya ada pak Haski ini jadi sureprise"
"Emang kenapa dok?"
"Anak kembar kalian pas laki-laki dan perempuan" seru Dokter Farida
"Serius? Alhamdulillah, suami saya pasti seneng kalau disini"
"Sorry yang telat" pintu tiba-tiba terbuka, Haski yang datang "jangan ngambek ya yang" ucap Haski mengecup kening Tasya yang sedang duduk "saya ketinggalan berita apa dok?" Tanyanya dengan nafas terengah-engah
"Selamat pak Haski anak anda laki-laki dan perempuan" ucap dokter Farida tersenyum
Mata Haski langsung berbinar-binar.
"Terimakasih dok" ucap Haski dan Tasya
"Samasama ya. Jaga kesehatan ya bu Tasya, makan yang sehat, jangan setres" saran Dokter Farida
Keduanya mengangguk dan pamit keluar.

"Tolong. Tolong. Tolong" suara gaduh seseorang
"Ada apa pak?" Tanya seseorang
"Ada wanita diatas pak" 
Semua orang langsung berkumpul ramai.

"Shelly?" Kaget Haski
"Kamu kenal?" Tanya Tasya, dia seperti pernah melihat wajah perempuan itu
"Shel, turun laaah" teriak Haski
"Mas kenal?" Tanya seorang bapak-bapak
Haski hanya mengangguk
"Jangan lakukan hal bodoh Shel!"
Shelly yang diatas langsung melihat ke Haski dan Tasya.
Tasya langsung ingat, itu perempuan yang bbm Haski kapan hari.
"Pulang Ki!" Ucap Tasya menarik tangan Haski
"Sya? Kasian dia! Kita tolongin dia bentar, setelah itu kita pulang ya?" Melas Haski
"Ya" ucap ketus Tasya

Haski menaiki lift untuk membantu Shelly turun, dia harus melakukan ini sebelum terjadi apa-apa. Akhirnya setelah membujuk Shelly mau turun.

"Perek lo!" Ucap Shelly pada Tasya
"Whats?" Kaget Tasya
"Lo udah ngerebut Haski dari gw!" Bentak Shelly mendorong Tasya
Seketika itu ada yang menangkap Tasya dari belakang.
"Lo perek tau gak! Kok bisa-bisanya lu ngerebut Haski dari gw! Lo siapa tiba-tiba dateng dan kawin sama dia!" Ucapnya ingin menjambak rambut Tasya namun ditahan Haski

Rasanya perut Tasya berkontraksi, perutnya mulai mulas-mulas.

"Ki perut aku sakit banget" seru Tasya kesakitan
"Yang, kamu gak kenapa-kenapa kan? Kita ke dokter lagi ya" sahut Haski membotong tubuh Tasya
"Eh perek! Urusan kita belum selesai woy! Jangan akting deh! Sok cari perhatian banget" ucap Shelly
"Shelly!" Bentak Haski "mending kamu pergi dari sini, aku udah gak ada perasaan sama kamu, kamu mikir dong aku udah nikah, aku mau punya anak" lanjutnya ketus sambil membawa Tasya ke UGD
"Gak bisa Ki! Aku gak rela kamu sama dia Ki! Aku masih sayang sama kamu! Aku juga rela jadi istri kedua kamu" sahut Shelly

Tasya langsung naik darah akan ucapan Shelly yang terakhir, dia daritadi sudah menahan untuk tidak melawan ucapan tak penting Shelly.

"Kamu mikir gak sih ucapanmu yang terakhir? Bukannya kamu yang perek ya? Kok tega sih ngambil suami orang?" Celetuk Shelly
"Tapi lo ngerebut Haski dari gw!"
"Bukannya Haski udah mutusin kamu udah lama ya? Beberapa bulan sebelum kami nikah? Kok kamu masih ngarep sih sama dia? Sadar gak sih mbak?"

Perut Tasya jadi semakin sakit berdebat dengan Shelly, Haski langsung membawa cepat Tasya ke UGD tanpa meladeni segala ucapan Shelly.

"Oh sial!" Dengus Haski kesal

Dokter menyatakan Tasya akan mengalami Persalinan Prematur akibat telah membukanya Serviks dan ketuban yang sudah pecah. Dokter sudah menyarankan untuk operasi sesar, namun Tasya bersikekeh ingin normal. 

"Dok, saya mau suami saya menemani persalinan saya disini" ucap Tasya
"Iya bu, sebentar suami ibu masih mengurus registrasi"

"Sus, perut saya gak kuat sus, sakiiiit" keluh Tasya
"Sayang, tenang ya. Pasti bisa kok" sahut Haski
"Enggeh bu, ini pembukaannya masih 7, sebentar lagi ya" sahut Suster

Akhirnya setelah berjuang selama 4 jam lahirlah kedua anak mereka. Walaupun anaknya dengan berat badan yang sangat kecil, langsung dibawa ke ruang Neonatus ICU. Perdarahan banyak yang Tasya keluarkan, akibat ari-ari yang masih menempel terlalu kuat.

Pukul 15.15 untuk bayi laki-laki 1900gr dan pukul 15.52 untuk bayi perempuan dengan berat badan 2000gr. Setelah Tasya merasa tenang, Haski langsung menuju ruang Neonatus ICU.

Hati Haski bergetar saat mengumandangkan adzan di kedua pasang telinga anak mereka, kini dia menjadi seorang ayah. Betapa pilu hatinya ketika selesai adzan anaknya dimasukkan ke inkubator dua-duanya.

Haski menenangkan diri untuk sholat di Masjid dekat rumah sakit. Kemudian menelpon kedua orang tuanya dan kedua orang tua Tasya untuk datang. Sengaja memang tak menghubungi dari tadi, karena dia panik. 

Pukul 22.00 Tasya dipindahkan ke ruang Nifas tetapi dengan perawatan intensif. 

Suara pintu terbuka, Shelly masuk...

Tasya tersenyum kecut kearah Shelly.
"Ki, Sya, aku minta maaf" ucap Shelly tulus
Ucapan itu membuat kaget keduanya.
"Maaf aku sudah membahayakan kamu dan anakmu, Sya" lanjutnya
Haski dan Tasya hanya tersenyum dan mengangguk.
Shelly mendekat dan memegang tangan Tasya.
"Anak kalian apa? Cowok apa cewek?" Tanya Shelly dengan pandangan bersalah
Tasya nyengir "dua-duanya"
"Oh ya? Congratulation ya Sya"
"Terimakasih"
"Udah ada nama buat anak kalian?"
"Belum terpikir sih"
"Aku boleh kasih saran?"
Tasya menoleh kearah Haski, keduanya mengangguk sepakat.
"Riska Hasta Setya Gunawan dan Rizky Hasta Setya Gunawan, bagaimana? Hasta aku ambil dari nama kalian Haski dan Tasya"
"Bagus" ucap Tasya "terimakasih ya"

Mereka bertigapun saling bercerita satu sama lain, tentang kedekatan Shelly dan Haski dulu, kedekatan Tasya dan Haski dulu, tentang tadi saat persalinannya Tasya dan begitu paniknya Haski.