Senin, 17 Agustus 2015

Cinta dan Rahasia

"Halo halo semua peserta karantina  harap berkumpul di ruang pertemuan"

Semua peserta karantina yang diadakan sebuah institusi, seperti acara reunian begitulah. Hari ini hari yang berat untuk Diva karena harus menemani pacarnya ikut karantina, Yap! Dia berpacaran Nafi seseorang yang dikenalnya lewat temennya 2 tahun yang lalu.

"Hhhhhh ini Nafi kemana sih?" Ucap Diva yang memasuki ruangan pertemuan sendiri "ini siapa semua coba? Mana kenal aku, ini temennya sih Nafi semua" keluhnya dalam hati

Diva terus menoleh ke kanan-kiri sambil melihat adakah tempat duduk kosong 2 untuknya dengan Nafi. Sampai suatu saat matanya tertuju pada seseorang yang sangat ia hafal, dia memegang tangan perempuan.

"Itu pacarnya?" Tanyanya dalam hati "kuatku aku Tuhan, tolong jangan ada rasa ini lagi" doanya dalam hati

Seseorang itu melihat kearah Diva. "Ya Tuhan tatapan itu masih sama" ucapnya dalam hati. Mata mereka berdua bertemu, sampai seseorang itu melepaskan genggaman tangannya.

"Beb" sapa seseorang di belakang Diva "ngeliatin apa sih?" Tanyanya
Diva langsung tersadar dengan lamunannya "hmm... Ngak kok beb, kita cari duduk ya, sepertinya acara mau dimulai"
Nafi mengangguk dan tersenyum kearahnya.

Semua pembekalan selesai. selama masa karantina gak ada bedanya, karena cuma yang banyak karantina cuma peserta laki-laki saja. Yang perempuan jarang sekali aktifitas, palingan cuma belajar masak, dandan, dan kepribadian ala miss indonesia. Membosankan.

"Beb aku pergi jalan-jalan ya membosankan disini" pamit Diva
"Aku ikut ya sayang, nanti kalau kamu diculik gimana?" Lanjut godanya
"Haha bisa aja kamu itu, gak pergi jauh kok. Paling ntar ke sungai deket kalian latihan cowok-cowok. Masih bisa ngawasin kan kamu"
"Yasudah, tapi aku anterin sampe sungai nya yah, aku gak mau kamu digodain temen-temen aku"
Diva hanya membalas tersenyum

"Sampee, silahkan pergi sayang. Aku mau menghirup udara bebas disini sendirian" ucap Diva
"Iya iya, jahat banget sih pacar sendiri diusir" keluhnya
"Hehe maaf ya beb, yaudah sayangku cintaku selamat karantina" ucap Diva penuh semangat
"Terimakasih sayang" ucapnya sambil memeluk Diva
"Bukan mukrim tau gak sih!" Sebelnya
"Maaf maaf dikit aja loh sayang" ucapnya nyengir "yaudah aku kesana dulu, ati-ati beb jangan ngelamun ntar kesambet looh"
"Iiiiiiihhhhh kok nakutin sih beb, nyebelin"

Akhirnya Nafi pergi meninggalkan Diva di pinggir sungai, jernih airnya. Udaranya pun sejuk pula. Tapi seperti biasa dengan khayalan Diva dia mulai menulis-nulis untuk blognya. Kata-kata cinta, sajak-sajak ataupun cerpen yang selalu ia lakukan ketika bosan.

Sampai akhirnya segerombolan 5 orang laki-laki datang dan mungkin berniat ingin berenang di sungai.

"Lagi istirahat nih, berenang aja enak kali yah?" Tanya seseorang laki-laki pada temannya
"Boleh-boleh, airnya dingin gak ya?"
"Ah cemen banget sih lo jadi cowok gitu aja takut, mending pake rok aja"

Semuanya tertawa terbahak-bahak, sehingga membuat Diva mengalihkan pandangan ke mereka. 

"Liat dia lagi? Ya ampun" ucap Diva dalam hati "ya Tuhan demi apa dia liat aku? Maksudnya apa sih? Kenapa mereka gak turun berenang aja sih, risih diliatin kayak gitu" ucapnya pelan

"Eh medan nya susah nih kalau mau berenang, ati-ati guys" ucap salah seorang
"Iyaaaaa"

Mereka pun berenang dengan kericuhan mereka dan membuat keramaian sendiri. Sebenarnya Diva ingin melihat, tapi karena mereka telanjang dada dan hanya menggunakan boxer, dia mengurungkan niatnya.

"Eh mau ujan deh, gak ada yang mau balik kah? Udah gerimis nih"
"Ah cemen banget sih lo, takut sama ujan? Laki apa perempuan sih lo"
"Gak gitu bro, gw bawa perempuan gw kesini. Lah kalau gw sakit dia gak ada yang jagain dong"
"Oh so sweet" goda salah seorang
"Udah ye kita balik bertiga, kalau lu berdua mau disini yasudah"
"Oke hati-hati ya kalian berdua, lo tuh Raka ati-ati penyakit lu kambuh"
"Udah biasa gw, lu yang ati-ati dah"
"Oke oke bye. Balik dulu"

Ketiga orang itu menaiki jalan naik berlumpur, tersisa 2 orang disana masih asik berenang dan mengobrol.

"Beb mau ujan loh, gak balik kah?" Teriak Nafi
"Kamu balik duluan aja beb, pengen liat hujan" sahutnya
"Nanti kalau kamu ada apa-apa gimana? Balik yuk kesini"
"Aku sudah sedia payung" ucap Diva nyengir menunjukkan payungnya "sekali aja ya"
"Yasudah aku ke peginapan dulu ya, kamu hati-hati. Kalau hujan deres balik ya"
"Oke" ucap Diva tersenyum

Diva masih melanjutkan cerita dongeng khayalannya. Hujan sudah mulai rintik ia menyimpan hp yang selalu ia bawa untuk menulis dan menuangkan idenya ke dalam saku celananya. Dia membuka payungnya dan berputar-putar dengan girangnya.

"Kaaa ayolah naik keatas sebelum jalannya licin, liat tuh bibir lo udah biru, abis gini penyakit lo pasti kambuh deh, jangan nyusahin" ucap Fajar yang merupakan ketua panitia
"Bentar gw masih pengen disini"
"Tuhkan tuhkan muka lo tambah pucet nih, jangan bercanda ya Ka"
"Iya ayo naik, tapi bantu gw ya. Agak lemes badan gw"
"Iya ayo" 

Hujan bertambah banyak yang jatuh ke tanah, dan langit sudah mulai menghitam. Sudah saatnya Diva balik ke penginapan, dia tak ingin Nafi khawatir dengannya.

"Tolong-tolong-tolong" teriak seseorang

Diva menghampiri suara teriakan itu berasal. Dia terkejut saat melihat Raka, laki-laki yang sangat ia cintai dulu jaman SMA namun cintanya tanpa ada status dan berakhir dengan bertepuk sebelah tangan. 

"Kak Fajar, Kak Raka kenapa?" Tanya Diva polos, dia tau Raka gak tawar dengan cuaca ekstrem
"Biasa penyakitnya kambuh, bisa minta tolong naikin gak ya? Jalannya licin"
"Bisa kak, kayaknya dia kedinginan banget" sambil membantu menarik dari atas
"Iya tadi sih bisa jalan dia, eh pas berdiri pingsan. Hadeh nyusahin banget ini anak"
"Jangan gitu kak, gini ini temen kakak loh"
"Udah naik sekarang, kamu bantuin aku naik ya?"
"Siap kak" ucapnya sambil membantu Fajar naik
"Eh sudah, sekarang kamu bantu aku bopong dia berdiri aja ya. Btw kamu perawat kan?"
"Bukan perawat sih kak, lebih tepatnya bidan"
"Halah sama aja, tapi kamu sama Nafi sudah dibilangin kan jadi anak Medical"
"Sudah kak, ini gak ada baju ya kak kalian berdua, bisa kedinginan loh kalian"
"Gak ada tadi dibawa anak-anak, yaudah payung kamu masih muat kok"
"Oke kak"

Perasaan Diva luar biasa dag dig dug, ini pertama kalinya setelah sekian lama tak pernah bertemu dan sekarang berada didekatnya bahkan bisa menyentuhnya, sesuatu yang ia inginkan dari dulu. Meski hatinya sudah dimiliki Nafi, tapi rasa itu masih ada untuk Raka.

"Kita bawa ke ruang khusus ya, modelnya kayak UKS sih. Maaf ya jadi ngerepotin" ucap Fajar
"Apasih kak, sudah tugas dan tanggung jawabnya. Amanah"
Fajar hanya tersenyum kearah Diva.

Merekapun sampai ke sebuah kamar kosong yang dipersiapkan khusus. Tak ada yang tau Raka sedang sakit, karena kamar itu berada di depan sendiri tak masuk di dalam penginapan.

"Kak minta kotak p3k, minyak kayu putih, kalau ada selimut pinjemin ke siapapun, teh hangat, air hangat buat kompres, ajak temen-temen kakak buat bantuin" ucap Diva mulai panik

Diva yang panik membuat Fajar pun ikut panik dan segera keluar dari ruangan itu dan memberikan semua yang diucapkan Diva.

Pacar Raka datang membawakan teh hangat untuknya.

"Mbak ini ada minyak kayu putih, bisa dioleskan ke tubuh kak Raka" ucap Diva
"Terimakasih"

"Raka kamu cepet sembuh ya, lain kali jangan diulangi ya. Penyakit kamu ini gak boleh diremehin. Badan kamu ini lemah, aku gak mau kamu sakit" ucap perempuan itu dengan penuh perhatian mengoles minyak kayu putih keseluruh tubuh Raka
"Mbak boleh tanya? Air hangat buat kompresnya dan selimutnya mana ya?"
"Masih diambilkan sama temen-temen lain"

"Beb kamu gak kenapa-kenapa kan?" Tanya Nafi panik "Baju kamu basah, jaket kamu mana?"
"Gpp beb, itu jaketnya tadi aku buat nutupin kak Raka disuruh sama Kak Fajar tadi pinjemin bentar"
"Yaudah balik yuk kan sudah ada pacarnya Raka" ajak Nafi memegang tangan Diva
"Ets tunggu dulu bos" ucap Fajar menarik tangan Diva yang satunya "lah kalau lu ambil cewek lu yang jaga Raka siapa?" Tanyanya
"Lah kan ada pacarnya Jar, dia bisa ngurusin Raka"
"Kan lu udah janji sama gw, kalau pacar lu gw sewa buat jadi medical disini"
"Tapi kan banyak medical disini Jar yang laki kek"
"Cuma 2 disini Naf, dan perempuan semua. Kalau lu cemburu buang dulu deh, ini nyawa"
"Tapi....."
"Beeb" ucap Diva memotong dan menenangkan Nafi "kamu percaya aku kan?" Tanyanya
Nafi hanya mengangguk.
"Aku petugas kesehatan, tugasku melayani pasien sepenuh hati dan sepenuh jiwa tanpa membandingkan ataupun membedakan. Semua sama, pahalanya sama. Biarkan aku merawatnya sampai sembuh"
"Tapi beb...."
"Percaya sama aku" ucap Diva tersenyum
"Ini air hangat dan handuknya buat kompres dan ini selimutnya" ucap Fajar
"Terimakasih"
"Lebih baik kita keluar, beri udara bebas buat Raka jangan terlalu banyak yang masuk, biar Diva yang nemenin"
"Lah Jar, aku pacarnya kamu kemanain?" Ucap perempuan itu
"Lia, kamu bisa mendoakan dia. Biar Diva yang jagain"
Diva hanya tersenyum sungkan terhadap Lia.

"Naf, lu patut bangga punya pacar kayak Diva" ucap Fajar
"Kenapa begitu?"
"Dia baik banget, lu harus jaga dia baik-baik. Dia gak kenal kita berdua tapi dia mau bantu kita, jarang anak jaman sekarang kayak gitu"
Nafi tersenyum bangga akan Diva.
"Alhamdulillah, pasti gw jaga baik-baik"
"Kalau dia jomblo pasti gw gebet haha" goda Fajar
"Iya gw hajar dulu lo haha"

Diva merawat Raka penuh dengan ketelatenan, walaupun hatinya bahagia karena bisa sedekat ini dengannya. Dia menggosok-gosok telapak tangannya untuk menghangatkan telapak tangan dan telapak kaki Raka.

"Ah ini juga dibilangin penyakitnya gitu mulu pas lagi ujan, selalu deh bikin susah orang" keluhnya pelan "ini dia kok gak sadar-sadar sih? Tubuhnya sudah mulai menghangat, biar bisa minum teh hangat dan obat masuk anginnya" ucapnya lirih

Diva mulai bosan dia mengantuk dan ingin bersandar di sofa, karena tak mungkin dia tidur bersama dengan Raka di kasur. Apalagi dengan tubuhnya yang hanya memakai kaos dan celana panjang. Jaket dan jilbabnya sudah dibuat untuk menutupi tubuh Raka, agak dingin juga.

Diva beranjak dari kasur itu, namun tak terduga Raka memeluknya dari belakang. Jantungnya terasa copot, denyut jantungnya terasa cepat dan pelukannya begitu hangat di tubuhnya.

"Jangan pergi" ucap pelan Raka
Diva hanya terdiam, dia binggung ingin merespon apa
"Tetap disini"
"Jangan kayak gini kak, kita harus jaga perasaan 2 orang yang sayang kita"
Raka masih diam tak merespon, dia tetap memeluk Diva erat
"Kak Raka aku minta tolong" ucapnya berusaha memberontak

"Diva..." Ucap Fajar yang tiba-tiba masuk "ini obat yang aku temuin di tas Raka" lanjutnya terbenggong
"Raka lepasin" bentaknya pelan
"Maaf maaf ganggu" ucap Fajar
Raka melepaskan pelukannya "eh lu Jar, makasih ya udah bantuin gw" ucapnya setengah sadar
"Bisa gantian jaga gak ya?" Tanya Diva gak enak
"Loh Div?" Kaget Fajar
"Aku ngantuk kak, capek. Oya kak apapun yang dilihat kakak, itu gak seperti apa yang kakak bayangin. Tolong jangan ngomong pada siapapun, apalagi Nafi"
Fajar hanya mengangguk.
"Diva" sapa Raka pelan
Diva rasanya tak ingin menoleh, tapi dia harus bisa bertahan.
"Terimakasih" ucapnya sambil tersenyum
Diva hanya mengangguk

****

Kejadian seminggu yang lalu saat Karantina cukup berbekas di hati Diva. Walaupun itu pertemuan terakhir dengan Raka. Dia selalu menghindar saat melihat Raka sampai acara karantina selesai.

#LINE Putri
"Diva Div ada TULUS di GC!"
"Sumpaaaah? Ayo liaaat"
"Tapi aku berangkat langsung aja ya, kita ketemu disana"
"Yaudah aku ngajak saudaraku ya, kalau berangkat sendiri pasti diomelin gw"
"Iyup. Ditunggu. Entar via message aja ya takut gak ada sinyal"
"Siap bos!"

Grand City
11.00wib

From: Diva
To: Putri
Kamu dimana cin? Aku sudah di hall bawah ini, rame banget

From: Putri
To: Diva
Ntar ini masih di pintu depan, kamu sebelah mana? Abis gini gw telpon kalau udah masuk ya

"Halo dimana Div?"
"Angkat tanganmu Put"
"Tanganmu juga, ntar gw samperin. Ketemu. Gw kesana"

Mereka berdua pun bertemu, dan asik mendengarkan suara merdu Tulus dengan tembang-tembangnya yang begitu bagus.

"Eh udah selesai kan ini acara?" Tanya Ranti, saudara Diva
"Kenapa kak Ranti?" Sahut Diva
"Mau ke kamar mandi ini, kebelet dari tadi"
"Sama aku aja kak" sahut Putri

10 menit berlalu....

"Kok lama banget sih, ini masa iya nunggu mereka berdua sendirian disini?" Tanyanya dalam hati

Tanpa pikir panjang, Diva pergi mencari Ranti dan Putri ke toilet terdekat. Namun hasilnya nihil. Tak ada satupun yang ada dia mencari-cari disetiap toilet yang ada dari lantai bawah sampai atas. Dia tak bisa menghubungi keduanya, karena tas mereka dititipkan kepadanya.

"Pak Satpam, liat cewek 2 gak ya? Tingginya sebahu saya, satu pake jilbab satunya gak pake jilbab"
"Coba hubungin aja mbak hpnya"
"Masalahnya tas mereka ada pada saya pak"
"Ciri-cirinya gimana mbak? Masa udah gede ilang mbak?"
"Makanya itu pak, saya tadi udah muter-muter nyari dari toilet bawah sampai atas tapi gak ada, bahkan saya barusan balik ke deket panggung juga gak ada"
"Mungkin mereka pulang mbak, atau nunggu di parkiran. Nanti coba saya sampaikan sama informasi center, atas nama siapa mbak temennya?"
"Putri dan Ranti. Terimakasih ya pak, nanti akan saya coba ke parkiran"

Diva putus asa sekali, dia menghubungi Nafi namun tak ada jawaban. Harus minta tolong ke siapa lagi dia, dia hanya bertiga dengan mereka disini.

"Kenapa aku tak ikut mereka aja sih tadi?" Ucapnya kesal
"Diva!!!!!" Teriak pelan Putri
"Syukurlah" dia mengelus dadanya tapi ada yang bikin heran "dimana kak Ranti?" Tanyanya dalam hati
"Gawat. Gawat. Gawat!!!" Nafasnya terengah-engah
"Gawat apasih? Kak Ranti mana?"
"Diculik!" Bisiknya pelan
"What? Jangan bercanda deh Put!"
"Demi apapun, tadi aku liat dia dibawa orang, aku sengaja gak ngejar takut dibawa juga, tapi aku ngikutin mereka sampai mereka bawa kak Ranti kemana, langsung aku kabur sebelum ketahuan, nyari kamu dari tadi gak nemu"
"Ngapain sih mereka culik-culik? Setauku kak Ranti gak pernah punya musuh deh"
"Nah aku gak tau, ayo mendingan kita kesana, lapor polisi atau satpam yuk"
"Jangan gila deh, kamu mau kak Ranti ntar malah dibunuh sama mereka?"
"Yaudah kita kesana, kita harus bisa lepasin kak Ranti"

Mereka berdua pergi ke ujung parkiran di Mall ini, dan anehnya parkiran mobil ini tak ada satupun mobil yang parkir. Kini mereka tepat di depan ruang Ranti yang terakhir dilihat Putri dibawa. Mereka melihat keluarga disana seorang bapak dan ibu beserta satu anak laki-laki kecil mereka sedang menikmati makan.

"Pak Buk permisi, mohon maaf mau tanya liat cewek rambut panjang, kulitnya sawo matang, tingginya sebahu saya gak ya?" Tanya Diva memberanikan diri

Keluarga itu pun menoleh kearahnya, muka mereka penuh darah.

"Apa yang mereka makan? Bangkai apa?"
"Ini mbak? Ini saya baru dapet bangkai manusia perempuan, mau?" Ucap bapak-bapak itu
"Kak Ranti? Benarkah?" Kakinya begitu lemas dan dia terus memegang erat tangan Putri yang ketakutan
"Oh bukan mbak itu yang kami makan, mbak itu masih didalam sana" ucap istrinya menunjukkan ke sebuah mobil 

Diva dan Putri berjalan menuju mobil rusak itu, mereka mengintip kesana-sini namun tak ditemukan olehnya.

"Kok gak ada bu?" Tanya Diva menguatkan diri
"Oya kak tadi dibawah sama bunda keatas, kakak perempuan tadi nangis-nangis pas ada bunda"
"Bunda? Siapa lagi dia?" Ucap lirih Putri
"Bunda baik banget loh orangnya kak, dia ngasih kita makan ini udah bersyukur banget"
"Mana ada makanan gak layak kayak gini dikasih ke orang" Ucap Diva dalam hati
Mereka berdua hanya tersenyum dengan ucap anak kecil tadi.
"Bisa bertemu bunda gak ya?" Ucap Diva
"Bisa dong kak, saya antar keatas"
"Terimakasih"

Mereka bertiga menaiki tangga kusam disana, anak kecil itu tangannya penuh darah dan masih ada sisa makanan yang menempel di wajahnya. Sesampainya diatas mereka terkaget saat melihat banyak sekumpulan orang benggong seperti orang gila tapi ada pula yang mengobrol satu sama lain.

"Adek ini tempat apa ya?" Tanya Putri
"Kata bunda ini tempat orang-orang tak berguna kak, dan nanti suatu saat ketika bunda bosan melihat mereka, mereka akan dibuat makan oleh kita" ucap polos anak kecil itu
"Ya Tuhan Diva, kita balik yuk jangan macem-macem di tempat ginian" ucap putri
"Sudah tenanglah"

Mereka menyusuri orang-orang itu baik yang dikamar ataupun diluar kamar. Jumlah mereka mungkin sekitar 20an orang.

"Sampai kak, ini kamar bunda" ucap anak itu lalu mengetuk pintunya "bunda. Bunda. Bunda ada nyariin tuh"

Dari balik pintu terbuka, seorang wanita cantik yang berusia 30 tahunan. Keduanya hanya tersenyum kearahnya.

"Bunda" ucap Wanita itu
"Di...va" "ppppuutri" ucap mereka gugup
"Santai. Kita duduk di meja makan. Maaf ya atas kelakuan mereka yang tidak sewajarnya, padahal saya sudah bilang itu tak baik tapi mereka lakukan saja"
Keduanya mengangguk.
"Oya kalian bidan kan? Kalian teman biasa kan? Bukan satu geng?"
Keduanya lagi-lagi mengangguk.
"Kenapa dia tau ya Put?" Bisik Diva
"Kalian heran ya kenapa saya tau tentang kalian?"
"Saya kesini hanya menanyakan tentang saudara perempuan saya yang dibawa kesini"
"Gak ada, kalian pasti dibohongi oleh keluarga anak kecil itu tadi"
"Whats?" Ucap keduanya
"Semua orang yang diculik gak kesini dulu, diruangan sebelah"
"Terus buat apa anda melakukan semua ini? Untungnya buat anda apa? Anda masih punya hati nurani kan? Kenapa anda setega itu melakukan mereka seperti itu?" Tanya Diva yang marah
"Santai mbak, ingat anak kecil itu tadi? Di bilang disini tempatnya orang-orang tak berguna. Kamu tau anak kecil itu dan keluarganya adalah keluarga orang kaya mereka tak pernah menghargai apa yang dimasakkan oleh pembantunya. Mereka selalu membuang makanan jika tak selera, begitu sebabnya saya taruh mereka dibawah"
"Dan untuk apa anda membunuh orang lalu diberikan untuk dikonsumsi oleh mereka?"
"Sadarlah itu daging sapi yang mereka makan, ternyata mereka berhasil menakuti kalian ya"
"Lalu kenapa saudara saya gak dibawa kesini?"
"Jadi mau saudara anda dijadikan orang tak berguna? di ruang sebelah nanti akan ada pertanyaan-pertanyaan yang menjadikan dia orang layak atau ngak. Kalau dia layak dia pasti dapat pulang dan ingatannya akan dilupakan tentang kejadian yang menimpanya" ucapnya "nah berhubung kalian datang kesini sendiri menemui saya, saya yang akan menanyakan pertanyaan untuk anda-anda. Jika kalian lulus kalian bebas, jika tidak ya menetaplah disini selamanya"
Keduanya hanya menelan ludah
"Oh kalian haus? Saya buatkan minum"
"Tidak terimakasih" ucap Putri
"Tidak apa-apa tidak ada racunnya kok" sahut Bunda

Keduanya pun akhirnya mau meminum minuman yang dibuatkan Bunda, walaupun hatinya was-was.

Bunda mulai bertanya kepada mereka tentang seputar wanita, kesehatan reproduksi, anak dsb. Otak mereka cukup cerdas hingga tak terasa pertanyaan itu habis untuk dijawab oleh mereka.

"Istirahatlah kalian, besok akan ada pertanyaan terakhir yang membuat kalian lolos. Ini sudah larut malam"
"Baiklah, terimakasih" ucap Putri
"Tapi apakah kamu bisa memastikan kalau saudaraku baik-baik saja?" Ucap Diva
Bunda hanya tersenyum.

Keduanya tak bisa tidur dengan nyenyak, hatinya ketakutan. Namun kelamaan mereka bisa tertidur. 

*****

Paginya....

"selamat pagi nona-nona cantik" ucap laki-laki yang nyelonong masuk ke kamar mereka
Keduanya terbangun dengan keheranan.
"Halo halo, Bunda Bund ada cewek-cewek disini kok gak bilang sih?" Ucapnya
"Sudah jangan ganggu mereka, pergi sana"
"Gak asik banget sih Bunda" ucapnya lalu pergi menutup pintu lagi

Keduanya sekarang merapikan tempat tidur dan bersiap untuk pertanyaan terakhir. Pertanyaan demi pertanyaan sudah terjawab, namun Putri yang ragu akan jawabannya membuat Bunda terus menanyainya.

"Oke baiklah, kamu Diva boleh keluar dulu"
"Gak bisa Bunda, aku harus keluar bareng Putri dan kak Ranti"
"Ranti sudah aman. Kamu pasti akan menemuinya diluar. Tinggal Putri yang bertahan disini"
"Negosiasi deh Bunda, aku bakal keluar kalau Putri juga keluar" ucap Diva memegang erat tangan Putri
"Oke baiklah, cuma satu kali kesempatan. Kalau Putri tak bisa menjawab kamu bisa keluar sendiri atau kalian berdua akan disini selamanya!"
"Baiklah, kalian bisa sahut-sahutan tentang pertanyaan ini"
"Siap" ucap keduanya
"Apa arti sahabat buat kalian?"

Keduanya menjawab cukup baik dan bijak.

"Yang pasti Bun, sahabat gak akan pergi ketika sahabatnya sedang kesusahan" ucap Putri
"Kalian boleh pergi sekarang!" Ucap Bunda tersenyum
"Kita pergi!" Ucap Diva
"Terimakasih Bun" ucap Putri

Mereka berdua berlari kecil menyusuri kerumunan orang kembali. Namun mata Diva terhenti saat melihat seseorang. Laki-laki itu adik tingkatnya kuliah, mereka pernah deket sebelum Diva pacaran dengan Nafi.

"Ya Tuhan dia kurus sekali" ucapnya lemas
"Kenapa Div?" Tanya Putri
"Cepat pergi mbak, sebelum Bunda berubah pikiran" ucap wanita disebelah laki-laki yang jadi perhatian Diva
"Ryan!" Sapa Diva
Ryan tak menoleh sama sekali.
"Kamu tak ingat sama sekali denganku Ryan?"
"Cepat pergi Nona, saya tidak punya nama. Ryan bagus juga untuk saya" ucap Ryan yang lugu
"Ryaaaan" ucapnya sambil memeluk Ryan
"Mbak ini siapa kok peluk-peluk saya? Lebih baik mbak pergi sebelum terlambat. Terimakasih sudah memberi nama saya Ryan"
"Siapa yang tega bawa kamu kesini yan?" Ucapnya tersedu
Ryan hanya tersenyum, dia seperti tak ingat hal apapun

Mereka berdua bebas dan mereka melihat Ranti jatuh tergeletak di bawah tembok tak sadarkan diri.

"Kak Ranti" ucap Diva khawatir "bangun dong kak"

Akhirnya setelah menunggu cukup lama, Ranti pun menyadarkan diri. Ketiganya langsung berpelukan erat sangat erat.

******

2 minggu berlalu....
Bisik-bisik kabar teman-teman perempuan di karantina kemarin kalau Raka dan pacarnya bertengkar hebat dan hubungan mereka diambang keakhiran.

Begitu pula Nafi dan Diva masih adem ayem, walaupun Nafi bersikap agak aneh dari biasanya.

#BBM
"Kamu dimana?" Tanya Raka
"Ada apa?" Tanya Diva balik
"Kamu dimana?"
"Lagi sama Nafi ini di mall, ada apa kak?"
"Oh kebetulan. Aku abis ini kesitu sama Lia"

Chat mereka di bbm berakhir sebatas itu, sebenarnya mereka sudah punya contact satu sama lain sejak sma. Diva masih terheran kenapa Raka tiba-tiba menghubunginya.

"Diva!" Sapa seseorang dengan nafas terengah-engah
"Raka? Kak Lia?" Ucap Diva
Wajah Lia sangat ketakutan, dan ketakutan itu pun terlihat di wajah Nafi.
"Ada apa kak?" Tanya Diva kembali
"Semoga Tuhan mengampuni perbuatan kalian berdua!" Ucap Raka
"Loh ada apa kak?" Tanyanya semakin binggung
"Silahkan ada yang mau ngomong duluan?" Tanya geram Raka
"Jangan disini Raka, kita ke parkiran mobil" ucap Nafi gugup
"Baiklah"
Diva semakin binggung dengan apa yang terjadi.

Parkiran mobil...
Keempat orang itu hening. Terlihat dari wajah Lia dan Nafi ketakutan, wajah Raka yang penuh dengan amarah, dan wajah Diva yang penuh tanda tanya.

"Gak ada yang mau mulai juga? Apa aku sendiri yang ngomong?" Ucap Raka
Semuanya berdiam diri. Hening.
"Ba.....iklah" ucap Raka
"Aku aja Ka, yang ngomong" ucap Nafi
Nafi meraih tangan Diva.
"Entah beb aku harus bilang apa, yang pasti aku minta maaf yang sangat besar terhadapmu, janji gak akan marah?"
Diva hanya mengangguk.
"Aku minta maaf telah membawa saudaramu ke tempat itu hanya untuk memberi kamu pelajaran, sebelumnya aku gak mau tapi dipaksa oleh dia" ucapnya menunjuk Lia "dia cemburu saat Raka memelukmu, aku pun sama, tapi aku percaya sama kamu, tapi dia ngak beb, dia berusaha mengompor-ngomporiku supaya aku juga merasakan hal yang sama sepertimu"
Diva rasanya ingin marah, tapi dia hanya menarik nafas panjang.
"Sudah? Ada lagi? Ucap Diva menenangkan diri
Keduanya menggeleng.
"Aku kecewa sama kalian berdua! Kalian gak tau apa yang dirasain sama kak Ranti dan Putri, mereka seperti orang ketakutan, kak Ranti udah gak mau keluar rumah lagi dan Putri pun sama takutnya. Mereka berdua bukan aku, jadi jangan libatkan orang lain dalam urusan kalian ini, harusnya kalian berdua mikir akibatnya gimana, dan harusnya kalian juga mikir harus minta maaf ke siapa dulu!" Ucapnya pergi meninggalkan 3 orang itu
"Diva!" Teriak Lia
"Kalian aku maafkan!" Ucapnya terisak, dia tak menyangka pacarnya sendiri yang menyakitinya
"Beb beb tunggu beb" kejar Nafi
Diva menghentikan langkahnya "berhenti panggil aku beb! Kita break dulu, aku gak bisa liat kamu! Aku gak kuat!" Ucapnya kemudian melangkah cepat
"Kita juga Break!" Ucap Raka pada Lia dan meninggalkan Lia kemudian mengejar Diva "Diva mau aku anter pulang?"
"Ngak terimakasih" ucapnya melangkah cepat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar