Raisa cukup berbangga pagi ini dia diajak oleh kakak sepupunya, Rima untuk mengikuti wawancara pekerjaan di tempat kerjanya. Ya Raisa dan Rima satu profesi, mereka sama-sama petugas kesehatan, Raisa lulusan bidan yang baru lulus tahun ini sedangkan Rima sudah 8 tahun di dunia perawat.
Rumah Sakit berbasis angkatan tempat Rima kerja atau berbasis militer. Raisa senang diajak ikut kerja kakaknya, namun yang paling ia benci adalah bertemu orang-orang Angkatan ini. Dari dia masuk kuliah, pacar teman-temannya kebanyakan TNI, polisi, atau pelayaran, sangat sedikit yang berprofesi biasa.
"Kak, aku ngundurin diri aja ya" ucap Raisa
"Sa!" Bentak kakaknya yang membuat Rima marah
Bukan sekali dua kali Raisa minta mengundurkan diri disini, namun Rima bersikukuh ingin memasukkan adiknya yang satu ini. Selain Rima yang bekerja disini, suami Rima pun merupakan Anggota Militer yang punya andil di Rumah Sakit ini. Harusnya Raisa berbangga tak perlu susah payah mencari kerja seperti teman-teman lainnya.
Raisa dan Rima memasuki ruangan, mungkin seperti HRD atau sebagainya. Jantung Raisa berdegup cepat, dia dipertemukan dengan Pak Safiudin untuk melakukan wawancara.
Wawancara selesai!
Walaupun tak ada niat masuk disini, namun entah mengapa jawaban yang keluar dari mulut Raisa seakan benar saja dan meyakinkan Pak Safiudin. Senyum tergambar dari bibir beliau, lalu menjabat tangan Tasya.
"Selamat kamu boleh magang disini, kalau kerja kamu baik selama 3 bulan kamu saya angkat jadi pegawai, jadi kamu minta dibagian mana?" Ujar Pak Safiudin
Raisa langsung bersemangat "Terimakasih!" Ucapnya menjabat tangan Pak Safiudin "VK Bersalin atau Nifas saja pak, tapi kalau gak bisa saya ikut Bapak aja gpp" lanjutnya
"Oke Nifas!" Sahutnya lantang "nanti saya akan panggilkan orang untuk mengantarkanmu"
"Baik pak, terimakasih sekali lagi" ucap Raisa dengan senyum yang mengambang
Dia berpamitan kepada Pak Safiudin lalu keluar dari pintu itu, dan dilihatnya Rima dan Suaminya, Mamed. Keduanya berharap hasilnya baik, namun Raisa berakting kecewa.
"Dek, gimana hasilnya?" Tanya Mamed khawatir
"Iya dek, gimana? Aku rela tuker dines pagi demi kamu"
Raisa memeluk kedua orang itu "maaf ya kak" lalu terdiam "Aku diterima kaaaak" serunya lompat-lompat
"Syukurlah, mengagetkan saja" ucap Mamed
"Makasih ya kakak-kakakku sayang" ucapnya memeluk kembali 2 orang itu "baik-baik banget sih, silahkan bertugas kembali, nanti akan ada orang kesini yang mau nganter aku kata Pak Safiudin"
"Rima!" Seru seseorang
"Mbak Diana? Dari ruang nifas kan?" Ucap Rima
"Iya, udah lama banget ya kita gak ketemu"
"Iyalah mbak, kan mbak sibuk banget kayak artis" godanya
"Oya aku ke ruang Pak Safiudin dulu"
"Ngapain?"
"Ngapelin dia hahaha ya gak lah mau ketemu anak magang"
"Anak magang?" Tanya Rima "Dek, kamu di taruh Ruang Nifas kah?" Tanya pelan
Raisa mengangguk pasrah, melihat wajah Diana yang sedikit jutek tapi terlihat baik.
"Lah ini adekku yang magang di ruanganmu" ucap Rima menyenggol Raisa
"Halo mbak Diana" ucap Raisa gugup berusaha tersenyum
"Loh adekmu?"
"Adek sepupu lebih tepatnya"
"Diana" ucapnya mengulurkan tangannya
"Raisa mbak" menjabat tangannya dengan bergetar
"Kok tremor sih dek? Haha santai gak gigit kok dia paling nyakar hahaha" goda Rima
"Tenang aja dek, ayo kita ke ruangan. Kamu pernah praktek disini?"
"Iya mbak, tapi di Poli KB"
*****
2 bulan kemudian.....
Bukan Raisa namanya kalau selalu membenci orang Angkatan, yah You Know lah! Ruang Nifas adalah tempat untuk ibu yang setelah melahirkan untuk berinap beberapa hari. Dan yang melahirkan disini mayoritas istri anggota atau anggota itu sendiri. Dan setiap tempat inap pasti ada orang yang menjenguk, yang menjenguknya pun orang anggota kebanyakan.
"Sudah dek, yang ikhlas dong. Namanya juga rumah sakitnya Angkatan" ucap Mbak Tutik, seniornya yang sudah 5 tahun bekerja disini.
"Iya mbak, sudah 2 bulan masih gak bisa aja ya mbak, masih gak suka" sahutnya
"Makanya dicoba punya pacar Angkatan dek, biar suka hahaha" godanya
"Ogah!" Sahutnya pergi melengos ke ruang tiap ruang
Yaaa hari ini hari cukup melelahkan bagi Raisa, poli Hamil buka selalu ada saja yang gawat dan melahirkan tiba-tiba dan segera pindah ke ruang nifas. Seluruh kamar dari kelas 1 sampai 3 sudah hampir penuh. Dan mirisnya lagi yang jaga hanya Mbak Tutik, Mbak Diana dan Raisa kemudian 1 Mahasiswa praktik, Kepala ruang Nifas bu Susiana sedang ada rapat dari pagi dan tak kembali-kembali.
Akhirnya dinas pun selesai, Raisa selalu pulang bersama dengan mahasiswa, menurutnya mereka berdua masih sama-sama belajar di Ruang Nifas. Makanya tak halnya banyak mahasiswa yang mendekatinya hanya untuk sekedar mengobrol atau bertukar pin bb dibandingkan dengan mbak-mbak yang lain.
"Mbak duluan ya" pamit Dewi
Raisa mengangguk.
Seperti biasa Dinas Raisa selalu disamakan dengan Shift nya Rima atau Mamed, biar hemat bensin katanya. Dan itu disetujui oleh mbak-mbak diruangannya.
"Halo dek" ucap Raisa pada seorang anak kecil yang kebinggungan mencari-cari.
Anak itu tak merespon.
"Sayang cari apa? Mau kemana? Mau kakak anterin?"
"Beli esklim" sahutnya
"Oh kamu cari es krim, mama sama papanya mana?"
Anak itu tak merespon kembali.
Lalu anak itu menarik tangan Raisa "sana!" Menunjuk mini market rumah sakit
Raisa membelikan ice cream untuk anak kecil itu, lalu mereka berbincang banyak hal. Sambil duduk di depan mini market agar ada seseorang yang melihat dan mengenal anak kecil itu.
"Eziiiii, kakek cari kemana-mana gak ketemu" ucap laki-laki parubaya
Ezi hanya nyengir sambil belepotan es krim dibibirnya.
"Terimakasih ya mbak, sudah jaga cucu saya"
"Oh eh Terimakasih kembali" sahut Raisa binggung
"Ini uang buat beli es krimnya"
"Oh gak usah pak, saya ikhlas. Saya permisi dulu mau pulang" ucap Raisa berpamitan "Bye, Ezi" sambil mencubit pipinya gemes.
Ezi tersenyum kearah Raisa sambil melambai "da da da" ucapnya
****
3 bulan sudah Raisa bekerja disini, dari awal Raisa ingin dijadikan pegawai karena sudah giat bekerja, seluruh pegawai di ruang nifas bahkan mahasiswa senang bersamanya.
Pengumuman tentang tenaga kesehatan training untuk dijadikan tenaga kesehatan di militer tersiar luas di kawasan rumah sakit, termasuk di telinga Raisa. Semua pegawai tau Raisa tak suka dengan orang Angkatan, namun karena beberapa pegawai sudah pernah menjadi tenaga kesehatan training, akhirnya mereka sepakat memilih Raisa pegawai magang yang akan diangkat menjadi pegawai dan Mbak Wiwin yang sudah bekerja selama 2 tahun.
Raisa menolak abis-abisan dan berusaha menjadi yang terburuk. Dia mengeluh pada mbak-mbak seniornya. Namun karena sudah kesepakatan bersama akhirnya Kepala Ruangan yang mendengar Raisa tak mau ikut, turun dan angkat bicara untuk meyakinkan Raisa ikut.
"Bukan untuk bertemu Angkatan-angkatan itu, tapi pengalaman non" ucap Bu Susi
"Ngeh bu, tapi saya kan baru bu, masih ada mbak-mbak yang lain"
"Sudah kesepakatan Raisa, saya suka kinerja kamu, teman-teman yang lain juga suka dengan kamu non"
Raisa terdiam dan berpikir panjang "baik bu, saya mau"
****
Hari demi hari training melayani Angkatan baik yang perempuan atau pun laki-laki. Tak halnya banyak yang menggoda di Angkatan laki-lakinya namun Raisa tak mengubris walaupun terkadang banyak yang frontal.
Istirahat!!!!
Hari ini adalah hari keluarga banyak diantara anggota yang mengajak keluarganya dan pacarnya maybe. Ya Raisa hanya ditemani kak Mamed kakak iparnya yang setia dan kak Rima yang tak bisa hadir karena ada urusan.
"Sa, aku tinggal dulu ya. Ati-ati kamu digoda lagi hahaha" goda Mamed
"Apasih kak, justru keberadaan kakak disampingku memancing mereka datang tau gak sih" ucapnya sebal
"Haha mereka kan capernya gak ke aku doang dek, sama kamu juga. Makanya buka hati" ucapnya
"Tau ah gelap! Katanya mau pergi?" Sahut ketus Raisa
"Dih ngusir, yaudah selamat bersenang-senang, semoga ada anggota yang jomblo terus mendekat ke kamu haha"
Raisa masih tak enak melihat pakaian doreng-doreng hijau tua sebanyak ini. Banyak beberapa anggota Angkatan yang perempuan mengajaknya masuk dan ikut mengobrol dengannya dan keluarganya. Namun Raisa merasa tak enak, lebih baik dia mencari keberadaan partner nya, mbak Wiwin.
"Ah sial! Aku lupa pacarnya mbak Wiwin kan anggota juga" ucapnya ketus
Dia berjalan mengelilingi seperti orang bodoh tak tau arah, namun matanya menuju ke satu arah, anak kecil yang sedang marah-marah dengan Tablet atau smartphone besar. Dia mendekat kearahnya yang sedang terduduk sendirian tanpa orang dewasa disampingnya.
"Eziiiii!" Teriak Raisa sambil memeluknya
"Halo kakak baik" ucap Ezi, bocah 4 tahun itu
"Kamu kenapa? Kok marah-marah?"
"Ini nih gak bisa" serunya menangis
"Loh kakak kan gak tau Zi, mainnya gimana"
"Gini mbak caranya bikin anak kecil diem" sahut seorang Angkatan laki-laki membenarkan Tablet yang dipegang Ezi.
Raisa melihat laki-laki itu tinggi, manis, berotot dan anehnya kulitnya masih bersih gak item dekil dari kebanyakan orang disini. Raisa tertegun melihat Ezi bisa diam saat laki-laki itu membenarkan tabletnya. Senyum terpancar dari laki-laki itu.
*****
"Sa! Kita terpilih untuk masuk di kapal!" Seru Wiwin saat mereka kembali ke ruangan mereka
"Hussss udah tau, jangan ramai-ramai" ucap Raisa
"Kenapa sih?"
"Males kalau mereka tau! Nanti heboh deh tanya ini itu kenapa kita bisa masuk mbak"
"Ciyeeee masuk tenaga kesehatan di kapal, gaji lebih gede dari kita disini tuh dek" sahut Mbak Diana saat pergantian shift
"Selamat ya non" ucap Bu Susiana
"Terimakasih" ucap Raisa dan Wiwin
*****
Sebulan di kapal tanpa orang yang dikenal sama sekali itu bikin repot. Petugas kesehatan disini hanya 8 orang 3 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Dan yang lainnya adalah anggota TNI AL. Berlayar mengarungi laut jawa untuk 3 bulan yang kadang tak ada sinyal.
Semua berjalan seperti sebaiknya, Raisa adalah satu-satunya orang yang sering ngedumel karena godaan atau bercandaan para Angkatan itu.
"Ganjen banget sih! Gak mikir istri atau pacarnya disana" gerutu Raisa
"Sabar dong non" sahut Dokter Krisna
Raisa menarik nafas panjang saat mulai emosi.
*****
"Weee 2 minggu lagi balik surabaya" teriak seorang Angkatan laki-laki
"Kita party!!!" Sahut yang lainnya
Yaap suara musik berdentum sana-sini, kadang musik dangdut kadang pula musik DJ. Raisa hanya melihat dari atas, sedangkan teman-teman sejawat lainnya ikut bercampur baur dengan para Angkatan.
"Ya tuhan, segeralah pulang! Ini kali ya yang membuat nama mereka jelek saat berlayar!" Gerutu Raisa melihat kearah bawah tempat pesta itu
"Jelek apa sus?" Tanya seseorang mendekat kearahnya
"Oh gpp" sahut Raisa tersentak saat melihat laki-laki itu, laki-laki tampan yang ditemuinya saat bersama Ezi.
"Kenapa gak turun ke bawah?" Tanyanya lagi
"Malas" sahutnya ketus
"Itu teman-temanmu pada seneng-seneng"
"Ya memang. Tapi saya gak suka kegaduhan"
"Disini dingin loh kalau malam, gak mau masuk aja?"
Raisa hanya melirik laki-laki itu.
"Kenapa diem? Ada yang salah dari ucapan saya?"
"Oh enggak kok" sahut Raisa seadanya
"Romy" ucap laki-laki itu memberikan tangannya
Raisa enggan berkenalan dengan mereka sebenarnya, tapi karena Romy tampan, tak apalah.
"Raisa" menjabat tangan Romy
"Kamu anak baru ya?"
Raisa hanya mengangguk.
"Kapten Romy!" Sapa seseorang
"Iya ada apa?" Sahutnya
Raisa terkaget "Whats? Kapten? Semuda ini?" Serunya dalam hati
"Ada hadiah dari anak-anak Kap, di kamar anda" sahutnya menyeringai
Romy langsung membelalakan mata, memberi sinyal "sudah berapa kali saya bilang, saya tak ingin hal seperti itu" bentaknya
"Oh baik Kap, saya pikir anda ingin senang-senang"
"Sudah pergi sana!" Ucap ketus Romy
"Baik Kap, yang lagi kecantol sama suster Raisa nih yeee, suster Raisa galak Kap, digodain sok jual mahal" ucap laki-laki itu
"Maksud anda apa?" Tanya Raisa sebal mendekat kearah anak buah Romy
"Sudah, sudah kamu pergi sana! Bikin mood jelek aja" ujar Romy mengusir rekannya itu
"Maafkan teman saya" ucap Romy menyesal karena temannya tak sopan
"Ya" sahutnya pendek
"Kenapa sih kamu jutek banget?"
"Gpp"
"Oh common Sa, misterius banget sih nih perempuan"
"Saya boleh pamit?" Tanya Raisa
Romy langsung menarik tangan Raisa.
"Hei. Kenapa sih kamu sok jual mahal banget?"
"Lepaskan tangan saya" berontak Raisa
"Baik, tapi jawab dulu pertanyaan saya"
"Baiklah, satu saya gak suka Angkatan seperti anda dan orang-orang disini, kedua pacar teman-teman kuliah saya banyak yang Angkatan, polisi dan pelayaran jadi saya bosan kalau harus stag yang sama" ucapnya sambil menarik nafas panjang.
"Terakhir, kenapa kalian suka menggoda atau bersenang-senang dengan perempuan lain? Padahal kalian punya istri dan pacar yang menunggu kalian" lanjutnya
"Gak semua, Angkatan seperti itu" bentak pelan Romy
"And well, kalau boleh saya tau hadiah dari rekan Kapten itu pasti perempuan-perempuan kan yang ada di kamar?" Celetuk Raisa spontan
Romy membelalakan mata kembali, bagaiaman Raisa bisa tahu.
"Ya dari raut Kapten bisa terlihat kok. Saya boleh pamit? Dan lepaskan tangan saya" berontaknya kembali
Romy melepaskan tangan itu.
"Tapi saya gak seperti yang kamu katakan, jangan samakan saya dengan yang lainnya" teriak Romy saat Raisa mulai pergi menjauh
Raisa yang berjalan hanya senyum-senyum sendiri.
Saat di kamar....
Kejadian Raisa dengan Kapten Romy langsung menyebar luas. Raisa langsung menutup kupingnya saat teman-teman sekamarnya mulai bertanya-tanya tentang kejadian tadi dan apa yang dilakukan mereka berdua.
"Sa! Kamu harus cerita!" Paksa mbak Wiwin
Yaaa semalaman Raisa tak bisa tidur karena harus menjawab dan menghindar dari pertanyaan-pertanyaan aneh dari teman sekamarnya itu.
****
Ya hari demi hari dilalui Raisa, dia menjadi buah bibir di satu kapal.
"Ciye suster Raisa sama Kapten"
"Sus, diapain aja sama Kapten?"
"Suster Raisa, gak diapa-apain kan sama Kapten?"
"Suster, Kapten setia loh"
Ucapan itu keluar dari mulut para Angkatan saat ingin periksa di Klinik Kapal. Tujuan mereka hanya menggoda Raisa saat beberapa hari yang lalu.
"Aaaaah Dokter aku capek! Kenapa yang digoda aku terus? Kan yang lain banyak" keluh Raisa pada Dokter Krisna
"Sabar non, jadi orang famous dalam semalam dan di kapal itu susah"
"Tapi kalau saya terus capek dok" ucapnya
"Kamu itu harusnya beruntung, Kapten Romy mau mendekat ke kamu, dari dulu dia itu gak pernah namanya main perempuan"
"Dokter gak usah bela dia deh" ucapnya sebal
Pintu Klinik tiba-tiba terbuka, seseorang masuk, Ya! Itu orang yang diomongkan Raisa dan Dokter Krisna.
"Eh panjang umur Kap, kita barusan ngomongin situ loh" celetuk Dokter Krisna
Raisa langsung menyikut lengan Dokter Krisna.
"Saya boleh bicara sebentar dengan suster Raisa, Dok?" Tanya Romy
"Oh silahkan, yang lama juga gpp Kap" ucap Dokter Krisna nyengir
Romy langsung menarik tangan Raisa. Raisa jadi marah akibat perlakuan kasar Romy untuk kedua kalinya. Memang semenjak kejadian malam itu Raisa jadi menghindar, kalau gak ada perlu lain langsung ke kamar. Sehingga tak ada mulut-mulut ember yang akan dia dengarkan atau bahkan ketemu Kapten Romy.
"Lepasin saya Kap!" Bentak Raisa
Romy langsung melepas tangan Raisa.
"Saya minta maaf sudah tidak sopan dengan kamu" ucap Romy mengulurkan tangannya
Raisa melihat tangan itu, menjabat tangan itu untuk kedua kalinya dan diselimuti dengan perasaan marah, membuatnya enggan untuk bersalaman.
"Sudah dimaafkan!" Ucap ketus Raisa menyilangkan tangannya
"Ikhlas gak? Kalau ikhlas diterima dong jabatan tangannya"
Raisa langsung menjabat tangan itu cepat.
"Oke sudah selesai kan? Saya boleh pamit?"
"Kita mengobrol sebentar disana, sambil menghirup udara segar"
"Saya punya banyak kerjaan, apa Kapten gak ada kerjaan lain?"
"Kan tadi saya sudah izin sama Dokter Krisna, dibolehin tuh. Dan saya kan asisten Kapten, bukan Kapten yang sebenarnya, saya tadi sudah izin ke Kapten dan disilahkan juga"
Raisa hanya mengeryitkan dahi.
"Ayolah, jangan sok jual mahal gitu. Saya ingin kita mengenal lebih dekat"
"What? Saya yang gak ingin Kap!" Ucapnya lalu pergi
"Aku suka kamu Raisa! Dari pertama kita bertemu!" Teriaknya
Raisa langsung menghentikan langkahnya
"Percayalah Raisa! Aku bukan orang yang seperti kamu bayangkan!" Teriaknya lagi
Raisa lalu melanjutkan langkahnya kembali. Romy tampak menyesal telah membuat Raisa kecewa dari awal. Dia jatuh cinta pada Raisa sejak pertama melihatnya bersama Ezi.
*****
Di telinga Raisa selalu berdenging "aku suka kamu Raisa" ucapan dari Kapten Romy beberapa hari yang lalu. Dan itu membuatnya hampir tak bisa tidur semalaman.
"Oh Raisa! Sadarlah! Itu hanyalah bualan laki-laki" ucap Raisa memarahi diri sendiri
Karena bosan dia harus di kamar terus akibat hari ini libur tidak ke klinik, akhirnya dia keluar di sore hari untuk melihat sunset. Dia berdiri diujung kapal bagian atas melihat laut untuk terakhir kalinya mungkin, karena 3 hari lagi sudah balik ke rutinitas rumah sakit.
Wajah Romy tiba-tiba tersekelibat dipikirannya untuk beberapa saat.
"Halo suster Raisa" sapa seorang Angkatan laki-laki
Raisa hanya diam tak mengubris
"Idih sok jual mahal banget sih Sus!"
Raisa menahan dirinya agar tak marah.
Laki-laki itu mendekat kearah Raisa, dan memeluk bahu Raisa begitu saja. Raisa langsung naik darah akibat perlakuan tidak sopannya itu.
"Maaf perlakuan anda tidak sopan! Saya bisa laporkan anda ke....."
"Ke siapa? Kapten Romy pacar suster?" Ucapnya terus menggoda
Raisa benar-benar rasanya ingin mencakar laki-laki itu. Tiba-tiba laki-laki itu memeluk Raisa.
"Oy lepasin!" Teriak Raisa yang berontak berusaha melepas, dia merasa ketakutan "ya tuhan adakah orang yang akan menolongku disini?" Ucapnya dalam hati
"IMAN!" Bentak seseorang
"Kapten?" Kagetnya langsung melepas pelukannya.
Raisa langsung bersembunyi dibelakang Romy.
"Maaf Kap, saya gak ada maksud" ucapnya merasa bersalah dan ketakutan
"Nanti saya laporkan anda ke Kapten Bimo atas perlakuan yang tidak enak terhadap Suster Raisa"
"Saya mohon jangan Kapten" melasnya terduduk "Suster Raisa saya mohon maafkan perlakuan saya, saya janji tidak akan seperti itu lagi, saya mohon jangan laporkan ke Kapten Bimo" ujarnya memegang tangan Raisa dan Romy
Raisa merasa kasihan dan menganggukkan kepalanya pelan.
"Raisa?" Tanya Romy kaget "dia sudah berbuat hal buruk terhadapmu"
"Terimakasih Suster, saya pamit dulu Sus, Kapten Romy"
Raisa hanya tersenyum melihat wajah amarah Romy.
"Kenapa kamu memaafkan dia begitu saja?" Tanya Romy marah, cemburu, tak terima dengan perlakuan rekannya.
"Allah saja Maha memaafkan, masa kita enggak?" Ucap Raisa tersenyum sambil merasakan angin yang berhembus di waktu senja
Romy hanya tersenyum, sekarang dia mengerti betapa sosok yang baik perempuan yang membuatnya jatuh cinta ini. Matahari mulai menghilang tertutup bulan.
"Sudah malam Kap, saya pamit dulu" ucap Raisa
"Tunggu" memegang tangan Raisa
"Ada apa?" Tanyanya
Romy tersenyum, kali ini Raisa tak berontak ketika dipegang tangannya.
"Gpp, terimakasih sudah tak marah saat aku memegang tanganmu" ucap Romy dengan senyum mengambang
Raisa hanya tersenyum malu-malu.
"Terimakasih sudah melindungiku" ucapnya memeluk Romy cepat lalu pergi sambil senyum-senyum sendiri
Romy yang masih terkaget akan pelukan Raisa rasanya masih terasa hangat, sayang dia tak sempat membalas pelukannya.
"I Love you Sa!" Teriak Romy
******
Beberapa jam lagi sampai di surabaya. Semua sudah bersiap dengan barang bawaannya masing-masing. Semua orang hampir keluar dari kamarnya masing-masing.
Surabaya....
Semuanya turun dengan wajah yang sumringah, disambut oleh orang-orang yang mereka sayangi. Termasuk Raisa dia disambut oleh kak Mamed dan kak Rima.
"I miss you much kak" ucap Raisa memeluk kedua orang itu
"Hm dek, denger-denger ada yang deket sama Angkatan nih" goda Mamed
"Denger berita darimana kak?" Tanya Raisa
"Ada lah"
"Ciyeee kecantol juga sama Angkatan, uhuk uhuk" goda Rima
"Apasih kak, enggak kok bertemen aja" ucapnya malu-malu
"Dek, sepertinya ada yang mau kesini" ucap Mamed
"Hai Bang Mamed" sapa seseorang yang tak asing di telinga Raisa
"Halo Kapten muda!" Sahut Mamed
"Romy?" "Raisa?" Kaget keduanya
"Oh jadi ini toh yang gosipnya melebar luas, cakep dek" ucap Rima menyikut Raisa
"Loh kamu kenal sama Raisa?" Tanya Mamed
"Iya bang Med, gak kenal lagi udah jatuh cinta" celetuknya
"Whats?" Kaget Rima dan Mamed, Raisa hanya menunduk malu
"Minta nomermu boleh, Sa?" Tanya Romy
"Buat?"
"Buat ngelamar kamu lah" godanya
"Gila. Gak mau!"
"Becanda. Can i contact your phone number?"
Raisa mengangguk sambil tersenyum.
Sepanjang perjalanan, Raisa jadi bahan bercandaan oleh Rima dan Mamed. Yah you know lah Raisa yang dulu 'anti' dengan orang-orang seperti Mamed, malah disukai oleh Angkatan. Yap! Karma sepertinya yang sedang dialami Raisa.
*****
Beberapa minggu sudah Raisa berhubungan lewat sms, telpon dan social media yang lain. Raisa seperti terbang melayang saat ada yang berhubungan dengan Romy, mereka berdua tak jarang bertemu disela-sela kesibukan.
"Sa, merried yuk" ucap Romy laki-laki yang beda umur 6 tahun dengannya di telpon
"Whats? Gila deh mulai"
"Serius"
"Aku yang gak siap, nikah itu sekali seumur hidup"
"Iya aku tau, tapi aku yakin kamu yang terbaik"
"Gak secepat ini, bisa gak sih omongan kita keluar dari ini?"
"Iyasudah, aku minta maaf"
Keduanya terus mengobrol satu sama lain lewat telpon. Memang Romy sering mengajak Raisa untuk menikah, tapi selalu mendapat penolakan oleh Raisa. Tapi Romy tak akan menyerah begitu saja.
*****
"Sa, aku pengen ajak kamu ke rumah"
"Ngapain?"
"Mau kenalin kamu sama keluargaku"
"Terus?" Tanyanya mulai was-was
"Ya biar tau, kalau kamu calonku nanti"
"Belum siap kan aku bilang"
"Harus siap ya Sa, aku gak pengen nunda lagi. Aku ingin miliki kamu seutuhnya"
Mereka terus berdebat di kantin Rumah Sakit. Pada sampai akhirnya Romy berhasil meyakinkan Raisa untuk ikut ke rumahnya.
Saat di Rumah Romy.....
"Assalamualaikum" ucap keduanya
"Walaikumsalam" ucap seorang bapak-bapak parubaya
"Loh bapak?" "Loh mbak?" Kaget keduanya bersamaan
"Loh papa sudah kenal Raisa?"
"Papa?" Seru pelan Raisa
"Dia yang waktu itu sama Ezi di mini market rumah sakit, beliin es krim 3 cup"
"Oya?" Ucap Romy
"Iya, jadi Ezi adik kamu?" Tanya Raisa polos
"Kok adik? Dia itu anaknya Romy" ucap Papa Romy
Raisa terdiam mematung, hatinya terasa hancur mendengar itu.
"Raisa mau minum apa?" Tanya Papa Romy
"Seadanya om" berusaha untuk tersenyum ikhlas
"Baiklah, Ezi pasti seneng kalau liat kamu ada disini"
"Oya? Emang Ezi kemana?"
"Ezi masih sekolah PAUD, mungkin abis gini pulang" ucap Pak Sahid, Papa Romi kemudian memanggil Asisten Rumah Tangganya.
Romy merasa tak enak pada Raisa karena tak memberitahunya dari awal. Raisa menoleh tak enak kearahnya. Romy mengenggam tangan Raisa, namun Raisa menolaknya.
"Assalamualaikum Opa!" Ucap Ezi bersaliman dengan Pak Sahid
"Eh kakak baik hati" ucap Ezi saat melihat Raisa "halo kak" lanjutnya bersaliman dengan Raisa
Ezi langsung duduk disamping Pak Sahid.
"Loh ke papa gak salim nak? Ayo jadi anak yang baik harus berbakti kepada orang tua. Gak mau jadi malin kundang kan?" Jelas Pak Sahid
"Iya, halo Pa" sahut Ezi malas
Keadaan seperti ini yang mengherankan bagi Raisa, Ezi dan Romy adalah Anak dan Papa, tapi Ezi seakan tak menyukai Romy.
"Kakak baik hati ini, namanya kak Raisa" jelas Pak Sahid
"Halo kak Raisa" sapanya tersenyum ikhlas "Kak, aku mau bawa kakak ke dapur deh, disana ada esklim setempat gitu, kita bisa makan bareng" ajak Ezi menarik tangan Raisa
Sekarang Raisa tau, anak sama Papanya sama aja, paling suka menarik tangannya dengan kasar dan terburu-buru.
Keduanya makan di dapur, Raisa sambil melepas sepatu dan kaus kaki Ezi. Romy melihat itu sambil tersenyum, kedekatannya dengan anaknya sendiri tak sampai seperti itu. Namun anaknya lebih senang dekat dengan Raisa orang yang baru ditemuinya 2x.
"Sayang, kenapa sih sama Papa?" Tanya Raisa
"Hm kak Raisa kok bisa kesini sama Papa?" Tanyanya balik
"Loh kok balik nanya? Ya papa sama kak Raisa temenan"
"Oh gitu" ucapnya sambil memakan eskrim "Ezi gak suka sama papa, papa gak sayang sama Ezi, masa iya pergi terus gak pulang-pulang, kalau biasanya Papanya temen-temen sekolah kan nganter sama di depan kelas. Lah papa gak pernah sama sekali, palingan Opa kalau gak gitu Pak Rohim supirnya Opa" ujar Ezi polos
"Oh gitu" ucap Raisa mengangguk-anggukan kepalanya "terus mama Ezi kemana?"
Ezi langsung terdiam "kata Opa, mama pergi ke Surga saat melahirkan Ezi"
Raisa langsung tersentak mendengar ucapan Ezi barusan.
"Papa sama kak Raisa pacaran?" Tanyanya polos
Raisa terdiam mematung, binggung harus menjawab apa. Raisa hanya tersenyum kelu sambil berusaha menata hatinya.
"Papa boleh gabung nak?" Tanya Romy yang tiba-tiba datang
Ezi tak menyaut hanya mengangguk dan melanjutkan makan eskrim nya.
Ketiga dibaluti dengan keadaan hening entah harus berbuat apa, dan mulai dari mana. Sampai akhirnya Pak Sahid datang membawakan minuman untuk Raisa.
"Raisa kerja di Rumah Sakit ya?" Tanya Pak Sahid
"Iya om"
"Raisa sudah kenal lama sama Romy?"
Raisa menelan ludahnya berkali-kali.
"Iya Pa, pas saat di kapal sih. Waktu itu juga pernah sekali pas gathering keluarga, dia deketin Ezi" sahut Romy membantu Raisa
Raisa hanya nyengir seakan setuju dengan ucapan Romy
"Papa sama kak Raisa pacaran? Tadi aku tanya kak Raisa diem aja" Tanya Ezi tiba-tiba
"Kalau Ezi setuju, boleh?"
Ezi menganggukan kepalanya. Senyum terpancar dari bibir Romy dan Papanya.
Hati Raisa kini binggung harus berbuat apa, dia sama sekali tak siap menerima ini. Dia kenal Ezi, bahkan kadang Ezi adalah anak kecil yang wajahnya selalu terbayang, dan Romy laki-laki yang akhir-akhir ini membuatnya nyaman hingga terbang melayang ke angkasa.
Mereka berempat kemudian mengobrol tentang keseharian Ezi selama di sekolah. Ya walaupun saat Romy, papanya sendiri bertanya tidak dijawab olehnya. Sampai akhirnya, Raisa ingin sekali pulang, dia masih tak sanggup menerima kenyataan ini.
Sepanjang perjalanan Romy dan Raisa dalam keadaan diam. Lebih tepatnya Raisa yang super bawel dapat duduk tenang tanpa suara. Romy menyadari ini namun ia memilih bungkam untuk membuat Raisa tenang.
"Terimakasih" ucap Raisa saat sampai di rumahnya
"Maaf" sahut Romy menyesal
Raisa hanya mengangguk.
Raisa berjalan menyusuri rumahnya, syukurlah tak ada orang dirumahnya yang akan menanyainya aneh-aneh dengan raut wajah seperti itu. Dia langsung berlari kearah depan rumahnya, YAP! Itu rumah Rima dan Mamed.
"Assalamualaikum" ucapnya
"Walaikumsalam ka Sa!" Ucap kedua ponakannya, Riska dan Ega
"Papa sama mama ada?"
"Papa ada kak, di depan tv, mama masih kerja kak"
Raisa langsung berlari kearah ruang TV, Mamed terkaget dengan raut wajah 'semrawut' nya.
"Loh kamu kenapa dek?" Tanya Mamed kebinggungan.
"Kaaaaaak" ucap terisak memeluk Mamed
"Kamu kenapa nangis dek?" Tanyanya melepaskan pelukan Raisa
Raisa masih sibuk dengan tangisannya yang ia pendam dari tadi.
"Kamu kenapa toh dek?" Tanya Mamed lebih sabar lagi
"Hm Anu Kak, si Romy ternyata udah punya anak" ucapnya sambil terisak
"Loh kan emang iya dek, aku kira kamu sudah tau. Jadi kakak diem aja" ucapnya
"Loh kakak sudah tau? Kenapa gak bilang sih kak, Romy gak bilang apa-apa kak, dan kakak tau, anaknya itu pernah aku temenin pas dia kebinggungan mau beli es krim dan anaknya sebut aku 'kakak baik hati' aku binggung kak, perasaanku campur aduk" ucapnya terus terisak
"Kamu kenal Ezi?"
Raisa mengangguk
"Sayang sama Romy?"
Raisa menganggukkan kepalanya
"Sama Ezi?"
Raisa menganggukkan kepalanya lagi
"Jadi? Ada yang salah?"
Raisa terdiam.
Setidaknya bercerita dengan Mamed dapat menentramkan hatinya. Rima yang datang dari dinas juga sama kagetnya melihat Raisa menangis di depan Mamed. Dia hanya bisa memeluk sabar adiknya sepupunya itu.
*****
Beberapa hari kemudian...
Romy selalu menghubungi Raisa namun tak ada respon, bahkan saat Romy menghampirinya di ruangan Rumah Sakit Raisa malah bersembunyi dan tak mau menemuinya.
Romy pun menghubungi Raisa via telpon Line dan tak sengaja diangkat Rima saat pulang shift bersama.
"Kak kok diangkat sih?" Tanya Raisa sebal
"Diselesaikan baik-baik. Sudah seminggu lebih loh kalian berantem"
Raisa mengangguk pasrah
"Halo"
"Alhamdulillah. Akhirnya kamu mau angkat juga"
"Ada apa?"
"Gpp, kangen suaramu aja"
Raisa tak membalas
"Boleh bicara sebentar, video call ya"
"Ya"
Raisa menghadapkan hpnya didepan wajahnya.
"Halo kakak baik hati" - sapa Ezi disamping Romy
"Ezi?"
"Kakak marah sama papa ya? Maafin papa ya kak, gak ngomong jujur sama kakak"
Air mata Raisa rasanya ingin keluar tapi ditahannya. Akhirnya dia menggeleng.
"Ezi pasti seneng kalau punya mama yang baik hati kayak kakak, nanti Ezi bisa pamer ke temen-temen kalau Ezi punya mama yang cantik dan baik hati"
Raisa hanya tersenyum
"Sa, maafin aku ya. Aku minta maaf selama ini gak jujur sama kamu. Aku tau kamu orang baik, aku tau kamu sayang Ezi, tolong maafin aku"
"Iya kak, maafin papa ya kak"
"Iya Sa, aku minta maaf ya. Ezi seharian ngomel ke aku, karena gak bilang dari awal"
Raisa mengangguk dengan mata berkaca-kaca
"Terimakasih" seru keduanya
"Oya aku dan Ezi berdamai loh demi kamu, Ezi mau ngomong duluan ke aku cuma gara-gara kamu ngambek sama aku"
"Alhamdulillah kalau gitu"
"Jadi kakak mau jadi mama baru buat Ezi?"
"Do you wanna be my wife?"
Raisa mengangguk sambil berlinang air mata.
"Yeaaaaaay!!!" Seru keduanya bertepuk tangan
Sampai akhirnya Ezi tiba-tiba muncul dihadapan Raisa membawa sebuket bunga mawar merah.
"Do you wanna be my new mama?" Tanya Ezi tersenyum memberikan bunga
Raisa mengangguk
Romy tiba-tiba datang membawa sebuah kotak kecil dan membukanya, itu sebuah cincin emas putih.
"Will you marry me? Do you wanna be my wife and wanna be new Ezi mama?" Ucapnya
Raisa sudah tak bisa berkata apapun dia hanya mengangguk-anggukan kepalanya sambil menangis bahagia. Ezi memeluk raisa sangat erat, begitu pula dengan Romy yang tak mau kalah memeluk Raisa. Mereka bertiga merasa mempunyai keluarga baru dan bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar