30 Desember 2015
Keluarga Davina sudah bersiap-siap untuk pergi ke Bali setelah berunding satu bulan yang lalu. Sebenarnya Papa mereka tak ingin ke Bali karena sudah bosan, banyak rekan kerjanya di Bali.
Karena sudah ada jembatan penghubung Jawa-Bali jadi papanya ingin naik mobil pribadi dengan menyewa sopir. Yap! Ertiga milik Papanya siap berangkat untuk sejam ke depan Surabaya-Bali jam 9 pagi.
Jam 21.00 sampailah mereka di Bali dan langsung memesan Hotel untuk satu keluarga. Hotel milik teman Mama mereka, beruntunglah mereka jadi tak harus menguras kantong lebih untuk biaya hotel yang mahal di Bali.
Mereka berlima berserta sopir mereka ditempatkan dalam satu kamar. Sopir tidur di sofa sedangkan sisanya masuk di kamar besar.
"Pak Imam ini selimut buat bapak, maaf ya Pak harus tidur diluar" ucap Dias kakaknya
"Iya gpp mas, terimakasih"
*****
Keesokan harinya...
"Bella, Dias, Davina bangun" teriak mamanya
"Nanti Ma" sahut Dias terpejam lagi
Bella dan Davina mulai membuka matanya perlahan.
"Gak bangun, tinggal!" Ucap mamanya lagi
ketiganya langsung terperanjak bangun.
Setelah bersiap-siap dan sarapan di restaurant hotel, mereka pun berangkat berkeliling Bali yang cukup macet, karena nanti malam akan ada perayaan di beberapa tempat di Bali.
"Tanah Lot ya Ma!" Teriak Bella adiknya yang kelas 6SD
"Pasar Sukowati Ma!" Sahut Davina
"Joger lah Ma, katrok banget sih Pasar Sukowati" celetuk Dias
"Kalian bawel banget ya" ucap Mamanya
"Halo Mr. Smith" ucap papa mereka lewat telpon "saya lagi di Bali, where are you now?" "Ya, di Bali juga saya sama sekeluarga" "oh nanti malam tahun baru ada bakar-bakar di Villa Mr. Smith?" "Okay, nanti saya dan keluarga kesana. Salam buat your family. Bye"
"Pa Mr. Smith yang bule itu kan ya?" Tanya Dias
Davina dan Bella hanya benggong binggung dengan siapa yang diomongkan.
"Davina kamu lupa? Dulu anaknya Mr. Smith kan pacarmu waktu kecil" celetuk Dias tertawa
"Whats? Apasih kak? Aku gak inget apa-apa" ucapnya kembali mengingat
"Davina lupa si Dane anaknya Mr. Smith sama Tante Marcelina itu loh, dulu kalian berdua waktu kecil sering main bareng"
"Gak inget Pa" ucap polos Davina
Davina binggung dengan ucapan kakaknya, "Dane? Siapa? Aku tak ingat dia sama sekali" ucapnya bertanya-tanya dalam hati.
Setelah puas berbelanja di Pasar Sukowati dan Joger dan hari sudah tampak sore. Tak enak rasanya kalau tak menyaksikan sunset di Pantai Kuta. Mereka pun segera menuju ke Pantai Kuta yang mulai padat merayap orang.
Pantai Kuta.....
"Ayo main air kaaaak" tarik Bella ke kakak-kakaknya
"Santai-santai dek, ganti baju dulu, biar asik" ucap Davina
Davina mengganti bajunya dengan baju model crop top tak berlengan warna hitam dan celana jeans pendek. Serta mengoleskan handbody walaupun hari sudah tampak sore.
"Dek pake baju apaan sih, kayak mau tidur" goda Dias
"Apa sih kak, santai kali, ini baju kan lagi hits banget"
"Ini apaan juga si Bella ikut-ikutan kamu. Haduuuuh"
"Disuruh kak Davina, kaaaak"
Davina hanya nyengir.
"Bali ini kak, wajar" sahut Davina
"Terserah kalian deh, aku pergi dulu mau cari bule cantik atau warga lokal dah gpp. Ati-ati" pamit Dias lalu pergi meninggalkan kedua adiknya
"Davina, Bella, Hati-hati jangan terlalu nengah ya" teriak mamanya
"Siap mam" sahut keduanya
Ya Kute selalu menjadi tempat yang ramai dikunjungi, Bali memang terkenal untuk dijadikan tempat berlibur baik bagi warga lokal maupun Manca negara. Apalagi bertepatan dengan tahun baru, dan tau sendiri ramainya bagaimana. Untuk sekarang mungkin belum seberapa ramai, mungkin nanti malam, dan keluarganya akan pergi ke rumah Mr. Smith.
Langit sudah berwarna oranye, semua orang sudah mulai menepi yang sedang berenang dan mulai melihati Sunset dengan pasangan dan teman masing-masing. Hanya Davina yang duduk sendiri melihat Bella yang sedang main air dengan Dias.
"Hai" sapa seseorang
Davina menengadahkan kepalanya, dia melihat seorang bule laki-laki mungkin seusia atau lebih tua darinya.
"Yes mister?" Tanya Davina
"Boleh duduk disini?" Tanyanya dengan logat kebuleannya
Davina mengangguk dan mengalihkan pandangan ke Bella dan Dias lagi.
Bule itu memandang Davina dari atas sampai bawah.
"You look sexy girl" ucapnya
"Whats?" Kaget Davina yang mulai bergeser sedikit
"Sorry, maaf tak berbicara sopan terhadapmu" ucapnya menyatukan tangannya
Davina hanya mengangguk kembali.
"Oy Davina" teriak Dias "siapa tuh Bule?" Tanyanya
Davina hanya mengangkat bahunya.
Dias dan Bella langsung mendekat kearah mereka berdua. Sesampainya Dias melihat laki-laki itu tajam, serasa pernah bertemu.
"Dane, Right?" Tanya Dias
"Yes" ucap Dane tersenyum
"Apa kabar bro?" Tanya Dias sambil bersalaman dan berpelukan ala laki-laki.
"Whats? Dane?" Ucapnya lirih
"Wah ingatanmu parah Vina, Dane pacarmu masa kecil kau tak ingat sama sekali?" Goda kakaknya
Davina hanya menggeleng dan mendekat kearah Bella.
"Halo girls, what your name?" Ucap Dane memberikan tangannya pada Bella
"Bella Mister" ucapnya gugup
Davina memutar otaknya kembali, siapa Dane? Kenapa kakaknya selalu bilang dia pacarnya waktu kecil? Sedekat apa mereka dulu? Ah payah otak Davina tak menangkap apapun ingatannya dengan Dane.
"Dane" ucapnya mengulurkan tangan pada Davina
"Davina" sahutnya nyengir
"Ciyeee cinta lama bersemi kembali" goda Dias
"Whats?" Tanya Dane
"Oh sorry, kamu gak tau artinya ya Dan? Jelasin tuh Vin, aku sama Bella mau ketemu papa mama sama Mr. Smith, Papamu ikut kan?"
Dane menganggukan kepalanya.
"Oke bye, selamat bersenang-senang Dane dan Davina" pamit Dias menarik tangan Bella
Keduanya hanya mematung melihat kepergian Dias. Dan keduanya duduk kembali bersamaan saling berbalas senyum.
"I miss you so much" ucap Dane
"Whats?" Kaget Davina kembali
"Kamu benar-benar melupakanku? Kamu tak ingat masa kecil kita?"
Davi menggelengkan kepalanya "Sorry"
"Nothings" ucap Dane tersenyum "nanti acara tahun baru dirumah, aku akan menunjukkanmu sesuatu"
Davina bertanya-tanya kembali dan memberikan senyuman kebinggungannya.
"Berapa umurmu?" Tanya Davina
"23 tahun, seusia Dias. Dan kamu 20 tahun kan?"
Davina menganggukan kepalanya
"Ehm. Kenapa bahasa indonesiamu lancar sekali?" Tanya Davina
"Ya karena belajar, supaya tak kebinggungan seperti dulu saat berbicara denganmu" ucapnya tertawa kecil
Davina ikut tertawa bersamanya.
"Sekarang kuliah dimana?"
"University in LA"
"Keren" celetuknya "Magister?"
"Ya, kamu sendiri?"
"Baru semester 7"
"Okay good luck!"
"Thanks"
Keduanya kini terdiam sambil melihat matahari terbenam secara perlahan dan merasakan angin yang berhembus.
"Kita ke rumahku sekarang, matahari nya udah gak ada gelap juga disini, habis ini malam perayaan tahun baru, dan gak baik juga kamu pakai baju seperti ini, pasti banyak laki-laki yang memandangmu."
"Ya, terimakasih"
"Kita jalan kaki, rumahku dekat dari sini, kamu pake jaketku untuk menutupi tubuhmu" ucap Dane memeberikan sweater panjangnya
"Terimakasih"
Dane hanya menganggukan kepalanya.
Mereka berdua menyusuri jalan di sekitar Kuta, siapa sih yang tak memandang aneh jika ada laki-laki bule tampan putih dan gagah seperti dia jalan berdua dengan perempuan manis indonesia dengan kuliat sawo matang khas indonesia. Tak hanya orang indonesia yang melihatnya aneh, orang sebangsa Dane pun sama.
Sesampainya di Rumah Mr. Smith
Davina tampak ngos-ngosan, bukan kebiasaan orang indonesia untuk melakukan jalan kaki menuju kemana pun, tak halnya Dane hanya senyum melihat Davina yang mengeluh sepanjang perjalanan tak ada wajah capek sama sekali.
"Ini rumahmu? Gila jauh banget" keluh Davina saat di depan rumah Dane
"Masuk" ucapnya membuka pintu gerbang yang tingginya mungkin 3m berwarna hitam
"Aku ingat rumah ini" celetuk Davina
Senyum mengambang di bibir Dane.
"Kita langsung ke Taman belakang. Banyak rekan-rekan Papa yang diundang untuk BBQ disini"
Davina hanya menganggukkan kepalanya.
Suasana tampak sudah ramai, keduanya ikut bergabung bersama orang-orang yang tak dikenal Davina. Terlihat Dane bergabung dengan Bule yang sebaya dengannya baik laki-laki dan perempuan. Perempuan-perempuan itu tampak ganjen dengan Dane, cipika-cipiki dsb.
"Davina" sapa Dane
"Ya?"
Dane langsung menarik tangan Davina mengarah ke teman-temannya itu.
"Guys, she is Davina"
"Davina? Your first love?" Ucap temannya
Davina langsung menoleh kearah Dane, dan Dane hanya tersenyum.
Mereka semua tampak tertawa dengan bahasa inggris, dan hanya sedikit yang Davina tau artinya. Intinya sama dengan orang indonesia "cieee begitulah". Davina mulai risih dengan keadaan ini.
"Boleh aku pergi Dan?" Tanyanya berbisik
Dane langsung mengerti ucapan teman-temannya membuat Davina tidak nyaman.
"Aku pergi dulu" pamit Dane
"Mau ke kamarmu kan? Cepat sekali Dan" goda teman-temannya
"Oh my gosh! Dane will naked with her hahahha" celetuk lainnya
"Excusme" pamit Davina
"Oh man! Sam! Shut up your mouth!" Ucap Dane marah lalu mengejar Davina
"Hei sorry" ucap Dane menghampiri Davina di dalam ruang tamunya
Davina masih terdiam.
"Davina, common please, i'm so sorry"
"Ya" ucapnya ketus
"I will remembered tentang kita dulu" ucapnya kembali menarik tangan Davina
"Kemana?"
"My room"
"Wait" ucapnya memberhentikan langkahnya "kamu tak akan berbuat yang seperti diucapkan temanmu?" Tanyanya
Dane menggelengkan kepalanya "Tidak. Percayalah"
Keduanya kembali berjalan menyusuri tangga, dengan kamar Dane dilantai 2. Sepertinya Davina mulai ingat kejadian mirip seperti ini, ingatannya kembali berputar saat waktu kecil bersama Dane. Saat usianya 5 tahun dan Dane 8 tahun. Bagaimana bisa dia melupakan Dane yang dulu ia tangisi saat akan balik ke surabaya.
"Aku ingat kamarmu, pintu ini. Kita dulu sering main bersama. Kita jadi putri dan pangeran, jadi mama dan papa dan....." Ucap Davina
"Dan kita melakukan sesuatu yang tak seharusnya kita lakukan kan?" Potongnya
Davina mengangguk malu.
"Sudahlah lupakan, aku merasa kita hanya tak tau apa-apa dulu, gara-gara liat film dewasa milik kakakku kan? Dan kita dengan bodohnya mempraktikannya hahahha"
Davina hanya tertawa sambil malu-malu.
"Lagian aku juga gak masukin ituku ke punyamu juga kan"
Davina mulai mengingat, sepertinya 'iya' dia menganggukkan kepalanya.
"Masuklah" ucap Dane membukakan pintu
"Kamarmu bagus, seperti film-film barat. Lampu tumblr, poster-poster aktor dan penyanyi. Mirip banget"
"Thankyou, and this picture, ingat?" Tarik Dane menuju foto-foto mereka waktu kecil "ini juga ada, dan aku tak mungkin pasang" ucapnya membuka kotak kecil dan disana ada foto keduanya telanjang dan mereka berciuman.
"Foto apa ini? Buang-buang!" Ucap Davina geli
"The first love and the first kiss, sweet❤️" kata-kata yang tertera pada foto itu "ini caption apaan sih, boleh aku buang? Sumpah ini memalukan!" Ucap Davina sebal
"No! Kalau tau seperti ini aku tak akan menunjukkannya padamu, makanya aku tidak pasang foto ini"
Kini keduanya memanas dan saling terdiam. Sampai akhirnya...
"Hei sorry" ucap Dane mengalah memegang pundak Davina
Davina tau salah antara mereka berdua dulu, harusnya dia tak marah seperti ini.
"Iya gpp"
"Thankyou" ucap Dane memeluk Davina
Davina langsung terhentak "Dane?" Tanyanya kebinggungan
"Maaf" ucapnya meringis "I miss you so much Davina" ucapnya tulus
Davina justru binggung, harus merespon apa, baginya Dane adalah cinta monyet masa lalunya. Akhirnya dia hanya merespon dengan senyuman.
"Ayo kita keluar" ucap Dane menarik tangan Davina
Tahun Baru tampak ramai memang, berada di kumpulan orang blasteran indonesia dan barat. Ya di Bali memang banyak Bule yang jatuh cinta dengan wanita indonesia dan menikah kemudian melahirkan anak-anak yang mukanya 100% mirip orang luar.
Semuanya tampak menikmati makanan dan minuman. Serta pesta kembang api yang bertaburan di langit Bali.
"Happy New Yeaaaars" teriak semuanya bersulang
"Kenapa tak minum Vin?" Tanya Dane mendekat
"Aku gak minum alkohol"
"Oh kita ke temen-temenku ya, mereka mau minta maaf terhadapmu"
Davina hanya mengangguk dan menurutinya.
Teman-teman Dane pun meminta maaf dengan bahasa inggris campur bahasa indonesia. Akhirnya mereka jadi saling kenal satu sama lain. Adat orang barat tetaplah sama, saat mengadakan pesta selalu ada minuman beralkohol. Kadang mereka mulai tak terkontrol saat mulai mabuk.
"Davina" ucap Sam memegang dagu Davina
"Ih" seru Davina lirih
Semuanya tertawa melihat itu termasuk Dane.
"Sombong sekali sih perempuan indinesia ini" ucapnya lagi "kamu itu cantik, manis, sexy, warna kulitmu bagus sekali" ucapnya lagi
Kuping Dane langsung memanas melihat Sam memulai lagi menggoda Davina.
"Sam!" Bentak Dane
"Slow boy!" Ucapnya
Davina mulai menghindar dan bersembunyi dibalik punggung Dane.
"Tenang-tenang" ucap temannya menengahi
Dane semakin tak terkontrol, dia meminum lebih banyak alkohol. Teman-temannya masih tak berubah, bahkan setelah minta maaf dengan Davina.
"Dane, are you drunk?" Tanya Justin
"Dane, kamu mabuk?" Tanya Davina sebal
"Dane biasanya mabuk kalau gak lagi frustasi, dia bisa mengontrol dirinya kalau lagi pesta sama kita sampai gak mabuk" jawab Justin
Dane tak merespon matanya terpejam.
"Lebih baik kamu bawa dia ke kamarnya" ucap Marcelo
Davina mengangkat tubuh Dane yang cukup berat dan lebih tinggi darinya.
Saat di kamar Dane, Davina menidurkan Dane di kasurnya dan memberinya air mineral. Membuka sepatunya dan menyelimuti badannya. Davina merasa badannya pegal membotong Dane dan berniat pergi meninggalkan Dane dikamarnya.
"Jangan pergi Davina" ucap Dane menarik tangannya lalu tertidur kembali dan melepaskan tangannya
Davina merasa kasian dan memilih menemaninya di kamarnya. Dia tertidur di sofa samping kanan kasur yang berjarak 3m. Matanya mulai terpejam tak biasa baginya tidur lebih dari jam 12 malam.
*****
Keesokkan harinya...
Davina terbangun melihat Dane sedang terduduk disampingnya. Sofanya memang cukup besar untuk 2 badan kurus seperti Davina dan Dane.
"Dane" sapanya membangunkan Dane
Dane tak merespon mungkin dia kecapekan. Davina berusaha berdiri, lalu dengan sigap Dane memeluk pundak Davina.
"Hei Dane, masih mabuk kah?" Teriaknya
"Tidak, aku hanya ingin dekat denganmu" ucapnya dengan mata terpejam
"Dane lepasin!" Ucapnya berontak "kamu sejak kapan disini?"
"Gak mau" ucapnya semakin memeluk erat Davina "sejak mungkin jam 4-5an"
"Kamu gak ngapa-ngapain aku kan?" Tanya Davina mulai ketus
"Ya ngapa-ngapain kamu lah, seperti kita dulu" goda Dane yang masih memeluk Davina mesra
"Daneeee!" Teriaknya
"Bercanda" ucapnya tertawa terbahak-bahak
"Nyebelin!" Teriak manja Davina
"Aku semakin rindu masa kecil kita" ucapnya tersenyum
"Kamu mandi gih sana, gosok gigi, mulutmu bau alkohol tau gak sih" ucap Davina
"Mandi bareng yuk Vin" tariknya
"Gilaaaa hahaha"
"Kita dulu waktu kecil perasaan sering mandi bareng, sekarang kok gak boleh sih?" Goda Dane
"Gila gila pergi sana! Ndang mandi gih! Aku mau cari keluargaku dulu" usir Davina
"Siap sis" ucap Dane lalu mengecup bibir Davina
"Daneeeee" teriak manja Davina tersenyum malu-malu.
****
Hari keempat di Bali, Dane dan Davina kembali seperti dulu. Mungkin budaya Barat masih melekat di Dane, ya tau lah disana kehidupannya sangat bebas beda dengan indonesia.
"Eh kamu tau pantai yang ada ayunan itu dimana?" Tanya Davina yang sedang terduduk berjemur di pinggiran kolam renang vila Dane
"Gili Trawangan Lombok. Hotel Ombak Sunset, kenapa?" Jawab Dane
"Banyak temenku yang kesana, kesana yuk, pernah kesana?"
"Pernah. Mau? Ayo honeymoon kesana" godanya
"Gila, ya sama keluarga lah. Nanti kalau berdua sama kamu doang, adanya perawanku hilang hahaha"
Dane tertawa terbahak-bahak begitupula dengan Davina.
"Sudah berapa perempuan yang kamu tiduri Dan?" Tanya Davina telisik
Dane terdiam mendengar pertanyaan Davina.
"Not Only One" ucapnya tenang
"Masa sih Dane? Bule kayak kamu? Di indonesia gak paling, diluar negeri?"
Dane menggelengkan kepalanya "kenapa kamu bertanya seperti itu?"
"Ya karena disana dunianya bebas, mereka bisa berciuman ataupun tidur dengan siapapun dan dimanapun walaupun hanya berkenalan satu malam"
"Tidak semua seperti itu, Davina. Mungkin kalau ciuman masih pernah, tapi kalau tidur aku tak akan melakukan itu pada pacarku"
Davina hanya mengangguk-angguk.
"Do you have boyfriend?"
"No, i'm single. You?"
"Same"
"Tos dulu dong, sesama jomblo" ucap Davina memberikan tangannya "oke sekarang kita bilang ke mama papa kita mau ke lombok gimana?"
Dane menganggukan kepalanya.
*****
Gili Trawangan Lombok, Hotel Ombak Sunset.
"Mommy, Daddy, kita pesan 3 kamar boleh?" Tanya Dane
"Buat apa Dane?" Tanya Tante Marcelina
"The first room for mommy and daddy, second room for Davina family's and last rom for me and Davina, bagaimana?"
"Whats?" Ucap Davina dan Dias
"Are you crazy Dan" ucap Davina
"No Davina! I'm seriously. Connected Room bagaimana?"
"Terserah kamu Dane" ucap Mamanya
"Tante?" Tanya Davina kaget
"Come on Dara" ajak Dane "Aku tidak akan mengapa-apakan kamu"
"Ini 3 room, ketiganya conected room" ucap Mr. Smith
Davina mendengus kesal "yaudah tidur sono sama bang Dias. Bye!" Ucapnya meninggalkan Dane dan pergi menyusul keluarganya dan orang tua Dane
"Udah Bro, jangan samakan dunia barat dengan Indonesia, gak semua perempuan mau tidur bareng, dan aku juga gak akan mau adikku tidur denganmu" jelas Dias memeluk Dane
"But, i'm not Dias" belanya
"Iya sudah tau, intinya tetap berbeda Dane, kita punya adat dan budaya sebelum menikah tak akan tidur bersama"
"Sorry Dias"
"No problem"
Sudah jam 3 sore mereka sudah bersiap-siap menuju pantai. Pakai sunblock di wajah dan badan. Dias dan Dane sudah di pantai dari tadi, kedua orang tua Dane dan Dias bertemu di depan pintu. Ya Mr. Smith memakai celana kain sedengkul dan baju motif pantai khas bangetlah di bali, Tante Marcelina memakai jumpsuit mini bunga-bunga tidak berlengan. Papa Dias hanya memakai baju putih polos dan celana kain warna hitam, serta mamanya menggunakan dress panjang motif macan tidak berlengan.
"Davina, Adek, cepeeet sudah ditunggu Mr. Smith sama Tante Marcelina" teriak mamanya dari luar pintu
Bella dan Davina keluar, keduanya pakai bikini. Mata mama mereka langsung membelalak.
"Davina! Bella!" Bentak mamanya
"Lombok ini Ma" ucap Davina meringis
Mr. Smith dan Tante Marcelina hanya tersenyum.
"Bella, ganti baju yuk, masih kecil jangan pakai baju gini" ucap Tante Marcelina "bawa baju model kayak tante gini gak?"
"Ada Tante" ucapnya
"Bajunya diganti yang model gini aja ya" ucap Tante Marcelina membawa masuk Bella
"Davina, ganti bajunya! Malu-maluin mama tau gak sih! Badannya jangan ditunjukkin ke orang-orang ih"
"Duh mama bawel deh" ucap Davina kesal
Tante Marcelina keluar dengan Bella rasanya bajunya sekarang lebih tepat dibanding dengan yang tadi.
"Davina bawa celana hotpants model hiwaist?" Tanya Tante Marcelina
"Bawa Tants, motif leopard. Pakai itu?" Tanyanya
Tante Marcelina mengangguk
Davina pun masuk ke kamarnya mengganti celananya, begitupun dengan Tante Marcelina masuk ke kamarnya. Karena kamar mereka connected room, Tante Marcelina membawa singlet crop model fringe bahan rajut warna putih.
"Gilaaaa! Bagus banget Tante! Tumblr banget lah" ucap Davina berbinar-binar
"Nanti kamu ganti bra warna putih biar ndak ngecap" sahut Tante Marcelina, Davina mengangguk "Yaudah Tante tinggal dulu ya, nanti kamu nyusul langsung aja ke Pantai" pamitnya "buat Dane kagum liat kamu" bisik Tante Marcelina
"Tanteeee apaaan sih?" Teriaknya manja
Setelah selesai, berganti baju Davina pergi ke Pantai. Ya memang jadi tontonan banyak orang, terutama laki-laki baik yang lokal maupun bule. Dane mendekat kearahnya.
"You look Great Davina! Sexy" godanya
"This style recomend from your Mommy, bener gak sih bahasa inggrisku? Haha"
"Bahasa indo aja, bagus lah. Mama memang gak pernah salah masalah style" ucapnya tersenyum "yuk" ucapnya memegang tangan Davina
Kedua orang tua mereka hanya berjemur di pinggir pantai. Sedangkan anak-anaknya berlari kejar-kejaran. Tujuan Davina kesini untuk berfoto di Ayunan pinggir pantai.
"Kak foto disana yuk" ajak Bella
"Nunggu sunset ya dek"
"Udah sunset Vin" tarik Dane menuju ayunan itu
"Eh" kaget Davina
"Come On Dias, nanti antri yang foto" ucap Dane
Dias sudah bersiap dengan SLR nya, benar sekali yang berfoto disana harus antri dulu. Mungkin mereka antrian ke tujuh atau delapan.
"So bored! Apa nanti saja pas malam? Lebih romantis pas ada bulan"
"Terserah kamu, pokoknya aku mau nunggu" jawab Davina
"Oke nanti malam kamu harus mau foto bersamaku disini"
"Iya iya"
Setelah berpuas foto di Ayunan itu, ketiganya menghampiri Dane dan keluarganya.
"Sudah puas?" Tanya Dane
"Banget, sampai capek kehabisan gaya diomelin sama bule gila itu lagi haha" ucap Davina
"Tapi kamu nanti malam sudah janji akan foto bersamaku"
"Lagi? Capek Daaaaan" ucapnya mengeluh
Karena matahari sudah tenggelam di barat, banyak orang yang sudah mulai kembali ke kamarnya masing-masing.
"Bikin video yuk Bang" ajak Davina
Dias hanya mengeryitkan dahi
Dane, Dias, Davina dan Bella sudah siap daritadi. Dane membawa speaker dari kamarnya lagu OMI - Cheerleader bergumam dipantai. Keempat orang itu berdansa seakan tak malu dilihat orang banyak.
"Sudah ah capek Kak" ucap Bella "mau tidur ajalah, mau mandi, capek"
"Abang juga capek dek, kalian berdua aja lah lanjutin. Aku mau tiduran di kamar, si Maria pasti ngomel-ngomel gak dikasih kabar" ucap Dias berpamitan pergi bersama Bella
Dane dan Davina juga kecapekan keduanya akhirnya berbaring di sofa panjang dekat pinggiran pantai.
"Kamu masih punya utang aku foto di ayunan itu Vin" ucap Dane
"Oh my God! Dane aku capeeek banget"
"Janji adalah hutang"
"Ya ya ya sebentar masih ada yang foto preweed kan disana"
Dane menganggukkan kepalanya
Setelah pasangan calon pengantin selesai berbenah dan fotografernya mulai bicara "terakhir ya" Dane langsung menarik tangan Davina. Dia mengikuti saja apa yang diinginkan Dane.
"Rio!" Sapa Dane
"Hi Dane, apa kabar?" Ucap fotografer itu
"I'm fine, sekarang jadi fotografer terkenal ya"
"Ya lumayan sih, lagi banyak job preweed. Who this girl? Your girlfriend? Orang indo?"
"Ya. My first love"
"Gak kok Kak, bohong banget. Kita gak pacaran. Oya Davina" ucapnya mengulurkan tangan
"Rio" sahutnya menjabat tangan Davina
"Saya follow instagramnya kakak loh, fotonya bagus-bagus. Konsepnya pastel-pastel saya suka"
"Terimakasih"
"Rio, mau foto kita berdua sebentar disini gak? Kita gak bawa SLR, kalau kamera hp gak bagus"
"Loh? Bukannya kalian gak pacaran?"
"Udah jangan dengerin ini perempuan, masalah uang nanti tulisin no.rek kamu saja, nanti saya transfer"
"Dane?" Tanya Davina menyipit
"Gak usah lah bro, foto kalian doang mah gratis aja, tapi ntar kalau kalian preweed bayar ya haha" godanya
"Very easy Rio. Coming soon. Clientmu sudah kan?"
Rio menganggukkan kepalanya
Rio mengarahkan gaya mereka berdua dan dengan terpaksa Davina menurutinya begitu saja. Sampai pose Rio menyuruh keduanya berciuman.
"Vin, biar fotonya punya cerita aku mohon lebih ikhlas"
Davina hanya mengangguk, keduanya saling mengecup bibir.
"Kurang bagus, kayak gak ada feeling kalian tau gak sih!" Omel Rio
"Maaf" ucap Davina
Davina binggung, harusnya gak usah pakai feeling pun rasanya sudah bagus. Dia menarik nafas panjang, menenangkan dirinya sendiri. Sampai akhirnya senyuman Dane yang tampan itu membuatnya yakin seakan semuanya mudah dan menenangkannya. Dia memejamkan matanya dan mencium Dane duluan. Romantis.
"Oke bagus!" Ucap Rio "gini dong pake feeling"
"Gila deg-deg an banget" celetuk Davina
Kedua orang itu langsung tersenyum menggoda kearah Davina
"Whats wrong?"
"Gpp Davina, terimakasih sudah mau bekerja sama. Besok pagi aku kirimkan ke emailmu Dane, tenang sudah diedit" ucap Rio tersenyum berpamitan
"Thankyou Rio!"
******
Hari ini adalah hari terakhir keluarga Davina di Lombok. Mereka akan kembali ke Surabaya. Tak ada tangisan seperti dulu saat Davina dan Dane berpisah. Dane memeluk erat Davina seakan tak ingin berpisah dengannya. Davina pun sama merasakan sedikit takut kehilangan saat tak ada lagi orang yang akan memperhatikan hal kecil darinya seperti Dane.
"Bye Mr. Smith, Tante Marcelina, Dane" pamit keluarga Davina
Davina merasa ada yang aneh dengan dirinya, dia berlari dan memeluk Dane, Dane membalas pelukan itu, akhirnya dia bisa meluluhkan hati Davina.
"I'll be back Davina, just for you!" Bisiknya tenang
Davina mengangguk dan melepaskan pelukannya dan kembali masuk ke mobilnya.
****
Seminggu kemudian...
Hubungan Dane dan Davina semakin membaik, Dane adalah laki-laki yang baik bagi Davina. Tante Marcelina pernah bercerita kepadanya, Dane adalah laki-laki yang jujur dan berbakti kepada orang tua. Untuk urusan pacaran dia selalu bercerita, bahkan dia tak pernah tidur dengan perempuan manapun.
Perkuliahan Davina disemester akhir ini berat sekali. Persiapan KKN, judul skripsi, praktikum dsb. Rasanya ingin segera wisuda. Mata kuliah akhir ini membuatnya benar-benar bosan.
"Guys cabut yuk" ajak Dista, sahabatnya
"Yuk" sahut Davina
Keduanya pun izin keluar dengan alasan ke kamar mandi. Kelasnya yang berada di lantai 3 membuat keduanya malas untuk berjalan terlalu cepat. Pada saat di lantai 2 Keduanya melihat kedua pasang mata yang menatap mereka tajam. Laki-laki itu berjalan menuju keduanya.
"Stop!" Ucapnya menghalangi langkah Davina dan Dista dengan tangannya
Keduanya masih tak merespon.
"Davina kenapa kamu tak bilang tahun baru ke Bali?" Tanya laki-laki itu
"Kamu siapa akau Fan?" Tanya balik Davina
"Aku pacar kamu jan Vin? Aku pernah nembak kamu dan kamu diam aja, berarti iya kan?" Ucap Irfan, orang yang mencintai Davina sejak ospek
"Jangan ngarang deh, orang aku gak nerima kamu"
"Siapa laki-laki ini?" Tanyanya menunjukkan akun instagram milik Dias ada foto Dias, Dane dan Davina
"Bukan urusanmu!"
"Kok kamu gitu sih Vin? Kamu berubah deh semenjak dari Bali"
"Gak ada yang berubah! Biarkan aku pergi"
Akhirnya Irfan membiarkan Davina dan Dista pergi.
"Aku akan cari tau siapa dia Vina!" Teriaknya
"Dasar gila" serunya pelan
Telepon Davina berbunyi saat di kantin Kampus. Itu telepon dari Dane
"Ya Dan?"
"Kamu lagi ada kuliah?"
"Ada, tapi ini lagi cabut. Ada apa?"
"Aku lagi ada di surabaya, besok apa nanti malem kita bisa bertemu?"
"Ya, boleh. Kamu tinggal dimana? Kedua orang tuamu ikut? Kamu ngapain ke surabaya?"
"Ini di hotel Majapahit, bagus ya ternyata. Di surabaya panas sekali dan Macet. No Daddy and Mommy sudah di LA, mau pamitan sama kamu beberapa hari lagi mau ke LA"
"Yaaah bentar doang dong disini?"
"Are you miss me Davina? Oh my god!"
"Haduh sepertinya aku salah ngomong"
"Nanti malem bagaimana? Apa kamu mau main ke hotelku? Bagus loh hotelnya"
"Gak usah ketemu aja ya nanti malem"
"Oke aku jemput ke rumahmu"
"Siap. Bye"
"Bye. See you tonights Davina"
"Bule gantengmu ya Vin?" Tanya Dista
Davina hanya mengangguk
"Kenalin sama temennya kali satu"
"Jangan temen-temennya gak baik, tapi nanti aku tanya Dane dulu, ada Justin satu baik banget dia satu-satunya temen Dane yang gak goda aku pas di Bali"
"Mukanya ganteng mana sama Justin Bieber?"
"Woy, ngarep lo ketinggian. Standartnya orang bule lah, putih, rambut pirang, sekilas mirip Nial Horan 11-15 lah"
"Jauh amat bu haha tapi gpp kenalin kek"
"Gampang deh. Lo udah pinter bahasa inggris belum? Bahasa indo temen-temennya Dane aneh"
"Gampang lah, demi Justin kwnya Nial Horan bisa bisa"
Malamnya.....
Davina dan Dane keluar menuju ke sebuah restoran cukup elit. Ya seperti biasa, di Bali mereka saja dipandang aneh. Apalagi di surabaya yang bulenya gak ada sama sekali.
Keduanya dinner romantis, semua dipersiapkan oleh Dane sematang mungkin. Keduanya mengobrol satu sama lain.
"Kau bohong padaku Dane"
"Ada apa Vin?"
"Ini kan restoran hotel Majapahit, sama aja kayak main ke hotelmu"
"Aku udah bayar mahal loh buat mempersiapkan ini"
Mulut Davina terasa tak enak ada yang menganjal saat makan cheese cake. Diraihnya benda itu dari mulutnya.
"What this?" Tanya Davina hera
"Ring"
"Ya, for what?"
"Will you marry me?" Ucapnya sambil memberikan sebuket bungan mawar merah dan berlutut didepannya
"Ya tuhan, ini berlebihan Dane, malu banget disini"
Dane hanya tersenyum
"Ya ya duduklah" ucapnya mengambil bunga dari tangan Dane
"Jadi kamu mau menikah denganku? Yeay!" Ucapnya girang
"Ya nanti kalau kamu udah sukses kerja, aku udah bisa cari uang sendiri, bagaimana?"
"Lama dong?"
"Tapi kita masih bisa traveling keliling indonesia kan? Atau mungkin keluar negeri, ajakin aku kerumahmu yang di LA itu. Nikmatin masa muda"
"But..."
"Apa? Kamu ingin segera tidur denganku? Dane, hidup di dunia ini bisa kok tanpa harus melakukan sex. Katanya kamu tak akan merusak pacarmu"
"Jadi kita pacaran?"
"Pacaran itu istilah buat orang yang main-main, jalanin aja dulu mengalir apa adanya. Mana bisa sih kamu tahan LDR?"
"Akan kulakukan apapun yang terbaik buat kamu" ucapnya tersenyum dan mengenggam erat tangan Davina
****
"Vin!" Teriak Dista
"Ada apa?"
"Gawat, mending kamu ikut aku" ucap Dista menarik tangan Davina
Keduanya berlari di taman kampus, dan disana banyak orang yang berkumpul. Betapa hati Davina tak teriris yang bertengkar adalah Dane dan Irfan.
"Stop!" Teriak Davina, keduanya pun menghentikan perkelahian itu "punya otak gak sih? Ini tempat belajar, bukan ring tinju! Mending bubar-bubar bukannya malah ngedamaiin malah ngeliatin doang" omelnya
Dane dan Irfan mukanya sudah tak karuan biru dan keluar darah sana sini.
"Ehm Vin... Vin" ucap Irfan
"Apa? Pasti kamu kan yang cari gara-gara? Maumu apa sih Fan?"
"Aku maunya kamu jadi milik aku seutuhnya Vin!" Ucapnya mendekat kearah Vina "kamu pikir aku gak tau kamu tadi malem keluar sama dia di restaurant hotel Majapahit kan?"
"Irfan sudah berapa kali aku bilang? Aku gak pernah suka sama kamu, jadi tolong jangan menyakiti siapapun!" Ucapnya memelas
"Kamu diapain aja sama di Bali? Atau di hotel Majapahit? Kamu tidur dengan dia? Kalau kamu gak perawan gpp kok Vin, aku terima kamu apa adanya!"
"Hey shut up your mouth! Aku tak akan melakukan itu pada Davina!" Ucap Dane mendorong tubuh Irfan
Keduanya mulai tersulut kembali, mulai dorong-dorongan. Vina sudah malas untuk bersabar.
"Stop!" Bentaknya "kalian kekanak-kanakkan!" Ucapnya "dan untuk kamu Irfan ya aku memang pernah tidur dengan Dane, lalu kenapa? Dia mau tanggung jawab kok" lanjutnya "ini" dia menunjukkan cincin pemberian Dane tadi malam.
"Oh kapan kamu ngelakuinnya? Pas di Bali? Atau pas tadi malem di Hotel?"
"Aku perlu jawab pertanyaanmu? Seharusnya kamu tau jawabannya dimana!" Ucap Davina "kita pergi Dan, jangan urus orang ini!" Davina menarik tangan Dane dan membawanya pulang ke rumahnya
*****
Hari ke-3 Dane di Surabaya...
Ya, kejadian kemarin membuat wajah Dane membiru di bagian kelopak mata kanan. Davina terus mengomel sepanjang waktu saat mengobati luka Dane di rumahnya. Dane hanya tersenyum dan tertawa kecil mendengarkan ucapan Davina yang kadang tak di mengerti olehnya.
"Dan, apa kamu yakin ke LA secepat ini?" Tanya Davina dengan mata berkaca-kaca
"Jangan menangis ya, kita masih bisa video call, email, chatting" ucapnya memeluk dan mengusap lembut rambut Davina
Dane hari ini akan pergi ke Los Angles untuk meneruskan kuliah S2 nya. Davina dan Dias mengantarnya hingga ke Bandara Juanda.
"Bye Davina, Bye Dias" ucap Dane pergi berpamitan
"Good Bye Dan!" Ucap Dias melambaikan tangan ke Dane
Davina tak bisa melepaskan Dane pergi, hatinya terasa berat meninggalkan orang itu. Air matanya sudah menang mendahului keguguhan agar tak menangis.
"Dane!" Teriak Davina sambil berlari, Dane langsung menoleh ke belakang melihati Davina berlari kearahnya dia menghentikan langkahnya. Kedua mata mereka bertemu, Davina berjinjit dan mencium bibir Dane begitu hangat. Semua orang yang lewat memandangi mereka, romantis seperti di film-film.
"Terimakasih Davina" ucap Dane "ini kado perpisahan terindah darimu, aku akan kembali kesini untuk kamu, PASTI!" Ucapnya memeluk erat kekasihnya itu
"I Love you Dane!"
"I Love you too Davina" ucapnya melepaskan pelukannya "See you" ucap Dane mengecup kening Davina dan pergi menuju tempat penyerahan tiket.
Davina tersenyum melihat kepergian Dane, hatinya mulai ikhlas menyaksikan kepergiannya. Dia terus berdoa agar Dane selamat sampai tujuan dan cinta mereka tak akan pernah terpisahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar