Minggu, 25 Oktober 2015

Cinta Tanpa Pandang Status

Raisa cukup berbangga pagi ini dia diajak oleh kakak sepupunya, Rima untuk mengikuti wawancara pekerjaan di tempat kerjanya. Ya Raisa dan Rima satu profesi, mereka sama-sama petugas kesehatan, Raisa lulusan bidan yang baru lulus tahun ini sedangkan Rima sudah 8 tahun di dunia perawat.

Rumah Sakit berbasis angkatan tempat Rima kerja atau berbasis militer. Raisa senang diajak ikut kerja kakaknya, namun yang paling ia benci adalah bertemu orang-orang Angkatan ini. Dari dia masuk kuliah, pacar teman-temannya kebanyakan TNI, polisi, atau pelayaran, sangat sedikit yang berprofesi biasa.

"Kak, aku ngundurin diri aja ya" ucap Raisa
"Sa!" Bentak kakaknya yang membuat Rima marah

Bukan sekali dua kali Raisa minta mengundurkan diri disini, namun Rima bersikukuh ingin memasukkan adiknya yang satu ini. Selain Rima yang bekerja disini, suami Rima pun merupakan Anggota Militer yang punya andil di Rumah Sakit ini. Harusnya Raisa berbangga tak perlu susah payah mencari kerja seperti teman-teman lainnya.

Raisa dan Rima memasuki ruangan, mungkin seperti HRD atau sebagainya. Jantung Raisa berdegup cepat, dia dipertemukan dengan Pak Safiudin untuk melakukan wawancara. 

Wawancara selesai!

Walaupun tak ada niat masuk disini, namun entah mengapa jawaban yang keluar dari mulut Raisa seakan benar saja dan meyakinkan Pak Safiudin. Senyum tergambar dari bibir beliau, lalu menjabat tangan Tasya. 

"Selamat kamu boleh magang disini, kalau kerja kamu baik selama 3 bulan kamu saya angkat jadi pegawai, jadi kamu minta dibagian mana?" Ujar Pak Safiudin
Raisa langsung bersemangat "Terimakasih!" Ucapnya menjabat tangan Pak Safiudin "VK Bersalin atau Nifas saja pak, tapi kalau gak bisa saya ikut Bapak aja gpp" lanjutnya
"Oke Nifas!" Sahutnya lantang "nanti saya akan panggilkan orang untuk mengantarkanmu"
"Baik pak, terimakasih sekali lagi" ucap Raisa dengan senyum yang mengambang

Dia berpamitan kepada Pak Safiudin lalu keluar dari pintu itu, dan dilihatnya Rima dan Suaminya, Mamed. Keduanya berharap hasilnya baik, namun Raisa berakting kecewa.

"Dek, gimana hasilnya?" Tanya Mamed khawatir
"Iya dek, gimana? Aku rela tuker dines pagi demi kamu"
Raisa memeluk kedua orang itu "maaf ya kak" lalu terdiam "Aku diterima kaaaak" serunya lompat-lompat
"Syukurlah, mengagetkan saja" ucap Mamed
"Makasih ya kakak-kakakku sayang" ucapnya memeluk kembali 2 orang itu "baik-baik banget sih, silahkan bertugas kembali, nanti akan ada orang kesini yang mau nganter aku kata Pak Safiudin"

"Rima!" Seru seseorang
"Mbak Diana? Dari ruang nifas kan?" Ucap Rima
"Iya, udah lama banget ya kita gak ketemu"
"Iyalah mbak, kan mbak sibuk banget kayak artis" godanya
"Oya aku ke ruang Pak Safiudin dulu"
"Ngapain?"
"Ngapelin dia hahaha ya gak lah mau ketemu anak magang"
"Anak magang?" Tanya Rima "Dek, kamu di taruh Ruang Nifas kah?" Tanya pelan
Raisa mengangguk pasrah, melihat wajah Diana yang sedikit jutek tapi terlihat baik.
"Lah ini adekku yang magang di ruanganmu" ucap Rima menyenggol Raisa
"Halo mbak Diana" ucap Raisa gugup berusaha tersenyum
"Loh adekmu?"
"Adek sepupu lebih tepatnya"
"Diana" ucapnya mengulurkan tangannya
"Raisa mbak" menjabat tangannya dengan bergetar
"Kok tremor sih dek? Haha santai gak gigit kok dia paling nyakar hahaha" goda Rima
"Tenang aja dek, ayo kita ke ruangan. Kamu pernah praktek disini?"
"Iya mbak, tapi di Poli KB"

*****

2 bulan kemudian.....

Bukan Raisa namanya kalau selalu membenci orang Angkatan, yah You Know lah! Ruang Nifas adalah tempat untuk ibu yang setelah melahirkan untuk berinap beberapa hari. Dan yang melahirkan disini mayoritas istri anggota atau anggota itu sendiri. Dan setiap tempat inap pasti ada orang yang menjenguk, yang menjenguknya pun orang anggota kebanyakan.

"Sudah dek, yang ikhlas dong. Namanya juga rumah sakitnya Angkatan" ucap Mbak Tutik, seniornya yang sudah 5 tahun bekerja disini.
"Iya mbak, sudah 2 bulan masih gak bisa aja ya mbak, masih gak suka" sahutnya
"Makanya dicoba punya pacar Angkatan dek, biar suka hahaha" godanya
"Ogah!" Sahutnya pergi melengos ke ruang tiap ruang

Yaaa hari ini hari cukup melelahkan bagi Raisa, poli Hamil buka selalu ada saja yang gawat dan melahirkan tiba-tiba dan segera pindah ke ruang nifas. Seluruh kamar dari kelas 1 sampai 3 sudah hampir penuh. Dan mirisnya lagi yang jaga hanya Mbak Tutik, Mbak Diana dan Raisa kemudian 1 Mahasiswa praktik, Kepala ruang Nifas bu Susiana sedang ada rapat dari pagi dan tak kembali-kembali.

Akhirnya dinas pun selesai, Raisa selalu pulang bersama dengan mahasiswa, menurutnya mereka berdua masih sama-sama belajar di Ruang Nifas. Makanya tak halnya banyak mahasiswa yang mendekatinya hanya untuk sekedar mengobrol atau bertukar pin bb dibandingkan dengan mbak-mbak yang lain.

"Mbak duluan ya" pamit Dewi
Raisa mengangguk.

Seperti biasa Dinas Raisa selalu disamakan dengan Shift nya Rima atau Mamed, biar hemat bensin katanya. Dan itu disetujui oleh mbak-mbak diruangannya.

"Halo dek" ucap Raisa pada seorang anak kecil yang kebinggungan mencari-cari.
Anak itu tak merespon.
"Sayang cari apa? Mau kemana? Mau kakak anterin?"
"Beli esklim" sahutnya
"Oh kamu cari es krim, mama sama papanya mana?"
Anak itu tak merespon kembali.
Lalu anak itu menarik tangan Raisa "sana!" Menunjuk mini market rumah sakit

Raisa membelikan ice cream untuk anak kecil itu, lalu mereka berbincang banyak hal. Sambil duduk di depan mini market agar ada seseorang yang melihat dan mengenal anak kecil itu.

"Eziiiii, kakek cari kemana-mana gak ketemu" ucap laki-laki parubaya
Ezi hanya nyengir sambil belepotan es krim dibibirnya.
"Terimakasih ya mbak, sudah jaga cucu saya"
"Oh eh Terimakasih kembali" sahut Raisa binggung
"Ini uang buat beli es krimnya"
"Oh gak usah pak, saya ikhlas. Saya permisi dulu mau pulang" ucap Raisa berpamitan "Bye, Ezi" sambil mencubit pipinya gemes.
Ezi tersenyum kearah Raisa sambil melambai "da da da" ucapnya

****

3 bulan sudah Raisa bekerja disini, dari awal Raisa ingin dijadikan pegawai karena sudah giat bekerja, seluruh pegawai di ruang nifas bahkan mahasiswa senang bersamanya. 

Pengumuman tentang tenaga kesehatan training untuk dijadikan tenaga kesehatan di militer tersiar luas di kawasan rumah sakit, termasuk di telinga Raisa. Semua pegawai tau Raisa tak suka dengan orang Angkatan, namun karena beberapa pegawai sudah pernah menjadi tenaga kesehatan training, akhirnya mereka sepakat memilih Raisa pegawai magang yang akan diangkat menjadi pegawai dan Mbak Wiwin yang sudah bekerja selama 2 tahun.

Raisa menolak abis-abisan dan berusaha menjadi yang terburuk. Dia mengeluh pada mbak-mbak seniornya. Namun karena sudah kesepakatan bersama akhirnya Kepala Ruangan yang mendengar Raisa tak mau ikut, turun dan angkat bicara untuk meyakinkan Raisa ikut.

"Bukan untuk bertemu Angkatan-angkatan itu, tapi pengalaman non" ucap Bu Susi
"Ngeh bu, tapi saya kan baru bu, masih ada mbak-mbak yang lain"
"Sudah kesepakatan Raisa, saya suka kinerja kamu, teman-teman yang lain juga suka dengan kamu non"
Raisa terdiam dan berpikir panjang "baik bu, saya mau"

****

Hari demi hari training melayani Angkatan baik yang perempuan atau pun laki-laki. Tak halnya banyak yang menggoda di Angkatan laki-lakinya namun Raisa tak mengubris walaupun terkadang banyak yang frontal.

Istirahat!!!!

Hari ini adalah hari keluarga banyak diantara anggota yang mengajak keluarganya dan pacarnya maybe. Ya Raisa hanya ditemani kak Mamed kakak iparnya yang setia dan kak Rima yang tak bisa hadir karena ada urusan.

"Sa, aku tinggal dulu ya. Ati-ati kamu digoda lagi hahaha" goda Mamed
"Apasih kak, justru keberadaan kakak disampingku memancing mereka datang tau gak sih" ucapnya sebal
"Haha mereka kan capernya gak ke aku doang dek, sama kamu juga. Makanya buka hati" ucapnya
"Tau ah gelap! Katanya mau pergi?" Sahut ketus Raisa
"Dih ngusir, yaudah selamat bersenang-senang, semoga ada anggota yang jomblo terus mendekat ke kamu haha"

Raisa masih tak enak melihat pakaian doreng-doreng hijau tua sebanyak ini. Banyak beberapa anggota Angkatan yang perempuan mengajaknya masuk dan ikut mengobrol dengannya dan keluarganya. Namun Raisa merasa tak enak, lebih baik dia mencari keberadaan partner nya, mbak Wiwin.

"Ah sial! Aku lupa pacarnya mbak Wiwin kan anggota juga" ucapnya ketus

Dia berjalan mengelilingi seperti orang bodoh tak tau arah, namun matanya menuju ke satu arah, anak kecil yang sedang marah-marah dengan Tablet atau smartphone besar. Dia mendekat kearahnya yang sedang terduduk sendirian tanpa orang dewasa disampingnya.

"Eziiiii!" Teriak Raisa sambil memeluknya
"Halo kakak baik" ucap Ezi, bocah 4 tahun itu
"Kamu kenapa? Kok marah-marah?"
"Ini nih gak bisa" serunya menangis
"Loh kakak kan gak tau Zi, mainnya gimana"

"Gini mbak caranya bikin anak kecil diem" sahut seorang Angkatan laki-laki membenarkan Tablet yang dipegang Ezi.

Raisa melihat laki-laki itu tinggi, manis, berotot dan anehnya kulitnya masih bersih gak item dekil dari kebanyakan orang disini. Raisa tertegun melihat Ezi bisa diam saat laki-laki itu membenarkan tabletnya. Senyum terpancar dari laki-laki itu.

*****

"Sa! Kita terpilih untuk masuk di kapal!" Seru Wiwin saat mereka kembali ke ruangan mereka
"Hussss udah tau, jangan ramai-ramai" ucap Raisa
"Kenapa sih?"
"Males kalau mereka tau! Nanti heboh deh tanya ini itu kenapa kita bisa masuk mbak"

"Ciyeeee masuk tenaga kesehatan di kapal, gaji lebih gede dari kita disini tuh dek" sahut Mbak Diana saat pergantian shift
"Selamat ya non" ucap Bu Susiana
"Terimakasih" ucap Raisa dan Wiwin

*****

Sebulan di kapal tanpa orang yang dikenal sama sekali itu bikin repot. Petugas kesehatan disini hanya 8 orang 3 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Dan yang lainnya adalah anggota TNI AL. Berlayar mengarungi laut jawa untuk 3 bulan yang kadang tak ada sinyal.

Semua berjalan seperti sebaiknya, Raisa adalah satu-satunya orang yang sering ngedumel karena godaan atau bercandaan para Angkatan itu.

"Ganjen banget sih! Gak mikir istri atau pacarnya disana" gerutu Raisa
"Sabar dong non" sahut Dokter Krisna
Raisa menarik nafas panjang saat mulai emosi.

*****

"Weee 2 minggu lagi balik surabaya" teriak seorang Angkatan laki-laki
"Kita party!!!" Sahut yang lainnya

Yaap suara musik berdentum sana-sini, kadang musik dangdut kadang pula musik DJ. Raisa hanya melihat dari atas, sedangkan teman-teman sejawat lainnya ikut bercampur baur dengan para Angkatan.

"Ya tuhan, segeralah pulang! Ini kali ya yang membuat nama mereka jelek saat berlayar!" Gerutu Raisa melihat kearah bawah tempat pesta itu
"Jelek apa sus?" Tanya seseorang mendekat kearahnya
"Oh gpp" sahut Raisa tersentak saat melihat laki-laki itu, laki-laki tampan yang ditemuinya saat bersama Ezi.
"Kenapa gak turun ke bawah?" Tanyanya lagi
"Malas" sahutnya ketus
"Itu teman-temanmu pada seneng-seneng"
"Ya memang. Tapi saya gak suka kegaduhan"
"Disini dingin loh kalau malam, gak mau masuk aja?"
Raisa hanya melirik laki-laki itu.
"Kenapa diem? Ada yang salah dari ucapan saya?"
"Oh enggak kok" sahut Raisa seadanya
"Romy" ucap laki-laki itu memberikan tangannya

Raisa enggan berkenalan dengan mereka sebenarnya, tapi karena Romy tampan, tak apalah.

"Raisa" menjabat tangan Romy
"Kamu anak baru ya?"
Raisa hanya mengangguk.

"Kapten Romy!" Sapa seseorang
"Iya ada apa?" Sahutnya
Raisa terkaget "Whats? Kapten? Semuda ini?" Serunya dalam hati
"Ada hadiah dari anak-anak Kap, di kamar anda" sahutnya menyeringai
Romy langsung membelalakan mata, memberi sinyal "sudah berapa kali saya bilang, saya tak ingin hal seperti itu" bentaknya
"Oh baik Kap, saya pikir anda ingin senang-senang"
"Sudah pergi sana!" Ucap ketus Romy
"Baik Kap, yang lagi kecantol sama suster Raisa nih yeee, suster Raisa galak Kap, digodain sok jual mahal" ucap laki-laki itu
"Maksud anda apa?" Tanya Raisa sebal mendekat kearah anak buah Romy
"Sudah, sudah kamu pergi sana! Bikin mood jelek aja" ujar Romy mengusir rekannya itu

"Maafkan teman saya" ucap Romy menyesal karena temannya tak sopan
"Ya" sahutnya pendek
"Kenapa sih kamu jutek banget?"
"Gpp"
"Oh common Sa, misterius banget sih nih perempuan"
"Saya boleh pamit?" Tanya Raisa
Romy langsung menarik tangan Raisa.
"Hei. Kenapa sih kamu sok jual mahal banget?"
"Lepaskan tangan saya" berontak Raisa
"Baik, tapi jawab dulu pertanyaan saya"
"Baiklah, satu saya gak suka Angkatan seperti anda dan orang-orang disini, kedua pacar teman-teman kuliah saya banyak yang Angkatan, polisi dan pelayaran jadi saya bosan kalau harus stag yang sama" ucapnya sambil menarik nafas panjang.
"Terakhir, kenapa kalian suka menggoda atau bersenang-senang dengan perempuan lain? Padahal kalian punya istri dan pacar yang menunggu kalian" lanjutnya
"Gak semua, Angkatan seperti itu" bentak pelan Romy
"And well, kalau boleh saya tau hadiah dari rekan Kapten itu pasti perempuan-perempuan kan yang ada di kamar?" Celetuk Raisa spontan
Romy membelalakan mata kembali, bagaiaman Raisa bisa tahu.
"Ya dari raut Kapten bisa terlihat kok. Saya boleh pamit? Dan lepaskan tangan saya" berontaknya kembali
Romy melepaskan tangan itu.
"Tapi saya gak seperti yang kamu katakan, jangan samakan saya dengan yang lainnya" teriak Romy saat Raisa mulai pergi menjauh
Raisa yang berjalan hanya senyum-senyum sendiri.

Saat di kamar....
Kejadian Raisa dengan Kapten Romy langsung menyebar luas. Raisa langsung menutup kupingnya saat teman-teman sekamarnya mulai bertanya-tanya tentang kejadian tadi dan apa yang dilakukan mereka berdua.

"Sa! Kamu harus cerita!" Paksa mbak Wiwin

Yaaa semalaman Raisa tak bisa tidur karena harus menjawab dan menghindar dari pertanyaan-pertanyaan aneh dari teman sekamarnya itu.

****

Ya hari demi hari dilalui Raisa, dia menjadi buah bibir di satu kapal. 

"Ciye suster Raisa sama Kapten"
"Sus, diapain aja sama Kapten?"
"Suster Raisa, gak diapa-apain kan sama Kapten?"
"Suster, Kapten setia loh"

Ucapan itu keluar dari mulut para Angkatan saat ingin periksa di Klinik Kapal. Tujuan mereka hanya menggoda Raisa saat beberapa hari yang lalu.

"Aaaaah Dokter aku capek! Kenapa yang digoda aku terus? Kan yang lain banyak" keluh Raisa pada Dokter Krisna
"Sabar non, jadi orang famous dalam semalam dan di kapal itu susah"
"Tapi kalau saya terus capek dok" ucapnya
"Kamu itu harusnya beruntung, Kapten Romy mau mendekat ke kamu, dari dulu dia itu gak pernah namanya main perempuan"
"Dokter gak usah bela dia deh" ucapnya sebal

Pintu Klinik tiba-tiba terbuka, seseorang masuk, Ya! Itu orang yang diomongkan Raisa dan Dokter Krisna.

"Eh panjang umur Kap, kita barusan ngomongin situ loh" celetuk Dokter Krisna
Raisa langsung menyikut lengan Dokter Krisna.
"Saya boleh bicara sebentar dengan suster Raisa, Dok?" Tanya Romy
"Oh silahkan, yang lama juga gpp Kap" ucap Dokter Krisna nyengir

Romy langsung menarik tangan Raisa. Raisa jadi marah akibat perlakuan kasar Romy untuk kedua kalinya. Memang semenjak kejadian malam itu Raisa jadi menghindar, kalau gak ada perlu lain langsung ke kamar. Sehingga tak ada mulut-mulut ember yang akan dia dengarkan atau bahkan ketemu Kapten Romy.

"Lepasin saya Kap!" Bentak Raisa
Romy langsung melepas tangan Raisa.
"Saya minta maaf sudah tidak sopan dengan kamu" ucap Romy mengulurkan tangannya

Raisa melihat tangan itu, menjabat tangan itu untuk kedua kalinya dan diselimuti dengan perasaan marah, membuatnya enggan untuk bersalaman.

"Sudah dimaafkan!" Ucap ketus Raisa menyilangkan tangannya
"Ikhlas gak? Kalau ikhlas diterima dong jabatan tangannya"
Raisa langsung menjabat tangan itu cepat.
"Oke sudah selesai kan? Saya boleh pamit?"
"Kita mengobrol sebentar disana, sambil menghirup udara segar"
"Saya punya banyak kerjaan, apa Kapten gak ada kerjaan lain?"
"Kan tadi saya sudah izin sama Dokter Krisna, dibolehin tuh. Dan saya kan asisten Kapten, bukan Kapten yang sebenarnya, saya tadi sudah izin ke Kapten dan disilahkan juga"
Raisa hanya mengeryitkan dahi.
"Ayolah, jangan sok jual mahal gitu. Saya ingin kita mengenal lebih dekat"
"What? Saya yang gak ingin Kap!" Ucapnya lalu pergi
"Aku suka kamu Raisa! Dari pertama kita bertemu!" Teriaknya
Raisa langsung menghentikan langkahnya
"Percayalah Raisa! Aku bukan orang yang seperti kamu bayangkan!" Teriaknya lagi

Raisa lalu melanjutkan langkahnya kembali. Romy tampak menyesal telah membuat Raisa kecewa dari awal. Dia jatuh cinta pada Raisa sejak pertama melihatnya bersama Ezi.

*****

Di telinga Raisa selalu berdenging "aku suka kamu Raisa" ucapan dari Kapten Romy beberapa hari yang lalu. Dan itu membuatnya hampir tak bisa tidur semalaman.

"Oh Raisa! Sadarlah! Itu hanyalah bualan laki-laki" ucap Raisa memarahi diri sendiri

Karena bosan dia harus di kamar terus akibat hari ini libur tidak ke klinik, akhirnya dia keluar di sore hari untuk melihat sunset. Dia berdiri diujung kapal bagian atas melihat laut untuk terakhir kalinya mungkin, karena 3 hari lagi sudah balik ke rutinitas rumah sakit.

Wajah Romy tiba-tiba tersekelibat dipikirannya untuk beberapa saat.

"Halo suster Raisa" sapa seorang Angkatan laki-laki
Raisa hanya diam tak mengubris
"Idih sok jual mahal banget sih Sus!"

Raisa menahan dirinya agar tak marah.
Laki-laki itu mendekat kearah Raisa, dan memeluk bahu Raisa begitu saja. Raisa langsung naik darah akibat perlakuan tidak sopannya itu.

"Maaf perlakuan anda tidak sopan! Saya bisa laporkan anda ke....."
"Ke siapa? Kapten Romy pacar suster?" Ucapnya terus menggoda

Raisa benar-benar rasanya ingin mencakar laki-laki itu. Tiba-tiba laki-laki itu memeluk Raisa.

"Oy lepasin!" Teriak Raisa yang berontak berusaha melepas, dia merasa ketakutan "ya tuhan adakah orang yang akan menolongku disini?" Ucapnya dalam hati

"IMAN!" Bentak seseorang
"Kapten?" Kagetnya langsung melepas pelukannya.
Raisa langsung bersembunyi dibelakang Romy.
"Maaf Kap, saya gak ada maksud" ucapnya merasa bersalah dan ketakutan
"Nanti saya laporkan anda ke Kapten Bimo atas perlakuan yang tidak enak terhadap Suster Raisa"
"Saya mohon jangan Kapten" melasnya terduduk "Suster Raisa saya mohon maafkan perlakuan saya, saya janji tidak akan seperti itu lagi, saya mohon jangan laporkan ke Kapten Bimo" ujarnya memegang tangan Raisa dan Romy
Raisa merasa kasihan dan menganggukkan kepalanya pelan.
"Raisa?" Tanya Romy kaget "dia sudah berbuat hal buruk terhadapmu"
"Terimakasih Suster, saya pamit dulu Sus, Kapten Romy"
Raisa hanya tersenyum melihat wajah amarah Romy.

"Kenapa kamu memaafkan dia begitu saja?" Tanya Romy marah, cemburu, tak terima dengan perlakuan rekannya.
"Allah saja Maha memaafkan, masa kita enggak?" Ucap Raisa tersenyum sambil merasakan angin yang berhembus di waktu senja

Romy hanya tersenyum, sekarang dia mengerti betapa sosok yang baik perempuan yang membuatnya jatuh cinta ini. Matahari mulai menghilang tertutup bulan.

"Sudah malam Kap, saya pamit dulu" ucap Raisa
"Tunggu" memegang tangan Raisa
"Ada apa?" Tanyanya
Romy tersenyum, kali ini Raisa tak berontak ketika dipegang tangannya.
"Gpp, terimakasih sudah tak marah saat aku memegang tanganmu" ucap Romy dengan senyum mengambang
Raisa hanya tersenyum malu-malu.
"Terimakasih sudah melindungiku" ucapnya memeluk Romy cepat lalu pergi sambil senyum-senyum sendiri

Romy yang masih terkaget akan pelukan Raisa rasanya masih terasa hangat, sayang dia tak sempat membalas pelukannya. 

"I Love you Sa!" Teriak Romy

******

Beberapa jam lagi sampai di surabaya. Semua sudah bersiap dengan barang bawaannya masing-masing. Semua orang hampir keluar dari kamarnya masing-masing.

Surabaya....

Semuanya turun dengan wajah yang sumringah, disambut oleh orang-orang yang mereka sayangi. Termasuk Raisa dia disambut oleh kak Mamed dan kak Rima.

"I miss you much kak" ucap Raisa memeluk kedua orang itu
"Hm dek, denger-denger ada yang deket sama Angkatan nih" goda Mamed
"Denger berita darimana kak?" Tanya Raisa
"Ada lah"
"Ciyeee kecantol juga sama Angkatan, uhuk uhuk" goda Rima
"Apasih kak, enggak kok bertemen aja" ucapnya malu-malu
"Dek, sepertinya ada yang mau kesini" ucap Mamed
"Hai Bang Mamed" sapa seseorang yang tak asing di telinga Raisa
"Halo Kapten muda!" Sahut Mamed
"Romy?" "Raisa?" Kaget keduanya
"Oh jadi ini toh yang gosipnya melebar luas, cakep dek" ucap Rima menyikut Raisa
"Loh kamu kenal sama Raisa?" Tanya Mamed
"Iya bang Med, gak kenal lagi udah jatuh cinta" celetuknya
"Whats?" Kaget Rima dan Mamed, Raisa hanya menunduk malu
"Minta nomermu boleh, Sa?" Tanya Romy
"Buat?"
"Buat ngelamar kamu lah" godanya
"Gila. Gak mau!"
"Becanda. Can i contact your phone number?"
Raisa mengangguk sambil tersenyum.

Sepanjang perjalanan, Raisa jadi bahan bercandaan oleh Rima dan Mamed. Yah you know lah Raisa yang dulu 'anti' dengan orang-orang seperti Mamed, malah disukai oleh Angkatan. Yap! Karma sepertinya yang sedang dialami Raisa.

*****

Beberapa minggu sudah Raisa berhubungan lewat sms, telpon dan social media yang lain. Raisa seperti terbang melayang saat ada yang berhubungan dengan Romy, mereka berdua tak jarang bertemu disela-sela kesibukan.

"Sa, merried yuk" ucap Romy laki-laki yang beda umur 6 tahun dengannya di telpon
"Whats? Gila deh mulai"
"Serius"
"Aku yang gak siap, nikah itu sekali seumur hidup"
"Iya aku tau, tapi aku yakin kamu yang terbaik"
"Gak secepat ini, bisa gak sih omongan kita keluar dari ini?"
"Iyasudah, aku minta maaf"

Keduanya terus mengobrol satu sama lain lewat telpon. Memang Romy sering mengajak Raisa untuk menikah, tapi selalu mendapat penolakan oleh Raisa. Tapi Romy tak akan menyerah begitu saja.

*****

"Sa, aku pengen ajak kamu ke rumah"
"Ngapain?"
"Mau kenalin kamu sama keluargaku"
"Terus?" Tanyanya mulai was-was
"Ya biar tau, kalau kamu calonku nanti"
"Belum siap kan aku bilang"
"Harus siap ya Sa, aku gak pengen nunda lagi. Aku ingin miliki kamu seutuhnya"

Mereka terus berdebat di kantin Rumah Sakit. Pada sampai akhirnya Romy berhasil meyakinkan Raisa untuk ikut ke rumahnya.

Saat di Rumah Romy.....

"Assalamualaikum" ucap keduanya
"Walaikumsalam" ucap seorang bapak-bapak parubaya
"Loh bapak?" "Loh mbak?" Kaget keduanya bersamaan
"Loh papa sudah kenal Raisa?"
"Papa?" Seru pelan Raisa
"Dia yang waktu itu sama Ezi di mini market rumah sakit, beliin es krim 3 cup"
"Oya?" Ucap Romy
"Iya, jadi Ezi adik kamu?" Tanya Raisa polos
"Kok adik? Dia itu anaknya Romy" ucap Papa Romy
Raisa terdiam mematung, hatinya terasa hancur mendengar itu.

"Raisa mau minum apa?" Tanya Papa Romy
"Seadanya om" berusaha untuk tersenyum ikhlas
"Baiklah, Ezi pasti seneng kalau liat kamu ada disini"
"Oya? Emang Ezi kemana?"
"Ezi masih sekolah PAUD, mungkin abis gini pulang" ucap Pak Sahid, Papa Romi kemudian memanggil Asisten Rumah Tangganya.

Romy merasa tak enak pada Raisa karena tak memberitahunya dari awal. Raisa menoleh tak enak kearahnya. Romy mengenggam tangan Raisa, namun Raisa menolaknya.

"Assalamualaikum Opa!" Ucap Ezi bersaliman dengan Pak Sahid
"Eh kakak baik hati" ucap Ezi saat melihat Raisa "halo kak" lanjutnya bersaliman dengan Raisa
Ezi langsung duduk disamping Pak Sahid.
"Loh ke papa gak salim nak? Ayo jadi anak yang baik harus berbakti kepada orang tua. Gak mau jadi malin kundang kan?" Jelas Pak Sahid
"Iya, halo Pa" sahut Ezi malas
Keadaan seperti ini yang mengherankan bagi Raisa, Ezi dan Romy adalah Anak dan Papa, tapi Ezi seakan tak menyukai Romy.

"Kakak baik hati ini, namanya kak Raisa" jelas Pak Sahid
"Halo kak Raisa" sapanya tersenyum ikhlas "Kak, aku mau bawa kakak ke dapur deh, disana ada esklim setempat gitu, kita bisa makan bareng" ajak Ezi menarik tangan Raisa

Sekarang Raisa tau, anak sama Papanya sama aja, paling suka menarik tangannya dengan kasar dan terburu-buru.

Keduanya makan di dapur, Raisa sambil melepas sepatu dan kaus kaki Ezi. Romy melihat itu sambil tersenyum, kedekatannya dengan anaknya sendiri tak sampai seperti itu. Namun anaknya lebih senang dekat dengan Raisa orang yang baru ditemuinya 2x.

"Sayang, kenapa sih sama Papa?" Tanya Raisa
"Hm kak Raisa kok bisa kesini sama Papa?" Tanyanya balik
"Loh kok balik nanya? Ya papa sama kak Raisa temenan"
"Oh gitu" ucapnya sambil memakan eskrim "Ezi gak suka sama papa, papa gak sayang sama Ezi, masa iya pergi terus gak pulang-pulang, kalau biasanya Papanya temen-temen sekolah kan nganter sama di depan kelas. Lah papa gak pernah sama sekali, palingan Opa kalau gak gitu Pak Rohim supirnya Opa" ujar Ezi polos
"Oh gitu" ucap Raisa mengangguk-anggukan kepalanya "terus mama Ezi kemana?"
Ezi langsung terdiam "kata Opa, mama pergi ke Surga saat melahirkan Ezi"
Raisa langsung tersentak mendengar ucapan Ezi barusan.
"Papa sama kak Raisa pacaran?" Tanyanya polos
Raisa terdiam mematung, binggung harus menjawab apa. Raisa hanya tersenyum kelu sambil berusaha menata hatinya.

"Papa boleh gabung nak?" Tanya Romy yang tiba-tiba datang
Ezi tak menyaut hanya mengangguk dan melanjutkan makan eskrim nya.

Ketiga dibaluti dengan keadaan hening entah harus berbuat apa, dan mulai dari mana. Sampai akhirnya Pak Sahid datang membawakan minuman untuk Raisa.

"Raisa kerja di Rumah Sakit ya?" Tanya Pak Sahid
"Iya om"
"Raisa sudah kenal lama sama Romy?"
Raisa menelan ludahnya berkali-kali.
"Iya Pa, pas saat di kapal sih. Waktu itu juga pernah sekali pas gathering keluarga, dia deketin Ezi" sahut Romy membantu Raisa
Raisa hanya nyengir seakan setuju dengan ucapan Romy

"Papa sama kak Raisa pacaran? Tadi aku tanya kak Raisa diem aja" Tanya Ezi tiba-tiba
"Kalau Ezi setuju, boleh?"
Ezi menganggukan kepalanya. Senyum terpancar dari bibir Romy dan Papanya.

Hati Raisa kini binggung harus berbuat apa, dia sama sekali tak siap menerima ini. Dia kenal Ezi, bahkan kadang Ezi adalah anak kecil yang wajahnya selalu terbayang, dan Romy laki-laki yang akhir-akhir ini membuatnya nyaman hingga terbang melayang ke angkasa.

Mereka berempat kemudian mengobrol tentang keseharian Ezi selama di sekolah. Ya walaupun saat Romy, papanya sendiri bertanya tidak dijawab olehnya. Sampai akhirnya, Raisa ingin sekali pulang, dia masih tak sanggup menerima kenyataan ini.

Sepanjang perjalanan Romy dan Raisa dalam keadaan diam. Lebih tepatnya Raisa yang super bawel dapat duduk tenang tanpa suara. Romy menyadari ini namun ia memilih bungkam untuk membuat Raisa tenang.

"Terimakasih" ucap Raisa saat sampai di rumahnya
"Maaf" sahut Romy menyesal
Raisa hanya mengangguk.

Raisa berjalan menyusuri rumahnya, syukurlah tak ada orang dirumahnya yang akan menanyainya aneh-aneh dengan raut wajah seperti itu. Dia langsung berlari kearah depan rumahnya, YAP! Itu rumah Rima dan Mamed.

"Assalamualaikum" ucapnya
"Walaikumsalam ka Sa!" Ucap kedua ponakannya, Riska dan Ega
"Papa sama mama ada?"
"Papa ada kak, di depan tv, mama masih kerja kak"

Raisa langsung berlari kearah ruang TV, Mamed terkaget dengan raut wajah 'semrawut' nya.

"Loh kamu kenapa dek?" Tanya Mamed kebinggungan.
"Kaaaaaak" ucap terisak memeluk Mamed
"Kamu kenapa nangis dek?" Tanyanya melepaskan pelukan Raisa
Raisa masih sibuk dengan tangisannya yang ia pendam dari tadi.
"Kamu kenapa toh dek?" Tanya Mamed lebih sabar lagi
"Hm Anu Kak, si Romy ternyata udah punya anak" ucapnya sambil terisak
"Loh kan emang iya dek, aku kira kamu sudah tau. Jadi kakak diem aja" ucapnya 
"Loh kakak sudah tau? Kenapa gak bilang sih kak, Romy gak bilang apa-apa kak, dan kakak tau, anaknya itu pernah aku temenin pas dia kebinggungan mau beli es krim dan anaknya sebut aku 'kakak baik hati' aku binggung kak, perasaanku campur aduk" ucapnya terus terisak
"Kamu kenal Ezi?"
Raisa mengangguk
"Sayang sama Romy?"
Raisa menganggukkan kepalanya
"Sama Ezi?"
Raisa menganggukkan kepalanya lagi
"Jadi? Ada yang salah?"
Raisa terdiam.

Setidaknya bercerita dengan Mamed dapat menentramkan hatinya. Rima yang datang dari dinas juga sama kagetnya melihat Raisa menangis di depan Mamed. Dia hanya bisa memeluk sabar adiknya sepupunya itu.

*****

Beberapa hari kemudian...
Romy selalu menghubungi Raisa namun tak ada respon, bahkan saat Romy menghampirinya di ruangan Rumah Sakit Raisa malah bersembunyi dan tak mau menemuinya.

Romy pun menghubungi Raisa via telpon Line dan tak sengaja diangkat Rima saat pulang shift bersama.

"Kak kok diangkat sih?" Tanya Raisa sebal
"Diselesaikan baik-baik. Sudah seminggu lebih loh kalian berantem"
Raisa mengangguk pasrah

"Halo"
"Alhamdulillah. Akhirnya kamu mau angkat juga"
"Ada apa?"
"Gpp, kangen suaramu aja"
Raisa tak membalas
"Boleh bicara sebentar, video call ya"
"Ya"
Raisa menghadapkan hpnya didepan wajahnya.
"Halo kakak baik hati" - sapa Ezi disamping Romy
"Ezi?"
"Kakak marah sama papa ya? Maafin papa ya kak, gak ngomong jujur sama kakak"
Air mata Raisa rasanya ingin keluar tapi ditahannya. Akhirnya dia menggeleng.
"Ezi pasti seneng kalau punya mama yang baik hati kayak kakak, nanti Ezi bisa pamer ke temen-temen kalau Ezi punya mama yang cantik dan baik hati"
Raisa hanya tersenyum
"Sa, maafin aku ya. Aku minta maaf selama ini gak jujur sama kamu. Aku tau kamu orang baik, aku tau kamu sayang Ezi, tolong maafin aku"
"Iya kak, maafin papa ya kak"
"Iya Sa, aku minta maaf ya. Ezi seharian ngomel ke aku, karena gak bilang dari awal"
Raisa mengangguk dengan mata berkaca-kaca
"Terimakasih" seru keduanya
"Oya aku dan Ezi berdamai loh demi kamu, Ezi mau ngomong duluan ke aku cuma gara-gara kamu ngambek sama aku"
"Alhamdulillah kalau gitu"
"Jadi kakak mau jadi mama baru buat Ezi?"
"Do you wanna be my wife?"
Raisa mengangguk sambil berlinang air mata.
"Yeaaaaaay!!!" Seru keduanya bertepuk tangan

Sampai akhirnya Ezi tiba-tiba muncul dihadapan Raisa membawa sebuket bunga mawar merah.

"Do you wanna be my new mama?" Tanya Ezi tersenyum memberikan bunga
Raisa mengangguk

Romy tiba-tiba datang membawa sebuah kotak kecil dan membukanya, itu sebuah cincin emas putih.

"Will you marry me? Do you wanna be my wife and wanna be new Ezi mama?" Ucapnya

Raisa sudah tak bisa berkata apapun dia hanya mengangguk-anggukan kepalanya sambil menangis bahagia. Ezi memeluk raisa sangat erat, begitu pula dengan Romy yang tak mau kalah memeluk Raisa. Mereka bertiga merasa mempunyai keluarga baru dan bahagia.

Senin, 19 Oktober 2015

Happiness

"Kak!!! Oh my god!" Teriak Tasya
"Apa Sya?"
"You know kak, laki-laki yang aku tangisin dulu jaman SMA dia mau case xiaomy nya, dia minta warna biru sama item, ada kan? Ada kan? Jangan sampai abis kak" rengeknya "i miss him so much more more more!"
"Lebay lu" toyor Luna "tenang stok aman! COD apa kirim-kirim?"
"Ya jelas COD lah" ucap Tasya berbinar-binar
"Kapan? Jam berapa?"
"Katanya sih nanti jam 5, semoga jadi" ucapnya berdoa
"Amin" mengiyakan ucapan adiknya satu ini yang sedang jatuh cinta

Di kamar Luna
"Kak acc! Jam 5 nanti ya, aku mau dandan cantik dulu" ucap Tasya lalu pergi
Luna hanya menjawab dengan senyuman

Circle Key....

"Halo" sapa kak Luna
"Oh hay mbak, hay dek" sahut Laki-laki
Keduanya hanya tersenyum
"Luna" ucapnya sambil memberikan tangannya
"Haski"
"Okay, total 60rb ya" ucap Luna
"Ini mbak" sahut Haski memberikan uang 100rb
"Uang pas gak ada?"
"Gak ada mbak, bawanya ini aja sama 50an"
"Haduh aku juga gak bawa duit kecil" ucap Luna "Sya, kamu bawa gak?"
"Hah? Gak ada lah, orang tadi situ ngobrak-ngobrak suruh cepetan, mana bawa duit"
"Hm ada atm? Didalem ada atm tuh, via rekening aja"
"Oke rekeningnya berapa?"

Haski pun masuk ke dalam Atm, namun dari raut wajahnya tak begitu menyakinkan.

"Mbak. Sorry, saldo tinggal 90rb. Gak mungkin bisa transfer"
"Terus gimana ya? Apa besok aja? Kirim-kirim?"
"Jangan mbak, satunya punya temen soalnya"
"Hm gimana kalau Tasya ikut saya ke rumah saya? Nanti saya bawa ini barangnya, kurangannya saya kasih Tasya? Bagaimana? Nanti saya antarkan dia pulang"
"What?" Kaget Tasya dan Luna berbarengan
"Kenapa kaget? Gak diapa-apain kok Tasya nya"
"Bang, kamu sehat?" Tanya Tasya
"masih, gpp kan mbak?" Tanya Haski pada Luna izin
"Aku sih gak bisa ngapa-ngapain, tergantung nih anak mau apa gak?"
"Sya?" Tanya Haski

Hati Tasya berdegup sangat kencang, dia tak menyangka orang yang membuatnya menangis, pergi mengajak ke rumahnya. Tasya pun mengangguk pelan.

"Yaudah, aku izinkan apa kamu Sya?" Tanya Luna
"Hm. Bilang aja keluar sama temen SMA nya" sahut Haski
Tasya hanya mengangguk.

Luna pun berpamitan kepada Haski dan Tasya. Keduanya kini di suasana hening, tak ada yang memulai pembicaraan.

"Yuk, Dek!" Ajak Haski menarik lengan Tasya

Sesampainya di Rumah Haski, rumahnya tampak sepi dan ini rumah barunya. Yang Tasya tau rumahnya yang sebelumnya ada di perkampungan dan yang sekarang di perumahan cukup elit di daerah ujung surabaya.

"Kamu tunggu sini dek, aku mau tuker di indomaret depan, gak ada uang kecil"
"Kenapa gak di ck aja tadi bang, jadi kan aku gak perlu kesini"
"Gak kepikiran dek"
"Hm bilang aja kan mau kangen sama aku haha" goda Tasya
"Ih pede banget haha" sahut Haski "udah ya mau ke indomaret dulu, mau titip sesuatu?"
"Minuman dingin deh apa aja"

Haski keluar dari rumahnya dan bergegas ke indomaret. Tasya berjalan mengelilingi rumahnya yang baru, rasanya rumah ini terlalu besar untuk dihuni 3 orang, mamanya Haski, Haski dan adiknya Rizal.

Dia terduduk di kursi, tepat di depan TV. Dia menyalakan TV namun tak ada acara bagus sama sekali, matanya tertuju pada dvd, sepertinya dia ingin menonton sesuatu.

"Ini film apaan sih? Kok gambarnya telanjang semua?" Serunya sendiri "dasar laki, yang diliat gituan mulu" lanjutnya ngomel

"Dek!" Sapa Haski
"Eh sorry bang" kagetnya tak sengaja membuang dvd yang dipegangnya "film mu gak ada yang lebih bermutu lagi?"
"Haha kayak gak pernah liat ginian aja" godanya
Tasya hanya nyengir.
"Kamu mau nonton film? Ke bioskop ta? Yuk yuk" ajaknya
"Enggak ah, males. Gak ada yang bagus"
"Dari dulu gak berubah, sotoy!" Ucapnya mengusap lembut kepala Tasya
"Ih lepasin kek!" Teriaknya manja
"Yaudah di kamar ada film bagus, romantis Fifty Shade Of Grey"
"Kayaknya pernah denger, itu yang sountrack nya love me like you do kan?"
Haski hanya mengangguk.
"Enggak ah, di video klip aja udah gitu apalagi liat full" ucap Tasya
"Gak full dikeliatin semua dek, itu semi, dijamin romantis"
"Tapi kata temen-temen banyak adegan esex-esexnya"
"Bohong tuh dek, dikit kok paling 5 menit doang"
"Serius?"
"Iya, ayo ke kamarku, kita liat disana biar romantis" rayu Haski
"Kok di kamar sih? Gak di apa-apain kan aku?"
"Apakah aku sejahat itu dek sama kamu"
"Yaudah minumku mana?"

Haski memberikan minuman UC100 rasa lemon untuk Tasya. Dia menarik tangan Tasya dan membawa ke kamarnya. Tasya kagum dengan Haski, kamarnya begitu rapi dan bersih. TV Plasma 42inch, home teater dan DVD akan melengkapi nonton film kali ini.

Haski mulai menyetel filmnya, film berjalan sejauh ini cukup baik, hati Tasya mulai was-was takut Haski akan macam-macam dengannya. Entah ini settingan atau bagaimana Haski membeli banyak makanan ringan. Dan satu pandangan Tasya tak lepas dari itu, minuman yang di tau Tasya temennya pernah minum itu ada alkoholnya dan rokok disebelahnya. Untunglah rokok tak disentuhnya, bisa mati sesak nafas dia jika Haski merokok.

"Bang, kok minum itu sih? Ntar mabuk gimana? Filmnya ngawur ini bang, kamu gak berusaha untuk macam-macam kan?"
"Ngak dek, percaya deh"

Adegan romantis di ranjang mulai beraksi, film ini terlalu egois untuk ditonton, apalagi yang pemeran laki-lakinya. Haski mulai mendekat duduk kearah Tasya. Tasya hanya menoleh sejenak, hatinya tak karuan.

Semakin lama adegannya semakin panas, Haski mulai memegang tangan Tasya. Tasya belum merespon negatif, dia berusaha berpikir positif.

"Yang jadi Grey egois ya, dia gak bisa ngerasain perasaan perempuannya, kayaknya hampir mirip sama aku ke kamu dulu" ucap Haski pelan
Tasya menoleh binggung dan hanya mengangguk.

"Sya" sapanya lagi dan bibir mereka bertemu

Tasya hampir terlena dengan kecupan itu dan melepaskan diri dengan cepat. Dia menjauhi Haski dan melepaskan genggamannya.

"Maaf dek, gak sengaja"
Tasya hanya mengangguk.

Di otak Tasya kini hanya ada pikiran yang jelek, positif thinking yang ia tanamkan dari tadi diotaknya perlahan pudar. Hatinya was-was pasti akan terjadi sesuatu lagi dengannya nanti, kalau tidak menjaga jarak dengan Haski.

"Sya? Kamu marah? Aku minta maaf ya Sya?" Ucap tulus Haski
"Iya gpp kok" sahutnya tersenyum dan berusaha ikhlas

Haski mulai memegang erat tangan Tasya kembali, dia mencium tangan Tasya. Tasya hanya merespon seadanya, mungkin Haski terbawa perasaan menonton filmnya. Kemudian tangannya mulai memeluk pinggang Tasya.

"Are you okay bang?" Tanya Tasya heran
"Aku kangen megang tangan kamu Sya, ya mungkin dulu gak se frontal ini sih"
"Bukannya perempuanmu banyak bang?"
"Gak lah dek, kalau aku setia ya sama satu orang"
"Berpikirlah positif bang, berhenti minum. Kadang pikiranmu diluar kendalimu"
Haski hanya mengangguk.
"Aku sayang banget sama kamu dek"
"What? Itu keluar dari mulut kamu? Kita udah lama banget gak ketemu, dan kamu bilang gitu? Kebanyakan minum kali bang" ucapnya dan menjauh
"Kalau kamu tak percaya yasudah, bukannya orang mabuk selalu bicara jujur ya?"
"Boleh aku pulang sekarang?" Tanyanya semakin ketus
"Loh dek, kamu gak nyaman sama ucapanku, baiklah aku berhenti minum. Film selesai aku anterin kamu pulang"
Tasya hanya mengangguk

Adegan ranjang season 2 di mulai, Haski semakin memegang erat tangan Tasya. Tasya yang gugup mengalihkan pandangan ke makanan ringan disebelahnya.

Diam-diam Haski menoleh kearah Tasya, jauh lebih dalam. Tasya menyadari kalau sedang di perhatikan oleh Haski, dia semakin gugup dan meraih makanan dengan cepat, Haski tersenyum melihat tingkahnya yang lucu.

"Kalau makan yang bener" ucap Haski membersihkan sisa makanan di bawah bibir Tasya

Tasya langsung mematung, tubuhnya mendapat sengatan listrik ketika Haski menyentuh bibirnya, mata mereka bertemu, perasaan yang tak karuan hinggap diantara keduanya. Haski mendekatkan wajahnya ke wajah Tasya, Tasya terlena dan memejamkan matanya.

Haski langsung mengecup bibir manis Tasya, sangat lembut. Keduanya seperti orang di mabuk cinta, bibir mereka saling melumat satu sama lain. Ini pertama kali Tasya berciuman, lumayan juga menurutnya setelah melihat beberapa adegan kissing dibanyak film. Dan sepertinya Haski sudah paling jago, ntah sudah berapa bibir perempuan yang ia lumat.

Tangan Haski mulai bergeriliya ke tubuh Tasya, cumbuan nya turun kearah leher Tasya, keduanya seakan lupa akan perbuatan yang mereka lakukan itu tak baik. Haski membuka bajunya.

"Mau ngapain bang?" Tanya Tasya

Haski tak menjawab dan langsung melumat bibir Tasya. Ini pertama kali Tasya melakukan seperti ini, dia dulu pernah berkhayal jika dia ingin berciuman, Haski lah orang yang melakukan itu padanya.

Haski membawa tubuh Tasya kearah tempat tidurnya, mereka melanjutkan cumbuan mereka diatas kasur.

"Capek ah bang" keluh Tasya melepaskan pelukan Haski

Namun Haski masih berusaha untuk mencumbu Tasya, tapi Tasya menolaknya dan tertidur di tempat tidurnya sambil menarik selimut dan menutupi dirinya. Nafsu Haski sudah di ubun-ubun, dia sudah tak tahan. Namun melihat Tasya yang enggan berciuman lagi dengannya membuatnya dia ikut tertidur disamping Tasya, memeluknya dari belakang.

Namanya juga laki, mana ada yang bisa menahan nafsunya. Mr. P nya sudah berdiri, Tasya kaget setengah mati ada yang mengusik di belakangnya. Tasya membalikkan badannya, dan dengan secepat itu Haski langsung menaiki tubuhnya.

Tasya menangis karena Haski akan berbuat sesuatu yang buruk terhadapnya. Celana model karet milik Tasya dengan gampang Haski tarik, rupanya hati Haski tak tertutup sepenuhnya, dia melihat Tasya yang menangis ingin segera menenangkannya.

"Sya, aku tau ini salah. Apapun yang terjadi nanti aku akan tanggung jawab. Kita sudah terlanjur kan?" Ucapnya mengelus lembut rambut Tasya "kita lakukan perlahan, seperti di film tadi" lanjutnya
Tasya berfikir sesuatu, dia dilema.
"Dont you know? You're the special one for me"
"Tapi bukan perek yang bisa kamu ajak tidur atau sex bang!"
"Aku gak bilang kamu perek Sya!" Bentaknya "aku cuma ingin miliki kamu seutuhnya"
"Kalau aku hamil?"
"Aku tanggung jawab" ucapan itu begitu tulus
Akhirnya Tasya mengangguk

"Aku cinta banget sama kamu Sya" ucap Haski melumat bibir Tasya kembali

Permainan pun dimulai, lampu kamar mereka ia matikan, keduanya sama-sama pemula dalam hal ini, tapi insting laki-laki dengan menonton sejuta film berbau sex lebih tau cara bagaimana bisa membuat pasangannya merasa bahagia saat bercinta dengannya.

*****

Seminggu kemudian....
Kejadian seminggu yang lalu tak pernah dibahas lagi oleh Tasya dan Haski. Keduanya kini semakin dekat, meskipun tanpa hubungan status 'kekasih', keduanya saling panggil 'sayang' di telpon, sms, atau social media yang lain. Tak halnya saat mereka selesai melakukan hubungan terlarang itu, mereka merapikan diri dan berfoto berdua. Semua profile picture di social media mereka foto itu, bahkan menjadi heboh di kalangan teman sma mereka.

"Sya? Kamu dirumah?" Tanya Haski lewat telpon
"Iya, ada apa?"
"Nonton yuk"
"Nonton apa?"
"Terserah, aku abis gini ke rumahmu ya"
"Tapi aku lagi gak ada duit"
"Aku yang bayar, kan aku yang ngajak"
"Oke. Terserah. Nanti kamu yang izin ke mama ya?"
"Siap! Makasih sayaaaang muwaaaah"
"Muwaaaah juga hihi"

Sesampainya dirumah Tasya, Haski bersaliman dengan mamanya, dan berpamitan ingin mengajak keluar. Keduanya pun pergi menuju Studio XXI. Haski yang memesan tiket dan filmnya.

Sepertinya Haski sengaja memilih film yang sepi peminatnya, apalagi yang datang kesini semua pasangan muda-mudi. Ah sekali lagi Tasya berfikir jelek Haski akan melakukan sesuatu. Kursi pojok sendiri jauh dari kerumunan orang.

Film pun dimulai.....

"Hitman? Film apaan sih? Perasaan ini keluar bulan lalu kan?"
"Iya, gak tau pokoknya pengen nonton"
"Emangnya bagus filmnya? Pemainnya ganteng gak? Ini tentang spy-spy gitu apa gimana?" Tanya Tasya cerewet
Haski tak membalas ucapan Tasya, dia hanya tersenyum.
"Kok diem sih yang? Ditanya malah diem aja! Tau gitu tadi liat magic hour aja romantis bagus" ucapnya terus mengomel
Haski langsung mengecup bibir Tasya "ini baru romantis, diem kan kamu sekarang yang"
Tasya hanya tersipu malu dan melihat kearah layar memaku.

"Yang, dingin" keluh Tasya manja
"Mau diangetin ta yang?" Godanya
"Yeeee maunya, peka kek itu jaketnya kasih ke aku"
Haski memberikan jaketnya dan memeluk pundak Tasya.

Tasya tertidur karena tak mengerti film yang di tontonnya. Haski melihat kearah wajah Tasya yang polos, perempuan yang ia renggut segalanya. Dia ingin merasakan sekali lagi bibir indahnya itu, dia benar-benar kecanduan. Bukan hal pertama Haski mencium bibir perempuan, Tasya adalah perempuan keempat dalam hidupnya yang dicium dan orang pertama yang ditidurinya.

Tasya merasakan nafasnya berat hingga terbangun dan melihat Haski sedang mencumbu bibirnya. Tasya melepaskan diri, Haski sampai terkaget dan merasa kecewa. Dia melihat kearah Haski dan memegang tangannya.

"Biar aku yang mulai" ucap Tasya tersenyum.
Haski nyengir dan tersenyum kearah Tasya.

Haski dan Tasya mendekatkan wajah mereka. Mereka berciuman saling melumat bibir dan lidah satu sama lain. Mereka tak memikirkan apa yang orang liat, intinya disini gelap dan pasangan yang lain pasti melakukan ini juga.

Setelah film selesai, keduanya pergi untuk makan. Keduanya merasakan pasangan yang paling bahagia saat itu. Saling suap-suapan.

Hueeeek!!!

"Yang, kenapa?" Tanya Haski
"Gak tau dari pagi, perutku mual-mual"
"Kamu gak hamil kan?" Tanya pelan Haski yang panik
"Aku gak tau, belum aku cek" bisiknya
"Aku belum siap jadi ayah"
"Tapi kamu kan janji mau tanggung jawab"
"Nanti kita beli testpack"
Tasya hanya mengangguk, dia jadi takut. Sama halnya dengan Haski.

******

Keesokan harinya setelah bangun tidur, langsung pergi ke kamar mandi untuk mengecek dengan testpack. Tasya semalaman tak tidur, Haski pun sama keduanya binggung dan saling menenangkan satu sama lain.

Tubuh Tasya lemas melihat 2 stripe di hasil testpack. Dia mengirimkan foto itu pada Haski. Tasya menangis menyesali yang terjadi, Haski kaget bukan main, seharusnya mereka berdua berfikir akibat yang dilakukan mereka seminggu yang lalu akan terjadi apa.

To: Sayang Haski
Bang, aku hamil. Nikahin aku bang:( secepat mungkin ya bang:( ini aib bang, bukan hanya untukku, tapi buat kamu dan keluarga kita:( 

To: Sayang Tasya
Sayang, aku belum siap jadi ayah:( kerjaanku aja masih belum tetep, kita makan apa nanti, biaya punya anak banyak yang:(

To: Sayang Haski
Terus kamu mau aku gugurin kandunganku yang?:( kamu gak sayang sama yang anak kita:( berjuang bareng yang:( aku kan juga kerja, aku mohon yang lamar aku secepatnya dan nikahin aku secepatnya

Keduanya saling debat lewat sms. Sampai akhirnya Haski akan bicara ke mamanya untuk melamar Tasya.

"Maaa" ucap Haski gugup
"Apa ki?"
"Mama pernah aku kenalkan sama Tasya kan?"
"Iya, kenapa?"
"Aku mau ngelamar dia ma" rasanya lidahnya kelu mengucapkan itu
"Kamu udah punya uang berapa Ki, mau ngelamar anak orang? Kamu kerja aja belum becus"
"Tapi Ma, aku cinta sama dia"
"Cinta gak cukup Ki untuk sebuah pernikahan"

Haski terdiam dengan segala ucapan yang mamanya omongkan, mamanya terus marah-marah.

"Aku ngehamilin dia, Ma!" Ucapnya memotong pembicaraan
Mamanya langsung terdiam dan lemas.
"Maafin aku Ma, aku gak sengaja, aku yang paksa dia untuk mau melakukan itu minggu lalu disini" ucapnya Terisak
"Kiiiiii, kamu bodoh sekali kik! Anak orang kamu hamilin! Keluarga Tasya tau anaknya hamil?"
Haski menggeleng
"Lama-lama bisa gila Mama ini" 
"Makanya mama dateng ke rumah Tasya, sebelum keluarganya tau Ma, aku mohon Ma, kasihan dia"
"Gak tau ah Ki, pusing!"
"Ma, sumpah demi apapun, segera lamar Tasya buat aku Ma, gak usah resepsi, yang penting sah KUA"
"Iya! Besok"
Haski langsung bersujud memeluk kaki dan memeluk tubuh mamanya.

*****

Keesokan harinya.....
Mama Haski, Tante Rita datang ke rumah Tasya berniat untuk melamar Tasya sesuai dengan keinginan Haski. Tante Rita akan meminta Tasya seminggu lagi lamaran langsung akad nikah. Justru itu yang membuat keluarga Tasya binggung karena secepat ini, yang orang tua Tasya tau, Haski anak yang baik.

"Iya pak, soalnya ini neneknya Haski gak mau cucunya pacaran terus jadi minta segera dinikahkan" ucap Tante Rita
"Saya tau, tapi kan gak secepat itu. Saya belum menyiapkan apa-apa" sahut papa Tasya, Pak Gunawan
"Tenang pak, saya sudah mempersiapkan semuanya, tapi saya mohon maaf untuk resepsinya diadakan setahun lagi, karena papanya diluar negeri, dan gak mungkin pulang. Jadi hanya akad nikah di KUA"
"Ma, Pa" sahut Tasya yang tiba-tiba datang "Tasya gpp kok Ma, gak usah meriah, kan kasian juga neneknya bang Haski udah minta gitu. Aku juga udah bosen pacaran" lanjutnya terduduk disamping mamanya
Tante Rita tersenyum sungkan kearah Tasya.
"Iyasudah, terserah" ucap Papa Tasya sedikit ketus
"Pa, yang ikhlas. Nanti papa yang nikahkan Tasya dengan Haski loh" ucap Mama Tasya
"Paaaa" ucap Tasya duduk diantara kedua orangtuanya "Mohon restunya ya Pa, ikhlasin Tasya buat Haski ya? Aku tau kok, Papa sayang banget sama Tasya, tapi Tasya juga ingin bahagia sama orang Tasya cintai Pa" ucap melas Tasya
"Iya Papa nikahkan kalian berdua, papa ikut bahagia kalau Tasya bahagia"

*****

Seminggu kemudian....

"Saya nikahkan kamu Haski Setya Adiputra bin Muhammad Adiputra dengan Anastasya Putri Gunawan binti Gunawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar satu juta enam ratus sepuluh ribu rupiah, Tunai!" Ucap Pak Gunawan
"Bismillah" ucap Haski menarik nafas panjang "saya terima nikahnya Anastasya Putri Gunawan binti Gunawan dengan mas kawin tersebut, TUNAI!!"
"Alhamdulillah" ucap semua keluarga kecil mereka

*****

Sebulan kemudian....
Beberapa hari setelah akad nikah Tasya mulai akting mual didepan orang tuanya. Betapa bahagia orangtuanya anak kesayangan mereka segera mendapatkan momongan. Namun kali ini, pada hari ini hari terakhir Tasya dirumahnya, karena besok dia akan pindah ke rumah Haski.

*****

4 bulan kehamilan...

"Yang, hari sabtu kan ini? Bisa anter gak? Libur kan kerjanya?" Tanya Tasya sambil mencuci piring
"Anter kemana yang?" Sahut Haski yang sedang menonton TV
"Ke dokter yang, mau USG" ucapnya
"Iya sayang, jam berapa?"
"Jam 5 aja"
"Siap bu bos" ucapnya menghampiri Tasya dan memeluknya dari belakang
"Eh yang tadi malem dia nendang gitu, banyak banget, sampe kebangun"
"Kamu kok gak bangunin aku? Kan aku mau liat jagoanku"
"Jagoan?" Sahut Tasya melotot "aku mau punya anak cewek, no Cowok!" Tegas Tasya
"Cowok dong yang" sahut Haski "nak, kamu cowok kan?" Lanjutnya berlutut berbicara dengan perut Tasya yang mulai membesar 

Perdebatan seperti ini yang selalu ada di setiap hari mereka. Tak penting memang, tapi kadang saling ngambek satu sama lain. Tapi akan baik-baik dengan sendirinya.

Praktik Dr. Spesialis Kandungan....

"Ini buk, pak, anak ibu, sudah tumbuh dengan baik, dengarkan denyut jantungnya ini" ucap dokter itu
Senyum mengembang di bibir keduanya.
"Baik kita lihat, letak ari-ari nya" ucap dokter itu lalu diam "apakah salah satu dari keluarga bapak atau ibu ada keturunan kembar?" Tanya dokter itu
"Saya ada dok" ucap Haski
"Selamat pak, istri anda mengandung bayi kembar" ucap Dokter sambil tersenyum lalu menjabat tangan Haski
"Yang jagoan kita 2 yang!" Ucap girang Haski
"Enak aja, emang dokter udah ngomong jenis kelaminnya laki-laki atau perempuan, ya kan dok?" Sahut Tasya tak terima
"Untuk saat ini belum bisa dilihat, mungkin nanti bisa jelas kalau diusia kehamilan 7-8 bulan"
"Tapi apa belum bisa dilihat dok?" Ucap Haski bersemangat
"Kalau menurut saya, perempuan semua pak, tapi saya belum tau pasti. Nanti saat usia 7-8 bulan bisa dateng ke rumah sakit saya praktik, ada USG 3D nanti bisa terlihat jelas semuanya"
"Yaaaaa" ucap Haski kecewa
"Silahkan turun bu, kita bicara sebentar" ucap Dokter
"Ada apa dok?" Tanya Tasya
"Begini bu, pak, untuk kehamilan kembar ini saya sarankan untuk benar-benar menjaga kehamilan, karena sedikit saja bu Tasya setres dapat mengakibatkan kontraksi dan terjadi persalinan prematur atau kurang bulan. Kehamilan kembar juga dapat memicu terjadi pre-eklampsi atau kejang saat persalinan. Dan untuk sekarang tolong dipersiapkan biaya untuk jaga-jaga jika diperlukan biaya untuk operasi sesar"

Dokterpun menjelaskan banyak hal tentang kehamilan kembar. Raut kedua pasutri muda ini antara bahagia dan down. Tapi Dokter Farida tau pasutri muda ini butuh motivasi.

"Saya bangga sama kalian berdua, karena banyak pasutri yang datang ke saya menginginkan kehamilan kembar, kalian masih muda tapi bisa langsung berhasil di kehamilan pertama" ucap Dokter Farida memberikan support ke mereka

Setidaknya mereka kembali tenang, senyum dibibir mereka terlihat lebih ikhlas dari sebelumnya.

"Terimakasih Dokter Farida" ucap Haski dan Tasya menjabat tangan dokter itu

******

30 minggu kehamilan.....
Mereka berdua masih berdebat tentang jenis kelamin anaknya, Haski masih kekeh minta anak yang dikandung Tasya laki-laki. 

"Yang, anak kita laki-laki dong sayang pliiiis" ucap Haski memelas
"Dokter kan sudah bilang yang, kalau anak kita perempuan semua"
"Tapi dokter kan bukan Tuhan yang, bisa saja meleset"
"3 hari lagi jumat kan yang, nanti bisa dilihat lagi jelasnya, aku masih berharap anak kita perempuan, biar aku belikan baju, sepatu, bando yang lucu-lucu"

Sore Hari.....

"Yang pinjem hp ya" ucap Tasya saat Haski sedang mandi
Haski tak menyaut, langsung ia ambil Hp milik Haski.

Tasya memang jarang mengecek Hp Haski, mungkin terakhir saat mereka dari bioskop sebelum menikah. Bagi keduanya hp adalah privasi mereka, tapi kali ini hati Tasya berkata ada yang aneh beberapa hari ini dengan Haski. Dia membuka semua smsnya, tak ada yang ganjal. Social medianya mulai dibuka, namun di password.

"Ah sial!" Gerutu Tasya "tanggal lahir" dia mengetik '0410' "YESSS!!!"

Bbm dia segera buka, chat dari teman-temannya yang tak penting, dari perempuan-perempuan yang ia dekati.

"Ganjen banget sih! Udah tau punya istri mau punya anak pula masih digoda aja" ucapnya sebal

Haski keluar dari kamar mandi dan terkaget melihat Tasya sedang memegang hpnya.

"Siapa perempuan 2 ini yang? Pacar kamu? Kalian masih pacaran? Bukannya DP kamu pas kita akad ya? Dia masih deketin kamu? Gak tau malu! Dasar ganjen! Kamu juga ngapain ini 2 perempuan kamu ladenin?"
Haski terdiam "yang, liat deh aku bales bbmnya mereka gak? Aku read aja enggak. Positif thinking dong. Kamu lagi hamil, jangan marah-marah dong" jelasnya mendekat
"Ya mana aku tau kamu bales apa enggak, aku gak peduli, ngapain gak kamu delcon aja ini 2 perempuan kalau emang gak ada urusan sama mereka lagi" 
Haski terdiam binggung harus menjawab apa terhadap Tasya
"Kenapa diem? Kamu masih sayang? Gak bisa jawab kan kamu! Brengsek tau gak sih kamu Ki!"
"Tasya! Kamu lagi hamil anak kita! Omongan kamu dijaga, dia bisa denger apa yang kita omongin! Kendalikan diri kamu! Jangan berantem karena hal sepele!" Bentak Haski

Tasya langsung terhenyak karena dibentak Haski. Ini pertama kali Haski membentaknya dalam sepanjang pernikahan mereka. Tasya langsung menangis.

"Yang, aku minta maaf ya udah bentak kamu" ucap Haski berlutut didepan Tasya
Tasya memalingkan mukanya
"Yang, percaya dong sama aku, aku gak pernah bohong sama kamu, aku nikahin kamu udah komitmen yang"
Tasya mengangguk, Haski langsung memeluk tubuh Tasya, seketika itu anak mereka saling menendang.
"Nendang ya yang, Ayah kan gak jahat ke Bunda nak, Bunda salah paham sama Ayah nak" ucap Haski
"Sayang, maafin Ayah ya? Bunda salah paham sama Ayah" ucap Tasya mengusap perutnya "tenang ya nak" lanjutnya
Haski langsung mencium perut Tasya lalu ke keningnya

****

Jumat pukul 09.00

To: Sayang Hubby Haski:*
Yang, jadi kesini kan? Aku sudah di rumah sakit, ini lagi antri.

To: Bunda Tasya💕
Iya sayang, sebentar ya izin dulu sama kantor. Nanti aku kesana 10 menit lagi.

Tampaknya 10 menit yang Haski janjikan tak kunjung datang, sampai akhirnya dia dipanggil untuk masuk dan diperiksa. Ini pertama kali Tasya periksa tanpa Haski bertemu dengan Dokter Farida atau Bidan dekat rumah.

"Pagi dok"
"Pagi bu Tasya, pak Haski mana? Tumben?" Goda Dokter Farida yang sangat hafal setiap kali usg selalu berantem tentang jenis kelamin anak mereka, ini ketiga kalinya mereka bertemu
"Iya dok, dalam perjalanan kan masih jam kerja" ucap kelu Tasya badmood
"Tenang dong bu, gak biasa tanpa pak Haski ya?"
Tasya hanya nyengir

"Wah kejutan! Usia kehamilan ibu ternyata 32minggu, jaga baik-baik ya bu, jarang ada ibu hamil kembar bertahan sampai usia sekarang. Dan satu lagi, harusnya ada pak Haski ini jadi sureprise"
"Emang kenapa dok?"
"Anak kembar kalian pas laki-laki dan perempuan" seru Dokter Farida
"Serius? Alhamdulillah, suami saya pasti seneng kalau disini"
"Sorry yang telat" pintu tiba-tiba terbuka, Haski yang datang "jangan ngambek ya yang" ucap Haski mengecup kening Tasya yang sedang duduk "saya ketinggalan berita apa dok?" Tanyanya dengan nafas terengah-engah
"Selamat pak Haski anak anda laki-laki dan perempuan" ucap dokter Farida tersenyum
Mata Haski langsung berbinar-binar.
"Terimakasih dok" ucap Haski dan Tasya
"Samasama ya. Jaga kesehatan ya bu Tasya, makan yang sehat, jangan setres" saran Dokter Farida
Keduanya mengangguk dan pamit keluar.

"Tolong. Tolong. Tolong" suara gaduh seseorang
"Ada apa pak?" Tanya seseorang
"Ada wanita diatas pak" 
Semua orang langsung berkumpul ramai.

"Shelly?" Kaget Haski
"Kamu kenal?" Tanya Tasya, dia seperti pernah melihat wajah perempuan itu
"Shel, turun laaah" teriak Haski
"Mas kenal?" Tanya seorang bapak-bapak
Haski hanya mengangguk
"Jangan lakukan hal bodoh Shel!"
Shelly yang diatas langsung melihat ke Haski dan Tasya.
Tasya langsung ingat, itu perempuan yang bbm Haski kapan hari.
"Pulang Ki!" Ucap Tasya menarik tangan Haski
"Sya? Kasian dia! Kita tolongin dia bentar, setelah itu kita pulang ya?" Melas Haski
"Ya" ucap ketus Tasya

Haski menaiki lift untuk membantu Shelly turun, dia harus melakukan ini sebelum terjadi apa-apa. Akhirnya setelah membujuk Shelly mau turun.

"Perek lo!" Ucap Shelly pada Tasya
"Whats?" Kaget Tasya
"Lo udah ngerebut Haski dari gw!" Bentak Shelly mendorong Tasya
Seketika itu ada yang menangkap Tasya dari belakang.
"Lo perek tau gak! Kok bisa-bisanya lu ngerebut Haski dari gw! Lo siapa tiba-tiba dateng dan kawin sama dia!" Ucapnya ingin menjambak rambut Tasya namun ditahan Haski

Rasanya perut Tasya berkontraksi, perutnya mulai mulas-mulas.

"Ki perut aku sakit banget" seru Tasya kesakitan
"Yang, kamu gak kenapa-kenapa kan? Kita ke dokter lagi ya" sahut Haski membotong tubuh Tasya
"Eh perek! Urusan kita belum selesai woy! Jangan akting deh! Sok cari perhatian banget" ucap Shelly
"Shelly!" Bentak Haski "mending kamu pergi dari sini, aku udah gak ada perasaan sama kamu, kamu mikir dong aku udah nikah, aku mau punya anak" lanjutnya ketus sambil membawa Tasya ke UGD
"Gak bisa Ki! Aku gak rela kamu sama dia Ki! Aku masih sayang sama kamu! Aku juga rela jadi istri kedua kamu" sahut Shelly

Tasya langsung naik darah akan ucapan Shelly yang terakhir, dia daritadi sudah menahan untuk tidak melawan ucapan tak penting Shelly.

"Kamu mikir gak sih ucapanmu yang terakhir? Bukannya kamu yang perek ya? Kok tega sih ngambil suami orang?" Celetuk Shelly
"Tapi lo ngerebut Haski dari gw!"
"Bukannya Haski udah mutusin kamu udah lama ya? Beberapa bulan sebelum kami nikah? Kok kamu masih ngarep sih sama dia? Sadar gak sih mbak?"

Perut Tasya jadi semakin sakit berdebat dengan Shelly, Haski langsung membawa cepat Tasya ke UGD tanpa meladeni segala ucapan Shelly.

"Oh sial!" Dengus Haski kesal

Dokter menyatakan Tasya akan mengalami Persalinan Prematur akibat telah membukanya Serviks dan ketuban yang sudah pecah. Dokter sudah menyarankan untuk operasi sesar, namun Tasya bersikekeh ingin normal. 

"Dok, saya mau suami saya menemani persalinan saya disini" ucap Tasya
"Iya bu, sebentar suami ibu masih mengurus registrasi"

"Sus, perut saya gak kuat sus, sakiiiit" keluh Tasya
"Sayang, tenang ya. Pasti bisa kok" sahut Haski
"Enggeh bu, ini pembukaannya masih 7, sebentar lagi ya" sahut Suster

Akhirnya setelah berjuang selama 4 jam lahirlah kedua anak mereka. Walaupun anaknya dengan berat badan yang sangat kecil, langsung dibawa ke ruang Neonatus ICU. Perdarahan banyak yang Tasya keluarkan, akibat ari-ari yang masih menempel terlalu kuat.

Pukul 15.15 untuk bayi laki-laki 1900gr dan pukul 15.52 untuk bayi perempuan dengan berat badan 2000gr. Setelah Tasya merasa tenang, Haski langsung menuju ruang Neonatus ICU.

Hati Haski bergetar saat mengumandangkan adzan di kedua pasang telinga anak mereka, kini dia menjadi seorang ayah. Betapa pilu hatinya ketika selesai adzan anaknya dimasukkan ke inkubator dua-duanya.

Haski menenangkan diri untuk sholat di Masjid dekat rumah sakit. Kemudian menelpon kedua orang tuanya dan kedua orang tua Tasya untuk datang. Sengaja memang tak menghubungi dari tadi, karena dia panik. 

Pukul 22.00 Tasya dipindahkan ke ruang Nifas tetapi dengan perawatan intensif. 

Suara pintu terbuka, Shelly masuk...

Tasya tersenyum kecut kearah Shelly.
"Ki, Sya, aku minta maaf" ucap Shelly tulus
Ucapan itu membuat kaget keduanya.
"Maaf aku sudah membahayakan kamu dan anakmu, Sya" lanjutnya
Haski dan Tasya hanya tersenyum dan mengangguk.
Shelly mendekat dan memegang tangan Tasya.
"Anak kalian apa? Cowok apa cewek?" Tanya Shelly dengan pandangan bersalah
Tasya nyengir "dua-duanya"
"Oh ya? Congratulation ya Sya"
"Terimakasih"
"Udah ada nama buat anak kalian?"
"Belum terpikir sih"
"Aku boleh kasih saran?"
Tasya menoleh kearah Haski, keduanya mengangguk sepakat.
"Riska Hasta Setya Gunawan dan Rizky Hasta Setya Gunawan, bagaimana? Hasta aku ambil dari nama kalian Haski dan Tasya"
"Bagus" ucap Tasya "terimakasih ya"

Mereka bertigapun saling bercerita satu sama lain, tentang kedekatan Shelly dan Haski dulu, kedekatan Tasya dan Haski dulu, tentang tadi saat persalinannya Tasya dan begitu paniknya Haski. 

Sabtu, 03 Oktober 2015

Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi

Hujan yang jatuh ketanah, bersamaan dengan jatuhnya air mata seorang gadis di yang terduduk menunggu jemputan dari seseorang yang dicintainya.

Hpnya bergetar....

"Kamu dimana Adira?" Tanya seseorang
Perempuan itu hanya terisak
"Kamu belum pulang? Kamu masih disekolah? Kamu nangis?" Tanya seorang itu lagi
"Ninaaaaaaaa" teriaknya
"Adira kamu kenapa? Aku kesana abis gini, aku bawa mobil kesana, neduh ya Ra, 15 menit sampe"

Betapa beruntung Adira mempunyai sahabat yang sebaik Nina. Baginya Nina adalah segalanya, dia sudah tak kuat menahan rasa sakit dihatinya.

Nina datang di depan gerbang sekolah mencari keberadaan Adira.

"Ninaaaaa" teriak Adira berlari kearah Nina yang membawa payung
"Kamu kenapa Ra? Berantem lagi sama kak Nadzir?"
Adira menggeleng.
"Yaudah masuk yuk, hujan. Badan lu bikin badan gw basah deh sebel" godanya

Keduanya memasuki mobil Nina. Adira menarik nafas panjang.

"Jadi kenapa kamu belum pulang Ra?" Tanya balik Nina
"Tadi rencananya aku mau pulang sama kak Nadzir, terus dia sms katanya mau nganterin kak Rere pulang yang rumahnya Gresik sedangkan rumahku cuma 10 menit dari sekolah"
"Brengsek banget sih itu anak! Maunya apa coba!" Kesal Nina "terus kenapa kamu gak pulang?"
"Mau liat dia sama kak Rere" ucapnya kembali terisak
"Adira, kamu itu ngapain juga diliat kalau cuma bikin sakit hati doang, sampai kapan kalian kayak gini terus? Digantung gak jelas"
"Aku juga gak tau sampai kapan" ucapnya "kalau ditanya dia selalu jawab apa harus ya deket itu pacaran? Gak kan?"
"Terus dia minta apa? Friendzone? Kakak-adikzone? Ih sumpah ya kamu bodoh banget si Ra, mau aja dikibulin sama itu anak"
Adira hanya menggeleng dan kembali menangis.

Nina mengantarkannya pulang dengan keadaan Adira yang lebih baik dari sebelumnya.

Beberapa hari kemudian....
Desas-desus di sekolah Adira memang cepat, entah berita darimana akhirnya sampai ke kuping Nina dan ke Adira.

"Brengsek banget itu ya cowok! Ngomongnya gak mau pacaran tapi udah jadian aja" kesal Nina
Adira hanya termenung sedih.
"Kamu jangan nangis ya Ra, lu harus kuat, apa aku samperin aja itu anak berdua atau aku labrak sekalian?"
"Gak usah Nina" ucap memohon dan menahan tangisannya

#SMS
From: Adira
To: Kak Nadzir
Yang punya pacar baru:) selamat ya:'))

From: Kak Nadzir
To: Adira
:)

Hanya itu jawaban dari Nadzir laki-laki yang dicintainya. Dia hanya bisa menangis dan patah hatinya kali ini benar-benar menganggu konsentrasi belajarnya di kelas. Teman-teman di kelasnya sampai nyeramahin ini itu.

Bel pulang pun berbunyi....
Hujan kali ini datang kembali, hujan selalu datang disaat hatinya sedih. Dia meraih tasnya.

"Mau kemana Ra?" Tanya Nina
Adira tak merespon

Adira mengeluarkan tas oleh-oleh dari jogja yang berisi baju pemberian Nadzir yang dibelikan untuknya.

"Gw benci baju ini, gw benci lu kak!" Ucapnya berlari kecil dilapangan

"Hei" sapa seseorang
"Dias?" Kaget Adira
Dias merupakan adik sepupu Nadzir yang seangkatan dengannya.
"Ini dari Nadzir, oleh-oleh dari Jogja. Ciyeee udah jadian yak lu sama dia?"
"Kagak oy, btw makasih. Tumben-tumbenan dia kasih ginian ya?"
"Bersyukur aja udah. Aku balik kelas dulu ya"
Betapa gembira hatinya mendapatkan sesuatu dari Nadzir.

Sekarang, hatinya sudah hancur entah harus berbuat apa. Dia berlari dengan cepat menuju warung kopi tempat biasa Nadzir dan teman-temannya nongkrong.

"Aku kembaliin semua punyamu" ucap Adira melempar baju yang masih terbungkus rapi kearah Nadzir "percuma!" 

Kejadian itu membuat tercengang semua teman-temannya. Nadzir hanya bisa terdiam, dia binggung harus melakukan apa. Tangisan Adira tak tertahankan, dia berlari menjauh dari warung itu dan menentang hujan kembali.

Tinnnnnnnnn.....
Suara klakson motor berada di depannya, Adira syok setengah mati hingga terjatuh.

"Hati-hati kalau jalan mbak" teriak seorang laki-laki yang memakai seragam pula
"Oy elu ngomel aje, cewek nih" sahut temannya yang dibonceng dan turun membantu Adira berdiri
"Maaf" ucapnya menangis 
"Gpp kan mbak? Maafkan teman saya"
Adira mengangguk "permisi"

Nadzir tadinya ingin membantu ketika Adira terjatuh, tapi melihat ada yang membantu ia mengurungkan niatnya.

Keesokan harinya....
Nadzir menunggu Adira pulang sekolah, memang ia sudah melaksanakan Ujian Nasional, hanya tinggal pengumuman jadi waktunya hanya dirumah atau di tempat bimbingan tambahan.

"Nina!" Teriak Nadzir
Nina hanya melengos dan pergi dengan sepeda motornya.
"Aku mau ngomong sesuatu" ucapnya menghadang sepeda motornya
"Awas! Awas! Bisa minggir gak sih!"
"Nina plis, ini soal Adira!"
"Oke ada apa? Cepet! Gak ada waktu buat orang kek lo!"
"Aku mau balikin ini" ucap Nadzir mengembalikan oleh-oleh yang dibawakannya dari jogja untuk Adira "tolong, cuma ini yang bisa aku berikan buat dia"
"Kenapa gak kasih sendiri ke orangnya?"
"Dia pasti akan menghindar jika bertemu denganku, aku mohon padamu bantu aku, setidaknya aku berniat baik. Ucapkan juga aku minta maaf kepadanya"
"Baiklah, sudahkan? Aku balik dulu!" Ucap Nina ketus

Nina memberikan hadiah itu kembali ke Adira, dia sempat kaget kenapa hadiah itu bisa ke Nina. Nina menjelaskan panjang lebar. Dan akhirnya Adira menyerah dan berniat menyimpan itu ke tempat dimana ia tak akan menemukan barang itu lagi.

*****

Kejadian 4 tahun lalu itu benar-benar teringat di otak Adira, dia rindu dengan Nina yang jauh disana, kuliah di jakarta. Hari ini dia akan pindah di kamar lantai 2, bekas kamar almarhum neneknya. Awalnya dia tak berani, namun karena setelah ini dia wisuda DIII jadi sudah kewajiban kamar bawahnya akan diberikan ke adiknya yang duduk di kelas 2 SMP.

Dia membenahi semua buku-buku dan barang yang akan dibawah pindah keatas. Sampai akhirnya dia menemukan baju yang dulu diberikan oleh Nadzir untuknya. Dia membuka itu kembali, matanya langsung berkaca-kaca.

"Demi apa aku gak liat ada tulisan kayak gini?" Celotehnya

"I will be back again for u" tulisan yang tertera di baju itu

"Kenapa aku gak sadar ya ada tulisan kek gini? Ini janji atau pertanda dia akan kembali ya? Ah kan gw baper deh. Ah hus! Hus buang pikiran itu ya Allah!" Ucap ngoceh sendiri

*****

"Akhirnya kita wisuda guys!!!" Ucap Via
"Alhamdulillah Amd. Keb yaaaa" peluk Adira terhadap teman-temannya
"Tapi kalian bertiga lanjut kuliah, aku sama Adira yang gak kuliah sendiri" sahut Rika sedih
"Gak usah gitu deh Rik, jangan lebay deh. Lagian kita kuliah juga 3x seminggu gak tiap hari, masih bisa have fun bareng" jelas May
"Iya nih, bikin emosi aja haha" goda Esti

Kelima sahabat itupun berpelukan kembali. Mungkin pelukan terakhir kali karena akan mulai sibuk dengan dirinya sendiri-sendiri nantinya.

"Kita nanti foto studionya pisah ya? Gak bareng? Padahal pengen foto sama kalian pake toga bareng loh" ucap May
"Iya ih gak asik nih Esti Via" sahut Rika
"Yaudah gpp, yang penting kita disini foto bareng kan daritadi, gak usah ruwet deh" ucap Via
"Eh ada abi dateng sama temenku SMA, aku mau nyamperin mereka dulu ya" ucap Esti
"Eh iya ini aku juga ada temenku SMA kesini, aku kesana dulu ya" sahut Adira
"Yaaah temenku gak bisa dateng" ujar Via sedih
"Yaudah aku ke studio dulu ya, soalnya temen SMA ku nunggu disana, sekalian foto disana sama anak-anak" pamit May
"Aku juga abis gini kesana, tapi nunggu eyang uti dulu sama temenku SMA" sahut Rika

Mereka semua pun berpencar dengan teman-teman mereka waktu SMA. May sudah pergi dari tadi dengan mama, kakak dan papanya menuju studio foto. Dan Rika entah dimana, katanya sih mau jemput eyang uti nya dulu, baru foto wisuda bareng. Esti menghampiri pacarnya, Abi dan bertemu dengan teman SMA nya. Begitu pula dengan Adira yang menghampiri teman-teman SMA nya. 

Hanya Via yang sedih teman-temannya belum datang di wisudanya, padahal dia sangat berharap teman SMA nya itu datang. Sesaat kemudian teman-teman Via datang dan memberikan sureprise untuknya dan langsung memeluknya sangat erat. Kebahagiaan bukan hanya dirasakan oleh mereka berlima tapi wisudawan yang lain.

*****
 
2 hari kemudian
Adira dan teman SMA nya Sucha yang satu kuliah dan satu jurusan dengannya datang ke studio tempat foto Adira kemarin pas wisuda kemarin untuk menyerahkan foto mana saja yang akan dicetak, sekalian akan membooking foto untuk foto dengan teman-temannya untuk hari Senin.

*******

Hari Senin.....

#LINEGRUP Adira, Sucha, Zahra, Clarissa, Kiki

Jadi jam berapa? - Kiki
Katanya abis kamu kuliah kik - Zahra
Oh iya sih haha jam 1 ya rek - Kiki
Pake baju kembaran warna putih ya, pake celana jeans dan kerudung satin - Adira
Siap bu bos! - Clarissa
Aku gak punya kerudung satin rek:( - Kiki
Tenang wah pinjem Zahra, Sucha atau Clarissa haha - Adira
Lah kan lu punya banyak Dir - Sucha
Kan sucha mesti fitnah, padahal cuma punya satu hm - Adira
Udah gampang tenang yang punya satin lebih dari satu bawa ya semuanya - Zahra
Oke - Clarissa

Sejam kemudian
Rek sorry urgent aku gak bisa ikut, soalnya aku lagi ada masalah - Clarissa
Hadeeeeeeh - Adira
Sorry yak Dir - Clarissa
Ah elu gak asik deh Clar - Zahra
Gini aja deh Clar, kamu bisa jam berapa? Studionya buka sampe malem, kamu bisanya jam berapa? - Adira
Aku bisa jam 4/5an soalnya harus jemput adekku dulu - Clarissa
Yaudah jam segitu ya? Deal? Yang lain gimana? - Adira
Foto hari ini gak boleh gagal deh pokoknya! - Adira
Yaaaa aku gak bisa mbahku sakit, biasanya kalau sore aku yang kasih obat, tapi tak usahain ya nanti, doakan - Kiki
Amin! Semoga bisa - Sucha
Tapi kalau gak bisa yaudah gpp, kalian foto berempat aja, aku ngak ikut - Clarissa
Gak enak lah, gak lengkap. Ini aja kurang pasukannya satu lagi di Jakarta gak bisa pulang - Zahra

2 jam kemudian
Aku bisa rek, tapi jangan pulang malem-malem ya - Kiki
Alhamdulillah - Zahra
Ayo dandan! - Adira
Please deh ini masih jam 10 pagi, kita foto jam 4 - Clarissa
Lah kan gw ke kampus dulu baru poto coy haha - Adira

Saat di Studio foto....
Zahra dan Adira datang duluan, disana ada beberapa sekolompok anak muda, mungkin sudah wisuda seperti Adira dan Sucha, mereka berfoto rame-rame. Namun anehnya mereka masih dandan dan belum sama sekali memulai fotonya.

Tiba-tiba Kiki dan Clarissa datang menyusul. Suasana tampak semakin ramai, adanya orang-orang didalam yang jumlahnya mungkin 10 orang 4 perempuan dan 6 laki-laki, yang sebaya dengan mereka berempat. Ada 2 orang yang dikenal Adira, bukan kenal sih, lebih tepatnya sekedar tau, karena mereka berdua adalah teman SMA mereka dulu, namun anak IPS.

"Eh si Sucha kok belum dateng ya?" Tanya Clarissa
"Masih pacaran kali sama gebetan barunya haha" sahut Adira
"Tenang abis gini paling sampe" ucap Zahra

Suara sepeda motor dari luar, mungkin itu suara motor seseorang yang bersama Sucha. Zahra menghampiri Sucha diluar. Dan mereka pun berganti baju putih bersamaan di toilet, karena ruang ganti penuh dengan barang-barang sekumpulan orang yang sedang foto didalam.

Mereka berlima pun bercanda tawa bersama, tanpa tau malu tertawa terbahak-bahak.

"Lama banget sih" celetuk sindir Zahra cukup keras
"Ra, ngawur ih" sahut Adira
"Biarin, salah sendiri lama banget"

"Rek laper, belum makan dari pagi nih" ucap Clarissa
"Makan aja dipikiranya" sahut Zahra
"Ntar makan ayam geprek ya guys, dijamin enaaaak puol" ucap Adira
"Wooo enak tuh?" Tanya Kiki
"Udah dijamin pasti suka deh, aku pernah kesana" sahut Clarissa

Adira merasa perutnya tak enak, merasakan sakit yang luar biasa, penyakit maag nya kambuh.

"Perutku sakit banget sumpah!" Keluhnya
"Telat makan ya?" Tanya Clarissa
"Gak kok, tadi pagi sarapan, siangnya aja yang belum, gak kayak biasanya"
"Yasudah buat jalan-jalan coba" ujar Sucha

Adira pun mengikuti saran Sucha, namun kali ini dia berada di ruang tunggu luar, kepalanya terasa berat, pandangan matanya kabur dan gelap.

"Ya tuhan jangan pingsan disini" ucapnya dalam hati terduduk di kursi

"Clar, Clarissa, pandanganku gelap" ucap pelan Adira langsung terjatuh pingsan

Semua temannya langsung berlari keluar dengan panik, kejadian itu menyedot perhatian yang didalam sedang berfoto. Sampai pemilik studio pun ikut keluar. Beberapa dari laki-laki itu membantu membotong Adira untuk ditidurkan di sofa dalam.

Beberapa menit kemudian Adira pun tersadar, dia membuka matanya secara perlahan, namun kali ini yang dilihatnya banyak orang sedang memperhatikan dia. Perutnya masih sakit.

Akhirnya beberapa orang yang sebelumnya sedang berfoto melanjutkan sesi fotonya.

Clarissa dan Kiki langsung melaju ke indomaret untuk membelikan roti, air mineral dan minyak kayu putih untuk Adira.

Semua temannya sangat khawatir terhadap Adira, sampai Sucha menyuapi Adira makan, Zahra memijat punggung Adira, Clarissa memijat kaki Adira yang mulai dingin, serta Kiki yang bersedia memberikan minum untuknya jika dirasa perlu.

Rasa sakitnya perlahan hilang dengan candaan yang dibuat teman-temannya itu. Adira sudah mulai bisa duduk walaupun perutnya masih sakit. Satu laki-laki keluar dari ruang studio, dia melihat kearah Adira, dan tak sengaja Adira pun melihat kearahnya pula.

"Ini perasaan dia ngeliatin mulu dari tadi, ngeliatin siapa ya? Yang disebelahku ada Zahra sama Clarissa. Maybe liatin Zahra karena dia lebih cantik dariku, apalagi mukanya yang ada keturunan arabnya"

Mereka berlima pun kembali membuat lelucon lelucon sampai tertawa terbahak-bahak. 

"He kita rame sendiri yak" ucap Kiki
"Haha abisnya yang di dalem foto lama banget" sahut Zahra
"Husssss ngawur" ucap Adira
"Eh angkat bicara juga ini yang abis pingsan haha" celetuk Clarissa

Akhirnya segurumbulan orang yang foto didalam keluar, yang laki-laki langsung merapikan barang bawaannya, gak kayak yang perempuan, tempat ganti di kuasain sendiri, gak keluar-keluar, sampai temen-temennya yang laki pada pamit pulang duluan semua.

Selalu mata Adira penasaran, maklum antara dia kegeeran dan penasaran, dia terus melihat laki-laki yang melihatinya tadi, dia terus mengawasi setiap gerak-geriknya. Mata mereka bertemu kembali, Adira mencoba melihat dia lebih lama. "Oh men dia nunduk!" Ucapnya dalam hati. Lalu laki-laki itu pergi bersama teman-temannya.

Adira dan teman-temannya akhirnya melakukan season foto yang ditunggu dari jam 5 sampai abis isya. Mereka berfoto ceria ini itu, walaupun gayanya terbatas 10 gaya, namun cukup puas bagi mereka. Akhirnya mereka berlima selesai dan segera berkemas serta merapikan ruang ganti.

"Astagfirulloh, kunci motor mana" teriak Adira merogoh tasnya
"Ceroboh banget sih Dir" sahut Kiki
"Bukannya yang terakhir pegang itu kamu ya? Yang tadi ambil sepatu?" Tanya Zahra
"Jadi? Ketinggalan di motor" teriaknya berlari ke parkiran
"Ya ampun cerobohnya" ucap Zahra

"Alhamdulillah, bersyukur banget motor gak ikutan ilang" ucapnya lega mengelus dada

Sebuah kertas terdapat pada kaca spionnya.

"Hei, bertemu lagi, jangan sering-sering jatuh, ini kedua kalinya aku membantumu ketika sedang jatuh. lineku @kharisnaerlangga jika kamu mau bertambah teman:)"

"Oy gimana? Ketemu?" Teriak tanya Clarissa menghampirinya
"Oh ada! Nih" ucapnya sambil mengambil kertas itu dan meremasnya
"Apa itu?" Tanyanya
"Hm. Anu. Slip tadi pas ambil uang di atm"
"Oh ayo masuk, beres-beres lagi" ajak Clarissa
Adira hanya tersenyum.

Mereka pun selesai berkemas dan mengucapkan terimakasih terhadap semua orang di studio. Dan bergegas ke Ayam Geprek untuk mengisi perut, karena sudah malam.

Adira mulai berkhayal, laki-laki itu siapa? Yang mengirim surat kecil untuknya. "Apa jangan laki-laki itu? Yang melihatnya tadi? Kapan kita bertemu? Dia ganteng sih, lumayan lah, kayaknya laki-laki baik.

"Oy ngelamun aja" ucap Kiki mengagetkan
"Eh sorry" sahut Adira
"Sono pesen, ngelamun aja sih, mikir utang? Haha" goda Zahra
"Iya maaf ya, lagi pusing, yaudah paket C aja gimana? Kalian pesen apa? Aku minumnya es teh jumbo aja"
"Idem!" "Idem!" "Idem!"

Pulangnya....
Adira sudah tak sabar ingin menginvite id line yang tertera dikertas itu. Benar! Adira melihat foto profil laki-laki itu, laki-laki yang menatapnya tadi. Ada rasa geer dihatinya, antara senang dan binggung maksudnya. Dia sama sekali tak ingat bertemu dengannya dimana.

Add!
Adira ragu menekan hpnya, namun ia memberanikan diri hanya untuk mengucapkan terimakasih. Akhirnya add juga tunggu respon dari laki-laki itu, karena tak sabar menunggu, matanya mulai terlelap.

00.15 Hai akhirnya add juga, terimakasih ya:)
01.23 Kamu tidur? Maaf ya menganggu, have a nice dream, jangan jatuh dari kasur ya:p
04.30 Hei bangun:):) sudah adzan subuh, selamat sholat subuh:)

Adira terbangun untuk melaksanakan sholat subuh, tanpa melihat hpnya karena di charge, dia langsung melanjutkan tidurnya.

07.00WIB
"Diiiil anguuuun" ucap adik laki-lakinya yang berumur 3 tahun
Adira hanya bergumam
"Diiiiiiiiil" ucapnya adiknya lagi
"Apa sayang? Dira ngantuk banget, mau bobo ya" sahut Adira seadanya
Adira kembali tertidur, dan Robi pergi meninggalkan Adira di kamarnya.
"Diraaaaaaaa!!!!" Teriak mamanya dari dapur
Adira langsung terbangun kaget, sampai kepalanya pusing.
"Apa ma? Jangan teriak-teriak kek"
"Bangun! Jam berapa itu liat? Perawan-perawan kok bangun siang, PAMALI!"
"Iya tau, yaudah Dira mau mandi dulu ya, Mam"

Adira pun selesai mandi, dan langsung meraih hpnya. Tak disangka banyak notifications dari social medianya. Terlebih akun linenya. Dia kaget melihat chat dari Kharisna Erlangga.

#LINE
Oh hai sorry tadi malem gak sempet bales, ini baru bangun, tenang sudah sholat kok:) - 07.45WIB

Betapa senang hatinya, laki-laki itu tampan, tinggi, seleranya sekali. Perkenalannya memang aneh tapi dia tak memikirkan itu. Hp terus dipegangnya untuk segera membalas jika ada chat masuk dari Kharisna.

#LINE
Selamat Pagi menuju Siang:) maaf baru balas, tadi hp dikamar terus lagi nyuci mobilnya bokap. Ada acara gak? - 09.12WIB
Emangnya kenapa? - 09.13
Ada acara enggak? - 09.14
Ngak ada sih, kenapa sih? - 09.15
Ya ampun kamu gak peka ya jadi perempuan haha - 09.16
Dih ngeledek, suer deh gak paham - 09.17

Tak lama kemudian telepon via Line terdengar dari hp Adira, Kharisna menelponnya, dia tersenyum melihat itu, bahagia sekali hatinya, ada effort tersendiri, jantungnya berdegup cepat.

"Halo" dia mengangkatnya
"Kok lama ngangkat telponnya?"
"Oh iya, tadi lagi pake krim wajah" ucapnya alasan
"Ada acara gak kamu? Rumahmu mana? Aku ajak keluar boleh?"
"Ehm. Gak ada sih. Gak secepat ini kan?"
"Aku bukan orang jahat, kamu kan udah liat aku kemarin"
"Iyasih, tapi...."
"Tapi apa? Kamu gak percaya sama aku? Aku gak akan apa-apain kamu"
"Bukannya gak percaya, tapi kamu tau sendiri kita aja baru kenal ini"
"Jadi intinya kamu gak mau? Yaudah gpp terserah kamu, maaf aku memaksamu"

Tuuut tuuut tuuuut.
Suara telpon itu berhenti. Kharisna kecewa terhadap Adira, atau mungkin dia yang salah karena terlalu cepat ingin mengenal Adira?

Adira jadi tak enak hati dengan Kharisna. Rasanya tak salah jika menemuinya, hatinya seakan mengatakan "dia orang baik Dir" tapi ragu untuk menemui seseorang secepat ini.

#LINE
Hei - 10.42
Kamu masih marah kah? - 10.43
Maaf ya aku bikin kecewa kamu - 10.44
Tapi aku takut bertemu orang asing - 10.45
Yasudah aku mau - 10.50

Thank for you believe me -10.51
Kirim alamatmu lewat maps, aku kesana setelah mandi - 10.52
YES!!! I want to meet you again girl! - 10.53

Kharisna begitu bahagia akan bertemu dengan Adira, begitupun Adira tak kalah senangnya akan bertemu Kharisna. Setelah wisuda tak ada yang dilakukannya selain nonton TV, baca Novel, bermain dengan HPnya, semua temannya kebanyakan sibuk dengan kuliah barunya dan pulang kampung.

20 menit kemudian....
"Dilaaaa kata mama ada tamu" ucap Robi, adiknya

Dia nervous setengah mati akan bertemu dengan Kharisna, dia sama sekali tak mengenalnya, tapi sudah berani mengajaknya keluar dan akan berbincang dengan mama dan adiknya.

"Halo Boy! Tos dulu" ucap hangat Kharisna pada Adiknya, adiknya merespon malu-malu
"Tante, Adira boleh diajak keluar kan?"
"Oh iya dia sudah izin kok tadi, jangan pulang malem-malem ya"
"Terimakasih mam" pamit Adira salim ke mamanya
"Pamit dulu tante" pamit Kharisna bersaliman juga "tos lagi boy!" Ucapnya terduduk memberikan tangannya.

Merekapun keluar dari rumah, Adira sudah berpenampilan sebaik mungkin, tak lebay ataupun tak norak. Batwing polos warna peach, celana jeans, wedges ootd ala artis instagram, dan kerudung pashmina rawis warna navy melekat ditubuhnya. Makeup sehari-hari alis, eyeliner, maskara, dan lipstick membuat wajahnya keliatan lebih cerah.

Kharisna memandangi Adira dari atas sampai kebawah. Adira menatap aneh kearahnya. Tak ada yang aneh dengan penampilannya.

"Bajuku jelek ya?" Tanya heran Adira
"Hm ngak kok"
"So?"
"Aku gak suka liat kamu dandan, gak natural kayak kemarin aku liat kamu"
Pernyataan itu aneh baginya "kemarin kan aku dandan pas foto" ucapnya tak terima
"Kan aku gak liat pas kamu foto dandan kek gimana"
"Yaudah aku balik ke rumah CUCI MUKA!"
Kharisna merasa bersalah "eh enggak kok" menarik tangan Adira "sudah yuk naik motor aja, jangan ngambek ya, tambah cantik loh kalau ngambek" rayunya
Adira mengikuti ucapan Kharisna.

Mereka berduapun jalan memutari kota Surabaya disiang hari, cukup panas memang tapi rasanya setelah berkutat dengan Tugas Akhir sebulan lalu cukup lega dan terbayar.

Setelah bosan dan mulai lelah, mereka mampir ke Tunjungan Plaza, tepat di Mall barunya. Adira yang selalu berjalan lebih cepat dari Kharisna, membuatnya jengkel karena harus menunggu Kharisna.

"Jangan cepet-cepet kek Dir!" Keluhnya
"Kamu aja yang lama" sahutnya
"Aku kan abis nyetir, kamu enak tinggal duduk dibelakang"
"Salah sendiri tadi muter-muter"
"Emang kamu tau abis ini kemana?"
"Gak sih" ucapnya nyengir sambil menunggu Kharisna menyusulnya
"Kita kayak orang berantem tau gak sih jalan jauh-jauhan"
Adira hanya tertawa
"Dih ketawa, kita nonton ya di iMax ada film Everest, sekalian ngadem dan duduk"
"Oke" ucapnya "bayarnya berapa kalau sekarang?"
"50rb"
"Gak ada duit segitu, ambil di atm dulu ya"
"Udah aku yang bayarin, kan aku yang ngajak"
"Beneran? YEESSSS!!"
"Girang amat neng, dasar perempuan sama aja" ucapnya lirih
"Apa?" Tanyanya
Kharisna hanya menggeleng sambil tersenyum.

Keduanya pun memesan tiket, seat C15-16 sudah ditangan. Kharisna membawakan Adira pop corn dan lemon tea untuk dibawa masuk ke teater. Film tayang pukul 13.10wib.

Semua orang sudah mulai masuk ke ruang teater. Film berputar sudah 20 menit, mata Adira mulai bosan karena filmnya membosankan baginya, dia hanya melirik sekitar kanan-kiri dan yang paling ia lihat wajah tampan serius Kharisna yang sedang asyik melihat putaran filmnya.

"Eh" sentuh Adira
"Punya nama" sahut Kharisna
"Iya sorry, Kharisna Erlangga sudah kan? Puas? Aku boleh keluar gak sih? Asli ini ngebosenin parah"
"Kamu jangan aneh-aneh deh"
"Yaudah-yaudah, pinjem ini yah" tunjuk Adira ke lengan atasnya, Kharisna langsung mengeryitkan dahi "buat bobo, ngantuk banget, nanti kalau mau selesai bangunin ya" ucapnya manja
Kharisna hanya mengangguk.

Adira merangkul lengan kiri Kharisna dan kepalanya bersender pada bahu Kharisna. Kharisna reflek kaget, tapi dia hanya diam. Ada perasaan aneh yang hinggap dihatinya, mata Adira mulai berat dan memejamkan perlahan matanya.

Kharisna jadi tak bisa konsentrasi melihat film, dia hanya melihati Adira yang tertidur pulas di pundaknya, dia menyenderkan kepalanya ke kepala Adira, sambil mengusap lembut kepalanya yang tertutup jilbab, senyum lebar mengembang di bibirnya.

Film akan selesai 10 menit lagi. Kharisna membangunkan Adira dengan menepuk pipinya pelan. Adira terbangun dengan masih setengah sadar dan tangannya masih memeluk Kharisna.

Pemutaran film selesai, semua orang mengembalikan kacamata 3D dan keluar dari teater.

"Kita langsung pulang kan?" Tanya Adira
"Makan dulu Dir, laper kali"
"Aaaah gak ada duit ih, makan dirumahku aja gratis!" Ucapnya
"Ya sungkan lah"
"Anggap rumah sendiri deh, orangtuaku baik kok, nanti kita makan bareng"
"Tapi kan gak enak Dir"
"Udah ah hemat!" Ajak Adira menarik tangan Kharisna

****

3 minggu kemudian
Hp Adira berbunyi, itu telepon dari Kharisna, seseorang yang ditungguinya dari tadi pagi. Hubungan mereka memang berjalan cepat dan akrab, hampir setiap hari jikalau bosan mereka keluar untuk sekedar ngobrol tak penting di cafe atau angkringan di surabaya.

"Hei, apa kamu tak ingat sama sekali denganku?" Sapa Kharisna saat Adira sibuk menyeruput Latte nya.
"Hm" dia masih asik "apa Ris?"
"Kau tak ingat kalau kita pernah bertemu sebelumnya? Sebelum di studio"
"Ngak, aku ingat surat kecil di spionku. Kamu pernah menolongku saat jatuh 2x kan?"
Kharisna mengangguk.
"Yang kedua saat aku pingsan kan? Yang pertama?"
"Ah ternyata indra pengingatmu jelek sekali"
"Oy menghina!"
Kharisna meringis "iya, kau ingat saat SMA dulu saat hujan lebat ketika kau nyebrang dengan seenaknya, dan seketika itu nyaris temanku akan menabrakmu, kau jatuh dan aku membantumu berdiri"
Adira mengingat kembali kejadian itu, Ya Tuhan itu kejadian tersakit untuk hatinya.
"Ok STOP! Jangan mengingatkan itu"
"Why?" Tanya Kharisna penasaran
Wajah Adira tampak tak enak, sepertinya Kharisna tak ingin melanjutkan pertanyaan itu kembali. 

Ada rahasia yang disimpan perempuan yang mulai ada dihatinya ini, rahasia yang belum diceritakan, padahal selama ini keduanya saling jujur, termasuk Kharisna yang menceritakan tentang mantan-mantannya yang entah ada berapa dari SMA. Adira pun sama dia menceritakan mantannya lebih tepatnya mantan gebetannya semasa jaman kuliah, dia tak menyinggung sama sekali cerita cinta jaman SMA nya.

Adira mengangkat telepon dari Kharisna, jujur hatinya senang karena Kharisna memperlakukannya dengan baik, tapi hatinya berkata lain, dia masih tak bisa melupakan Nadzir dalam hidupnya. Dia terlalu takut untuk jatuh cinta dan akan tersakiti lagi. Entah akan sampai kapan perasaan itu berubah untuk orang lain, setidaknya untuk Kharisna, orang yang menelponnya saat ini.

"Assalamualaikum, ada apa Ris?"
"Walaikumsalam, sorry ya baru kasih kabar ini barusan gladi bersih buat besok wisuda"
"Iya gpp santai aja"
"Kamu besok dateng ya ke wisudaku? I wish you come to my special day"
Adira terdiam "aku gak bisa"
"Kenapa? Jangan membuatku kecewa Dir"
"Satu, kita baru kenal. Dua, aku gak tau kesana sama siapa. Dan terakhir aku gak kenal sama temen-temen eksismu itu. Malu lah Ris"
"Hei kamu tamu specialku Dir"
"Ayolah Ris, jangan bercanda. Mohon maaf banget"
"Adira please. Apa perlu aku datang kerumahmu nanti? Berlutut didepanmu?"
"Untuk apa sih Ris? Jangan berlebihan kayak gitu deh"
"Dira, you're the special one yang aku harapkan datang keacara pentingku"
"Kamu mau bunga? Nanti aku belikan. Tapi besok aku gak bisa bener deh, males ketemu temen-temenmu, apalagi cewek-cewek yang menyebalkan di studio waktu itu"
Kharisna kecewa, dia mengakhiri teleponnya dengan begitu saja. Adira langsung mematung, merasa bersalah.

#SMS
To: Kharisna
Hei, marah kah? Sorry:( jika kau menginginkan aku datang, baik aku datang, tapi gak di acara wisudamu, kutunggu besok dirumahmu, kamu minta apa untuk hadiah? Akan kubelikan:) setidaknya balas smsku jika kau tak mau mengangkat teleponku:')

To: Adira💕
Aku gak minta apa-apa, aku hanya ingin kamu hadir disana. Maaf egois, jika aku mengenalmu lebih lama dulu, atau kita bertemu walau hanya sehari dan kau besok akan wisuda, aku pasti datang tanpa kamu suruh:)

Sindiran keras bagi Adira, dia tahu ada yang salah dari Kharisna, dia sudah merasa Kharisna jatuh hati kepadanya, tapi ia tak bisa membalas itu, teman-teman Kharisna, terlalu high class tak sebanding dengannya. Apalagi kisah cinta yang lalu, Nadzir awalnya sama dengan Kharisna tapi Nadzir pergi gitu aja, bahkan sekarang walaupun saling punya semua social media tetap saja seperti orang tak kenal.

****

Keesokkan harinya...

Display Picture BBM Kharisna tampak gagah dan tampan, baju kemeja putih, dasi hitam, serta jas dan celana berwarna hitam, rambutnya tampak lebih rapi dari biasa yang dilihat Adira. Personal Message "Only you, you can change me here😊" Hati Adira terasa sakit, sebegitu besar kah perasaan Kharisna?

Sial!
Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, acara wisuda pasti akan selesai dalam waktu sejam lagi. Dan rangkaian bunga masih belum selesai juga. Dia meraih telpon genggamnya memastikan Kharisna belum sampai dirumah.

Adira setengah mati memikirkan hadiah untuk Kharisna, semalaman dia berkutat dengan kertas, gunting, spidol, penggaris dan alat lainnya. Sampai akhirnya jadilah pop-up card graduation bergambar toga dan siluet buatan tangannya dan harus mencari foto Kharisna yang menampilkan bagian samping darinya.

Jam 11.30wib
Hpnya terus berbunyi itu bbm dari adiknya Kharisna, Shiylla. Perkenalan singkat dengan adiknya yang masih sekolah menengah pertama, disaat beberapa hari yang lalu disaat Kharisna dan Adira keluar, tiba-tiba papa Kharisna menyuruh untuk menjemputnya di sekolah.

#BBM
PING!!!
PING!!!
Kak Aris mau pulang dia badmood banget kayaknya mbak, gak mau foto studio.

Dek, buat dia mau dan senyum ikhlas pas foto, kan kasian kamu sekeluarga udah dateng ke wisudanya, tapi kayak gitu.
Bilang aja dek, aku mau kesana!

Eh kakak kesini beneran emang?
Serius?
Pasti seneng deh mbak, kalau ada mbak disini

Ngak dek, itu biar dia mau foto wisuda.
Aku pasti dateng, tapi gak disana. Dirumah kamu aja.

Boong dong kak?
Yasudah deh, nanti traktir ya kak:D

Siap deh!
Terimakasih sayang kiss dulu:*

Akhirnya buket bunganya selesai, dia hampir merogoh kocek amat mahal untuk bunga ini. Dia yakin Kharisna bukan cowok yang mau diberi bunga seperti ini.

#BBM 12.30
Kak kita udah mau nyampe rumah
Dia marah sama aku kak

Maaf ya dek, jadi kamu yang disalahin:(

Gpp kak, yang penting kakakku bahagia sama kakak

Idih masih kecil tau apa kamu dek haha

Keluarga Kharisna sampai dirumahnya. Yah tau sendiri rumah yang sebesar itu hanya 1:2 dengan rumah Adira. Walaupun sama-sama bertingkat tiga. Adira berdiri menunggu kedatangan keluarga mereka.

Shiylla langsung berlari menghampiri Adira dan memeluknya. Kedua orang tua Kharisna hanya tersenyum melihat Adira. Kakak laki-laki Kharisna dan istrinya yang sedang hamil pun ikut tersenyum kearah Adira yang berdiri di depan pintu.

Adira melihat Kharisna keluar paling akhir, rupanya dia yang memarkirkan mobil. Dia sempat melihat kearah Adira, namun hanya sesaat ada raut marah dan kecewa dihadapnya. Kharisna melengos saat Adira tersenyum kepadanya. Hati Adira pilu rasanya tak digubris oleh Kharisna, begitupun Kharisna hatinya sakit dan kecewa.

Adira tampak menyesal menolak dan membohonginya. Tampaknya Shiylla gadis yang beranjak dewasa ini tau bagaimana mendamaikan kedua orang itu. Dia menarik Kharisna keluar untuk bertemu dengan Adira. 

"Pulanglah, aku tak ingin melihatmu" ucap Kharisna lesu
Adira tau dia salah besar "sorry"
"Kau bohong padaku Dir, dan menyuruh adikku berbohong" bentaknya pelan
Bulir-bulir air mata keluar dari mata Adira "Maaf" ucapnya lalu pergi
Hati Kharisna yang kini sakit melihat perempuan yang dicintainya itu menangis karenanya dan pergi.
"Kak" ucap Shiylla
"Apa dek? Kakak masih marah ya sama kamu"
"Harusnya aku yang marah sama kakak, kakak itu gak pantes bentak kak Adira" ucap anak SMP itu tegas "ini" memberikan bunga dan hadiah dari Adira "kamu salah besar kak"

Kharisna langsung terasa lemas, dia terduduk didepan pintu dan menelungkupkan kepalanya disela-sela pahanya. Dia meraih hpnya dan menelpon Adira bolak-balik namun tak ada respon. Sampai akhirnya Shiylla adiknya memberikan kunci mobil untuknya. Adiknya sangat tahu apa yang harus dilakukan.

Kharisna melajukan mobilnya cukup cepat, dia masih sibuk dengan telepon genggamnya.

"Ah bodo sekali kau Ris!" Ucapnya mencaci maki dirinya sendiri

Sampai akhirnya dia sampai didepan pintu rumah Adira, dia mengetuk pintu rumah itu.

"Assalamualaikum" ucapnya
Suara langkah datang membukakan pintu, ternyata itu mama Adira "walaikumsalam, loh Kharisna? Bukannya Adira ke wisuda kamu ya?"
Kharisna binggung sendiri ingin menjawab apa "hm... Tadi dia gak dateng tante pas di gedung"
"Loh terus kemana dia? Sebentar ya tante panggilkan dulu di kamar, Aris tunggu disini dulu"
Kharisna hanya mengangguk.

"Gak ada Adira nya, kemana ya anak itu?" Ucap mama Adira celingukan
"Mama, ila diatas" ucap Robi
"Kalian ada masalah? Berantem kah?"
Pertanyaan itu membuat Kharisna menelan ludah berkali-kali.
"Jangan heran kalau tante tau, Adira kalau sedih selalu diatas, terakhir dia kayak gini jaman SMA dulu, jaman kuliah ini dia hanya main-main diatas bersama temannya"
"Boleh saya keatas tante?"
Mama Adira mengangguk "ingat Ris, Adira begitu karena dia tak ingin disakiti lagi, dia memang kuat tapi aslinya dia lemah, hanya saja tak ada orang satupun yang menyadarinya"
Perkataan mama Adira semakin membuatnya merasa bersalah "iya tante, terimakasih" ucapnya pergi ke lantai atas

Kharisna menelusuri setiap lantai, sampai akhirnya dia tepat di lantai 3. Gila rumahnya yang lantai 3 tak ada pemandangan kota surabaya yang bisa dilihat luas seperti ini. Lantai 3 rumahnya adalah kamar 3 asisten rumah tangganya termasuk supir papanya.

Kharisna melihat teduh wajah gadis itu, wajahnya tenang walaupun matanya sedikit bengkak. Dia jadi merasa bersalah. Dia menghampiri Adira yang berdiri bersender di pagar yang terbuat dari semen dan bata itu.

"Hei" sapa halus Kharisna
Adira kaget melihat Kharisna sedang berdiri disampingnya, dia hanya menoleh sejenak.
"Kamu marah?" Tanya Kharisna
Adira hanya menggeleng.
"Aku tak suka kamu tanpa suara gitu ah, bicaralah Dir"
Adira hanya bisa menoleh dan tersenyum.
"Meneduhlah, disini panas, kita kesana" tunjuk Kharisna pada ayunan bentuk kayu yang bermodel kursi panjang berwarna coklat dan tertutup.
"Kau saja, jika kepanasan" ucap Adira

Rasanya tubuh Kharisna memang capek, dia sudah berapa jam duduk untuk waktu yang lama, setelah itu harus menaiki mobil dengan cukup cepat dan terakhir naik ke lantai 3 yang anak tangganya lebih banyak dari rumahnya. Akhirnya dia frustasi dan memilih duduk di ayunan itu.

Adira masih asik melihat indahnya kota surabaya dan angin yang berhembus sesekali untuk menenangkan pikirannya. 

"Aku minta maaf" ucap Adira mengulurkan tangannya didepan Kharisna
Kharisna langsung meraih kedua tangan itu "bukan kamu, aku yang minta maaf, aku egois ya? Dan aku gak sepantasnya bentak kamu"

Adira hanya tersenyum dan duduk disebelah Kharisna. Dia memeluk tangan Kharisna kembali dan menyenderkan kepalanya ke pundak itu untuk kedua kalinya. Kharisna mengelus lembut kepalanya. Romantis! Kedua badan mereka berayun pelan.

"Mamamu bilang kamu pasti kesini kalau kamu sedang sedih? Benarkah? Dan mamamu juga bilang terakhir kamu sedih disini saat SMA"
Adira menelan ludahnya berkali-kali. Akankah dia bercerita sekarang? Dia sangat binggung.
"Apa kamu mengalami masa buruk di jaman SMA? Maaf aku menanyaimu seperti itu, apakah itu ada hubungannya dengan yang kita bertemu pertama kali?"

Darimana dia tau pikir Adira. Adira hanya mengangguk.

"Kalau kamu tak mau bercerita gpp, yang penting kamu sekarang bahagia gak mengungkit masa lalu lagi" ucap Kharisna
"Apakah kau sayang padaku Ris?" Tanya Adira polos
"Sayang bangeeeet, you're so special for me!"
"Baiklah aku akan bercerita, tapi janji kau jangan mengeluarkan sepatah katapun?"
Kharisna mengangguk sepakat.

Dari situlah Adira menceritakan dari awal perkenalannya dengan Nadzir, laki-laki yang masih ada ruang dihatinya. Bukan Adira namanya, kalau masalah Nadzir dia selalu menangis saat bercerita. Kharisna sadar gadis yang dicintainya ini belum sepenuhnya move on.

"Kamu tau kenapa aku gak mau dateng ke wisudamu? Selain 3 alasanku kemarin?"
Kharisna menggeleng, hatinya begitu sakit, gadis yang dicintainya ini dulu punya cerita cinta yang membuatnya menderita dan trauma.
"Aku takut jatuh cinta padamu Ris" ucapnya semakin terisak
Kharisna mengerti betapa sakit yang dirasakan Adira, dia membelai lembut kepala Adira.
"Aku takut tak bisa meruntuhkan benteng itu buat kamu, aku takut Ris kalau suatu saat kita bersama dan dia muncul aku gak bisa Ris" tangisannya semakin menjadi

Kharisna memegang pundak Adira dengan kedua tangannya. Dia menatap gadis itu. "Yatuhan rasanya aku ingin menghantam laki-laki itu" ucapnya dalam hati. Kharisna tersenyum kearah Adira yang terisak.

"Dir, liat aku" ucapnya lembut
Adira menengadahkan kepalanya, menatap sosok didepannya itu
"Aku gak maksa kamu jatuh cinta sama aku, aku sadar kita terlalu cepat untuk menjalani hubungan yang serius, aku akan berusaha menggantikan posisi dia dihatimu, aku akan meruntuhkan benteng itu, tapi kamu harus berjanji melepaskan bayang-bayang dia untukku, boleh?"
Adira mengangguk perlahan.
"Aku gak akan maksa kamu lagi, kita jalanin pelan-pelan, aku gak minta kamu jadi pacarku, aku mau lebih dari itu, jadi suami kamu, imam di keluarga kita, kita kerja dulu, taun depan kita mau lanjut kuliah kan? Setidaknya meskipun kamu D4 dan aku S1, akan kupastikan saat kamu wisuda nanti sudah jadi istriku"
Adira menatap wajah laki-laki didepannya ini, matanya menunjukkan keseriusan.
"Asal kamu mau berusaha, aku juga akan berusaha, cinta tumbuh karena tebiasa kan? Buka hatimu untukku, kita jalani seperti ini, seperti sahabat, teman, adik, kakak, atau pacar. Deal?"

Adira mengangguk dan memeluk Kharisna. Hatinya meleleh mendengar setiap perkataan yang diucapkannya. Bahagia, sedih campur aduk. Kharisna membalas pelukan Adira erat sangat erat, dirinya sendiri berjanji tak akan menyakiti Adira walaupun secuil.

"You know lagu HiVi yang terbaru?"
Adira mengangguk.
"Siapkah kau 'tuk Jatuh Cinta Lagi" ucap mereka kompak
Keduanya saling tersenyum.